Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Seiring dengan berjalannya waktu maka semakin ketat persaingan di dalam
industri perminyakan untuk mengoptimalkan produksi untuk memenuhi
permintaan pasar dan mengejar profit sebesar-besarnya. Diperlukan suatu
penelitian untuk karakterisasi suatu reservoir, salah satunya dengan analisa data
log. Karena dengan mengetahui karakterisasi suatu reservoir, dapat dilakukan
perhitungan cadangan hidrokarbon yang terkandung pada reservoir. Secara
sederhana, korelasi dapat diartikan sebagai hubungan. Namun ketika
dikembangkan lebih jauh, korelasi tidak hanya dapat dipahami sebatas pengertian
tersebut. Korelasi merupakan salah satu teknik analisis dalam statistik yang
digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel yang bersifat kuantitatif.
Hubungan dua variabel tersebut dapat terjadi karena adanya hubungan sebab
akibat atau dapat pula terjadi karena kebetulan saja
Dalam penentuan zona hidrokarbon terlebih dahulu kita menentukan
parameter-parameter penting yang ada pada zona reservoir tersebut. Parameter-
parameter tersebut antara lain porositas, permeabilitas, saturasi hidrokarbon dan
litofasies. Semua parameter-parameter tersebut merupakan parameter kunci untuk
menentukan kenampakan subtitusi fluida, hydraulic flow unitdan zona permeabel.
Permeabilitas digunakan untuk menentukan pergerakan suatu fluida pada zona
reservoir . Umumnya permeabilitas dapat diketahui dari pengukuran laboratorium
dengan menggunakan data core. Secara kualitatif dengan data sifat-sifat fisik
tersebut kita dapat menentukan jenis litologi dan jenis fluida pada formasi yang
tertembus sumur. Sedangkan secara kuantitatif dapat memberikan data-data
untuk menentukan ketebalan, porositas, permeabilitas, kejenuhan fluida, dan
densitas hidrokarbon.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum kali ini adalah
1. Mengetahui cara pengkorelasian data log
2. Mengetahui litologi yang terdapat pada data log

1.3 Alat dan bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah
1.3.1 alat
1. Alat tulis
1.3.2 bahan
1. Data berupa gambar log
BAB II
DASAR TEORI
Log adalah suatu grafik kedalaman (atau waktu), dari satu set data yang
menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah
sumur (Harsono, 1997). Log diperoleh dari operasi logging di sumur terbuka yang
umumnya dimulai dari kedalaman maksimum (total depth) sampai dengan sepatu
Analisa log selubung (casing shoe). Kurva log mampu memberikan informasi
tentang sifatsifat batuan dan cairan pada situasi dan kondisi yang sesungguhnya di
dalam sumur. Operasi logging yang baik memiliki interval yang tidak terlalu
panjang sehingga dapat di peroleh informasi yang lebih akurat dan menghindari
keterbukaan lapisan formasi yang terlalu lama terhadap sistem lumpur.
Prinsip dasar dari log gamma ray yaitu melakukan pengukuran tingkat
radioaktif alami bumi. Radioaktif alami tersebut berasal dari unsur – unsur
radioaktif yang berada di dalam lapisan batuan di sepanjang lubang bor. Unsur –
unsur radioaktif tersebut antara lain Uranium, Thorium, Potassium. Unsur
radioaktif tersebut cenderung mengendap di dalam shale yang prosesnya terjadi
saat perubahan geologi batuan, sedangkan pada sandstone, limestone, dolomite
sangat sedikit jumlahnya. Sehingga log ini sangat efektif digunakan untuk
melakukan evaluasi formasi pada lingkungan pengendapan fluvial deltaic yang
sistem perlapisannya terdiri dari sandstone atau shale. Unsur – unsur radioaktif
akan memancarkan gamma ray dalam bentuk pulsa energi radiasi tinggi yang
mampu menembus batuan sehingga dapat dideteksi oleh detektor gamma ray.
Karena pulsa – pulsa energinya mampu menembus batuan maka logging gamma
ray dapat dilakukan meskipun lubang bor telah dipasang casing. Tiap pulsa yang
terdeteksi akan menimbulkan pulsa listrik pada detector sehingga parameter yang
di rekam adalah jumlah pulsa yang tercatat per satuan waktu. Log gamma ray
memiliki satuan API (American Petroleum Institute) yang biasanya dalam skala
berkisar 0 – 150 API atau 0 – 200 API jika terdapat lapisan organic rich shale.
Karena kemampuannya yang mampu memisahkan shale dari lapisan permeabel,
log gamma ray dapat digunakan untuk mengukur kandungan shale dalam lapisan
batuan. Karakterisasi resevoir merupakan integrasi data geologi dan engineering,
berdasarkan analisa geologi diperoleh interpretasi secara kualitatif, sedangkan
untuk melakukan korelasi dan karakteristik sehingga memperoleh data kuantitatif
diperlukan suatu metode. Salah satu metode yang digunakan adalah Hydraulic
Flow Unit (HFU) yang merupakan salah satu metode yang dikembangkan
berdasarkan analisa core, pada prinsipnya metode ini mengelompokkan data
berdasarkan zona alirannya (hydraulic unit). Pada Lapangan "Y" merupakan salah
satu lapangan minyak dengan data core yang terbatas pada beberapa interval
kedalaman, dengan menerapakan metode HFU diperoleh 7 zona aliran yang
merupakan hasil korelasi. Zonasi hasil analisa data core Lapangan "Y" sangat
dipengaruhi oleh litologi, berdasarkan hasil zonasi maka diperoleh persamaan yang
dapat dipergunakan untuk pendeskripsian (perhitungan) nilai permeabilitas pada
interval kedalaman yang tidak mempunyai data core dan juga dapat digunakan
dalam melakukan pemodelan permeabilitas sehingga sesuai dengan kondisi
lapangan (Rider, 1996).
Langkah awal yang dilakukan sebelum melakukan pengolahan data, baik
data log sumur maupun data seismik adalah menentukan daerah target penelitian.
Penentuan daerah target dilakukan dengan menganalisis respon log dari data
sumur yang telah diberikan seperti gamma-ray, neutron porosity, dan densitas.
Berdasarkan waktu pengendapan dengan formasi paling bawah adalah yang tertua
dan formasi teratas adalah paling muda. Seismogram sintetik (rekaman seismik
buatan) dibuat dari data log kecepatan yang sudah dikoreksi chekshot dan log
densitas. Dari kedua log tersebut dapat diketahui koefisien refleksi yang
menggambarkan bidang batas antara dua medium yang berbeda. Seismogram
sintetik diperoleh dengan mengkonvolusikan koefisien refleksi dengan
wavelet.Dalam pembuatan seismogram sintetik hal yang penting untuk
diperhatikan yaitu wavelet. Wavelet yang digunakan adalah wavelet yang
mempunyai korelasi bagus antara trace seismik buatan dengan trace seismik asli.
Wavelet tersebut diekstrak dari data seismik di sekitar daerah target
(Harsono,11997).
Setelah dilakukan pembuatanseismogram sintetik, tahap pengolahan
selanjutnya adalah pengikatan data sumur ke data seismicyang dikenal dengan
istilah well seismic-tie Proses ini mencocokkan antara trace seismik sebenarnya
dengan trace seismik sintetik hasil konvolusi reflektivitas dari data sumur
denganwavelet. Kecocokan antara trace seismik pada daerah sumur dengan trace
sintetik dinilai dengan tingkat korelasi yang mempunyai kisaran nilai antara 0
sampai 1, semakin bagus korelasi antara seismik dengan sintetik nilai korelasinya
akan semakinmendekati 1. Sederhananya well seismictie bertujuan untuk
meletakkan horizon seismik pada posisi kedalaman sebenarnya sehingga
interpretasi data seismik dapat dikorelasikan dengan data geologi yang biasanya
diplot pada skala kedalama. Data seismik yang digunakan yaitu berupa data PSTM
stack. Pada pengikatan data sumur ini digunakan data VSPyang ada pada sumur
untuk memperoleh hasil yang lebih akurat, karena pada data VSPini memiliki
informasi hubungan kedalaman terhadap waktu (time depth table) (Asquith,2004).
Dilakukannya proses analisis inversi (inversion analysis), tujuannya adalah
agar diperoleh parameter inversi yang paling bagus. Pada penelitian ini metode
inversi yang digunakan adalah metode sparse spikedan model based. Parameter-
parameter yang mempengaruhi hasil inversi adalah wavelet, sample rate,
sparseness, constraint frequency dan window length. Tahap kerja selanjutnya
setelah diperoleh parameter-parameter inversi yang bagus dilakukan proses inversi
pada reflektivitas gelombang P agar didapatkan volume impedansi gelombang P.
Berdasarkan hasil analisis atribut dan inversi akan menunjukkan satu pola
dimana reservoir batupasiryang mengandung gas bumi di identifikasikan dengan
nilai impedansi akustik yang rendah. Analisis fasies dilakukan dengan membuat
profil litologi pada sumur X-1 sebagai sumur acuan(key well). Mengingat data yang
terbatas, analisisfasies dilakukan berdasarkan korelasi log Gamma Ray, Self
Potential, NPHI dan RHOB saja. Berdasarkan interpretasi log di atas analisis fasies
dilakukan untuk mengetahui lingkungan pengendapan saat reservoar diendapkan.
Selain itu tumpang tindih(overlay) profil litologi dan penampang impedansi akustik
juga digunakan untuk mengetahui penyebaran litologi reservoir. Prediksi log
porositaspada volume seismik. Setelah dilakukan analisisinversi seismik dan
penurunan log porositas dari ensitas. Kemudian dilakukan korelasi antara data log
sumur dan seismik untuk membuat volume cube pseudo-porosity. Volume ini
dibuat untuk mengetahui penyebaran porositas pada reservoir.Untuk menentukan
atribut yang akan digunakan dalam prediksi log ini, dilakukan training terhadap
log target dan seismik menggunakan modul EMERGEpada software HRS 9. Dari
proses training ini diperoleh kelompok seismik terbaik yang akan dipergunakan
untuk memprediksi log porositas (Rider,2002)
3.2 pembahasan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 kesimpulan
adapun kesimpulan pada praktikum kali ini adalah :
1. Untuk mengkorelasi dat log, kita harus melihat dari kesamaan litlogi,
kesamaan besarnya hasil gamma ray yang diberikan pada gambar data log.
2. Untuk pemnentuan litologi dari data log, biasanya digunakan dat log
gamma ray, dimana semakin kekiri merupakan litologi pasir, sedangfgkan
semakin kekanan merupakan litologi batulempung.
4.2 saran
Diharapkan agar praktikum lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA

Asquith, G., Krygowski, D., 2004, Basic Well Log Analysis, The American Association
of Petroleum Geoilogist, Tulsa, Oklahoma.
Harsono, Adi., 1997, Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, edisi 8, Schlumberger
Oilfield Services.
Rider, macolm, 1996, The Geological Interpretation Of Well Logs, Second Edition.
Sutherland. Scotland.
Rider, macolm, 2002 , The Geological Interpretation Of Well Logs, Second Edition
riseved . Scotland.: whittles publishing

Anda mungkin juga menyukai