Anda di halaman 1dari 32

11

12
Gejala tanah longsor

Menurut Supriyono (2014) tanda-tanda awal


terjadinya tanah adalah:

a. Di lereng yang sejajar dengan arah tebing setelah hujan


turun munucl retakan.
b. Air sungai dan air sumur muncul kepermukaan dan
berwarna keruh.
c. c. Dipermukaan tanah muncul mata air baru secara tiba-
tiba.
d. Kondisi tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

e. Rumah, poho, dan tiang di daerah lereng terlihat miring.


f. Terjadi perubahan bentuk bangunan rumah,
sehingga jendela dan pintu sulit dibuka.
g. Pada permukaan tanah.muncul gemuruh dan getaran

h. Runtuhan bagian-bagian dari massa tanah atau


batuan dalam jumlah besar terjadi.

13
1. Definisi tanah longsor
Tanah longsor merupakan adanya perpindahan
material berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau
material campuran tersebut bergerak ke bawah atau
keluar lereng. Menyebabkan retakan dan tanah terbuka.
2. Jenis-jenis tanah longsor
Terdapat 6 jenis tanah longsor : translasi, rotasi,
pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan
aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan
rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Aliran bahan
rombakan merupakan jenis longsor yang sering
memakan korban jiwa.
a. Longsor Translasi

14
Longsoran translasi terjadi saat tanah dan
batuan pada bidang miring berbentuk rata atau
menggelombang landai.
b. Longsor Rotasi

Longsoran rotasi merupakan bergeraknya


tanah dan batuan pada bidang miring berbentuk
cekung.

c. Pergerakan Blok

Pergerakan blok terjadi perpindahan batuan


yang bergerak pada bidang miring berbentuk rata.
15
disebut juga longsoran translasi blok batu.

d. Runtuhan Batu

Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar


batuan atau material lain bergerak ke bawah
dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada
lereng yang terjal hingga menggantung terutama
di daerah antai. Dapat terjadi kerusakan yang
parah pada bebeatuan yang terjal..

e. Rayapan Tanah

16
Rayapan Tanah disebut sebagai jenis tanah
longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya
berupa butiran kasar dan halus. Jenis ini hampir
tidak dapat dikenali. Tiang, pohon, dan rumah dapat
miring setelah waktu yang lama.

f. Aliran Bahan Rombakan

Jenis ini terjadi ketika massa tanah bergerak


didorong oleh air. Kemiringan lereng, volume air,
dan maeri pembawa mempengaruhi kecepatan
aliran. Dapat mencapai ratusan meter, di aliran
sungai dan gunung api dapat terjadi hingga ribuan
meter. Itulah kenapa jenis ini dapat memakan
korban cukup banyak.

17
3. Penyebab tanah longsor
faktor penyebab tanah longsor :
a. Jenis Tanah
Tanah yang bentuk renggang, lembut yang
sering disebut tanah lempung atau tanah liat dapat
menyebabkan longsoran. Pada musim penghujan
kemungkinan akan lebih besar pada tanah jenis ini.
Karena, ketebalan tanah tidak lebih dari 2,5 m
dengan sudut lereng 22 derajat. Kontur tanah yang
mudah pecah jika panas dan lembek saat hujan
menyebabkan rentan terjadi pergerakan tanah.
b. Curah Hujan
Pada musim hujan seperti bulan November
rentan terjadi longsor. Pori- pori muncul saa musim
panas berkepanjangan.

18
hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah
permukaan. Saat musim hujan tiba, air mulai
memasuki retakan tanah dan menyebabkan rekahan
tanah sehingga tanah dapat terjadi longsor.,
pepohonan dapat mencegah terjadi longsor karena
fungsi akar sebagai pengikat tanah.
c. Kemiringan Lereng
Jika terjal akan memperbesar gaya
pendorong. Pengikisan air sungai, mata air, air
laut, dan angin lereng merupakan pembentuk
terjal. Kemiringan lereng dinyatakan dalam
derajat atau persen.

19
Klasifikasi kemiringan lereng untuk pemetaan
ancaman tanah longsor dibagi dalam lima kriteria
yaitu lereng datar dengan kemiringan 0-8%, landai
berombak sampai bergelombang dengan
kemiringan 8-15%, agak curam berbukit dengan
kemiringan 15-25%, curam sampai sangat curang
25-40%, sangat curam dengan kemiringan >40%.
Wilayah yang kemiringan lereng antara 0-15%
akan stabil terhadap perkiraan longsor, potensi
semakin besar jika 15%.
d. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan (land use) ialah modifikasi
oleh manusia terhadap lingkungan hidup menjadi
lingkungan terbangun seperti lapangan,pertanian,
dan permukiman.

110
Penggunaan lahan seperti persawahan, perladangan,
danadanya genangan air di lereng yang terjal. Pada
lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk
mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi
lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi
longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan
disebabkan karena akar pohonnya tidak dapat
menembus bidang longsoran yang dalam dan
umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
e. Getaran
Gempa bumi, ledakan,getaran mesin, dan
getaran lalu lintas kendaraan merupakan penyebab
getaran
f. Susut muka air danau atau bendungan
Susutnya muka air yang cepat di sumber air
menyebabkan penahan di lereng tidak ada.
g. Adanya beban tambahan
Adanya beban seperti bangunan atau
kendaraan akan memperbesar terjadinya longsor,
terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah
lembah. sehingga sering terjadinya penurunan tanah
dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
h. Pengikisan/erosi
Biasanya oleh air sungai ke arah tebing.
penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai,
tebing akan menjadi terjal juga merupakan
enyebabnya.
i. Adanya material timbunan pada tebing
Akibat dari tanah timbunan pada lembah yang
tidak terpadatkan sempurna seperti tanah asli
menyebabkan penurunan tanah saat hujan. Tanah
Longsor terjadi jika dipenuhi tiga keadaan, yaitu:
1) Kelerengan yang curam,
2) Terdapat bidang peluncur di bawah
permukaan tanah yang kedap air,
3) Terdapat cukup air (dari hujan) di dalam
tanah di atas lapisan kedap, sehingga tanah
jenuh air.
4) Akestabilan lereng dipengaruhi oleh air
hujan yang jatuh dari di atas permukaan
tanah, menurunnya tanah sangat menentukan
kestabilan lereng, menurunnya ketahanan
gesertanah (t) yang jauh lebih besar dari
penurunan tekanan geser tanah (s), sehingga
faktor keamanan lereng (F) menurun tajam
(F=t/s), menyebabkan lereng rawan longsor.

4. Ciri-ciri daerah rawan tanah longsor


a. Daerah bukit, lereng dan pegunungan dengan
kelerengan lebih dari 20 derajat
b. Kondisi lapisan tanah tebal diatas lereng.
c. Sistem tata air dan tata guna lahan yang buruk.
d. Lereng terbuka atau gundul akibat
penebangan pohon secara brutal.
e. Adanya retakan pada bagian atas tebing.
f. Terdapat mata air atau rembesan air pada
tebing yang disertai dengan longsoran kecil.
g. Pembebanan yang berlebihan pada lereng
seperti adanya bangunan rumah atau sarana
lainnya.

5. Bahaya tanah longsor


Usaha yang cukup efektif untuk mengurangi
kemungkinan bahaya tanah longsor adalah dengan
menanami daerah lereng dengan tanaman. Tutup tanah
jika terdapat retakan dengan tanah lembung. Relokasi
bangunan di tebing ataau lereng, dan perhatikan
drainase pada daerah tebing tersebung
Cara menghindari bahaya tanah longsor
a. Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan
pemukiman dan fasilitas utama lainnya
b. Mengurangi tingkat keterjalan lereng
c. Meningkatkan/memperbaiki dan memelihara drainase
baik air permukaan maupun air tanah. (Fungsi drainase
adalah untuk menjauhkan airn dari lereng, menghidari
air meresap ke dalam lereng atau menguras air ke dalam
lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar
jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam
tanah).
d. Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan
pilling
e. Terasering dengan sistem drainase yang tepat.(drainase
pada teras – teras dijaga jangan sampai menjadi jalan
meresapkan air ke dalam tanah)
f. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya
dalam dan jarak tanam yang tepat (khusus untuk lereng
curam, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau
sekitar 80% sebaiknya tanaman tidak terlalu rapat serta
diseling-selingi dengan tanaman yang lebih pendek dan
ringan , di bagian dasar ditanam rumput).
g. Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat
h. Melakukan pemadatan tanah disekitar perumahan
i. Pengenalan daerah rawan longsor
j. Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan
batuan (rock fall)
k. Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah
air masuk secara cepat kedalam tanah.
l. Utilitas yang ada didalam tanah harus bersifat
fleksibel
m. Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan.
6. Penanggulangan tanah longsor
a. Sebelum bencana
1) Siapkan tas siaga
Tas siaga ialah tas yang berisi obat-obatan,
makanan, surat-surat penting, dan alat-alat
lainnya yang akan berguna untuk korban
minimal dalam 3x24 jam setelah bencana. Taruh
tas siaga di tempat yang mudah dijangkau.
Komunikasi dengan anggota keluarga letak tas
siaga.
2) Buat rencana komunikasi keluarga
Komunikasi bersama keluarga, apa yang
harus dilakukan ketika longsor terjadi.
Buatlah peran pada masing-masing anggota
keluarga guna persiapan terjadinya tanah
longsor.
b. Saat bencana
1) Selalu terjaga
Selalu terjaga dan waspada. Biasanya longsor
terjadi saat warga tertidur dan saat musim hujan
tiba..
2) Dengarkan suara-suara ganjil
Seperti poin di awal tadi, harus selalu waspada.
Dengarkan suara-suara ganjil seperti pohon retak
atau batu-batu besar yang berjatuhan dan
bergesekan. Kabarkan kepada yang lain jika
mendengar suara aneh.
3) Menjauh dari longsor secepat mungkin
Longsor yang terjadi biasanya membawa
material padat dank eras pada jalurnya seperti
rumah, dan lain-lain. Menjauh dari jalur longsoran
secepat mungkin.
4) Hindari lembah sungai dan daerah dataran rendah
Lembah sungai dan daerah dataran rendah
adalah tempat muara akhir dari hasil longsoran
tanah. Menjaulah dari daerah tersebut.
c. Pasca bencana
1) Jauhi daerah longsoran
Walaupun tanah longsor sudah selesai, bukan
tidak mungkin jika longsoran kedua dan ketiga
tidak akan terjadi. Karena itu, jauhi daerah
longsoran dan tetap berada di tempat pengungsian.
2) Jauhi kabel yang terputus atau menggantung
Kabel yang terputus atau menggantung masih
mengandung arus listrik yang aktif yang bisa
mencelakakan.
3) Dengarkan kata petugas
Petugas relawan dan tim penyelamat adalah tim
yang sudah sangat terlatih.
4) SMS saja
Bencana akan merusak jalur komunikasi,
sehingga SMS lebih disarankan atau dengan
menggunakan nomor darurat.
7. hal yang harus dilakukan sebelum, selama dan sesudah
terjadi bencana
Apa yang dilakukan sebelum bencana tanah Longsor
a. relokasi bangunan pada daerah rawan lomgsor
seperti daerah terjal atau miring..
b. Memiliki rencana komunikasi alternative dengan
keluarga jika terjadi bencana.
c. Sudah memiliki tempat berlindung aman saat
bencana tanah longsor melanda
d. Mempersiapkan Perlengkapan darurat terutama
sudah memiliki tas siaga bencana
e. Pemantauan rutin jika tinggal di daerah
rawan longsor.
f. paham tanda tanda akan terjadinya bencana
tanah longsor
g. Perkuat tebing di kawasan longsor dengan
retaining wall atau metode penguatan tebing
lainnya

Saat terjadi tanah longsor anda bisa melakukan hal


seperti di bawah ini :

a. Tetap harus waspada saat musim hujan tiba, tetap


harus bisa terjaga, karena sering sekali tanah longsor
terjadi malam hari dan korban nya pun sedang
tertidur. Buat sistem gentian jaga saat malam hari.
b. Pantau terus informasi dari abrbagai media, bagi
warga yang tinggal di kawasan rawan longsor wajib
memiliki radio baterai.
c. Segera menuju ke tempat evakuasi yang telah di
rencanakan
d. Hindari kawasan-kawasan sungai atau terjal.
e. Apa yang Dilakukan Setelah Terjadi Tanah Longsor

Berikut adalah hal yang perlu lakukan saat terjadi tanah


longsor :

a. Cari tempat aman, jauhi kawasan bekas tanah


longsor karena ada indikasi tanah longsor susulan
b. Tetap cari informasi dari radio agar bisa mendapat
kondisi terkini tentang kejadian bencana alam tanah
longsor yang sedang terjadi.
c. Lakukan penyelamatan dan pertolongan kepada
korban yang terkenca bencana tanah longsor.
d. Laporkan kepda petugas, tentang fasilitas yang
mengalami kerusakan.
8. Peran perawat
a. Prabencana
1. Pencegahan (prevention)
Dilakukan untuk mengurai ataupun
meniadakan bahaya bencana alam. Seperti
dengan pelarangan pembakaran hutan dalam,
melakukan penanaman di hutan yang gundul,
dan melarang melakukan pembuangan sampah
sembarangan.
2. Mitigasi Bencana (Mitigation)
Mitigasi merupakan suatu rangkaian
usaha mengurangi kerugian bencana, baik
dengan pembangunan fisik ataupun penyadaran
dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana. Kegiatan ini dapat
dilaksanakan dengan melakukan penataan
ruang, pengaturan pembangunan, pembangunan
infrastruktur, tata bangunan, dan
penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan
pelatihan baik secara konvensional maupun
modern (UU Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 47
ayat 2 tentang Penanggulangan Bencana).
3. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Kesiapsiagaan dilaksanakan agar
masyarakat dan pemerintah mampu
mengantisipasi bencana lewat pengorganisasian
dan langkah yang tepat guna serta berdaya
guna. BPBD membentuk OPRB (Organisasi
Pengurangan Resiko Bencana) setelah terjadi
bencana.
4. Peringatan Dini (Early Warning)
Upaya untuk memberikan tanda
peringatan pada masyarakat bahwa bencana
kemungkinan akan segera terjadi. Pemberian
peringatan dini harus: Tegas tidak
membingungkan (coherent), Bersifat resmi
(official). Menjangkau masyarakat (accesible),
Segera (immediate),
b. Saat Bencana
1. Tanggap Darurat (response)
Tanggap darurat adalah suatu rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan segera sesaat setelah
kejadian bencana terjadi guna menangani
dampak buruk yang muncul. Kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemulihan prasarana dan sarana adalah
kegiatan tanggap darurat. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap tanggap darurat
diantaranya yaitu, pengkajian yang tepat
terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya;
penentuan status keadaan darurat bencana;
penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena
bencana; pemenuhan kebutuhan dasar;
perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
pemulihan dengan segera prasarana dan sarana
vital (UU Nomor 24 Tahun 2007).Saat terjadi
bencana OPRB (Organisasi Pengurangan Resiko
Bencana) yang pertama kali bergerak karena
didalamnya sudah dibagi dalam beberapa bidang
jadi penanganan saat bencana lebih cepat dan
terfokus.
2. Bantuan Darurat (relief)
Bantuan darurat dilakukan untuk
memberikan bantuan yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar dan sifatnya
sementara berupa pangan, sandang, tempat
tinggal sementara, kesehatan, sanitasi dan air
bersih. Selain itu, BPBD (Badan
Penanggulangan Bencana Daerah) juga
melakukan rekonstruksi.
c. Pasca Bencana
1. Pemulihan (recovery)
Pemulihan yaitu serangkaian kegiatan
yang bertujuan mengembalikankondisi bagi
masyarakat dan lingkungan hidup terdampak
bencana melalui cara memfungsikan kembali
kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan
melakukan upaya rehabilitasi. Kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan pemulihan yaitu,
perbaikan lingkungan daerah bencana; perbaikan
prasarana dan sarana umum; pemberian bantuan
perbaikan rumah masyarakat; pemulihan sosial
psikologis; pelayanan kesehatan; rekonsiliasi
dan resolusi konflik; pemulihan sosial ekonomi
budaya; serta pemulihan fungsi pelayanan
publik
2. Rehabilitasi
Dalam kerangka pengurangan risiko bencana
yang akan datang dilakukan kegiatan-kegiatan
pemulihan - rehabilitasi dan rekonstruksi pasca
bencana. Mengingat bahwa ancaman bahaya
bencana akan selalu ada.
Kegiatam rehabilitasi dan rekonstruksi untuk
memulihkan keadaan masyarakat agar dapat
bangkit kembali dari keadaan keterpurukan harus
dilakukan dalam kerangka PRB yang
mengntisipasi terjadinya bencana yang akan
datang.
Kegiatan antara lain meliputi:
a. Melakukan rencana tata ruang dan wilayah
(RT/RW) berdasarkan analisis resiko bencana.
Termasuk rencana struktur, pola ruang
wilayah, dan penetapan kawasan dengan
mempertimbangkan potensi resiko bencana
yang telah ditetapkan lembaga berwenang.
b. Untuk mengurangi ketergantungan masyarakat
kepada sumber mata pencarian yang tidak
aman dan rawan bahaya dilakukan paltihan
dan modal usaha.
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat pada
pasca bencana untuk membangun kembali dan
memperbaiki rumah, gedung dan bangunan
sejenisnya yang memenuhi standar teknis tata
bangunan (arsitektur) dengan
mempertimbangkan potensi resiko bencana
yang telah ditetapkan lembaga berwenang
serta sesuai dengan rencana tata ruang dan
wilayah (RT/RW). Hal ini dilakukan
berdasarkan analisis resiko bencana, yang
antara lain meliputi rencana struktur dan pola
ruang wilayah serta penetapan kawasan
dengan mempertimbangkan potensi resiko
bencana yang telah ditetapkan lembaga
berwenang.

Mengajak masyarakat pada pasca bencana untuk:


a. Tidak membangun kembali bangunan di tepi
tebing, di kaki bukit, di lereng gunung berapi,
di tepi sungai dan di pinggir pantai;
b. Tidak bergantung mata pencariannya dengan
kegiatan yang tidak aman dan rawan bahaya,
seperti : membuka lahan dengan cara
membakar, menambang batu/ pasir dan bahan
tambang lain, membuang sampah di sungai
atau saluran air dan melakukan pembalakan/
penebangan liar.
3. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di
daerah rawan longsortidak menjadi
pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan
yang disebabkan oleh tanah longsor, karena
kerentanan untuk bangunan-bangunan yang
dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.

9. Kejadian tanah longsor di Indonesia


Tanah longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan
Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Sabtu
(9/1/2021) malam.

Longsor lumpur, batu dan batang pohon di Desa


Mamungaa Timur, Kecamatan Bulawa, Kabupaten
Bone Bolango, Borontalo, Kamis (10/9/2020)
Bencana longsor yang terjadi Selasa (9/11), pukul 20.00
WIB di Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat, mengisolir lima
wilayahkampung.

Sebanyak 42 rumah warga Nagori Bayu Muslimin,


Kecamatan Tapian Dolok, Kabupaten Simalungan,
Sumut tertimbun tanah longsor.
Longsor yang terjadi pada kamis malam (11/11/2021)
sekitar pukul 23.00 wib di Dusun III, Desa
Kinangkung. Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli
Serdang, Sumatra Utara dan telah menelan korban jiwa
sebanyak 31 orang dari kepala keluarga.

Banjir dandung dan tanah longsor menerjang dua desa


di Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandur,
Sulawesi barat, Rabu (13/01/2021)
32

Daftar pustaka

Kusumasari, Bevaola. (2014). Manajemen Bencana dan


Kapabilitas Pemerintah Lokal. Yogyakarta: Gava
Media.
Wikipedia. (2007) .Tanah Longsor.
http://id.Wikipedia. org/Wiki/ tanah_Longsor.
Diaskes 2008
Badan geologi. (2015). Hindari Bahaya Tanah Longsor.
Dalam https://vsi.esdm.go.id/index.php/kegiatan-
pvmbg/ download-center/doc_download/660-
leaflet-qhindari-bahaya-tanah-longsorq diaskes
pada 23 November 2021.

Badan geologi. (2015). Gerakan Tanah. Dalam


https://vsi.esdm.go.id/index.php/kegiatan-
pvmbg/ download-center/doc_download/664-
booklet-qgerakan-tanahq diakses pada
23 November 2021.

Anda mungkin juga menyukai