BAB VI
GEOLOGI LINGKUNGAN
Salah satu tujuan dari pemetaan geologi adalah untuk mengetahui potensi geologi
yang berada pada daerah yang dipetakan. Potensi geologi ini secara umum dibagi menjadi
beberapa aspek, antara lain aspek sesumber geologi / potensi geologi dan aspek bencana
geologi. Berdasarkan aspek tersebut maka daerah pemetaan dibagi menjadi lima satuan
geologi lingkungan yaitu :
material hasil endapan banjir. Penggunaan lahan sebagian besar dimanfaatkan sebagai
lahan persawahan dan pemukiman. Kondisi tanah yang subur serta cukup melimpahnya
jumlah air yang tersedia untuk sarana irigasi mengakibatkan efektifnya tata guna lahan.
Bencana geologi yang ada sebaiknya segera ditangani dengan pembuatan bendung untuk
menyimpan cadangan air saat musim kemarau dan menampung kelebihan air saat musim
penghujan sebagai upaya pengelolaan lingkungan.
Foto 16. Kenampakan aliran Kali Wuluh yang bersifat perenial dengan intensitas aliran dan tingkat erosi
lateral yang cukup besar. Kamera menghadap ke arah barat dari STA 106
Tanah pada satuan ini berasal dari lapukan batulanau karbonatan dan batupasir
karbonatan. Tanah umumnya berwarna putih kemerahan berukuran butir pasir halus-
lempung. Warna merah menunjukkan hasil lapukan batuan yang kaya akan mineral silika,
sedangkan warna putih menunjukkan hasil lapukan batuan yang mengandung mineral
karbonat. Warna abu – abu menunjukkan kandungan dari mineral lempung yang masih
bersifat plastis. Bahan galian yang terdapat didaerah ini berupa kerikil, kerakal, dan pasir.
Penambangan rakyat sudah berkembang.
Foto 17. Kenampakan penambangan pasir, keikil – bongkah andesit. Kamera menghadap ke arah
selatan dari STA 167
Batuan penyusun yang bersifat agak lepas berukuran lempung pasiran – lanau
pasiran dan bersifat impermeabel, jika mendapat faktor pemicu berupa air hujan akan
menyebabkan muka air tanahnya naik sehingga licin dan menjadi bidang gelincir,
akibatnya material yang bertumpu di atasnya akan cenderung untuk bergerak. Pada waktu
musim panas pergerakan yang terjadi ekstrim lambat. Keterdapatan lapisan lempung
pasiran dengan kandungan lempung yang masih bersifat plastis, mengakibatkan lapisan
kedap air ini jika berubah bentuk akan dapat menjadi bidang penggerak. Dengan
demikian satuan geologi ini rawan terjadi bencana geologi berupa gerakan massa tipe
rayapan. Penanggulangan gerakan tanah ini dapat dilakukan dengan penghijauan, yakni
dengan menanami tanaman yang berakar dalam, bertajuk ringan, dan cabang – cabangnya
mudah tumbuh setelah dipangkas.
Disamping itu daerah yang berada di sekitar aliran air sungai rawan terkena banjir
pada saat musim penghujan. Padahal saat musim kemarau terjadi kekurangan air untuk
sarana irigasi, sehingga pembuatan bendung perlu untuk ditambahkan sebagai upaya
untuk menampung kelebihan air saat musim hujan maupun menyimpan cadangan air saat
musim kemarau. Penggunaan lahan pada umumnya dimanfaatkan sebagai lahan
persawahan, perladangan, dan sedikit area pemukiman. Pembuatan saluran drainage
yang dapat berhubungan dengan saluran irigasi diperlukan untuk mengurangi tingkat
kekedapan air. Untuk mengatasi kekurangan air dilakukan dengan pembuatan sumur bor,
karena pada dasarnya air tanah di daerah ini cukup dangkal (50 – 70 cm) di bawah
permukaan tanah.
Tanah pada satuan ini berasal dari lapukan batulanau dan batupasir. Tanah
umumnya berwarna coklat kemerahan berukuran butir pasir halus-lempung. Warna
merah menunjukkan hasil lapukan batuan yang kaya akan mineral silika, sedangkan
warna coklat menunjukkan hasil lapukan batuan yang mengandung mineral feldspar yang
berubah menjadi mineral lempung. Bahan galian yang terdapat di daerah ini berupa
batulempung untuk pembuatan industri rumah tangga (batubata).
Foto18. Kenampakan singkapan rawan gerakan massa pada satuan GL III. Kamera menghadap ke
arah selatan dari STA 17
Batuan penyusun yang bersifat agak lepas berukuran lempung pasiran – lanau dan
bersifat impermeabel, jika mendapat faktor pemicu berupa air hujan akan menyebabkan
muka air tanahnya naik sehingga licin dan menjadi bidang gelincir, akibatnya material
yang bertumpu di atasnya akan cenderung untuk bergerak. Apalagi tepat pada daerah
dengan morfologi yang memiliki lereng miring landai, dan tersusun atas batuan yang
lebih resisten akan menyebabkan batuan yang bertumpu padanya menghasilkan gerakan
luncuran menuruni lereng melalui bidang gelincir dari batuan pasir lempungan. Dengan
demikian satuan geologi ini rawan terjadi bencana geologi berupa gerakan massa tipe
rayapan maupun luncuran. Penanggulangan gerakan tanah ini dapat dilakukan dengan
penghijauan, yakni dengan menanami tanaman yang berakar dalam, bertajuk ringan, dan
cabang – cabangnya mudah tumbuh setelah dipangkas maupun membatasi lahan sawah
dan kolam. Untuk daerah yang berlereng miring landai (terutama bagian timur laut dari
satuan ini) penggunaan lahan sebagai perkebunan kapas tidak dapat menjadi fakor
penahan dari gerakan massa, karena tanaman kapas memiliki akar yang tidak dalam,
sehingga hanya sedikit menyerap air.
Disamping itu daerah yang berada di sekitar aliran air sungai rawan terkena banjir
pada saat musim penghujan, padahal saat musim kemarau terjadi kekurangan air untuk
sarana irigasi. Dengan demikian pembuatan bendung pada Kali Wuluh, perlu untuk
dilakukan sebagai upaya untuk menampung kelebihan air saat musim hujan maupun
menyimpan cadangan air saat musim kemarau. Sedangkan pada umumnya penggunaan
lahan dimanfaatkan sebagai lahan persawahan, perladangan, perkebunan kapas, sedikit
hutan dan semak belukar serta area pemukiman. Untuk daerah pemukiman yang berada
pada topografi miring landai hendaknya disertai dengan pembuatan retaining wall.
Iklim yang cukup panas dengan curah hujan rendah didukung dengan litologi
yang tidak dapat menyimpan dan meneruskan air sebagai cadangan air bawah tanah
menyebabkan daerah penelitian rentan terhadap bahaya kekeringan. Bencana geologi
berupa gerakan massa tipe jatuhan dan luncuran yang dapat dan terjadi di daerah ini,
yakni di sekitar cut of slope lembah sungai yang memiliki kelerengan yang curam. Hal ini
juga disebabkan oleh erosi yang intensif pada bagian cut of slope sungai tersebut serta
dari jenis sungai berupa bed rock stream dengan tingkat erosi vertikal yang tinggi.
Penggunaan lahan pada umumnya dimanfaatkan sebagai hutan jati dan semak belukar,
beberapa diantaranya untuk lahan perladangan, serta sedikit area pemukiman.
Berdasarkan analisa lingkungan tersebut maka daerah ini sangat baik dikembangkan
untuk hutan jati. Jumlah cadangan bahan galian yang cukup besar dapat dikembangkan
sebagai lahan penambangan batugamping dan batukalsit. Intensitas erosi dan aliran yang
besar disamping faktor kelerangan yang terjal serta intensitas struktur yang kompleks
maka pengembangan terhadap pemukiman sebaiknya tidak dilakukan.