Anda di halaman 1dari 8

NAMA : NURSYAFIRA

NIM : 1704107010004
MATA KULIAH : INTERPRETASI SEISMIK

BAB I
BAGIAN 1
Pada mata kuliah Interpretasi seismik yang di bimbing langsung oleh 2
dosen pengajar yakni pak Asrillah, S.Si., M.Sc. dan pak Sangga Rima Roman Selia,
S.T., M.T. untuk pertemuan 1-8 dipaparkan oleh pak Asrillah, S.Si., M.Si dengan
mempelajari bagaimana cara memasukkan data well log pada HRS, dan membuat
peta penampang seismik dengan petrel. Kemudian untuk pertemuan 9-16
dilanjutkan oleh pak Sangga Rima Roman Selia, S.T., M.T. dimana awal pertemuan
dengan pak sangga beliau terlebih dahulu pemperkenalkan background beliau
secara singkat dan jelas kepada mahasiswa kemudian mereview kembali apa-apa
saja yang sudah dipaparkan oleh pak Asrillah.
Pada bagian 1: apa pun software yang digunakan sebenarnya konsepnya
adalah sama yang membedakan hanya pada softwarenya saja. Pada mata kuliah
interpretasi seismik software yang digunakan adalah petrel dan HRS. Petrel dan
HRS merupakan software komersial. Tahapan awal menggunakan software petrel
ialah dengan menginput seismik file dimana format file tersebut berupa SEG-Y,
dan ini merupakan data waktu yang secara vertikal. Akusisi seismik dapat berupa
depth atau time sehingga perlu adanya seismik prosessing berupa RTM, dll.
Pada saat interpretasi surface, data yang dibutuhkan berupa data top dan
bottomnya. Dikarenakan interpretasi hanya menghasilkan batas atas dan batas
bawah. Sementara itu, apabila kita melakukan grid dengan menggunakan metode
geostatistik pada penampang 3D seismik maka akan tampak kosong pada bagian
dalamnya. Sehingga kekosongan itu perlu kita isi dengan menggunakan data well
log sehingga dapat mengetahui sifat fisis reservoir berupa porositas dan
permeabilitas. Tahapan selanjutnya kita konversikan ke depth, mengapa demikian
? untuk mengetahui data sumur yang sudah dikonversikan ke dalam data seismik
maka untuk format yang digunakan harus sama dan untuk data sumur menggunakan
format depth sehingga harus mengubah data seismik interpretasi kedalam format
depth.
Terdapat 2 section yang berbeda terhadap tegak lurus yaitu Flamboyan
structure dan carbonat bulld up yang menandakan termasuk lingkungan marine.
Interpretasi seseorang tersebut berbeda-beda dann setiap orang memiliki
interpretasinya sendiri dalam mengidentifikasikan struktur bawah permukaan
berdasarkan informasi yang didapatkan baik itu dari data seismik ataupun dari data
well log. Dan seorang geophysics dalam menginterpretasikan suatu penampang 2D
seismik misalnya, harus adanya konsep geologi dalam interpretasi tersebut.

BAB II
BAGIAN 2
Dalam bidang ekplorasi migas (minyak dan gas), pasti adanya interpretasi
data. Interpretasi ini tidak hanya pada seismik saja akan tetapi pada data sumur juga,
dimana data sumur ini juga dapat dikatakan sebagai data well log. Kenapa penting
adanya interpretasi ? karena di dalam dunia ekplorasi migas itu penting untuk
memetakan atau memodelkan suatu cekungan. Dan biasanya perusahan-perusahan
besar bakalan memodelkan suatu cekungan itu dengan menggunakan software
petromod dan ini biasanya digunakan oleh Schlumberger. Adapun interpretasi
seismik dan well log itu untuk memodelkan reservoir yang biasanya menggunakan
software petrel dan memetakan lateral horizon. Sebenarnya pada tahapan ekplorasi
itu awalnya menggunakan software petromod terlebih dahulu untuk memodelkan
cekungan yang skalanya besar kemudian memodelkan reservoir dalam skala kecil
itu menggunakan petrel. Dan itu memerlukan interpretasi data seismik untuk
menginterpretasikan bagaimana kondisi dari bawah permukaan.
Data well log merupakan data sumur yang didapatkan berdasarkan hasil
pengeboran sumur. Data well log dapat berupa vertikal tegak lurus dan juga ada
yang berupa MD (mesured depth). Analisis well log pada hakikatnya memiliki mata
kuliah sendiri yaitu petrophysisic. Data well log digunakan untuk mengkorelasikan
data well log satu dengan data well log lainnya. Setiap well log memiliki alat sensor
yang bermacam-macam, kenapa alat sensor bermacam-macam? Karena jika kita
ingin analisis suatu data well log kita tidak cukup hanya melihat pada satu log saja
akan tetapi semakin banyak respon dari log baik itu log Gamma ray, Sonic, porosity
dan lainnya maka akan menghasilkan informasi yang lebih akurat pada interpretasi
data well log.
Log gamma ray ialah log yang paling sering orang gunakan dan temui,
apabila respon dari log gamma ray itu semakin tinggi atau besar maka batuannya
adalah shale (0-100), nah biasanya respon itu juga dapat dikatakan sebagai flunnel
shape. Sedangkan jika respon log gamma ray semakin kecil atau rendah itu biasanya
batuannya adalah sand dan itu biasanya disebut sebagai bel shape.
Gamma ray tinggi merupakan daerah pengendapan delta dimana si
materialnya mengkasar ke atas atau juga disebut coarsening upwerd yang energi
pengendapannya semakin besar. Lingkungan pengendapan delta terjadi pada saat
sea level turun, secara tidak langsung terendapkan secara terus menerus sampai
yang terendapkan paling halus. Proses ini juga dapat dikatakan sebagai lingkungan
pengendapan pada progradasi. Dimana, sedimentasi supply nya lebih besar dari
pada accomodation space. Jadi data dari well log digunakan untuk mengkorelasi
antar sumur yang dapat dilihat dari segi kesaamaan respon well log.
Pada lingkugan pengendapan fluvial yang dilihat adalah data well log
porosity. Pada respon yang pertama bagian bawah akan ditemui sand kemudian
shale akan tetapi bisa jadi di bagian atasnya lagi yang terendapkan bukanlah sand
lagi akan tetapi sudah menjadi pengendapan floodplain. Apa yang dilihat dari
permukaan sebenarnya sama saja seperti yang ada di bawah permukaan. Jika kita
melihat respon dari material butirnya semakin atas akan semakin menghalus, dan
jika kita kaitkan dengan respon gamma ray maka akan menjadi flunnel shape.
Kita dapat mengkorelasikan data well log dari segi responnya dengan cara
membuat datum datar/flat. Dan jika berdasarkan seismik sequence itu digunakan
untuk melihat mean sea level dengan menggunakan data core atau dengan membuat
datum berdasarkan struktur.
BAB III
BAGIAN 3
HRS merupakan basic konsep dari seismik invertion. Invertion adalah suatu
proses mengkorelasi data seismik, kondisi geologi permukaan yang mengkaitkan
korelasi. Sama halnya seperti kita mempelajari seismik stratigrafi dan prinsip
stratigrafi karena ujung-ujungnya kita juga ingin engetahui bagaimana kondisi
bawah permukaan itu seperti apa. Cara mencari akustik impedance dengan cara
penjumlahan staking dan post stack. Secara matematis Akustik impedance adalah
nilai velocity dikalikan dengan nilai density bawah permukaan, dan tahapan
selanjutnya untuk mendapatkan coefisien reflektion maka akustik impedance 2
dikurangkan akustik impedance 1 berbanding terbalik dengan akustik impedance 2
dijumlahkan dengan akustik impedance 1. Nah untuk Coefisien reflektion sendiri
baru dapat digunakan apabila sudah dikonvolusi dengan sourse wavelet.
𝐴𝐼 = 𝜌 × 𝑉 (1)
Dimana
AI = Akustik impedance (%)
𝜌 = densitas (g/s)
V = kecepatan (m/s)
𝑅𝐶 = (𝐴𝐼₂ − 𝐴𝐼₁)/ (𝐴𝐼₂ + 𝐴𝐼₁) (2)
Dimana
RC = Koefisien Refleksi
AI₂ = Akustik Impedanse 2
AI₁ = Akustik impedance 1
Apabila ada layer 1 dan layer 2 maka kedua layer tersebut dikonvolusi atau
penggabungan sehingga adanya coefisien reflektion dan membentuk si zero phase.
Zero phase adalah dimana nilai maksimum amplitdo berada pada titik tengah.
Apabila data belum di stacking, maka akan mendapatkan acoustic/near
impedance. Tujuan utamanya untuk mengetahui informasi bawah permukaan
dengan mengenal parameternya seperti; porositas, permeabilitas, dan saturasi
ketiga parameter ini dapat membantu kita untuk mengetahui Lithologinya.
Real AI log berasal dari log densitas (𝜌) dan log sonic. Terdapat beberapa
metode inversi yaitu post-stack dan pre-stack. Pre-stack memberikan hasil stacking
yang lebih baik dari pada post-stacking. Proses inversi diawali dengan impedance
kemudian hasil respon tersebut di gabungkan atau dikonvolusi dengan coefisien
reflektion kemudian akan mendapatkan waveleth sehingga mendapatkan hasil dari
penampang seismik kemudian proses tersebut akan kembali lagi ke proses awalnya.
Unruk acoustik impedance itu adalah densitas dikalikan dengan kecepatan
gelombang p dan untuk shear impedance itu adalah perkalian antara nilai densitas
terhadap kecepatan gelombang s.
Pada HRS kita dapat mengubah parameter sesuai dengan tujuan dan target
yang ingin kita dapatkan, sehingga kita akan mendapatkan hasil yang berbeda-beda.
Jadi kita akan mendapatkan hasil inversi yang sesuai dengan geologi. Yang
didapatkan dari hasil ini adalah seismik yang digabungkan dengan initial model
akan menghasil kan hasil akhir inversi.
Akustik impedanse dapat diukur melalui lapisan teratas dari surface,
sehingga dari inversi ini kita juga akan mendapatkan nilai asli dari impedance.
Beberapa tools untuk inversi pada HRS adalah Bandlimited Inversion,
Atribut Seismik, dan RMS Amplitudo.

 Bandlimited Inversion
Tahapannya adalah :
- nilai dari borehole difiltering/smoothing, baik itu di low filter atau high filter
dll.
- Proses recrusive/perhitungan yang menghasilkan model based inversion
- Sehingga data hasil perhitungan tersebut akan digabungkan dengan data well
log
- Maka akan didapatkan hasil final dari inversion
- Selesai
Dan apa permasalahannya sekarang ? range frekuensinya sama dengan frekuensi
seismik data yang kita input. Jadi semakin tinggi frekuensi maka akan
menghasilkan data yang detail.
 Atribut Seismik
Yaitu mengubah data seismik secara matematis. Makna atribut disini adalah
banyak akan tetapi kembali lagi kepada konsep awal bahwa sanya apa yang kita
inginkan dan apa yang menjadi target kita itulah yang akan kita pilih untuk
menjadikan atribut seismik yang kita pilih seperti, amplitudo, frekuensi dll.
 RMS (Root Mean Square) Amplitudo
RMS merupakan pilihan yang berada di paling atas, akan tetapi banyak yang
harus diperhatikan seperti Amplitudo dan lainnya. Mengkaji amplitudo-
amplitudo yang maksimum. Dan effeknya itu pada besar kecilnya amplitudo.
VIDEO 1
Pada video part 1 menjelaskan tentang mengapa sih pentingnya untuk
menterjemahkan si data seimik? Dan hal apa saja yang diperlukan untuk dapat
menafsirkan data seismik tersebut? Didalam video part 1 ini menjelaskan bahwa
sanya hal yang diperlukan itu adalah memahami konsep dari teori gelombang dan
beberapa sifat fisis fisika yang berhubungan langsung dengan data seismik. Jika
kita ingin dapat melihat hasilnya, maka diperlukannya seorang pengamat yang
dapat memberikan interpretasi data seismik yang bagus secara geologi. Pada
dasarnya untuk memahami suatu konsep dasar dari pantulan gelombang seismik
seperti face, amplitudo maka kita terlebih dahulu menentukan resolusi baik secara
vertikal maupun secara horizontal. Dan tidak hanya itu, kita juga harus lebih
memperhatikan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi resolusi pada data
seismik.
Pada umumnya gelombang pada seismik terbagi atas 2 yaitu, gelombang
primer (P) dan gelombang sekunder (S). Gelombang primer (P) adalah gelombang
yang memiliki perambatan yang lebih cepat dari pada gelombang sekunder (S).
Sedangkan gelombang sekunder (S) dapat disebut sebagai gelombang transversal,
dimana arah dari pergerakan partikelnya tegak lurus terhadap arah rambatnya.
Gelombang primer (P) dan gelombang sekunder (S) dapat mengalami perubahan
apabila gemlombang-gelombang tersebut menjumpai fluida pada batuan bawah
permukaan. Seperti halnya pada perbedaan minyak, air dan gas. Untuk gas dan air
keduanya memiliki perubahan yang unik. Dan juga seperti pada daerah lepas pantai,
untuk mengetahui perubahannya maka kita terlebih dahulu harus mengumpulkan
beberapa data agar mudah untuk diketahui apa saja perubahannya. Perubahan
tersebut dapat ditinjau melalui amplitudo si gelombangnya. Hubungan waktu
terhadap peak ke peak dengan jarak pengukuran yang normal maka itulah yang
dikatakan sebagai panjang gelombang. Kemudian apa yang dimaksud dengan
amplitudo yang tinggi? Banyaknya nilai yang dipantulkan kembali ke bawah
permukaan lalu terekam sehingga menghasilkan amplitudo yang tinggi. Perubahan
bentuk dari shale ke kapur ataupun shale ke batu pasir ditentukan oleh adanya
peranan dari densitas dan kecepatan gelombang pada dua lapisan yang berbeda.
Kecepatan gelombang yang tercatat lambat terhadap kecepatan yang terukur di
bawah permukaan bumi sehingga kecepatan waktu tibanya gelombang akan
memberikan rasio maka disebut sebagai koefisien refleksi. Gelombang fase
minimum adalah panjang gelombang yang biasanya kita lihat pada data seismik
yang memiliki 10 tahapan pengolahan data seismik.
VIDEO 2
Video part 2 ini akan menjelaskan bagaimana sih caranya untuk dapat
menginterpretasikan si data seismik itu ? tahapannya akan dijelaskan dalam video
part 2 ini sebagai berikut:
Dalam menafsirkan si data seismik tentunya kita harus paham betul akan baik
buruknya data seismik yang kita dapatkan sebelum melakukan interpretasi lebih
lanjut maka dari itu perlu adanya lingkaran iteratif yang memudahkan kita untuk
mengetahui apakah data seismik yang kita peroleh baik atau buruk. Seorang
geologist akan melakukan suatu pemodelan dengan cara menguji interpretasi
terhadap model, dengan mengamati model tersebut secara berulang sampai
ditemukannya model yang sesuai dengan target awal kita. Kualitas suatu data dapat
diukur dari beberapa pembaruan data yang kita kumpulkan sebelumnya.
Dibutuhkannya hubungan dari garis seismik terhadap beberapa bentuk
ambiguitas guna menghasilkan interpretasi yang baik pada saat pemetaan horizon.
Cara yang seharusnya kita lakukan adalah dengan mencocokkan bagian horizon
atas terhadap zona bawahnya untuk dapat melihat tinggal tebal dan tipisnya suatu
struktur bawah permukaa. Dengan demikian pencocokkan struktur tersebut
nantinya akan memudhkan kita untuk dapat mengekstrak informasi yang salah.
Pada data seismik adanya garis getaran, dimana garis getaran tersebut
dipengaruhi oleh dua hal yakni, pada bagian atas, dan pada saluran yang tampak
dengan anomaly amplitudo yang dekat dengan permukaan. Pada lapisan yang
dangkal memiliki nilai kecepatan yang rendah, dimana dapat kita lihat pada struktur
yang tinggi. Oleh karena itu, proses koreksi pada garis seismik akan menjelaskan
adanya perbedaan ketinggian pada data onshore, dimana sewaktu-waktu data
tersebut dapat menebal dan menipis pada saat garis tersebut bergerak melintasi garis
yang harus diperbaiki guna mendapatkan hasil yang bagus dan datar.
Seperti halnya pada kasus lembah kubah garam, dimana garam memiliki nilai
kecepatan yang sangat tinggi dibandingkan pada tempat lainnya. Apapun yang
berhubungan langsung dengan garam maka akan tertarik sehingga struktur bawah
permukaan dapat kita petakan dengan cara melihat mana yang benar dan salah pada
kawasan air.
Saat ini hal yang harus diperhatikan adalah skala horizon dan skala vertikal.
Mereka dapat dikatakan seperti scrunched up, yaitu memperluas distorsi dip untuk
membuat beberapa sudut dip lainnya. Dan pada hakikatnya kita tidak boleh lepas
dari penafsiran geologi, dimana penafsiran geologi ini sangat penting untuk para
geophysics ataupun geologist untuk mengetahui bagaimana kondisi bawah
permukaan.
VIDEO 3
Video part 3 ini menjelaskan bagaimana sih agar mudah untuk mengenali
indicator-indicator pada hidrokarbon. Dengan adanya hidrokarbon sudah tampak
jelas akan memberikan informasi langsung terhadap indicator hidrokarbon yang
tampak pada data seismik.
Permasalahannya sekarang adalah ketika kita menggantikan air atau minyak
dalam suatu formasi gas, maka akan berdampak pada kepadatan formasi batuan
yang meningkatkan kontras batuan reservoir terhadap gas, yang mana didalamnya
terdapat fosil, sehingga terjadinya penurunan kontras pada perbedaan koefisien
refleksi antara air pasir basah terhadap gas pasir basah. Dalam buku partai
menyebutkan bahwa “jika aku menggantikan air hanya dengan 15% dari saturasi
gas yang kemudian akan diturunkan kecepatan formasinya menjadi 2, bukankah gas
ini memerlukan waktu yang sangat lama bagi perusahan-perusahan industry minyak
untuk kembali memproduksinya”.
Disekitaran teluk Mesiko dan Afrika Barat dikelilingi oleh amplitudo yang
tinggi dan rendah. Pengurangan amplitudo disebabkan oleh adanya gas yang
menjadikan kecepatan pasir menjadi rendah sehingga turunnya nilai koefisien
refleksi sehingga kan menyebabkan terjadinya suatu penekanan. Amplitudo
anomaly menjadi salah satu contoh pada pendugaan data seismik yang memiliki
karakteristik sedikit halus dan menurunnya nilai amplitudo ini dapat dilihat dari
berbagai sisi diaman pada sisi lain amplitudo yang tinggi tiba-tiba berubah menjadi
datar. hal ini lah yang menunjukkan kolom pada titik flat kembali menjadi air.
Menurut Charles McDade bahwa sanya keberadaan hidrokarbon sebagai
tumpukan dapat dilihat dari zona amplitudo yang sangat tinggi. Pertanyaanya
sekarang, apakah hidrokarbon dapat naik keatas pada bagian sedimen yang tinggi?
Jika ditinjau dari struktur tidak ditemukannya struktur antiklin.
Pada saat sudut berada pada 0°-40° maka formasi yang sama akan dapat
menggantikan gas. Pada hakikatnya terdapat banyak teknik yang digunakan untuk
dapat membedakan zona atau meningkatkan amplitudo akan tetapi semua itu
kembali lagi kepada seorang geophysisc maupun geologi kepada target awal dari
pencarian.

Anda mungkin juga menyukai