Preprocessing
Preproccesing adalah tahap pengkoreksian dari awal sebelum data seismik diolah lebih lanjut.
Hal ini dilakukan karena raw data seismik masih memungkinkan adanya noise yang tinggi dan
trace yang rusak. Dalam tahapan preproccesing ini dilakukan serangkaian proses yang diisikan
dengan beberapa parameter.parameter – parameter yang digunakan dalam tahap preproccesing
dipilih yang paling sesuai dengan kondisi dan kualitas data, karena parameter – parameter yang
digunakan dapat berbeda – beda terhadap kondisi dan kualitas datanya. Hasil dari
preproccesing ini akan menentukan hasil dari tahapan –tahapan selanjutnya, hingga dihasilkan
penampang seismik yang baik atau buuruk
1. Gain / Amplitude Recovery
Gain adalah penskala-an amplitudo gelombang seismik untuk menampilkan
amplitudonya yang menurun akibat geometrical spreading.
Merupakan suatu proses yang dilakukan untuk membuang penguatan yang dilakukan
oleh amplifier pada saat perekaman dilakukan. Akibatnya, sinyal-sinyal hasil refleksi
tersebut akan semakin lemah dan akan digantikan dengan hasil penguatan yang bisa kita
dapatkan dari experimental gain curve yang dianggap cocok pada daerah yang akan
diselidiki (Abdullah, 2007).
2. Filter Frekuensi Seismik
Adalah upaya untuk 'menyelamatkan' frekuensi yang dikehendaki dari gelombang
seismik dan 'membuang' yang tidak dikehendaki. Terdapat beberapa macam filtering:
band pass, low pass (high cut) dan high pass (low cut).Didalam pengolahan data seismik
band pass filter lebih umum digunakan karena biasanya gelombang seismik
terkontaminasi noise frekuensi rendah (seperti ground roll) dan noise frekuensi tinggi
(ambient noise).
III. Metodelogi
Langkah kerja
Preprocessing
Urutan subflow pada flow Editing adalah sebagai berikut:
o Disk Data Input
o Parameter Test
o True Amplitude Recovery
o Spiking/Predictive Decon
o Trace Display
o Disk Data Output
1) Aktifkan flow Disk Data Input, Parameter Test, dan Trace Display
a. Disk Data Input
b. Parameter Test
d. Trace Display
e. Lalu Execute hingga sukses, maka akan hasilkan gambar sebagai berikut
Zoom untuk melihat kriteria trace yang baik dimana trace yang atas sama dengan
yang bawah pada kali ini yakni pada parameter -8, maka selanjutnya parameter ini
akan digunakan pada True Amplitude Recovery.
f. Lalu picking dekonvolusi prediktif dengan, pilih menu picking> Pick
Miscellaneous Time Gates.. > isi output.. > pilih CHAN > maka lakukan picking
decon dari atas hingga bawah, dengan decongate untuk picking bagian atas dan
dengan klik kanan>new layer> pilih decongate(2). Seperti contoh berikut :
g. Setelah selesai picking decon maka simpan hasil picking, pilih menu file > save
picks.
h. Kembali ke editing flow processing, ubah parameter test menjadi
2) Sekarang nonaktifkan True Amplitudo Recovery dan aktifkan Disk Data Input,
Parameter Test, Spiking/Predictive Decon dan Trace Display.
a. Isi parameter Spiking/Predictive Decon sebagai berikut
d. Zoom, dan pilih trace yang ramping, lihat pula ekornya yang sedikit. Kali ini
dianggap pada 120 yang dianggap baik.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pada parameter pertama
dapat dilihat bahwa trace yang mendekati dengan control copy adalah trace -8 dan -4. Pada
praktikum kali ini, praktikan akan melihat trace yang ideal. Trace yang ideal yaitu trace dengan
amplitude yang tidak terlalu hilang pada saat puncak dan trace tersebut mendekati trace control
copy. Namun praktikan perlu melihat lebih jelas pada trace dengan parameter yang sesuai
dengan control copy tersebut. Dilakukan pemunculan trace display dengan parameter test -8
hingga -4. Setelah trace display muncul terlihat bahwa trace yang mendekati dengan control
copy dan lebih ideal yaitu trace -7. Kemudian dari trace tersebut dilakukan dekonvolusi
predictive dengan menggunakan pick miscellaneous time gates. Berdasarkan praktikum
tersebut terlihat bahwa trace dengan parameter -7 belum termasuk dalam wavelet reflector.
Dekonvolusi dilakukan untuk mengembalikan bentuk wavelet data menjadi bentuk wavelete
reflektor sehingga dapat meningkatkan Resolusi Vertikal data seismic. Selain itu pada
praktikum kali ini dilakukan juga pengembalian amplitudo gelombang seismik yang sempat
berkurang akibat atenuasi saat penjalarannya didalam bumi menggunakan True Amplitude
Recovery. Hal tersebut dilakukan dengan memunculkan trace dengan parameter test
80,120,240,300. Berdasarkan praktikum tersebut bahwa trace dengan parameter 120 mendekati
dengan control copy pada hasil trace display. Dapat dilihat bahwa trace 120 tersebut mengalami
penurunan amplitude gelombang.
V. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Proses preprosessing pada pengolahan data seismic 2D merupakan tahap pengkoreksian
awal sebelum data seismik diolah lebih lanjut.
2. Pada proses preprosessing kita dapat mengetahui parameter-parameter yang baik yang
sesuai dengan kondisi dan kualitas data.
3. Memahami kegunaan dekonvolusi dan true amplitudo recovery pada gelombang seismik.
https://www.scribd.com/document/266342490/Handbook-pengerjaan-pengolahan-data-
seismik-laut-menggunakan-software-berbayar-Promax.
Jusri, A. Tomi., 2005. Panduan Pengolahan Data Seismik Menggunakan ProMAX. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.