Anda di halaman 1dari 21

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BADAN GEOLOGI

JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122


JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950

Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371 Faksimile: 022-7216444, 021-5228372 E-mail: geologi@bgl.esdm.go.id

Nomor : 2296 /45/BGL.V/2016 9 Agustus 2016


Sifat : Segera
Lampiran : 15 lembar
Hal : Laporan pemeriksaan gerakan tanah
Di Kecamatan Curugkembar, Kabupaten Sukabumi
Provinsi Jawa Barat

Yang terhormat
1. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
2. Gubernur Jawa Barat
3. Bupati Sukabumi
4. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Sukabumi

Menindaklanjuti informasi dari Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana


Daerah (BPBD) Kab. Sukabumi perihal kejadian gerakan tanah yang semakin meluas
di Kecamatan Curugkembar, Kabupaten Sukabumi, bersama ini kami sampaikan
laporan hasil pemeriksaan gerakan tanah sebagai berikut:

1. Lokasi bencana dan waktu kejadian:


Gerakan tanah terjadi di Kampung Babakan Mindi, Desa Nagrakjaya, Kecamatan
Curugkembar, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis
terletak pada koordinat 007o 10’ 23,19” LS dan 106o 55’ 05,3” BT. Menurut
keterangan penduduk dan aparat desa, gerakan tanah pernah terjadi pada tahun
2012 dan kejadian terakhir pada hari Minggu, 17 Juli 2016, serta gerakan tanah
tersebut terus meluas dan menyebabkan kerusakan rumah semakin banyak dan
adanya ancaman material bahan rombakan.

2. Kondisi daerah bencana:


 Morfologi:
Morfologi di sekitar lokasi bencana merupakan perbukitan dengan kemiringan
lereng agak landai sampai terjal serta pedataran yang dimanfaatkan sebagai
permukiman dan lahan persawahan. Pada daerah ini terdapat gawir yang terjal
pada bagian atas dan bawah. Diantara dua gawir terjal tersebut merupakan
daerah landai yang mengalami gerakan tanah tipe rayapan.
 Geologi:
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Jampang dan Balekambang, Jawa (RAB
Sukamto, 1975), secara regional batuan penyusun pada lokasi bencana adalah
Bagian Atas Formasi Bentang (Tmbu) yang terdiri dari tuf dan bagian bawah
Formasi Bentang (Tmbl) yang terdiri dari batupasir, batulempung, batupasir
gampingan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan di lokasi bencana, batuan yang berada di lokasi
bencana berupa batupasir dengan fragmen pecahan cangkang moluska yang
tertutup tanah pelapukan dengan ketebalan 3 – 5 meter. Batas antara batupasir
dan tanah pelapukan merupakan bidang gelincir longsoran bagian atas. Namun
pada daerah rayapan kemungkinan bidang gelincirnya batu lempung dengan
bidang gelincir dalam (> 10 meter).

 Keairan:
Kondisi keairan di lokasi gerakan tanah dalam kondisi baik dan melimpah pada
musim hujan dan bersumber dari beberapa situ / danau yang berada di sekitar
lokasi bencana. Pada batas antara batupasir dan tanah pelapukan keluar air
yang cukup melimpah, diperirakan air tersebut merupakan air yang menjenuhi
tanah pelapukan, dan tidak dapat meresap ke batulempung yang berada di
bawahnya dan bersifat lebih kedap air. Pada daerah yang mengalami retakan
sepanjang hampir 800 meter dengan arah N 30o - 40o E air mengalir sehingga
terjadi alur sungai kecil baru dan terbentuk kolam-kolam air. Akibatnya pada
gawir bagian bawah terjadi gerakan tanah dengan tipe longsoran dan aliran
bahan rombakan (debris flow).

 Tata guna lahan:


Tata guna lahan pada lereng bagian atas atau gawir bagian atas berupa kebun
campuran dan hutan yang di dominasi oleh karet dan pohon bambu.
Sedangkan pada lereng bagian tengah dan bagian bawah berupa sawah,
pemukiman serta beberapa kolam ikan.

 Prakiraan gerakan tanah


Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah pada
Bulan Juli 2016 di Jawa Barat (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi), lokasi gerakan tanah berada pada zona kerentanan
gerakan tanah menengah - tinggi, artinya pada zona ini dapat terjadi gerakan
tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan
dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan, atau jika lereng mengalami
gangguan dan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

3. Kondisi gerakan tanah dan akibat yang ditimbulkan:


Gerakan tanah yang terjadi adalah jatuhan batuan (rock fall) serta longsoran tanah,
rayapan dan aliran bahan rombakan (debris flow). Longsoran tanah bertipe
translasi adalah gerakan tanah dengan bidang gelncir yang rata. Pada kejadian
gerakan tanah di Kecamatan Curug Kembar, longsoran tipe translasi terjadi pada
gawir bagian atas/tebing di sekitar areal kebun campuran dengan kemiringan agak
terjal-terjal. Karena kemiringannya yang terjal tersebut maka terjadi juga jatuah
batu (rock fall).

Gerakan tanah tipe rayapan (creep) terjadi pada areal pemukiman dan
persawahan memiliki lebar retakan 20 – 40 cm dengan panjang mencapai 200 –
800 meter, serta arah retakan N 40º E – N 70º E terutama pada sayap atau bagian
barat area gerakan tanah. Sedangkan pada bagian tengah area yang bergerak
retakan dengan arah N 80º E – N 130º E. Dan panjang retakan berkisar 30 – 200
m, lebar retakan 20 – 30 cm, serta terjadi amblasan sedalam 2 meter.

Pada bagian gawir di bagian selatan terjadi perubahan tipe gerakan tanah menjadi
tipe aliran bahan rombakan (debris flow). Hal ini karena kandungan air yang tinggi
(banyak muncul genangan air) dibagian selatan ditambah retakan pada gawir
dibagian selatan sangat intensif sehingga terjadi longsoran tipe aliran bahan
rombakan (debris flow). Gerakan tanah tipe aliran ini masih memiliki potensi besar
untuk berkembang dan masih terdapatnya aliran air pada kontak antara tanah
pelapukan dan batuan dasar yang mengarah ke ujung selatan lokasi retakan.
Potensi yang besar juga ditunjukkan oleh kemunculan mata air pada bagian utara
dibawah gawir. Kondisi ini mengindikasikan terdapatnya bidang lemah berupa
rekahan di bawah permukaan yang berfungsi menjadi jalan mengalirnya air dari
atas permukaan tanah. Kondisi lain yang dapat memicu berkembangnya gerakan
tanah, adalah masih terdapatnya lahan persawahan dan kolam pada bagian
tengah lereng yang berdekatan dengan lokasi gerakan tanah.

Dampak gerakan tanah berdasarkan informasi dari aparat desa, di area yang
bergerak dan terancam :
a. Desa Negrakjaya
 175 rumah rusak berat
 100 rumah rusak sedang
 56 rumah rusak ringan
 89 rumah terancam
 3 mushola rusak
 1 pesantren rusak
 1 sekolah dasar rusak
 2 ha sawah tertimbun material longsoran
 300 jiwa mengungsi

Pada saat dilakukan pemeriksaan bersama aparat pemerintahan dan penduduk


setempat, warga yang rumahnya mengalami kerusakan telah dievakuasi dan
perkembangan gerakan tanah telah dilakukan pemantauan secara rutin oleh
aparat pemerintah setempat bekerja sama dengan masyarakat.

4. Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah:


Secara umum gerakan tanah disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
 Batuan penyusun yang bersifat sarang dan mudah meloloskan air dan luruh jika
terkena air,
 Arah kemiringan batuan dasar yang searah dengan kemiringan lereng
mengakibatkan tanah mudah bergerak,
 Bidang lemah berupa kontak antara tanah pelapukan dengan batulempung
yang bersifat lebih kedap dan berfungsi sebagai bidang gelincir serta adanya
bidang lemah yang diperkirakan berupa kekar pada batupasir. Berdasarkan
kondisi morfologi gawir bagian atas diperkirakan sesar normal.
 Kemiringan lereng yang agak terjal-terjal mengakibatkan tanah mudah
bergerak.
 Gawir bagian atas atau bagian utara sangat sering runtuh terutama pada saat
atau sehabis hujan akibatnya getaran-getaran tersebut memicu terjadinya
retakan-retakan di bawahnya
 Pembebanan dan penjenuhan serta pelunakan tanah akibat akumulasi air pada
kolam-kolam penampungan air dan lahan pertanian basah pada lereng,
 Hujan yang turun dengan durasi lama meningkatkan potensi tanah untuk
bergerak.
5. Mekanisme terjadi gerakan tanah
a. Gerakan tanah tipe translasi dan jatuhan/runtuhan batu rock fall
Gerakan tanah tipe longsoran translasi dan jatuhan batuan ini lebih banyak
dikontrol oleh kelerengan yang terjal dan berupa gawir terjal. Tanah pelapukan
yang menumpang pada perlapisan batupasir dan batulempung. Sehingga batas
pada tanah pelapukan tersebut merupakan bidang gelincir gerakan tanah. Aliran
air keluar melalui zona-zona lemah, sehingga terjadi penjenuhan dan peningkatan
bobot massa tanah. Kondisi ini menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan air
pori dan berkurangnya daya ikat tanah. Sehingga terjadi longsoran tanah tipe
translasi.

Sedangakan jatuhan batuan lebih dikontrol oleh kelerengan gawir yang sangat
terjal mengakibatkan gaya gravitasi berperan pada gerakan tanah tipe jatuah
batuan dan juga kondisi geologi berdasarkan kenampakan morfologi merupakan
sesar normal dan banyak terjadi kekar disamping itu.

b. Gerakan tanah tipe rayapan


Gerakan tanah tipe ini sangat dikontrol oleh kehadiran batulempung pada
kedalaman lebih dari 10 meter. Disamping itu matai air sangat banyak keluar pada
areat ini sehingga terjadi genangan atau situ, dan alur sungai baru pada lokasi
gerakan tanah tipe rayapan. Disamping hal tersebut getaran yang sering terjadi
memicu terjadinya retakan baru serta memperuas gerakan tanah tipe rayapan ini.

c. Gerakan tanah tipe aliran bahan rombakan


Gerakan tanah tipe aliran bahan rombakan atau (debris flow) terjadi pada bagian
selatan area gerakan tanah (gawir bagian selatan). Gerakan tanah tipe ini sangat
berbahaya karena berupa aliran dan dapat menjangkau radius yang jauh. Gerakan
tanah ini terjadi karena akumulasi air yang berlebihan pada ujung gerakan tanah
tipe rayapan, sehingga suplai gerakan tanah rayapan dan air bias menjadikan
gerakan tanah tipe aliran bahan rombakan. Akibat gerakan tanah tipe ini 2 rumah
tertimbun aliran bahan rombakan dan Kp.Pasir Buyung dan Sebagian besar
Bojong Sawah terancam tipe aliran bahan rombakan (300 meter dari kaki gawir
area terancam aliran bahan robakan).

6. Tempat Relokasi Yang Diminta Pihak Desa dan Kecamatan


Tempat relokasi yang diminta pihak Desa dan Kecamatan merupakan lahan
perhutani yang terletak di Wates dan Legok Paku, sehingga perlu mendapat
persetujuan dari Perhutani. Namun berdasarkan survey geologi lokasi tersebut
layak untuk dijadikan lahan relokasi dengan syarat untuk lokasi Legok Paku harus
tidak terlalu dekat dengan bukit (+ 300 meter) ke arah barat serta tidak melakukan
pemotongan lereng terlalu terjal.
Lokasi lahan relokasi di Wates area yang layak untuk dijadikan tempat relokasi + 1
Ha, sehingga kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan tempat relokasi yang
diinginkan. Namun jika lokasi ini akan dijadikan tempat relokasi, hanya akan
menampung beberapa rumah saja atau satu dusun saja.
7. Kesimpulan dan Rekomendasi:
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan, dapat disimpulkan bahwa akibat interaksi
kondisi geologi, morfologi, keairan, dan pemanfaatan lahan :
 Gerakan tanah yang terjadi di pada gawir bagian atas berupa longsoran tipe
translasi dan jatuhan batu (rockfall), sedangkan pada bagian tengah (di Kp.
Babakan Mindi dan area persawahan) berupa tipe rayapan. Sedangkan di gawir
bagian selatan (Kp. Pasir Buyung dan Bojong Sawah berupa tipe aliran bahan
rombakan (debris flow).
 Hingga saat ini pada saat dan setelah turun hujan gerakan tanah masih
berpotensi terjadi dan terus berkembang.
 Tempat relokasi yang diminta pihak Desa dan Kecamatan merupakan lahan
perhutani yang terletak di Wates dan Legok Paku. Berdasarkan survey geologi
lokasi Legok Paku layak untuk dijadikan lahan relokasi dengan syarat tidak
terlalu dekat dengan bukit (+ 300 meter) ke arah barat serta tidak melakukan
pemotongan lereng terlalu terjal, sedangkan lahan relokasi di Wates area yang
layak untuk dijadikan tempat relokasi + 1 Ha, sehingga kurang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tempat tinggal.

Rekomendasi:
 Merelokasi rumah berada pada zona yang bergerak ke tempat yang lebih
aman. Daerah Pasir Mindi retakan yang berkembang sangat banyak dan
umumnya rumah-rumah rusak berat akibat gerakan tanah tipe rayapan. Kp.
Mindi ini sebaiknya direlokasi ketempat aman karena tipe gerakan tanahnya
merupakan tipe rayapan sehingga merusak konstruksi rumah. Jika terjadi hujan
dan terjadi longsoran/ runtuhan batu dibagian atas G. Sabu atau pada Gawir
dibagian utara maka retakan atau pergerakan di Kp.Mindi dan persawahan
akan semakin banyak/intensif dan lebar.
 Merelokasi rumah dibagian bawah gawir ke dua/ yang berada di selatan (Kp.
Pasir Buyung dan Babakan Sawah ) terutama rumah yang berjarak + 300 meter
dari kaki gawir/tebing. Hal ini karena bagian atas gawir banyak terjadi retakan
dan genangan air sehingga berpotensi terjadi aliran bahan rombakan dan
longsoran.
 Meningkatkan kewaspadaan bagi penduduk yang bermukim dan beraktivitas di
sekitar lokasi gerakan tanah terutama pada saat dan setelah turun hujan.
 Tidak melakukan pemotongan lereng yang terjal
 Tidak beraktivitas di sekitar tebing lereng yang mengalami gerakan tanah.
 Memantau perkembangan retakan dan jika terjadi perkembangan yang cepat
segera menjauh dari lokasi gerakan tanah dam melaporkannya kepada instansi
yang berwenang.
 Untuk memperlambat peresapan air dan mengantisipasi terjadinya
perkembangan gerakan tanah agar segera dilakukan:
 Mengarahkan aliran air permukaan menjauh dari retakan.
 Mengeringkan lahan dan kolam atau genangan air pada lereng yang telah
mengalami gerakan tanah di lokasi sekitar persawahan.
 Segala aktivitas hendaknya selalu dilakukan dengan memperhatikan kondisi
cuaca dan keselamatan jiwa.
 Mengurangi pembebanan tanah akibat penjenuhan dengan tidak mencetak
areal persawahan
 Menata saluran air permukaan dengan konstruksi yang kedap air.
 Melakukan penanaman pohon berakar kuat dan dalam untuk meningkatkan
daya ikat tanah.
 Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan
memahami gerakan tanah dan gejala-gejala yang mengawalinya sebagai upaya
mitigasi bencana akibat gerakan tanah.

a.n Kepala Badan Geologi


Kepala Pusat Vulkanologi
Dan Mitigasi Bencana Geologi

Ir. Kasbani, M.Sc.


NIP 19611030 199103 1001

Tembusan :
1. Kepala Badan Geologi
2. Sekretaris Badan Geologi
3. Direktur Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Bencana KEMDAGRI
4. Biro Hukum dan Humas KESDM
5. Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Jawa Barat
6. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Barat
7. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pertambangan Kabupaten Sukabumi
8. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sukabumi
9. Camat Curugkembar, Kabupaten Sukabumi
Gambar Peta lokasi gerakan tanah di Desa Nagrekjaya dan Sekitarnya, Kecamatan
Curugkembar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
Gambar Peta geologi Desa Nagrekjaya dan Sekitarnya, Kecamatan Curugkembar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
Gambar 3. Peta situasi gerakan tanah di Desa Nagrekjaya dan Sekitarnya, Kecamatan Curugkembar,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
106° 54' 40" 106° 55' 36"

-07° 10' 04"


-07° 10' 04"
70 0

KETERANGAN
67 5 Jalan Nendat


B 650 Mataair
Jalan setapak

62 5
Saluran Pemukiman
Posko
 Masjid Zona Jatuhan Batu dan longsoran translasi
PoskoSekolahan 60 0
Kantor desa 57
55 5
 0
Zona Retakan/ Rayapan (bergerak lambat)
Babakan Mindi Retakan
Lapangan

Zona berpotensi terlanda longsoran
Longsor dan aliran bahan rombakan

525 Rumah Lumpur

500
Gawir longsoran lama Situ

475

Longsor

Pasirbuyung

Posko Material longsoran 600m


A
45 0
Bojongsawah
Retakan
Pemukiman 550m
-07° 11'0 8"

-07° 11'0 8"


Longsor Retakan
Pasirbuyung Retakan
Retakan
Lumpur
500m
106° 54' 40" 106° 55' 36" Rumah terancam

PETA ZONASI TIPE GERAKAN TANAH Batuan dasar


DI KP.BABAKAN MINDI,DS.NAGRAGJAYA,KEC.CURUGKEMBAR
450m
KABUPATEN SUKABUMI
A B

SKALA
SKETSA PENAMPANG GERAKAN TANAH

0 300 600M

Gambar Zonasi Tipe Gerakan Tanah di Desa Nagrag Jaya


Gambar peta lokasi relokasi yang diusulkan desa dan kecamatan yang berada di area Perhutani
Gambar Peta Prakiraan Wilayah Potensi Gerakan Tanah Kabupaten Sukabumi pada Juli 2016
Gambar Peta Prakiraan Wilayah Potensi Gerakan Tanah Provinsi Jawa Barat pada Juli 2016
WILAYAH POTENSI GERAKAN TANAH
DI KABUPATEN SUKABUMI
PROVINSI JAWA BARAT
BULAN JULI 2016

No Provinsi Kabupaten Kecamatan Potensi Terjadi Gerakan


/Kota Tanah
JAWA SUKABUMI PARAKANSALAK Menengah
BARAT
CISOLOK Menengah–Tinggi
PARUNGKUDA Menengah
KELAPANUNGGAL Menengah
CIBADAK Menengah–Tinggi
CARINGIN Menengah
Berpotensi BanjirBandang
CICANTAYAN Menengah– Tinggi
CIKAKAK Menengah– Tinggi
BANTARGADUNG Menengah –Tinggi
BOJONG GENTENG Menengah– Tinggi
KABANDUNGAN Menengah – Tinggi
CIDAHU Menengah
CICURUG Menengah
CIRACAP Menengah
KEBONPEDES Menengah– Tinggi
NYALINDUNG Menengah–Tinggi
CIDOLOG Menengah – Tinggi
CIDADAP Menengah –Tinggi
CURUGKEMBAR Menengah –Tinggi
CIEMAS Menengah
SIMPENAN Menengah –Tinggi
SUKARAJA Menengah– Tinggi
BerpotensiBanjirBandang

CIREUNGHAS Menengah– Tinggi


SUKALARANG Menengah– Tinggi
KADUDAMPIT Menengah– Tinggi
BerpotensiBanjirBandang
TEGALBULEUD Menengah–Tinggi
CIBITUNG Menengah–Tinggi
PELABUHAN RATU Menengah –Tinggi
CISAAT Menengah
GUNUNG GURUH Menengah– Tinggi
PABUARAN Menengah– Tinggi
CIMANGGU Menengah– Tinggi
LENGKONG Menengah
BAROS Menengah
NAGRAK Menengah– Tinggi
CIAMBAR Menengah– Tinggi
SUKABUMI Menengah– Tinggi
BerpotensiBanjirBandang
SUKABUMI BARAT Menengah
SUKABUMI TIMUR Menengah
SUKABUMI SELATAN Menengah
PURABAYA Menengah–Tinggi
KALIBUNDER Menengah–Tinggi
SAGARANTEN Menengah– Tinggi
JAMPANG TENGAH Menengah – Tinggi
JAMPANGKULON Menengah
WALURAN Menengah – Tinggi
CIKEMBAR Menengah–Tinggi
CIKIDANG Menengah–Tinggi

Keterangan :

Menengah Daerah yang mempunyai potensi Menengah untuk terjadi Gerakan


Tanah. Pada Zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di
atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah
sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.
Tinggi Daerah yang mempunyai potensi Tinggi untuk terjadi Gerakan Tanah.
Pada Zona ini dapat terjadi Gerakan Tanah jika curah hujan di atas
normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
Gambar rumah yang tertimbun aliran bahan rombakan

Rumah yang terancam aliran bahan rombakan di Kp. Pasir Buyung dan Bojong Sawah
Kondisi gawir bagian atas yang retak-retak dan berpotensi sebagai aliran bahan
rombakan dan mengancam Kp. Pasir Buyung dan Bojong Sawah
Gambar longsoran dan runtuhan batupasir pada gawir bagian atas (Gunung Sabu)

Gambar retakan pada bagian atas gawir (Gunung Sabu)


Gambar Longsoran di Gunung Sabu dan bidang gelicir berupa batupasir lempungan

Gambar Gawir berlereng sangat terjal dengan tipe gerakan tanah berupa runtuhan/
jatuhan batu
Gambar retakan pada persawahan (diambil dari drone)

Genangan air
(terbentuk situ)

Gambar retakan dan genangan airlokasi diatas Kp. Pasir Buyung


Dampak retakan pada pemukiman di Kp. Babakan Mindi

Dampak retakan yang menghancurkan rumah permanen pada pemukiman di Kp.


Babakan Mindi

Anda mungkin juga menyukai