Tatanan Geologi
1.1. Morfologi
1.1.1. Geomorfologi Karang Sambung
Morfologi di daearah Karangsambung adalah perbukitan struktural dan daerah ini
juga disebut sebagai kompleks melange. Tinggian yang berada di daerah ini antara
lain adalah Gunung Waturanda, bukit Sipako, Gunung Paras, Gunung Brujul, bukit
Jatibungkus. Penyajian melange di lapangan Karangsambung adalah dalam bentuk
blok dengan skala ukuran dari puluhan meter hingga ratusan meter, selain itu juga
terdapat melange yang membentuk sebuah rangkaian pegunungan.
Selain itu juga terdapat morfologi aluvial di daerah Karangsambung. Salah satu
mrfologi alufial yang berada di daerah Karangsambung adalah sungai Luk Ulo.
Sungai ini termasuk sungai pendahulu, yaitu jenis sungai yang memotong struktur
geologi utama dan termasuk ke dalam umur dewasa. Tingkat kedewasaan sungai ini
terlihat dari bentuknya yang berkelok-kelok dan adanya keterdapatan meander padasisi
kelokannya serta terbentuknya deposit pada teras sungai. Selain sungai utama,
Karangsambung juga memiliki sungai lainnya seperti Kali Muncar, Kali Cacaban, Kali
Mandala, Kali Brengkok dan Kali Jebug.
Perbedaan kekerasan dan ketahana batuan pada daerah Karangsambung
menghasilkan bentuk topografi dengan timbunan halus sampai kasar. Sebagian
lembahnya sempit dan dalam berbentuk V dengan lereng yang terjal. Akibat
perbedaan kekerasan batuan ada bukit yang seakan-akan mencuat terhadap sekitarnya,
misalnya dekat bukit Jatibungkus, Bujil, dan Pesanggrahan.
Pada daerah ini terdapat deretan pegunungan bukit Gunung Bulukuning,
Dwilang, dan Prahu yang melengkung seperti busur terbuka ke arah barat. Ini
menunjukkan bahwa sebenarnya mengikuti bentuk antiklin Karangsambung yang
sumbunya menunjam ketimur.
Daerah Karangsambung umumnya bermorflogi oval atau elips atau mampat di
ujung-ujungnya. Terdiri dari bukit-bukit dan pegunungan melingkar, dierosi oleh
aliran Kali Luk Ulo yang telah membentuk pola meander serta lembah-lembah
anak sungai Kali Luk Ulo. Morfologi perbukitan pada umumnya dibangun oleh batuan
berumur Pra-Tersier, sedangkan morfologi punggungan di daerah ini disusun oleh
endapan Tersier ( 65,5 juta tahun) yang cukup tebal.
Satuan morfologi daerah Karangsambung dapat dibedakan menjadi empat bagian
yaitu :
1. Satuan Daratan.
Satuan morforlogi ini terdapat pada daerah aliran sungai (DAS) Luk Ulo yang
luasnya relatif datar dan merupakan daerah dataran banjir dengan material
berukuran lempung – krakal yang berasal dari sedimentasi peluapan banjir.
Sungai Luk Ulo sebagai sungai utama. Anak sungai Luk Ulo antara lain Sungai
Wealaran, Cacaban, Lokidang, Gebang, dan Medana. Kenampakan Sungai Luk
Ulo yang berkelok – kelok (meander) dijumpai kenampakan gosong pasir
yang terbentuk dari endapan luapan banjir. Pada pandang pengamtan lainnya,
terlihat lembah melebar dengan bekas-bekas meander yang telah ditinggalkan.
Satuan daratan ini, umurnya ditafsirkan stadium dewasa.
2. Satuan Perbukitan Lipatan.
Satuan morfologi ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Di bagian selatan menunjukkan struktur sinklin pada puncak Gunung
Paras .
b. Di bagian timur sebelah barat memperlihatkan kenampakan lembah
yang memanjang dan melingkar menyerupai tapal kuda membentuk
amphiteatre.
Gambar 2. Amphiteater (pembalikan topografi)
c. Di bagian utara sampai selatan merupakan rangkaian pegunungan
seperti Gunung Paras, Dliwang, Perahu, dan Waturondo. Setelah
dilakukan interpretasi proses pembalikan topografi, secara detail,
bentuk bentang alam dari Gunung Paras ke selatan sampai Gunung
Waturondo, direkonstruksi awalnya merupakan antiklinin pada
lembahnya, dengan memposisikan kelurusan puncaknya, dan Bukit
Bujil sebagai pilarnya. Namun saat ini telah mejadi puncak Gunung
paras dengan struktur sinkilin dan antikilinnya,tersusun oleh batuan
Sedimentasi Breksi Volkanik. Selain itu juga, terdapat bukit- bukit
seperti Bukit Pesanggrahan, Bukit Bujil, dan Bukit Jati
Bungkus.Satuan daerah perbukitan ini, tampak bergelombang lemah
dan terisolir pada pandang luas cekungan morfologi amphiteatre.
Batuan yang mengisi satuan ini, menunjukkan Breksi Volkanik yang
tersebar dari Gunung Paras sampai Gunung Waturondo dan sinklinnya
yang terlihat pada puncak Gunung Paras ke arah timur.
Gambar 3. Antiklin
3. Satuan Perbukitan-Pegunungan Kompleks Melange(Campur Aduk Batuan)
Satuan morfologi ini memperlihatkan bukit-bukit memanjang dengan DAS
Sungai Gebong dan Sungi Cacaban yang membentuk rangkaian Gunung
Wangirsambeng, Gunung Sigedag dan Bukit Sipako. Puncak Gunung
wangirsambeng berupa bentukan panorama bukit memanjang dengan
perbedaan ketinggian antara 100-300 M di atas permukaan laut. Di daerah ini
juga, nampak bentang alam yang memperlihatkan bukit-bukit prismatic hasil
proses tektonik.
4. Lajur Pegunungan Serayu Selatan
Bagian utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari Lajur
Pegunungan Serayu Selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas dataran
rendah hingga perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur yang
mencapai ketinggian hingga 520 m. Musim hujan di daerah ini berlangsung dari
Oktober hingga Maret, dan musim kemarau dari April hingga September. Masa
transisi diantara kedua musim itu adalah pada Maret-April dan September-
Oktober. Tumbuhan penutup atau hutan sudah agak berkurang, karena di
beberapa tempat telah terjadi pembukaan hutan untuk berladang atau dijadikan
hutan produksi (jati dan pinus).
1.1.2. Geomorfologi Pemetaan
1.1.2.1. Kelompok 1
Berdasarkan analisa pada kontur, daerah pemetaan gunung brujul dibagi
menjadi 3 satuan geomorfologi yaitu :
1. Pegunungan Homoklin.
Satuan pegunungan homoklin berada pada selatan peta yang membentang
dari barat-timur dan menempati hingga 50 % daerah pemetaan satuan ini
dicirikan dengan pola kontur yang bervariasi terdiri dari pola-pola kontur
rapat membentuk punggungan yang mengapit pola kontur renggang yang
membentuk lembahan.
2. Dataran Aluvial.
Satuan dataran alluvial memiliki ciri dataran yang memiliki ketinggian
pemukiman 20 m dpl dan titik terendah adalah 5m dpl. Material yang
menyusun satuan ini adalah material lepas (alluvial) berupa pecahan
batuan, pasir, lempung, lumpur, dan air sungai Luk Ulo yang melewati
satuan ini. Sungai yang terdapat pada daerah ini adalah sungai yang
memotong struktur. Satuan ini menempati 10 % dari total luas daerah
pemetaan.
3. Lembah Antiklin.
Satuan lembah antiklin menempati 40 % dar total luas daerah pemetaan
satuan ini memiliki ketinggian 702 mdpl. Penamaan satuan berdasarkan
bentukan morfologi satuan yang berupa lembah dan terdapat struktur
antiklin. Lembah antiklin awalnya berupa perbukitan antiklin namun
karena terjadi erosi sehingga yang tertinggal lembahan antiklin.
1.1.2.2. Kelompok 2
1.1.2.3. Kelompok 3
1. Satuan Punggungan Homoklin.
Satuan punggungan hooklin berada pada bagian utara peta yang membentang
dari barat ke selatan, dan 35% pada daerah pemetaan. Ciri-ciri dari satuan ini
adalah kontur yang bervariasi, terdiri dari pola-pola kontur yang tidk
melingkar penuh tetapi sekitar sepertiga punggungan suatu
tinggian(bukit/gunung)
2. Satuan Perbukitan Komplek.
Satuan punggungan ini berada pada bagian tenggara peta dan 35% menempati
pada pemetaan. Jika dilihat pada peta yang lebih besar, maka satuan ini adalah
daerah sinklin regional yang menyebabkan banyaknya perlipatan ddaerah
tersebut.
3. Satuan Endapan Alluvial.
Satuan ini terletak pada bagian utara hingga ke selatan peta dan sekitar 30%
pada daerah pemetaan. Endapan alluvial memiliki ciri-ciri oleh daerah konturr
yang landau. Satuan ini berada pada tepi sungai Luk Ulo
1.1.3.4. Kelompok 4
Daerah pemetaan geologi desa kaligending dibedakan menjadi 2 satuan,
yaitu :
1. Satuan punggungan homoklin.
Terletak pada daerah dengan kontur rapat yaitu bukit 185, bukit 213 dan bukit
200.Pada daerah ini semuanya memiliki arah yang sama.
2. Satuan perbukitan lipatan.
Terbentuk pada daerah dengan kontur renggang yaitu daerah kaligending dan
kalijaya bagian hilir. Pada daerah ini membentuk perbukitan tetapi tidak
terlalu jelas.
1.1.1.1. Kelompok 5
Bentuk bentang alam daerah pemetaan yaitu Karangcengis dan sekitarnya
berupa punggungan homoklin yang memanjang dari Timur-Barat yang dibatasi
oleh lembah dari perbukitan disekitarnya. Geomorfologi daerah karangcengis
memiliki kontur yang rapat dan menutup serta kontur yang renggang. Selain
ketahanan batuan, morfologi daerah pemetaan yang dipengaruhi struktur geologi
berupa proses perlipatan yang mengakibatkan pengangkatan dan proses
pembentukan sesar dan kekar menjadi tahap awal dari ekspresi topografi daerah
pemetaan. Ekpresi topografi pada daerah pemetaan kali ini menjadi 5 satuan
geomorfologi yaitu satuan punggungan homoklin, satuan lembahan homoklin,
satuan perbukitan lipatan, satuan dataran alluvial dan sungai.
1. Pegununggan Homoklin.
Satuan ini menempati 25 % daerah pemetaan dengan kenampakan
perbukitan terjal hingga melandai pada bagian tengah digambarkan
dengan kenampakan kontur yang rapat. Satuan ini memanjang dari Timur
ke Barat
2. Lembahan Homoklin.
Satuan ini menpati 15% daerah pemetaan dengan kenampakan daerah
yang relative landau dan terlihat pada saat pemetaan daerah ini sangat
terjal. Satuan ini berada dibawah punggungan homoklin dan memanjang
dari Barat ke Timur.
3. Dataran alluvial.
Satuan ini menempati 35% daerah pemetaan. Satuan ini terletak sepanjang
sungai Jenggot (sebutan masyarakat local) yang memiliki bentuk berupa
dataran dengan elevasi landau yaitu 40.
4. Perbukitan Lipatan.
Satuan ini menempati 25% daerah pemetaan. Satuan ini ditandai dengan
kenampkan kontur yang rapat dan renggang, serta memiliki kemiringan
yang saling relasi.
1.1.1.1. Kelompok 6
Pada pemetaan ini berupa lembah yang memanjang dari barat-timur yang dibatasi
oleh perbuktan di sebelah atas dan daerah letak perbukitan sebelah bawah berada
di sebelah Uatara-Selatan. Secara umum daerah pemetaan bagian Utara-Selatan
memiliki kontur yang relative rapat sedangkan pada bagian Barat-Timur relative
renggang. Tofografi yang terbentuk terdiri atas satuan pegunungan sinklin,
lembah sinklin dan alluvial.
Gambar 2.1 Amphiteatre dan dataran aluvial yang dilihat dari bukir wager
sambeng(28 mei 2015)
1.2.2. Pemetaan
1.2.2.1. Kelompok 1
Daerah penelitian di kelompok 1,satuan batuan alluvial material lepas berfragmen
pasir dan terdapat lempung, lumpur dan air sungai Luk Ulo, satuan batuan
endapan alluvial diendapkan secara tidak selaras diatas satuan yang terpotong
oleh sungai Luk Ulo.Satuan batuan Breksi-Batupasir di temukan perselingan
breksi-batupasir dimana breksi berwarna gelap, fragmen batu beku, matriksnya
pasir kasar, pemilahan buruk, kemas terbuka, porositas buruk.
Gambar 3.1 Kolom Stratigrafi
Sedangakn batu pasir berwarna abu-abu,rounded, memiliki kemas tertutup dan
kompak, satuan batuan ini memiliki lingkungan pengendapan
Neritik.Batulempung berwarna hitam, memiliki porositas baik, besar butir
lempung, dan kompak satuan batuan ini memiliki lingkungan pengendapan Laut
dalam.
1.2.2.2. Kelompok 2
Pada satuan alluvial memiliki ketebalan 5 – 20 m yang memiliki ukuran clay
sampai boulder, pemilahan baik, membundar baik dan mineral pasir.lingkungan
pengendapan di sungai meander. Satuan batuan breksi memiliki kedalaman
kurang lebih 200 m ukuran ukuran gravel sampai boulder, berwarna abu samapi
gelap memiliki kemas terbuka, material beku pasir lingkungan pengendapan
satuan breksi ini Neritik?deep water.Satuan batuan lempung berfragmen memiliki
kedalam 5 – 100 m ukuran clay, mineralnya lempung berfragmen lempung
gamping, dan basalt. Lingkungan pengendapan ini di neritic/deep water.
Pada daerah yang telah di lakukan pemetaan didaerah penelitian berdasarkan data
yang telah di analisis stratigrafi satuan daerah ini terdirir dari batuan yang
mengalami perselingan. Pembentukan batuan lempung di endapkan pada laut
dalam dengan fragmen yang beragam ditandi dengan transportasi pada fragmen
pada lokasi.
Gambar 3.2 Kolom stratigrafi kelompok 2
1.2.2.3. Kelompok 3
Pada pemetaan daerah kelompok 3 ditemukan satuan batuan Aluvial yang
berumur holosen dengan kedalaman sekitar 3 -5 meter, dimana memiliki material
yang berukuran lempung sampai bongkah, dengan pembundaran yang baik,
memiliki fragmen berupa filit, sekis, basalt baru pasir dan kuarsit
Pada satuan batuan Breksi, berwarna abu-abu gelap sampai sedang, berukuran
gravel, menyudut, pemilahan buruk, memiliki kemas terbuka, fragmen berupa
mafic – intermediet, batuan ini diendapkan di laut dangkal
Pada satuan batu lanau yang berumur miosen atas oliosen memiliki kedalam
kurang lebih 475 m yang memiliki perselingan pasir, lanau, dan lempung.pasir
memiliki warna abu-abu terang, ukuran sangat halus sampai halus, porositas yang
baik, dan semen karbonatan.pada lanau memiliki warna coklat terang sampai
gelap, porositas sedang, dan semen sebagian karbonatan.pada lempung berwarna
coklat terang sampai gelap memiliki porosiitas butuk dan semen sebagian
karbonatan. Satuan batu lanau ini di endapkan di lingkungan laut dangkal.
Pada pemetaan yang telah dilakukan bahwa pengendapan satuan beku pada hari
pertama adalah satuan breksi, dan diikuti dengan satuan batu lanau yang semakin
muda kearah selatan, kemudian satuan batu paling muda adalaah pembentukan
yang terjadi dilaut dangkal, kemudian terdapat diatas bagian pemetaan dari
batuan lanau dari proses kontak breksi.
Gambar 3.3 Kolom stratigrafi kelompok 3
1.2.2.4. Kelompok 4
Pada satuan batu pasir yang memiliki kedalaman 1404 meter yang lingkungan
pengendapannya di laut dalam . satuan ini memiliki Perselingan antara batu pasir
dan batu lempung, semakin tua maka batu pasir semakin kasar dan tingkat
karbonat semakin berkurang. Pada satuan batu breksi memiliki kedalam 509
meter dimana materialnya lepas berukuran pasir kasar, bongkah, menyudut ( batu
pasir kasar ) satuan ini di endapkan di lingkungan pengendapan sungai.
Perselingan antara pasir dan lempung bias terjadi akibat pasir tersebut berasal dari
yang lebih tinggi dan lempung berada di daerah yang lebih rendah, pada daerah
tersebut diketahui bahwa lempung makin keatas sifat karbonatnya semakin
berkurang, yang dimana karbonatnya biasanya terdapat didaerah yang terkena
cahaya matahari.
Gambar 3.4 Kolom Stratigrafi Kelompok 4
1.2.2.5. Kelompok 5
1.2.2.6. Kelompok 6
Gambar 4.1 perkembangan zona subduksi dan busur magmatic pulau jawa
Dengan demikian bahwa pola yang arahnya timur laut – barat daya sangat dominan di
bagian timur Jawa Tengah ini, merupakan jejak tektonik Kapur – Paleosen yang
berbentuk jalur Subduksi akibat interaksi antara lempeng indo Australia dan lempeng
mikro Sunda. Jalur tersebut merupakan kelanjutan dari jalur subduksi yang tersingkap
di Ciletuh Jawa Barat.
1.3.2. Pemetaan
1.3.2.1. Kelompok 1
Pada daerah pemetaan yaitu daerah gunung brujul terdapat beberapa struktur yaitu
:
1. Sesar naik.
Sesar naik dicirikan dengan naiknya hangingwall terhadap bagian
footwall, selain itu pada sesar naik umumnya sudut kemiringannya
termasuk kecil berbeda dengan sesar turun yang mempunyai sudut
kemiringan yang mendekati vertical. Sesar naik ini terjadi pada daerah /
lokasi dengan kode TMS-203
2. Sesar Geser.
Berdasarkan bentuk dari sungai Luk Ulo yang secara tiba-tiba
mempunyai lekukan yang sangat ekstrim, kami memperkirakan bahwa
adanya sesar geser sehingga membuat sungai membelok dan menerobos
dua gunung.
1.3.2.2. Kelompok 2
pada pemetaan yang telah dilakukan dalam struktur geologi pada area penelitian
pararel laminasi pada pengendapan sedimen, memperlihatkan umur pengendapan
batuan pada area penelitian. Pada lapisan lempung, kemudian pada bagian atas
terdapat breksi lebih muda dari batuan lempung, terdapat juga endapan alluvial
tetapi diendapkan jauh lebih muda dari kedua batuan. Terdapat juga struktur
berupa antiklin dan sinklin pada daerah bukit jatibungkus. Pada daerah pemetaan
ini, tidak mendapatkan adanya struktur sesar, hanya terdapat banyak fracture
skala batuan, akibat proses tekanan pada batuan.
1.3.2.3. Kelompok 3
Pada pemetaan yang dilakukan tidak terdapat struktur berupa sesar tetapi tanda-
tanda adanya daerah antiklin pada pemetaan geologi ini merupakan bagian dari
slope antklin ditandai rata-rata dip kearah selatan.
1.3.2.4. Kelompok 4
Pada daerah salah satu pemetaan yaitu pada kali kending di temukan yang pernah
terjadi sesar normal dengan kedudukan N 168ºE/60º pada tepi sungai Dekat TPA
kaligending, sesar yang terjadi pada perlapisan antara batu pasir dengan batu
lempung.
1.3.2.5. Kelompok 5
Struktur geologi yang berkurang pada daerah Karangcengis dapat dibagi menjadi
dua fasa yaitu deformasi brittle yang menghasilkan struktur sesar dan kekar, serta
deformasi ductile yang menghasilkan struktur lipatan. Struktur pada daerah
pemetaan ini meliputi sesar-sesar mendatar yang berarah dextral. Sesar-sesar
mendatar ini berarah relative timur laut-barat daya.
1.3.2.6. Kelompok 6
Struktur geologi daerah penelitian merupakan struktur sinklin, dimana sumbu
perlipatan berarah utara-selatan dan perubahan dip berarah barat-timur. Bentuk
dip pada bagian selatan menunjam kearah utara sehingga membentuk pola
struktur sinklin. Pada pola struktur geologi ini membentuk suatu lembahan,
dimana terdapat endapan alluvial di sepanjang aliran sungai luk ulo.