Anda di halaman 1dari 4

A.

TANAH LONGSOR Suatu daerah memiliki kerawanan terhadap tanah longsor berdasarkan data geologis, geomorfologis, hidrologis dan klimatologis. Aspek geologis dapat digunakan untuk menilai kestabilan tanah dan meramalkan terjadinya tanah longsor yang mencakup kajian tentang ciri-ciri batuan, kandungan, tekstur dan informasi lain mengenai batuan yang akan menentukan kekuatan, daya, bentuk lereng dan faktor penentu kestabilan lereng. Data geomorfologi digunakan untuk membantu meramalkan tanah longsor dengan mengetahui sejarah kelongsoran suatu daerah yang diteliti serta data mengenai kemiringan, kecuraman, kekuatan serta bentuk kemiringan lereng. Data hidrologis dan klimatologis digunakan untuk mengkaji sumber, gerakan, jumlah, tekanan air, cuaca serta iklim di suatu daerah. Di wilayah Indonesia, banyak sekali daerah yang memiliki lereng yang curam, struktur tanah yang rapuh, berada di pucuk tebing, berada di lembah sungai yang curam/tebing, berada di delta lempung/pasir/endapan arus, mulut air dari lembah pegunungan, daerah yang merupakan aliran air hujan, daerah dengan hutan yang gundul, daerah yang memiliki tanah yang gembur. Daerah tersebut merupakan daerah yang rawan terhadap tanah longsor. 1. Tinjauan Umum Tanah Longsor Tanah longsor adalah runtuhnya tanah secara tiba-tiba atau pergerakan tanah atau bebatuan dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau berangsur yang umumnya terjadi di daerah terjal/curam yang tidak stabil. Proses terjadinya tanah longsor yaitu air yang meresap ke dalam tanah akan menambah robot atau berat tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air (tanah penuh dengan air) yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng. Gejala umum tanah longsor yaitu muncul retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing, muncul air secara tiba-tiba dari permukaan tanah di lokasi baru, air sumur di sekitar lereng menjadi keruh, tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan. 2. Jenis Tanah Longsor Ada enam jenis tanah longsor, yaitu longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Longsoran translasi. Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau bergelombang landai.

Gambar 2.2.1 : Longsoran translasi Sumber : portal.vsi.esdm.go.id Longsoran rotasi. Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.

Sumber : matanews.com Gambar 2.2.2 : Longsoran rotasi Pergerakan blok. Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.

Sumber : portal.vsi.esdm.go.id

Gambar 2.2.3 : Pergerakan Blok Runtuhan batu. Runtuhan batu adalah pergerakan batuan atau material lain yang bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Runtuhan batu biasanya terjadi pada lereng yang terjal dan menggantung terutama di daerah pantai.

Gambar 2.2.4 : Runtuhan Batu Rayapan tanah. Rayapan tanah adalah tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali, sehingga pada waktu yang cukup lama, longsor ini menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, rumah menjadi miring.

Gambar 2.2.5 : Rayapan Tanah Aliran bahan rombakan. Aliran bahan rombakan terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Gerakannya terjadi disepanjang lembah atau aliran air contohnya material rombakan yang berasal dari aktivitas gunung berapi yang teraliri air.

Gambar 2.2.6 : Aliran Bahan Rombakan Penyebab Tanah Longsor Hujan. Encaman hujan terhadap bencana tanah longsor dimulai dengan retakan tanah dari musim kemarau. Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah menjadi cepat mengembang dan kandungan air dalam tanah meningkat. Air tersebut akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral sehingga dapat menimbulkan longsor. Longsor tersebut dapat dicegah, apabila terdapat pepohonan yang akan menyerap air, dan akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah. Lereng terjal. Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah lebih dari 45 0 terhadap bidang datar. 3.

Gambar 2.2.7 : Lereng Terjal Tanah yang kurang padat. Tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m adalah tanah yang kurang padat. Tanah tersebut rentan terhadap hujan dan pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika udara terlalu panas.

Gambar 2.2.8 : Akibat Tanah Kurang Kuat Batuan yang kurang kuat. Jenis batuan yang kurang kuat adalah batuan yang berada di lereng bukit sehingga mudah longsor.

Gambar 2.2.9 : Batuan Kurang Padat Jenis tata lahan. Jenis tata lahan yang banyak terjadi tanah longsor adalah daerah persawahan, perladangan dan genangan air di lereng yang terjal. Persawahan merupakan daerah rawan karena akarnya kurang kuat untuk mengikat tanah yang disebabkan oleh tanah yang lembek dan penuh dengan air.

Gambar 2.2.10 : Persawahan ( Tanah yang Lembek) Getaran. Getaran yang dapat mengakibatkan tanah longsor adalah getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkan , yaitu tanah, lantai, dinding rumah, jalan menjadi retak.

Gambar 2.2.11 : Jalan Longsor karena Getaran Susut muka air laut dan danau. Susutya muka air laut pada danau dan laut mengakibatkan gaya penahan lereng menjadi hilang sehingga memudahkan longsor. Peningkatan beban yang melampaui daya dukung tanah. Beban tambahan seperti beban bangunan, rumah pada lereng dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor.

Gambar 2.2.12 : Tanah Yang Terbebani Jalan Pengikisan/erosi. Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai dan juga air laut ke arah tebing/lereng sehingga membuat tebig menjadi lebih terjal.

Gambar 2.2.13 : Longsor Karena Erosi Adanya material timbunan pada tebing. Pada saat perluasan lahan untuk pemukiman, atau untuk tujuan tertentu, pada umumnya dilakukan pemotongan tebing fdan penimbunan lembah. Tanah timbunan belum terpadatkan seperti tanah aslinya, sehingga apabila terkena hujan akan terkadi penurunan tanah dan diikuti retakan pada tanah.

Gambar 2.2.14 : Rumah Tertimbun Longsoran Tebing Bekas longsoran lama. Longsoran lama biasanya terjadi karena pengendapan, penumpukan dari material gunung api pada lereng yang terjal. Apabila terjadi hujan maka akan memudahkan untuk longsor. Penggundulan hutan. Pada lahan yang gundul, banyak terjadi tanah longsor, yang dikarenakan penyerapan air sangat kurang, daya ikat akar pada tanah akan kurang karena tidak ada pepohonan.

Gambar 2.2.15 : Longsoran Akibat Penggundulan Hutan Daerah pembuangan sampah. Pembuangan sampah dengan cara penumpukan pada suatu daerah akan membuat lereng sampah. Apabila lereng tersebut semakin tinggi, akan menyebabkan longsoran sampah yang akan membahayakan jiwa di sekitar lereng tersebut.

Gambar 2.2.16 : Longsoran Pada Daerah Pembuangan Sampah Dampak Tanah Longsor Korban manusia. Dalam bencana tanah longsor, korban manusia banyak terjadi karena penduduk tertimbun oleh tanah dan bangunan yang dibawa tanah longsor itu. Kerusakan fisik. Tanah longsor akan menimbun bangunan rumah dan isinya, merusak jaringan komunikasi, merusak dan menimbun jalan raya, serta menghancurkan sumber-sumber dan sarana prasarana perairan. Dalam bidang pertanian, maka tanah longsor dapat menyebabkan terkuburnya lahan pertanian sehingga produktiitas pertanian akan terganggu. Dalam bidang perekonomian, maka tanah longsor akan melumpuhkan sendi-sendi perekonomian masyarakat karena jalur transportasi terganggu. Selain itu tanah longsor akan menyebabkan jatuhnya nilai tanah dan terjadinya kemerosotan pendapatan pajak. 5. Upaya Antisipasi Tanah Longsor tidak menebang atau merusak hutan jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat pemukiman segera menutup retakan tanah supaya air tidak masuk pada retakan jangan membangun rumah dekat lereng yang terjal jangan membangun rumah di bawah lereng yang terjal jangan memotong tebing jalan menjadi tegak melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan berakar kuat, seperti nimba, bambu, akar wangi, lamtoro, dsb, pada lereng-lereng yang gundul membuat saluran air hujan membangun dinding penahan di lereng-lereng yang terjal dengan menggunakan beton atau bahan lain yang kuat. memeriksa keadaan tanah secara berkala, sehingga dapat diketahui tanah tersebut stabil atau tidak, ataukah rawan bencana atau tidak. mengukur tingkat kederasan hujan membangun terasering. 6. Tindakan Masyarakat Yang harus dilakukan saat tanah longsor keluar dari daerah longsoran atau aliran reruntuhan/puing ke bidang yang lebih stabil bila melarikan diri tidak memungkinkan, lingkarkan tubuh anda seperti bola dengan kuat dan lindungi kepala. Yang harus dilakukan setelah tanah longsor hindari daerah longsoran, dimana longsor susulan dapat terjadi memeriksa korban luka dan korban yang terjebak longsor tanpa langsung memasuki daerah longsoran. membantu tetangga yang memerlukan bantuan khususnya anak-anak, orang tua dan orang cacat mendengarkan siaran radio atau televisi untuk mengetahui informasi keadaan sekarang mewaspadai akan adanya banjir atau aliran reruntuhan setelah longsor melaporkan kerusakan fasilitas umum yang terjadi kepada pihak yang berwenang memeriksa kerusakan pondasi rumah dan tanah disekitar terjadinya longsor menanami kembali daerah bekas longsor atau daerah disekitarnya untuk menghindari erosi yang telah merusak lapisan atas tanah yang dapat menyebabkan banjir bandang meminta nasihat pada ahli untuk mengevaluasi ancaman dan teknik untuk mengurangi risiko tanah longsor. 4.

Anda mungkin juga menyukai