LONGSOR
DI KOTA BALIPAPAN - KALIMANTAR TIMUR
Oleh :
Mustafa Luthfi
Bambang Sunarwan
Abstrak
Kota Balikpapan yang terletak di P.Kalimantan merupakam salah satu kota industri yang
berkembang dengan pesat, memiliki iklim tropis dengan curah hujan rata-rata mencapai 2.887
mm/tahun.
Kurang lebih 85% wilayah Kota Balikpapan sekitar 85% terdiri dari daerah perbukitan, yang
terbentuk oleh batuan dari Formasi Balikpapan, yang terdiri atas perselingan batupasir dan
batulempung sisipan batu-lanau, serpih, batugamping dan batubara, dan Formasi Kampung
Baru, yang tersusun oleh litologi batupasir kuarsa, sisipan batulempung, serpih, batulanau dan
batubara.
Kondisi topografi dan litologi wilayah ini rawan terhadap gerakan tanah longsor. Di beberapa
lokasi diketemukan longsoran dengan berbagai skala.
Dari hasil analisis wilayah longsor dengan menggunakan indikator dan kriteria fisik maupun
aktifitas manusia maka disimpulkan secara umum wilayah ini mempunyai tingkat kerawanan
sedang dengan nilai kerawanan diantara (1.70 – 2.39).
Terdapat 3 titik yang mempunyai nilai kerawanan diatas 2.40 , yaitu di lokasi LP-01, LP-04 dan
LP-33. Sedangkan nilai rerata tingkat kerawanan adalah = 1.85.
Tinjauan Geologi Terhadap Potensi Dan Tingkat …………….(Mustafa Luthfi & Bambang Sunarwan) 9
hanya sebagian kecil yang merupakan atau sekitar 503,3 Km ². Dengan diberla
dataran. Bencana alam geologi gerakan kukannya Peraturan Pemerintah Republik
tanah atau longsor telah terjadi pada Indonesia No. 38 Tahun 1996, maka sejak
beberapa lokasi di wilayah Kota Balikpapan 24 Pebruari 1997 . Kota Balik-papan resmi
dan sekitarnya, dan mengakibatkan adanya dimekarkan dari 3 (tiga) Kecamatan menjadi
kerugian baik harta benda maupun jiwa 5 (lima) Kecamatan yaitu :
manusia. Sejalan dengan itu kegiatan 1) Kecamatan Balikpapan Timur
pembangunan Kota Balikpapan berkembang 2) Kecamatan Balikpapan Selatan
dengan pesat. 3) Kecamatan Balikpapan Tengah
4) Kecamatan Balikpapan Utara
Untuk memenuhi kebutuhan ruang yang 5) Kecamatan Balikpapan Barat
memadai nyaman dan aman, diperlukan
tersedianya informasi keteknikan, termasuk 1.4.2 Iklim dan Curah Hujan
informasi keteknikan berkaitan dengan
potensi dan tingkat kerawanan bahaya Wilayah Kalimantan Timur yang dibelah
longsor, khususnya data kawasan rawan garis khatulistiwa memiliki iklim tropik
bencana longsor. basah, termasuk Kota Balikpapan. Curah
hujan cukup tinggi terjadi merata di hampir
1.2. Tujuan sepanjang tahun, meskipun sebenarnya
terdapat dua musim, yaitu : musim
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penghujan dan musim kemarau. Musim
penelitian ini adalah : penghujan biasa terjadi antara bulan Mei –
menentukan kawasan yang berpotensi Oktober), kemarau terjadi antara bulan
menimbulkan longsor berdasarkan (November – April).
pertimbangan karakteristik fisik alami
dan aktifitas manusia yang memberi Curah hujan di Kota Balikpapan beragam
dampak terjadinya longsor. tiap bulannya. Rata-rata curah hujan
Memaksimalkan informasi dalam usaha tertinggi selama tahun 2006 terjadi di bulan
meminimalkan korban ataupun kerugian Juni 133,4 mm dan terendah pada bulan
yang akan terkena akibat bencana. Oktober 9,0 mm. Total hujan pada tahun
2006 sebesar 2887 mm.
1.3 Metodologi
Melakukan pemetaan geologi 2. KONDISI GEOLOGI
permukaan, yang diarahkan pada potensi
gerakan di wilayah Balikpapan. Geomorfologi; sekitar 85% wilayah Kota
Mencoba mengidentifikasi karakteristik Balikpapan terdiri dari daerah berbukit-bukit
fisik alami dan aktifitas manusia yang dan hanya sekitar 15% merupakan daerah-
memberikan dampak terjadinya longsor. daerah datar yang sempit dan terletak di
Menggunakan data peta topografi, peta daerah sepanjang pantai dan daerah diantara
geologi regional dan data sekunder perbukitan.
lainnya.
Secara geomorfologi wilayah Balikpapan
1.4 KONDISI WILAYAH bisa dibagi menjadi 3 satuan yaitu satuan
dataran pantai yang menempati wilayah di
1.4.1 Batas wilayah dan wilayah sekitar pantai. Satuan ini memperlihatkan
administratif morfologi dataran, batuan tersusun oleh
endapan pantai ( Lampiran 1). Sedangkan
Secara geografis wilayah Kota Balik-papan satuan lembah sungai menempati wilayah
berada antara 1,0 LS - 1,5 LS dan 116,5 BT disekitar sungai dengan memperlihatkan
- 117,5 yang luasnya sekitar 50.330,57 Ha morfologi dataran sampai dengan perbukitan
landai bergelombang. Satuan yang ketiga
10 Jurnal Teknologi Vol. II, Edisi 14, Periode Januari-Juni 2009 (9-28)
adalah satuan geomorfologi perbukitan setempat berlapis, mengandung
lipatan. Satuan ini memperlihatkan foraminifera besar, terdapat sebagai
morfologi perbu kitan landai sampai curam. sisipan dalam batupasir. Batubara,
Arah perbukitan umumnya berarah timurlaut hitam, kusam – mengkilap, konkoidal,
baratdaya. Sedangkan di bagian barat arah berlapis, setempat resin dan pirit, mudah
perbukitan baratlaut tenggara. Batuan yang hancur-keras, tebal atas beberapa cm
menyusun satuan perbukitan umumnya sampai 11,00 m; berumur Miosen Akhir
terdiri dari batupasir, lanau, lempung dan bagian Bawah – Miosen Tengah bagian
batubara. Satuan morfologi perbukitan Atas. Bagian bawah formasi Ba -
merupakan satuan yang mendomi-nasi likpapan diendapkan di lingkung -an
wilayah ini. delta sampai pinggiran laut sedangkan
yang bagian atas diendapkan pada
Arah alur dan anak sungai yang terletak saluran (chan-nel) sampai dataran banjir.
dibagian timur, memotong arah perbukitan.
2) Formasi Kampungbaru, tersingkap di
Arah ini kemungkinan dikendalikan oleh
bagian timur dan tengah daerah
struktur sesar atau kekar.
penyelidikan, litologinya terdiri atas
Struktur perlipatan mengendalikan
batupa sir kuarsa dengan sisipan batu
penyebarannya.
lempung, serpih, batulanau dan
batubara. Batupasir kuarsa, putih,
Stratigrafi ; Jenis batuan sedimen yang
setempat kemerahan, tidak berlapis,
tersingkap di daerah Balikpapan dan
halus-sedang, mu dah hancur, setempat
sekitarnya terdiri dari tiga formasi : Formasi
mengan dung oksida besi, tufaan atau
Formasi Balikpapan dan Formasi Kampung
lanauan, sisipan batupasir konglo-
Baru dan endapan aluvial dan endapan
meratan. Batu-lempung, abu -abu
pantai dan rawa ( Lampiran 2 ).
sampai abu-abu kecoklatan, mengan-
1) Formasi Balikpapan, tersing kap dung sisia tumbuh an, padu. Batulanau,
hampir diseluruh daerah penyelidikan, abu-abu tua, menyerpih, laminasi, padu.
membentuk suatu antiklin dan sinklin, Batubara, kecoklatan - hitam, kusam,
terdiri atas perselingan batupasir dan pecahan menyudut, se tempat resin dan
batulempung dengan sisipan batu-lanau, pirit, mudah hancur-keras, tebal atas
serpih, batugamping dan batubara. bebera-pa cm sampai 6,00 m, berumur
Batupasir kuarsa, abu-abu muda Miosen Akhir – Plio Plistosen , dien-
kecoklatan putih kecoklatan, halus- dapkan dalam lingkungan delta – laut
sedang, terpi lah baik, membulat- dangkal.
membulat tanggung, mudah hancur-
3) Aluvial, berupa hasil pelapukan batuan
keras, sisipan tipis batu-bara. Batupa sir
yang lebih tua dan endapan sungai;
gampingan, abu-abu muda ke-coklatan,
terdiri atas kerakal, kerikil, pasir,
halus-sedang, mem bulat-,menyudut
lempung dan lumpur.
tanggung, ke ras, struktur sedimen
“graded bedding” dan silang silur,
mengandung foramina-fera kecil, Struktur Geologi ; Wilayah Balikpapan
sisipan tipis karbonan. Batula nau, abu- dan sekitarnya merupakan perbukitan yang
abu kecoklatan, gam pingan, berlapis dikontrol oleh perlipatan. Perlipatan yang
tipis, padu. Batulempung, abu-abu ada berupa antilklin dan sinklin yang
sampai abu-abu kehitaman, setempat berarah timurlaut dan baratdaya.. Sumbu
mengandung sisa tumbuhan, oksida besi anklin umumnya berimpit dengan
mengisis rekahan-rekahan, setempat punggungan-punggungan yang ada. Di
mengandung lensa batupasir gampingan. bagian barat jurus perlapisan berrah
Batugamping, pasiran, abu-abu sampai tenggara baratlaut. Kekar yang terbentuk
abu-abu kecoklatan, sedang-kasar, mempunyai arah dengan sumbu lipatan
tersebut.
Tinjauan Geologi Terhadap Potensi Dan Tingkat …………….(Mustafa Luthfi & Bambang Sunarwan) 11
3.1. Jenis Tanah Longsor
3. PEMBAHASAN
Gerakan tanah bisa dikelompokkan
Tanah longsor (longsoran) adalah berdasarkan kecepatan gerak, material yang
pergerakan massa tanah dan atau batuan dari terlibat dan jenis gerakan. Rayapan,
tempat asal ke tempat yang lebih rendah, gelinciran dan jatuhan adalah jenis gerakan
disebabkan oleh proses gangguan tanah yang dibedakan atas dasar kecepatan
keseimbangan lereng. Pembentukan tanah geraknya. Sedangkan debris slide adalah
longsor terjadi pada lereng tanah/batuan gerakan tanah yang melibatkan material
yang mempunyai hambat geser lebih kecil pelapukan maupun batuan. Dibawah ini ada
dari berat massa tanah/batuan. beberapa contoh gerakan tanah
12 Jurnal Teknologi Vol. II, Edisi 14, Periode Januari-Juni 2009 (9-28)
5) Aliran Bahan Rombakan ; Jenis tanah longsor
ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong
oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada
kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan
jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang
lembah dan mampu mencapai ratusan meter
jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan
meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar
gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban
cukup banyak, lihat pada gambar 5.
3.2. Karakteristik dan Tipologi Kawas batuan berkekar rapat ataupun merupakan
-an Longsor zona patahan
Kawasan longsor pada umumnya terjadi Karakater yang menentukan tipologi terse -
pada perbukitan curam dan daerah gunung but terdiri dari :
api. Pada kawasan ini sering dijumpai alur- 1) Faktor Kondisi Alam meliputi : a)
alur dan mata air, yang tersebar di lembah- Lereng relatif cembung dengan kemi
lembah dekat sungai. Kawasan dengan ringan lebih cu -ram dari 20 (40%); b)
kondisi seperti di atas, pada umumnya Kondisi tanah / batuan penyusun le-
merupakan kawasan su bur, sehingga reng c) Curah Hujan d.) Keairan
banyak dimanfaatkan untuk kawasan Lereng e) Kegempaan.
budidaya, terutama pertanian dan pemu- 2). Faktor Aktifitas Manusia ; meliputi
kiman. kondisi pola tanam, tata air,
penggalian, pembuatan kolam,
Disamping kawasan dengan karak teristik di keberadaan bangunan teknik beban
atas, kawasan lain adalah lereng pada besar
kelokan sungai, daerah tekuk lereng, yaitu
peralihan antara lereng curam ke lereng 3.3 Tingkat Kerawanan Bencana
landai. Longsor
Kawasan yang dilalui struktur patahan
(sesar) juga merupakan wilayah rawan Tingkat kerawanan wilayah terhadap
longsor. Daerah ini dicirikan adanya longsor ditentukan dengan 2 (dua)
lembah/sungai dengan lereng curam dan kriteria yaitu : aspek fisik dan aspek
batuan terkekarkan secara intensif atau aktifitas manusia.
rapat, serta munculnya beberapa mata air
pada sungai/lembah. Tingkat kerawanan berdasarkan aspek
fisik alami meliputi 7 (tujuh)
Dengan melihat ciri dan karakter di atas indikator yakni f aktor : kemiringan
maka kawasan rawan longsor bisa Iereng, kondisi tanah, batuan penyu -
dikelompokkan menjadi 3 tipologi. Yakni : sun lereng, curah hujan, tataair
a) Tipologi A, Daerah lereng bukit lereng, kegempaan, dan
/perbukitan, atau lereng gunung/pegunung vegetasi. (Tabel - Lampiran 3 ).
an, b) Tipologi B ; Daerah kaki
bukit/perbukitan, atau kaki gu Sedangkan tingkat kerawanan berda-
nung/pegunungan. Dan c) Tipolo gi C ; sarkan aspek aktifitas manusia yakni
Daerah tebing/lembah sunga i.dengan tingkat risiko kerugian manusia dari
Tinjauan Geologi Terhadap Potensi Dan Tingkat …………….(Mustafa Luthfi & Bambang Sunarwan) 13
kemung kinan kejadian longsor, ditetap masing indikator. Penilaian terha -
kan 7 (tujuh) indikator yaitu : pola dap tingkat kerawanan suatu zona
tanam, penggal ian dan pemoto nga n berpotensi longso r p ada aspek
lereng, p encet a kan kol am, dra i na - fisik alami dilakukan melalui
se, p e m b a n g u n a n konstruksi, penjumlahan nilai bobot tertim -
kepadat -an pendud u k , d a n u s a h a bang dari 7 (tujuh) indikato r pada
mi- tigasi.(Tabel -Lampiran 4). aspek f isik alami.
Indikator tingkat kerawanan
berdasarkan aspek fisik alami Total nila i ini berkisar antara
diberikan bobot indikator yaitu 30% 1,00 sampai dengan 3,00.
untuk kemiringan lereng, 15% untuk sedangkan untuk penetapan
kondisi tanah, 20% untuk batuan tingkat kerawan -an zona
penyusun lereng, 15% untuk curah berpotensi longsor dalam aspek
hujan, 7% untuk tataair lereng, 3% fisik alami, digunakan kriteria
untuk kegem paan, dan 10% untuk seb agai berikut :
vegetasi ( Tabel 1 ).
1) Tingkat kerawanan Zo na
Setiap indikator diberi bobot penilaian Berpotensi Longsor tinggi,
tingkat kerawanan : apabila total tertimb ang b erad a
1) 3 (tiga) apabila dinilai dapat memberi pada kisaran (2,40 - 3,00).
dampak besar terhadap terjadinya 2) Tingkat kerawanan Zo na
longsor. Berpotensi Longsor sedang ,
2) 2 (dua) apabila dinilai dapat bila total tertim bang berada
memberi dampak sedang pada kisaran (1,70 - 2,39).
terhadap terjadinya longsor. 3) Tingkat kerawanan Zo na
3) 1 (satu) apabila dinilai kurang memberi Berpotensi Longsor ren dah,
dampak terhadap terjadinya longsor. apabila total tertimb ang b erad a
pada kisaran (1,00 - 1,69).
Nilai bobot tertimb ang merupa -
kan nilai perkalian antara bobot Begitu pula untuk aspek aktifitas
masing-masing ind ikator dan manusia. p enilaian terhadap ting
ting kat kriteria. kat kerawanan suatu zo na berpo -
tensi lo ngso r pada seluruh aspek
Sedangkan indikator tingkat dila-kukan dengan menjumlah -
kerawanan berdasarkan aspek aktifitas kan to tal nilai bobot tertim -b ang
manusia (ti ngkat r esi -ko) diberi pada aspek aktifitas fisik alami
bobot : 10% untuk pola t anam, 20% dengan to tal nilai bobot tertim -
unt uk peng -gali an dan pemotongan bang pada aspek aktifitas manu
lereng, 10% untuk pencetakan kolam, sia, dan membagi menjadi d ua.
10 % drainase, 20% bangunan
kontruksi 20% kepadatan penduduk, 4. ANALISIS TINGKAT KERA
dan 10% usaha mitigasi ( Tabel 2 ). WANAN LONGSOR WILAYAH
BALIK PAPAN DAN SEKITAR
Sep erti pada ind ikator aspek fisik
maka pada aspek aktifitas manu 4.1. Analisis Lokasi Pengamatan
sia juga d ilakukan pemberi -an
tingkat kriteria, merup akan nilai Pengamatan lokasi-lokasi longsor dilakukan
perkalian antara bobot ma sing- di beberapa titik lokasi, yang pernah terjadi
masing indikator d an tingkat bencana longsor maupun tidak. Pengamatan
k r i t e r i a . N i l ai i ni m e n u n j u k k a n dilaku kan meliputi pengamatan ka rakter
tingkat kera wanan pada masing- fisik dan karakter aktifitas manusia yang di
14 Jurnal Teknologi Vol. II, Edisi 14, Periode Januari-Juni 2009 (9-28)
titik tersebut. Berikut ini beberapa lokasi retak. Batas antara batupasir dan
pengamatan. lempung terdapat rembesan air. Lereng
yang tidak longsor tertutup tanaman
1). Lokasi LP-01, terjadi di pinggir jalan, perdu dan tanaman tinggi.
lereng dengan kemiringan lebih dari
40%, ke arah tenggara, dengan tanah Pada bagian lereng terdapat konstruksi
penutup tebal kurang dari 1 meter, tanah bangunan belum jadi, drainase untuk
pelapukan, lempung pasiran, lolos air, pengamanan lereng tidak dibuat. Di
menumpang diatas batuan selang-seling wilayah longsor tidak terdapat tumbuh-
batulanau, batu pasir, dan batubara, tumbuhanan, namun tanaman terdapat di
dengan kemiringan batuan searah sekitar wilayah tersebut. Pemukiman
lereng, batupasir rapuh, batubara mudah berada diluar wilayah tersebut.
Gambar 6 Foto kelongsoran di lokasi pengamatan 01. Bagian yang berwarna hitam adalah
batubara, batupasir yang berwarna kemerahan menumpang di atas batubara.
(Jenis longsor yang terjadi adalah longsoran dengan materi campuran antara
masa tanah dan batupasir dan batubara yang meluncur mengikuti lereng.)
2). Lokasi Pengamatan LP-04 ; Lokasi ini lunak, plastis. Kemiringan lapisan tidak
berada di jalan Balikpapan-Samarinda di teramati. Longsor berupa bongkah tanah
KM 23. terletak pada pinggiran meluncur tidak terlihat bidang gelincir.
punggungan yang di sebelah kiri kanan Pada dasar lembah terdapat rembesan air
terdapat lereng dengan kemiringan > atau mata air yang ditampung oleh
40%. Tanah pelapukan tebal butiran penduduk. Tanaman perdu bercampur
pasir warna merah coklat, terdapat pada dengan tanaman akar tunggang. Tidak
lembah dengan ketinggian mencapai 30 ada pemukiman di bagian lereng atau
meter. Batuan dasar berupa lempung lembah yang longsor, namun di lembah
Tinjauan Geologi Terhadap Potensi Dan Tingkat …………….(Mustafa Luthfi & Bambang Sunarwan) 15
yang lain terdapat beberapa rumah wilayah ini memperlihatkan bentuk
penduduk. Lembah dengan alur sungai kipas. Dari citra radar morfologi
konvergen mengarah pada hulu sungai longsor tersebut terlihat jelas.
Manggar Besar. Kenampakan topografi
Gambar 7 Foto lokasi longsor di km23, yang memperlihatkan retakan pada tanah
3). Lokasi pengamatan LP- 07 ; adalah sedang, terpilah baik, lepas, bersifat
bekas longsor pada tahun 2007, yang porus. Pada bagian selatan LP-07
memutuskan jalan dan merusak terlihat ada tinggian, yang bisa menjadi
beberapa rumah. Lokasi (Gambar 8) pengha-lang pengaliran air.Peristiwa
berada pada sebuah dataran diantara longsor didahului dengan hujan cukup
perbukitan di sebelah barat dan deras dan lama, yang mengakibatkan
timurlaut. Menurut informasi yang ada akumulasi air sangat banyak dari areal
dataran tersebut merupakan danau, atau di sekitarnya. Akumulasi mengakibat-
areal penampungan air dari wilayah di kan pembebanan pada wilayah hilir. Air
sekitar itu. Genangan terjadi karena yang mengalir melewati ruang antar pori
pengaliran ke arah selatan tidak cukup lama kelamaan melemahkan
kuat. Dataran ini berada pada batupasir pembendungan di bagian selatan,
kuarsa yang lepas berwarna putih sehingga terjadi longsoran ke arah hilir.
kecoklatan, berukuran butir pasir halus -
Gambar 8 Foto wilayah longsor di Telagasari. Genangan air merupakan bagian bekas danau
sebelum longsor.
16 Jurnal Teknologi Vol. II, Edisi 14, Periode Januari-Juni 2009 (9-28)
4). Lokasi Pengamatan LP-21 ; terletak kan. Dari contoh bor di wilayah ini
di pinggir Jl.Syari -fuddin Yoes, di terlihat batu lempung lunak dan lengket
selatan kantor Pengadilan Agama, pasiran dan karbonan. Batubara kilap
(Gambar 9), dijumpai singkapan hitam dan retas.
batulem pung dan batubara terpatah-
Gambar 9 Foto longsoran pada tebing (lok.LP-21) ke arah timur. Longsor diperkirakan
berada pada zona sesar yang berimpit dengan lembah S.Sepinggan.
5). Lokasi pengamatan LP-28; berada bagian atas dan bawah lereng
pada suatu tinggian. Lereng yang melengkung, dengan kecuraman lebih
longsor tersusun dari batupasir lanauan dari 40%.
(Gambar.10). Kayu penahan pada
Gambar 10 Foto longsoran lokasi LP-28, perhatikan penahan dari kayu yang melengkung.
Pada bagian bawah lokasi terdapat rembesan air.
Tinjauan Geologi Terhadap Potensi Dan Tingkat …………….(Mustafa Luthfi & Bambang Sunarwan) 17
4.2 Analisis Kerawanan bahaya tanah
longsor 2) Batuan penyusun wilayah ini ialah
Formasi Balikpapan , terdiri dari
Kuantifikasi analisis kerawanan bahaya perselingan batupasir dan batulempung
tanah longsor. dilakukan dengan dengan sisipan batu-lanau, serpih,
menggunakan (Tabel 1) Aspek Fisik Alami batugamping dan batubara. Di atasnya
dan (Tabel 2) Aspek Nonfisik . Hasil dien dapkan Formasi Kampung Baru
perhitungan atau kuantifiikasi bisa dilihat yang terdiri atas batu pasir kuarsa .
dalam lampiran laporan ini (Tabel 3 ). Kedua formasi ini ditutupi endapan
aluvial yang terdiri dari pasir, lem- pung
Dari analisis hasil maka dapat disimpulkan dan endapan organik.
bahwa daerah ini terdapat 3 titik yang
mempunyai nilai kerawanan diatas 2.40 , 3) Struktur geologi yang berkem bang di
yaitu di lokasi LP-01, LP-04 dan LP-33. daerah ini ialah perlipatan kekar dan
Namun secara umum wilayah ini sesar.
mempunyai tingkat kerawanan yang sedang
dengan nilai kerawanan diantara 1.70 – 2.39. 4) Banyak dijumpai longsoran dan indikasi
Sedangkan nilai rata tingkat kerawanan = longsoran. Dengan mengacu pedoman
1.85. Nilai kerawanan sedang tampak berada yang dikeluarkan oleh Ditjen Penataan
lokasi LP-05 sampai dengan LP-19. Ruang Departemen PU, maka dilakukan
peni -laian tingkat kerawanan yang
Kerawanan tinggi berada di jalan raya didasarkan atas kriteria fisik dan
Balikpapan-Samarinda km.23 , di jalan DI nonfisik.
Panjaitan dan di wilayah Kalurahan
Mekarsari. Dari sebaran tingkat kerawanan 5) Hasil penilaian yang mengacu pada
diketahui bahwa sebagian besar titik rawan pedoman yang dikeluarkan oleh Ditjen
longsor berada bagian baratdaya Kota Penataan Ruang Departemen PU, maka
Balikpapan. penilaian tingkat kerawa nan yang
didasarkan atas kriteria fisik dan
Dari pengamatan lapangan diketahui ada 2 nonfisik. Hasilnya menun juk kan
faktor utama yang mempengaruhi kejadian bahwa di daerah kajian terdapat 3 titik
longsor yaitu : 1) Kemiringan lereng dan 2) yang mempu nyai nilai kerawanan di
Sifat batuan atau litologi. Dengan faktor atas 2.40 , yaitu di lokasi LP-01, LP-04
pemicu curah hujan tinggi dan aktifitas dan LP-33.
manusia. 6) Secara umum wilayah ini mempunyai
(Tabel 4) diketahui rangkuman analisis tingkat kerawanan sedang dengan nilai
gerakan tanah atau longsor dan faktor-faktor kerawanan diantara (1.70 – 2.39).
yang mempengaruhi. Sedangkan nilai rata tingkat kerawanan
= 1.85. Nilai kerawanan sedang tampak
5. KESIMPULAN DAN SARAN di lokasi LP-05 sampai dengan LP-19.
18 Jurnal Teknologi Vol. II, Edisi 14, Periode Januari-Juni 2009 (9-28)
Tabel 5 Rangkuman arahan penyelesaian masalah longsor di berbagai lokasi longsor di Kota
Balikpapan
Tinjauan Geologi Terhadap Potensi Dan Tingkat …………….(Mustafa Luthfi & Bambang Sunarwan) 19
I Badan Koordinasi Pemetaan PENULIS :
Survey dan Pemetaan Nasional.
5) Anonim, 1991, Peta Rupa Bumi 1) Mustafa Lutfi, Pengajar Program Studi
Indonesia Lembar Gunung Bakaran, Teknik Geologi, Fakultas Teknik
Edisi I Badan Koordinasi Pemetaan Univesitas pakuan Bogor.
Survey dan Pemetaan Nasional. 2) Bambang Sunarwan, Pengajar
6) Hidayat, S dan Umar, L., 1994, Peta Program Studi Teknik Geologi,
Geologi Lmbar Balikpapan, Fakultas Teknik, Universitas pakuan
Kalimantan Timur, Pusat Survey Bogor.
Geologi, Bandung.
20 Jurnal Teknologi Vol. II, Edisi 14, Periode Januari-Juni 2009 (9-28)
Tabel 1 Tabel Indikator dan Nilai Bobot masing-masing indikator untuk penilaian Aspek
Fisik kerawanan longsor
Tinjauan Geologi Terhadap Potensi Dan Tingkat …………….(Mustafa Luthfi & Bambang Sunarwan) 21
Tabel 2 Tabel Indikator dan Nilai Bobot masing-masing indikator untuk penilaian Aspek
Nonfisik kerawanan longsor
Nilai Bobot
Bobot Tertimbang
Bobot
No Indikator Verifier Indikator Tingkat
Penilaian
(%) Kerawanan
Longsor
(a) (b) (d) (e) (f)
1 3 0,30
Pola
1 2 10 % 2 0,20
Tanam
3 1 0,10
Penggalian 1 3 0,60
&
2 2 20 % 2 0,40
Pemotonga
n Lereng 3 1 0,20
1 3 0,30
Pencetakan
3 2 10 % 2 0,20
Kolam
3 1 0,10
1 3 0,30
4 Drainase 2 10 % 2 0,20
3 1 0,10
Pembangun 1 3 0,60
5 an 2 20 % 2 0,40
Konstruksi 3 1 0,20
1 3 0,60
Kepadatan
6 2 20 % 2 0,40
Penduduk
3 1 0,20
1 3 0,30
Usaha
7 2 10 % 2 0,20
Mitigasi
3 1 0,10
Jumlah 0,96 – 2,88
100 %
Bobot (1,00 – 3,00)
22 Jurnal Teknologi Vol. II, Edisi 14, Periode Januari-Juni 2009 (9-28)
Tabel 3 Tabel Penilaian Kriteria Fisik dan Nonfisik di masing-masing lokasi rawan longsor
KRITERIA
NILAI
LOKASI
FISIK NONFISIK TOTAL
Tinjauan Geologi Terhadap Potensi Dan Tingkat …………….(Mustafa Luthfi & Bambang Sunarwan) 23
Tabel 4 Rangkuman lokasi rawan longsor, indikator, faktor yang mempengaruhinya di Kota Balikpapan
Faktor Pengaruh
Titik Lokasi Pengamatan Indikasi Longsor Penggunaan Lahan Curah Hujan
Geologi Kemiringan Lereng
Jl. DI Panjaitan Tebing tenggara longsor sepanjang 10 Batas Batupasir porous dengan Kemiringan lereng > 40% Lahan semula perdu Curah hujan 2887mm
lereng selatan meter Debris slide, materi campuran batulempung bis menjadi bidang yang searah dengan dibuka untuk bangunan per tahun termasuk
LP-01 batu dan tanah gelincir. Batubara bersifat rapuh kemiringan lapisan gdung bertingkat curah hujan tinggi
mudah longsor. Puncak antiklin mendorong batuan yang
retak longsor
Jl Sukarno-Hatta km23 Lereng Tebing timur longsor Batupasir halus lunak berada Lembah dengan Tanaman campuran Curah hujan 2887
sebelah timur sekitar 20 meter Slump, jatuhan tanah diatas batulempung menjadi kemiringan lebih dari rumput, perdu dan mm per tahun
LP-04
materi tanah residu bidang gelincir 30%, pada bagian bawah tanaman tinggi
lembah muncul mata air
LP- 05A Jl.Sukarno-Hatta km-03 Badan jalan amblas Batupasir halus lunak berada Lembah dengan Perumahan yang padat Curah hujan 2887
sekitar 50 cm, sepanjang diatas batulempung menjadi kemiringan lebi dari 30%, mm per tahun
25 meter bidang gelincir pada bagian bawah
lembah muncul mata air
Kelurahan Mekarsari Tebing longsor, jatuhan Batupasir halus sedang, berlapis, Tebing hampir vertikal Dibelakang perumahan Curah hujan 2887
materi pasri dan tanah lereng tidak searah kemiringan mm per tahun
LP-11 tinggi 20 meter lapisan, retakan vertical Batupasir
rapuh
LP-21 Jl.Syarifudin Yoes Lembah terjal longsor Batupasir halus, batubara dan Tebing hampir vertikal Jauh dari perumahan Curah hujan 2887
pada dinding sebelah timur gelinciran lanau. Kemungkinan merupakan mm per tahun
gawir sesar di lembah sungai
LP-28 Jl.Matahari Tebing bagian barat jalan dengan Batupasir sedang-halus porous Lembah dengan tebing Rerumputan dan pohon Curah hujan 2887
penahan meleng- lanau. Di bagian bawah ada curam tinggi mm per tahun
kung karena tebing lempung, mata air diketemukan di
bergerak bagian bawah
Kelurahan Mekarsari Puncak bukit dengan Batupasir kuarsa porous, rapuh Lereng curam Penambangan batupasir Curah hujan 2887
LP-33 lereng terjal, runtuhan lepas. Pembuatan batako mm per tahun
pasir dan bongkah
24 Jurnal Teknologi Vol. II, Edisi 14, Periode Januari-Juni 2009 (9-28)
Tinjauan Geologi Terhadap Potensi Dan Tingkat …………….(Mustafa Luthfi & Bambang Sunarwan) 25
26 Jurnal Teknologi Vol. II, Edisi 14, Periode Januari-Juni 2009 (9-28)
LAMPIRAN 3 Tabel Kriteria Dan Indikator Fisik
No Indikator Verifer
Tinjauan Geologi Terhadap Potensi Dan Tingkat …………….(Mustafa Luthfi & Bambang Sunarwan) 27
LAMPIRAN 4 Tabel Kriteria dan indikator Aspek Aktifitas Manusia
No Indikator Verifer
28 Jurnal Teknologi Vol. II, Edisi 14, Periode Januari-Juni 2009 (9-28)