MODUL KE – 06
Asisten :
Andho Marendra 12115006
Asido Saputra Sigalingging 12115023
Diana Rizky Yuliza 12115024
Gabrio Hikma Januarta 12115012
Kristina Manurung 12115020
M Hanif Syamri 12114003
Nadya Agnesia Sinaga 12115037
Neneng Risda Ulfa 12115034
Putu Pradnya Andika 12115017
Roy Limbong 12115027
2. DASAR TEORI
Metode seismik refleksi adalah sebuah metode geofisika yang merekam
penjalaran gelombang seismik yang dipantulkan dari batas antara kedua buah medium
batuan. Besar gelombang refleksi seismik berhubungan langsung.dengan perubahan
impedansi akustik (AI) diantara dua medium batuan tersebut. Semakin besar kontras
antara dua medium tersebut, gelombang refleksinya akan semakin kuat. Seismic refleksi
menggunakan gelombang elastis yang dipancarkan oleh suatu sumber getar yang
biasanya berupa ledakan dinamit (pada umumnya digunakan di darat, sedangkan di laut
menggunakan sumber getar (pada media air menggunakan sumber getar berupa air gun,
boomer atau sparker). Gelombang yang dihasilkan dari ledakan tersebut menembus
sekelompok batuan di bawah permukaan yang nantinya akan dipantulkan kembali ke atas
permukaan melalui bidang reflektor yang berupa batas lapisan batuan. Gelombang yang
dipantulkan ke permukaan ini diterima dan direkam oleh alat perekam yang disebut
geophone (di darat) atau hydrophone (di laut). Gelombang elastik terdiri dari dua macam
gelombang, yaitu gelombang body, yang meliputi gelombang-P dan gelombang-S, dan
gelombang permukaan, gelombang Love dan gelombang Rayleigh.
Akuisisi seismik merupakan perencanaan pengambilan data seismik eksplorasi
khususnya seismik refleksi dalam upaya memperoleh peta bawah permukaan daerah
yang di indikasi memiliki kandungan hidrokarbon. Akuisisi seismik perlu direncanakan
dan diperhitungkan bedasarkan target yang ingin diperoleh. Berdasarkan proses analisa
hasil dibagi menjadi akuisisi seismik 2D dan 3D. Akuisisi Seismik 2D memiliki
lintasan berupa garis dan memiliki sudut pandang titik pantul gelombang berupa titik.
Akuisisi seismik 3D memiliki lintasan yang berupa sebuah bidang (template) yang terdiri
dari lebih dari satu lintasan dan memiliki sudut pandang titik pantul gelombang berupa
bidang ilustrasi nya dapat dilihat pada lampiran terkait konfigurasi akuisisi seismik 2D
dan 3D
3. LANGKAH KERJA
a. Diagram alir
Mulai
Simpan data
selesai
b. Pengolahan data
b. Pilih menu Layout Units..., lalu pada kotak dialog Unit Selection pilih
Meters OK.
c. Selanjutnya pilih menu Layout Design Guide, lalu akan muncul jendela
Design Guide. Masukkan parameter-parameter berikut ini:
Klik Done...
d. Percobaan 1 klik Line Layout, lalu pada jendela Line/Brick Layout
buatlah ukuran akuisisi 2 km x 2 km.
e. Lalu pada ikon pilih Bin Grid Settings sehingga muncul jendela Bin
Definition OK (ukuran bin tetap 25 x 25 m).
f. Klik ikon , lalu pada jendela Shoot centang Display template during
shoot klik tombol Shoot. Tunggu hingga proses selesai.
g. Pilih menu Bin Analysis Fold Calculation hingga muncul jendela Folf
Calculation pilih Fold, Offsets, dan Azimuth pada Calculation Options
OK.
m. Klik ikon , lalu pada jendela Shoot centang Display template during
shoot klik tombol Shoot. Tunggu hingga proses selesai.
n. Lakukan langkah serupa untuk percobaan kedua dari langkah g hingga
4.Hasil dan Analisis
4.1 Hasil
Unit template
Design window
Statistic axis number of bin
a. Pada praktikum ini telah dilakukan tahapan untuk mendapatkan desain akuisisi 3D
dengan menggunakan aplikasi Mesa Expert 10.04. Akuisisi seismik 3D memiliki
lintasan yang berupa sebuah bidang (template) yang terdiri dari lebih dari satu
lintasan dan memiliki sudut pandang titik pantul gelombang.
b. Dengan kondisi lingkungan dari target, parameter akuisisi harus diperhatikan
untuk membantu mendapatkan data seismik yang mempermudah dalam proses
pengolahannya. Contonya pada akuisisi data seismik refleksi beberapa
parameter yang berhubungan dengan kasus lingkungan vulkanik dan perlu
diperhatikan antara lain Common Depth Point Interval, Fold coverage, dan far
offset.
c. Line/brick layout, untuk desain 3D yang mempunyai bentuk reguler (arah shot
point tegak lurus dengan receiver line). Dengan metode ini kita bisa merancang
sistem penomoran shot point maupun trace-nya sehingga hasil keluarannya sudah
dapat diaplikasikan langsung di lapangan.Sedangkan Unit Template layout,
prinsipnya adalah membuat model penembakan sebanyak satu salvo (lengkap
dengan posisi SP, TR serta banyaknya RL yang aktif), baru kemudian kita
gandakan baik kearah crossline (Easting) maupun kearah inline (Northing) sesuai
dengan yang dikehendaki
DAFTAR PUSTAKA
1] Suprajitno, M., 2000, Aspek Fisis Seismologi Eksplorasi, Program Studi.
[2] SANNY, T.A. 1998. Seismologi Refleksi. Dept. Teknik Geofisika, ITB,
Bandung: 31 hal.
[3] Santoso, D, 2012, Seismologi Eksplorasi, Institut Teknologi Bandung.E
LAMPIRAN