Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM AKUISISI DATA DAN

PENGOLAHAN DATA SEISMIK REFELKSI TG 3231

MODUL KE – 04
PENGOLAHAN DATA SEISMIK REFLEKSI BAGIAN 2 :
PREPROCESSING (SIMPLIFIED)

Oleh :
Amal Nur Ikhsan 12116159

Asisten :
Andho Marendra 12115006
Asido Saputra Sigalingging 12115023
Diana Rizky Yuliza 12115024
Gabrio Hikma Januarta 12115012
Kristina Manurung 12115020
M Hanif Syamri 12114003
Nadya Agnesia Sinaga 12115037
Neneng Risda Ulfa 12115037
Putu Pradnya Andika 12115017
Roy Limbong 12115027

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA JURUSAN TEKNOLOGI


PRODUKSI DAN INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019
I. TUJUAN
Memahami cara mempersiapkan data seismik agar dapat dilakukan pengolahan data
utama (Main Processing) seperti Editing, Dekonvolusi, dan True Amplitude Recovery

II. TEORI DASAR


Pengolahan data seismik, pada dasarnya dimaksudkan untuk mengubah data
seismik lapangan yang terekam menjadi suatu penampang seismik yang kemudian dapat
dilakukan interpretasi darinya. Sedangkan tujuan pengolahan data seismik adalah untuk
menghasilkan penampang seismik dengan kualitas signal to noise ratio (S/N) yang baik
tanpa mengubah bentuk kenampakan-kenampakan refleksi/pelapisan batuan bawah
permukaan, sehingga dapat dilakukan interpretasi keadaan dan bentuk dari struktur
pelapisan bawah permukaan bumi seperti kenyataannya. Atau dapat dikatakan bahwa
pengolahan data seismik didefinisikan sebagai suatu tahapan untuk meredam noise dan
memperkuat sinyal.
Pengolahan data seismik dilakukan melalui serangkaian tahapan-tahapan. Oleh
karena geologi setiap medan survey seismik berbeda-beda, yang secara umum dapat
dibedakan menjadi lingkungan laut (marine), lingkungan darat (land), dan transisi
(transition), perbedaan ini akan menghasilkan data dengan karakteristik yang berbeda-
beda dan akan menyebabkan tahapan-tahapan pengolahan data seismik pun berbeda-
beda. Selain itu, urutan/tahapan dalam pengolahan data seismik juga dipertimbangkan
atas dasar kualitas data lapangan yang terekam, hingga kemampuan/pengalaman orang
yang mengerjakan, dan biaya.
Secara prinsip, tahapan dalam pengolahan data seismik dapat dikelompokkan dalam :
 Pre Processing/Editing (Conditioning Data)

 Main Processing

 Post Processing

Salah satu dari proses pengolahan data pada data seismic yakni dekomvolusi
yang bertujuan untuk mengkompresi dari panjang gelombang seismic sehingga dapat
medeteksi adanya koefisien reklektifitas pada lapisan yang tipis sehingga kecepatan
rata-rata dari lapisan tersebut dapat teresolusi. Selain itu dekonvolusi dapat
menghilangkan efek dari noise koheren seperti multiple dan reverberasi akibat tanah
yang lapuk dan bergetar ketika dilewati gelombang.
Proses processing data seismik lainnya yaitu muting. Muting adalah tahapan
untuk menghapus/menghilangkan sebagian dari trace gelombang yang terekam selama
pengukuran dan trace dari gelombang tersebut merupakan trace dari gelombang yang
tidak kita inginkan.
ProMAX adalah software yang paling umum digunakan dalam pengolahan
awal data seismik baik seismik 2D, 3D, ataupun 4D. ProMAX sendiri juga mengalami
evolusi menjadi software yang lebih canggih lagi. Seri ProMAX yang pernah ada
yaitu ProMAX version 7.2, ProMAX version 7.2, dan edisi ProMAX yang paling
baru digunakan adalah ProMAX version 2003. Dengan adanya software ProMAX
version 2003 ini akan lebih memudahkan dan meningkatkan kualitas pengolahan data
seismik.
III. LANGKAH KERJA
1. Kembali ke Flow “0. Trace Display”, ganti dataset pada “Disk Data Input” menjadi
“2. Geom”, “Trace read option” menjadi “Sort”, “Interactive Data Acccess” menjadi
Yes, dan “Select primary trace header entry” menjadi “Live Source Number”.
Adapun pada “Trace Display”, “Primary trace LABELING header entry” diganti
menjadi “Live Source Number” dan “Secondary ... “ diganti menjadi “Recording
Channel Number”. Lalu, klik Execute hingga muncul jendela baru.
2. Pilih Menu Picking  Pick Top Mute...  Masukkan nama “topmute1” OK 
Pada “Trace Header Entries” pilih CHAN  OK
3. Lakukan proses dibawah ini untuk menentukan daerah yang termasuk data refleksi
dan nonrefleksi (ex: directwave dan headwave) pada setiap shot gather:

4. Setelah selesai, Pilih menu File - Save Picks


5. Buat Flow baru yaitu “3. Editing”. Masukkan beberapa subflow seperti dibawah
ini:

6. Nonaktifkan selain 3 baris pertama (diatas --- Add Flow Comment---). Setelah itu,
pada “Disk Data Input” masukkan “2. Geom” di parameter “Select dataset”, pada
“Trace Muting” masukkan “topmute1” (hasil picking pada langkah c) di parameter
“SELECT mute parameter file”, dan pada “Disk Data Output” masukkan variabel
baru “3. Edit” di “Output Dataset Filename”. MB1 Execute dan tunggu hingga proses
selesai.
7. Kembali ke flow “Trace Display” tanpa mengubah parameter untuk melakukan
muting sebelumnya (lihat langkah a) kecuali dataset pada “Disk Data Input” menjadi
“3. Edit”, MB1 Execute hingga muncul tampilan data seismik. Pilih menu Picking
 Pick Miscellaneous Time Gates... masukkan nama tabel baru “decon1” 
OK  Pada “Trace Header Entries”pilih CHAN  OK.
8. Picking batas atas yang akan dilakukan dekonvolusi pada setiap Source, lalu klik
kanan pada layar  New Layer hingga muncul “(2) decon1” pada kotak kecil pojok
kanan layar  picking batas bawah.

Setelah selesai, Pilih menu File  Save Picks


9. Kembali ke flow “3. Editing” dan nonaktifkan selain subflow dibawah “--- Add Flow
Comment---“. Masukkan nilai 4 pada “dB/sec correction constant” di subflow “True
Amplitude Recovery”. Di subflow “Spiking/Predictive Decon”, Masukkan nilai 100
pada “Decon operator length(s), pilih “Yes” pada “Get decon gates from
DATABASE?”, dan pilih “decon1” (hasil langkah f) pada “SELECT decon date
parameter file”. Pada subflow “Disk Data Output” buat variabel baru “4. Prepro” di
“Output Dataset Filename”. MB1 Execute dan tunggu hingga proses selesai.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Gambar 1. Trace display sebelum proses muting

Gambar 2. Trace display setelah proses top muting

Gambar 3. Trace display setelah proses muting dan dekonvolusi


4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini mencoba melakukan proses muting dan dekonvolusi
dengan menggunakan data yang didapat dari praktikum sebelumnya yang berupa
gambar dari CDP Gather dengan model sintetis 2 yakni berupa lapisan yang
berorientasi miring. Adapun proses muting dan dekonvolusi perlu dilakukan untuk
kemudian melakukan pengolahan data seismik ke tahap yang lebih lanjut.
Pada hasil rekaman yang didapat tidak hanya gelombang refleksi yang
terekam namun ada gelombang lain yang terekam seperti gelombang langsung yang
merupakan gelombang yang tidak dibutuhkan dalam pengolahan data seismik
refleksi, dilakukannya proses muting ini bertujuan untuk menghilangkan pengaruh
dari gelombang lain tersebut. Pada praktikum kali ini dilakukannya proses muting
pada model 2, lebih tepatnya dilakukannya proses top muting. Hasil dari proses top
muting yang dilakukan pada model CDP Gather dapat dilihat pada Gambar 2,
terlihat ada bagian yang dihilangkan pada trace bagian atas.
Kemudian dilakukannya proses dekonvolusi atau proses pengubahan dari
panjang gelombang yang terekam. Tujuannya agar dapat meresolusikan nilai dari
koefisien reflektifitas setiap reflector yang mungkin saja lapisan reflector tersebut
merupakan lapisan yang tipis. Untuk hasil yang dilakukan pada data yang ada pada
praktikum kali ini dapat dilihat pada Gambar 3, terlihat perbedaan panjang
gelombang setelah dilakukan proses dekonvolusi, selain itu juga terihat adanya
perubahan amplitude menjadi lebih besar. Hal ini dikarena proses stacking pada trace
gelombang yang memiliki kemiripan menjadi satu gelombang.
Pada praktikum kali ini sudah mencoba menghilangkan gelombang-gelombang
lain sehingga hanya gelombang yang diinginkan (gelombang refleksi) dengan proses
muting dan dekonvolusi. Namun, masih terdpat beberapa noise yang belum bisa
dihilangkan dengan proses muting dan dekonvolusi. Maka dari itu diperlukan proses
pengolahan data seismik lanjut yang lain. Sehingga resolusi dari trace gelombang
seismik refleksinya pun bisa mengalami peningkatan baik secara vertikal ataupun
horizontal.
V. KESIMPULAN
Dengan dilakukannya proses muting dan dekonvolusi terlihat perbedaannya pada
trace yang ada, terlihat lebih bersih, gelombang-gelombang lain sudah dihilangkan.
Kedua proses yang dilakukannya untuk kemudian data yang diahasilkan dapat dilakukan
main processing.
DAFTAR PUSTAKA

Jusri, Tomi A. 2004. Panduan pengolahan data seismic menggunakan promax.


Laboratorium seismic, program studi geofisika, departemen geofisika dan
meteorology, ITB.

S Sukmono. 2000. Seismik Inversi untuk Karakterisasi Reservoar. Jurusan Teknik


Geofisika, ITB: Bandung.

Modul Praktikum Akuisisi dan Pengolahan Data Seismik Refleksi.2019.Institut


Teknologi Sumatera.

Anda mungkin juga menyukai