Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

INTREPRETASI SEISMIK REFLEKSI TG 4131

MODUL KE – 02
NOISE DAN DHI

Oleh:
Maya Mardani
12115029

Asisten :
Gading Nur Rahmat Rifai, S.T.
Yudha Styawan, S.T.
Hendra Hidayat Akbar

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2018 / 2019
PENDAHULUAN
Survei seismik dilakukan untuk mendapatkan rekaman data seismik dengan
kualitas yang baik. Penilaian baik tidaknya data seismik adalah dari perbandingan antara
banyaknya sinyal refleksi dengan noise yang diterima. Semakin banyak sinyal refleksi
serta semakin sedikit noise yang diterima, maka kualitas perekaman data seismik
semakin bagus. Keakuratan pengukuran travel time juga mempengaruhi kualitas
perekaman. Noise merupakan suatu masalah yang mengganggu kualitas penerimaan
sinyal dan juga reproduksi sinyal. Noise juga bisa membatasi jangkauan sistem pada
daya pancaran tertentu, serta dapat mempengaruhi sensitivitas maupun kepekaan sinyal
penerimaan. Bahkan di beberapa kasus, noise atau derau juga bisa mengakibatkan
pengurangan bandwidth yang ada pada suatu sistem.

Metode Seismik refleksi terbagi atas tiga bagian yaitu akuisisi data seismik,
pengolahan data seismik dan interpretasi data seismik. Akuisisi data untuk memperoleh
data seismik dari area yang disurvey. Teknik pengolahan data seismik dalam
penerapannya untuk memperoleh hasil migrasi yang baik perlu diterapkan proses filter
terhadap noise yang tepat. Filter ini memiliki fungsi yang vital dalam pengolahan data
seismik karna dengan penggunaan filter yang baik maka akan didapat hasil akhir data
yang baik dengan ignal to Noise Ratio (S/N) yang tinggi. Dari proses data seismik akan
diperoleh penampang seismik permukaan bawah tanah. Setelah data seismik diproses
maka dilakukan interpretasi untuk menganalisa keadaan geologi di bawah permukaan
dan juga untuk memperkirakan komposisi material batuan di bawah permukaan
tersebut.

Interpretasi seismik merupakan salah satu tahapan yang penting dalam


eksplorasi hidrokarbon dimana dilakukan pengkajian, evaluasi, pembahasaan data
seismic hasil pemrosesan ke dalam kondisi geologi yang mendekati kondisi geologi
bawah permukaan sebenarnya agar lebih mudah untuk dipahami. Pada tahapan
interpretasi seismik ini dibutuhkan pengetahuan dasar yang baik dari ilmu geofisika dan
geologi mengenai keberadaan dan karakterisasi sebuah reservoir hidrokarbon.

Gelombang seismic yang kita rekam membawa informasi bawah permukaan,


batas batuan dan informasi fluida, yang ditunjukkan oleh waktu tempuh gelombang,
ampliudo gelombang seismic, dan variasi fasa. Pada awalnya, data seismic hanya
digunakan untuk mengenali batas lapisan atau cebakan hidrokarbon yang lebih memberi
informasi kea rah cebakan struktur. Namun saat ini, seiring dengan perkembangan ilmu
dan teknologi, khususnya teknologi dibidang system informasi, instrumentasi dan teknik
interpretasi, data seismic dapat digunakan untuk melakukan analisa litologi, porositas,
identifikasi fluida pori, dan saturasi. Keberadaan hidrokarbon, dapat diidentifikasi
dengan dari DHI (Direct Hydrocarbon Indicator). Adanya DHI ini dapat membantu kita
dalam melokalisir prospek-prospek tepat terperangkapnya hidrokarbon. Langkah lebih
maju yang dapat dilakukan adalah memprediksi jenis fluida pada daerah prospek
tersebut.

Pada Praktikum Interpretasi Seismik Refleksi pada modul ini bertujuan untuk:

1. Dapat menginterpretasi noise pada data seismic


2. Dapat menginterpretasi Direct Hydrocarbon Indicator (DHI)

DASAR TEORI

Noise adalah gelombang yang tidak diinginkan dalam sebuah rekaman seismik.
Dalam seismik refleksi, gelombang refleksilah yang dikehendaki sedangkan yang lainya
diupayakan untuk diminimalisir dan diantisipasi adanya berbagai macam jenis
gangguan /noise yang mempengaruhi dan mengurangi kualitas data yang terekam.

Gambar 1. Sebuah rekaman dengan data gelombang refleksi dan noise


Noise terbagi menjadi dua kelompok: noise koheren (coherent noise) dan noise
inkoheren (Noise acak ambient/random ambient noise).

1. Noise koheren. Noise ini dapat diidentifikasi dalam bentuk pola-pola khusus
gelombang yang terekam. Noise koheren memiliki pola keteraturan dari trace ke
trace. Pada noise koheren frekuensi dan fasanya sama dengan sinyal seismik.
Beberapa contoh noise yang koheren antara lain:
a. Efek buble: dihilangkan dengan cara memasang sangkar pada sumber
seismik sehingga setiap gelembung yang dihasilkan akibat ledakan akan
segera pecah pada saat keluar dari sangkar.
b. Efek multiple: umumnya terdapat pada data seismik laut dalam bentuk
kenampakan refleksi sekunder akibat gelombang yang terperangkap. Efek
multiple dihilangkan dengan filter dereverberation.
c. Efek ghost: diredam dengan filter deghosting.
d. Difraksi: dihilangkan dengan langkah migrasi.
e. Efek ground roll: dicirikan dengan amplitudo yang kuat dan frekuensi yang
rendah. Efek ground roll diatasi menggunakan band pass filter / low cut
filter.
f. Gelombang langsung (direct wave), dicirikan dengan frekuensi yang cukup
tinggi dan dengan waktu datang (arrival time) lebih awal.

Apabila noise-noise koheren tersebut masih dominan daripada sinyal seismik


maka langkah yang mungkin bisa dilakukan dengan menerapkan filter F-K
domain, T-P domain dan filter atau domain lain seperti DNA (Diversity Noise
Attenuator).

2. Noise inkoheren. Noise ini muncul pada rekaman data seismik dengan pola yang
acak. Random noise biasanya mempunyai frekuensi yang lebih tinggi dan
fasanya tidak sama. Beberapa contoh noise inkoheren antara lain: gelombang
laut, angin, kendaraan yang lewat saat rekaman, dll.
Sedangkan berdasarkan sumbernya, noise dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Shot-related (“Correlated”); merupakan noise yang ditimbulkan oleh energi dari


sumber seismik itu sendiri, dimana secara umum noise ini akan muncul secara
berulang ketika pengukuran yang sama dilakukan secara berulang pula, dan
tidak akan muncul apabila tidak ada ledakan/sumber seismik yang diberikan.
2. Ambient (“Uncorrelated”); noise yang diakibatkan oleh energi dari gangguan-
gangguan lingkungan di sekitar daerah pengukuran seperti angin, mesin,
vegetasi, hewan, berbagai aktivitas manusia, dll. Noise ini akan selalu muncul
walaupun tidak ada ledakan/sumber seismik yang diberikan.
3. Recording; noise yang muncul karena adanya masalah pada perlengkapan,
seperti bad geophones, bad cables, noise bursts, electronic hum, spikes, dan
gangguan pada amplifier.

Direct Hydrocarbon Indicators / DHI membantu untuk menyimpulkan adanya


akumulasi hidrokarbon pada data seismik. DHI memberikan tambahan untuk
mengevaluasi potensi hydrocarbon drillable prospect. DHI disebabkan oleh kandungan
porefill, kontak fluida dan/atau perubahan tinggi kolom Hidrokarbon. DHI terdiri dari:

1. Flat spot.

Flat spot merupakan sub-horizontal events yang menunjukkan kontak fluida dalam
reservoir yang digambarkan pada data seismik dengan tampilan reflektor yang flat
dan umumnya berasosiasi dengan bright spot. Adanya reflektor ini karena kontak
fluida baik gas/air, gas/minyak, maupun minyak/air. Kontak minyak/air sulit terlihat
pada penampang seismik berkenaan dengan tidak mencukupinya kontras impedansi
yang ditimbulkan atau terbatasnya ketinggian oil column. Jika salah satu kontak
mengandung gas yang tebal, maka akan dicerminkan oleh flat spot yang tidak benar-
benar flat namun agak melengkung ke bawah (push down/velocity sag). Selain itu,
fenomena flat spot juga tidak pasti datar namun agak miring yang dikarenakan
faktor tekanan.
Gambar 2. Dual flat spot yang terlihat pada sekuen reservoir klastik, offhore Nigeria.
Lebar Oil–water contact nya lebih dari 2 km

2. Bright spot.

Peningkatan amplitudo pada refleksi Top reservoir menunjukkan kehadiran


porefluid yang berbeda. Berasosiasi dengan batupasir berpori yang terisi gas dimana
porositas besar dan gas tersebut akan mengakibatkan koefisien refleksi negatif yang
sangat kuat. Bright spot dapat terjadi baik pada batuan silisiklastik maupun batuan
karbonat. Adanya bright spot tidak serta merta menandakan adanya reservoar.
Konfigurasi litologi nya dapat digambarkan dalam kasus nilai impedansi sand <
impedansi shale. Terkadang batas pinggir bright spot menandakan juga batas kontak
fluida. Adanya brighspot yang didukung secara struktural akan semakin
meningkatkan keyakinan adanya hidrokarbon.

Gambar 3. Top Reservoir (warna biru) menunjukkan brightening (penguatan respon


amplitudo) diatas zona dimana HC berada. DHI memanjang hingga area kontur tertutup
dan structural spill point terlihat pada sebelah kiri (Courtesy TFE)
3. Dim spot.

Penurunan amplitudo pada refleksi Top reservoir mengindikasikan perubahan dalam


porefill. Berasosiasi dengan batupasir atau batugamping yang porositasnya kecil dan
lebih terkompaksi, maka kehadiran gas akan menurunkan koefisien refleksi
sehingga mengurangi besarnya amplitudo. Konfigurasi litologi nya dapat
digambarkan baik dalam kasus nilai impedansi sand > impedansi shale maupun
impedansi karbonat > dari sand/shale.

Gambar 4. Dim spot at the Top gas-charged Kujung-1 Buildup in KE-32 Well

4. Polarity reversal/ phase changed (pembalikan polaritas)

Terjadi pada top reservoir terisi hidrokarbon dengan top reservoir yang tidak terisi
dengan hidrokarbon. Faktor hidrokarbon lah yang membuat kontras impedansinya
berkebalikan. Konfigurasi litologi nya dapat digambarkan dalam kasus nilai
impedansi sand sedikit lebih tinggi dari impedansi shale.

Gambar 5. Pembalikan polaritas berasosiasi dengan bright spot yang disebabkan oleh
gas pada unconsolidated sand dari Teluk Meksiko. Polaritas yang digunakan adalah
polaritas Eropa zero phase
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka praktikan dapat


menginterpretasi suatu noise/gangguan-gangguan pada data seismic baik noise koheren
maupun noise inkoheren (Noise acak ambient/random ambient noise). Noise adalah
gelombang yang tidak diinginkan dalam sebuah rekaman seismic. Praktikan juga dapat
menginterpretasi adanya keberadaan hidrokarbon,yang dapat diidentifikasi dengan DHI
(Direct Hydrocarbon Indicator). Adanya DHI ini dapat membantu kita dalam
melokalisir prospek-prospek tepat terperangkapnya hidrokarbon. Interpretasi seismik
merupakan salah satu tahapan yang penting dalam eksplorasi hidrokarbon dimana
dilakukan pengkajian, evaluasi, pembahasaan data seismic hasil pemrosesan ke dalam
kondisi geologi yang mendekati kondisi geologi bawah permukaan sebenarnya agar
lebih mudah untuk dipahami. Pada tahapan interpretasi seismik ini dibutuhkan
pengetahuan dasar yang baik dari ilmu geofisika dan geologi mengenai keberadaan dan
karakterisasi sebuah reservoir hidrokarbon. Data seismic dapat digunakan untuk
melakukan analisa litologi, porositas, identifikasi fluida pori, dan saturasi

DAFTAR PUSTAKA

Modul 2 Praktikum Interpretasi Seismk Refleksi mengenai NOISE dan DHI.


https://geohazard009.wordpress.com/category/geofisika/
http://seismiccorners.blogspot.com/2010/02/noise-noise-sering-dijumpai-pada-saat.html
https://asyafe.wordpress.com/2008/07/24/analisis-noise-trace-seismik-2/
http://inibumi.blogspot.com/2010/01/direct-hydrocarbon-indicators-dhi.html
http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2007/06/noise-dan-data.html
https://seismicinterpreter.wordpress.com/2012/10/17/direct-hydrocarbon-indicator-dhi/
http://digilib.unila.ac.id/2971/14/14%20
http://digilib.unila.ac.id/17104/14/BAB%20I.pdf
http://duniaseismik.blogspot.com/2008/06/survey-seismik-dilakukan-untuk.html
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126409-T%2026240-Studi%20identifikasi-
Pendahuluan.pdf

Anda mungkin juga menyukai