Anda di halaman 1dari 6

NELA ELISA DWIYANTI

115170005

Kelas B

Resume Jenis Noise

1. Multiple

Multiple adalah sinyal refleksi yang dapat berupa Short-path multiple (SPM) maupun
long-path multiple (LPM). SPM pada data rekaman seismik akan tiba setelah sinyal utama,
sehingga akan mempengaruhi tampilan sinyal utama. Sedangkan LPM, akan terlihat pada
penampang seismik sebagai sebuah “event” lain yang berulang. Multiple dapat dianggap
sebagai noise, karena tidak menggambarkan event reflektor sebenarnya.

Gambar 5. Beberapa macam Multiple: (a) Free-Surface Multiple, (b) pegleg Multiple dan
(c) intra-bed Multiple.

Multiple merupakan suatu fenomena gelombang seismik yang memantul lebih dari sekali
sebelum kembali ke permukaan dan terekam kembali oleh perekam. Multiple terjadi apabila
gelombang seismik melewati suatu batas lapisan yang memiliki kontras impedansi antar
lapisan yang sangat besar (misalnya dari kolom air laut menuju lantai dasar laut yang keras,
lapisan karbonat, dll). Saat ini metode akuisisi yang biasa digunakan adalah metode dengan
menggunakan multicoverage data acquisition, hal ini merupakan salah satu usaha dari
beberapa perusahaan penyedia jasa untuk meningkatkan kualitas image di bawah permukaan.
Penggunaan metode ini pada akuisisi seismik refleksi biasanya dilakukan secara berulang,
sehingga satu titik refleksi dapat diiluminasi oleh beberapa pasangan source dan reciver.
Hasilnya, akan didapatkan beberapa pasangan source dan reciver untuk satu titik CMP dalam
data 2D. Data multicoverage ini dimanfaatkan oleh semua metode imaging, untuk
dikumpulkan menjadi kumpulan data dari common cause. Kemudian dipetakan ke posisi
sebenarnya, menjadi satu kumpulan data Zero Offset (simulasi ZO) yang lebih mudah untuk
diinterpretasikan.

Efek Multiple termasuk salah satu noise atau pengotor data yang sering ditemukan pada
data seismik. Efek ini dapat mengakibatkan ambiguitas pada data yang mengakibatkan
perubahan pada data primer seismik. Dengan demikian, efek multiple jelas harus dieliminasi
demi mendapatkan data seismik yang akurat. Selama ini, ada beberapa metode yang dikenal
dalam eliminasi multiple.

Multiple effect tergolong noise pada rekaman data seismik. Fenomena ini lebih sering
muncul pada data seismik laut. Multiple terbentuk akibat adanya perbedaan kontras yang
tinggi antara koefisien refleksi air laut dengan batuan di bawahnya maupun udara diatasnya.
Receiver gelombang seismik sejauh ini belum dapat membedakan gelombang primer dengan
refebrasi atau multiple. Sehingga, gelombang seismik bisa terpantul dan dianggap sebagai
sumber gelombang baru akibat kontras lapisan tersebut (Gambar 1). Multiple yang terbentuk
biasanya muncul pada 2 kali dari waktu data utama (Warnana, 2018)

Gambar kedua menjelaskan multiple yang terbentuk pada data shot gather. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya, multiple akan terbentuk pada waktu tepat dua kali data primer.
Semakin jauh dasar laut yang terekam sebagai reflektor, semakin jauh pula multiple yang
nantinya akan terbentuk. Sehingga, multiple akan lebih mudah diidentifikasi pada data
seismik laut dalam.
Dalam seismik refleksi, dasar metodenya adalah perambatan gelombang bunyi dari
sumber getar ke dalam bumi atau formasi batuan, kemudian gelombang tersebut dipantulkan
ke permukaan oleh bidang pantul yang merupakan bidang batas suatu lapisan yang
mempunyai kontras Impedansi Akustik (IA). Di permukaan bumi gelombang itu ditangkap
oleh serangkaian instrumen penerima (geophone/hydrophone) yang disusun membentuk garis
lurus terhadap sumber ledakan atau profil line.

Nilai-nilai impedansi akustik yang dimaksud adalah kecepatan dan massa jenis batuan
penyusun perlapisan bumi. Hubungan antara keduanya dapat dinyatakan sebagai koefisien
refleksi (R) dan koefisien transmisi (T).
Waktu perambatan gelombang dari sumber ledakan, kemudian dipantulkan kembali oleh
bidang reflektor tersebut merupakan waktu dua arah atau lebih dikenal dengan istilah two-
way traveltime (TWT) dan besarnya waktu ini tergantung pada kedalaman reflektor, semakin
dalam lapisan batuan semakin besar waktu yang diperlukan Tc>Ta>Tb. Sebagian energi yang
dipantulkan tersebut akan diterima oleh serangkaian detektor, kemudian akan direkam dalam
satu Magnetic Tape. Parameter yang direkam adalah waktu penjalaran gelombang seismik
dari sumber menuju detektor.

2. Up Pull dan Down

Velocity pull-down/pull-up effects, efek ini bisa menjadi sangat "halus". Hal ini biasanya
diakibatkan oleh peningkatan lokal kolom gas yang tebal Gas yang mempunyai kecepatan
yang lebih lambat menghasilkan efek pull-down. Kecepatan pull-down terjadi ketika suatu
lapisan dangkal atau fitur dengan kecepatan seismik yang rendah (e.g., shale diapir atau gas
chimney) dikelilingi oleh batuan dengan kecepatan seismik yang lebih tinggi membentuk apa
yang tampak sebagai structural low di bawahnya. Setelah fitur ini diubah
dari time ke depth, apparent structural low ini berkurang ukurannya. Sedangkan kecepatan
pull-up merupakan kebalikannya, yaitu ketika suatu lapisan dangkal atau fitur dengan
kecepatan seismik yang tinggi (e.g., kubah garam atau reef carbonate) dikelilingi oleh batuan
dengan kecepatan seismik yang lebih rendah membentuk apa yang tampak sebagai structural
high di bawahnya. Terkadang flat spot adalah sesuatu yang miring pada TWT
section dikarenakan efek kecepatan (Brown, 1988), dan juga mungkin bahwa masing-
masing faultblock memiliki gas-water contact
Efek pull up biasanya terjadi pada litologi batu pasir akibat perbedaan kecepatan yang cukup
besar pada shale dan carbonat, karena adanya perbedaan kecepatan secara lateral yang cukup
besar mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam pembuatan model kecepatan sehingga citra
bawah permukaan yang dihasilkan menjadi tidak akurat. efek pull up terjadi karena adanya
perbedaan kecepatan antar lapisan yang cukup tinggi sehingga terbentuk antiklin semu
padahal pada keadaan sesungguhnya hanyalah lapisan datar. Efek pull up dapat
mengakibatkan kesalahan dalam proses interpretasi data seismic pada saat akan dilakukan
proses produksi. (Yanuar dan Santoso)

3. Dispersion velocity

Dikarenakan sifat medium bumi tidak sepenuhnya elastik, maka gelombang seismik yang
merambat melalui medium bumi akan mengalami distorsi oleh efek atenuasi dan Velocity
Dispersion.

Dispersi kecepatan tergantung pada sifat petrofisika batuan reservoir, seperti porositas,
rekahan, mobilitas fluida, dan skala heterogenitas. Namun, dispersi kecepatan biasanya
diabaikan dalam pemrosesan data seismik sebagian karena kurangnya pengamatan dalam pita
frekuensi seismik eksplorasi 5 hingga 200 Hz. Atenuasi dan dispersion velocity dapat
memberikan pemahaman yang baru tentang bagian batuan. (Sun,dkk., 2009)

Gambar di atas mengilustrasikan karakteristik perubahan kecepatan pada model atenuasi


yang konstan (Q=20) sebagai fungsi dari frekuensi, karakteristik ini dikenal dengan Velocity
Dispersion. Velocity Dispersion biasanya diabaikan didalam pengolahan data seismik
konvensional, dikarenakan efeknya sangat kecil dan sulit untuk diukur terutama pada medium
dengan Q>30. Akan tetapi pada medium yang beratenuasi tinggi Q<30, Velocity
Dispersion tidak bisa diabaikan lagi. Karena pada medium tersebut data seismik akan
mengalami pergeseran fasa yang signifikan. Akibat adanya pergeseran fasa tersebut, tidak
mengherankan jika kita sulit melakuan well-seismic tie untuk data VSP, terutama jika bekerja
pada daerah dengan atenuasi yang sangat tinggi e.g. shale prone atau loose
material akibat rapid sedimentation. (Anonim, 2008)
Daftar Pustaka

Anonim, 2009. Velocity Dispertion.


http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2009/11/velocity-dispersion.html

Sun, dkk. 2009. Measuring Velocity dispersion and attenuation in the exploration seismic
frequency band. Toronto University.

Warnana, Dwa Desa. 2018. Eliminasi efek multiple pada data seismik laut dangkal
menggunakan metode 2D Surface Related ultiple Elimination (2D SRME). ITS

Yanuar dan Santoso, 2018. Koreksi Efek Pull Up Dengan Menggunakan Metode Horizon
Based Depth Tomography. ITS

Anda mungkin juga menyukai