net/publication/303497231
CITATIONS READS
0 921
4 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
PENYUSUNAN ZONA RISIKO KERENTANAN AIRTANAH TERHADAP PEMOMPAAN DAN INTRUSI AIR LAUT SERTA DESIGN MODEL MENTAL STAKEHOLDER DALAM
PENGELOLAAN AIRTANAH SEBAGAI DASAR PENENTUAN JARINGAN SUMUR PANTAU DI KOTA SEMARANG View project
DELINEATION OF GROUNDWATER CONSERVATION ZONE TO MITIGATE ENVIRONMENTAL DEGRADATION AND MAPPING THE HUMAN ACTIVITIES AND BEHAVIOUR IN
DISASTER MANAGEMENT CASE STUDY: SEMARANG CITY View project
All content following this page was uploaded by Thomas Triadi Putranto on 25 May 2016.
Abstrak
Kota Semarang merupakan kota dengan morfologi yang cukup bervariasi, sehingga berdampak
langsung pada potensi terjadinya gerakan tanah. Gerakan tanah selain dipicu oleh faktor geogen meliputi
litologi, kelerengan, serta struktur geologi, juga oleh faktor antrophogen yaitu curah hujan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui resistivitas batuan, macam litologi serta kedalaman bidang gelincir
pada masing-masing daerah rawan gerakan tanah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengukuran resistivitas
batuan pada 20 titik rawan gerakan tanah di Kota Semarang berdasarkan tingkat klasifikasi kerawanannya.
Pengukuran geolistrik menggunakan konfigurasi Schlumberger dengan total bentangan 50 m, kemudian
dianalisis menggunakan metode matching curve dan divalidasi nilai Root Mean Square menggunakan
perangkat lunak Progress 3.0 untuk mengetahui nilai resistivitas batuan sebenarnya, jenis litologi serta
kedalaman bidang gelincir.
Dari hasil analisis geolistrik didapatkan 7 (tujuh) variasi batuan berdasarkan nilai resistivitasnya,
yaitu breksi (101-1.000 Ωm), lava (1.001-3.000 Ωm), batupasir tuffan (51-100 Ωm), tuff (20-50 Ωm),
batulempung (1-50 Ωm), batupasir (51-100 Ωm), dan batugamping (101-1000 Ωm). Kehadiran batulempung
diidentifikasi sebagai bidang gelincir. Selain itu dari penelitian ini didapat 6 (enam) titik rawan gerakan
tanah yang memiliki bidang gelincir, diantaranya adalah GL 5 di daerah Lempongsari (Rawan) dengan
kedalaman 1,4-2,75 m; GL 7 di daerah Sukorejo (Cukup rawan) dengan kedalaman 1,5-13,85 m; GL 8 di
daerah Srondol Kulon (Rawan) dengan kedalaman 1,53-5,35 m; GL 10 di daerah Jabungan dengan
kedalaman mulai 5,34 m, GL 17 di daerah Kalipancur (Cukup Rawan) dengan kedalaman 2,73-2,91 m, serta
GL 19 di Babankerep (Cukup Rawan) dengan kedalaman 1,9-2,4 m.
Batuan terdiri dari batupasir tufaan, kerikil, pasir dan lanau dengan tebal 1-
konglomerat dan breksi volkanik. 3 m. Bongkah tersusun oleh andesit,
Batupasir tufaan berwarna kuning batugamping dan sedikit batupasir.
kecoklatan berbutir halus-kasar, Struktur Geologi Regional
komposisi terdiri dari mineral mafik, Struktur geologi yang terdapat di Kota
feldspar dan kuarsa dengan masa dasar Semarang umumnya berupa sesar yang
tufaan, porositas sedang, keras. terdiri dari sesar normal, sesar geser dan
Konglomerat berwarna kuning sesar naik. Sesar normal relatif berarah
kecoklatan hingga kehitaman, barat-timur sebagian agak cembung ke
komponen terdiri dari andesit, basalt, arah utara, sesar geser berarah utara
batuapung, berukuran 0,5-5 cm, selatan hingga barat laut-tenggara,
membundar tanggung hingga sedangkan sesar naik relatif berarah barat-
membundar baik, agak rapuh. Breksi timur. Sesar-sesar tersebut umumnya
volkanik mungkin diendapkan sebagai terjadi pada batuan Formasi Kerek,
lahar, berwarna abu-abu kehitaman, Formasi Kalibeng dan Formasi Damar
komponen terdiri dari andesit dan yang berumur Kuarter dan Tersier.
basalt, berukuran 1-20 cm, menyudut- Geomorfologi Regional
membundar tanggung, agak keras. Berdasarkan genesa, kemiringan
5. Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk) lereng, serta beda tinggi menurut
Batuan berupa lava basalt, berwarna klasifikasi Van Zuidam, 1983, maka
abu-abu kehitaman, halus, komposisi geomorfologi Kota Semarang dapat
mineral terdiri dari felspar, olivin dan dibagi menjadi 4 satuan, yaitu:
augit, sangat keras. Breksi andesit 1. Satuan Bentangalam Denudasional
hornblende augit dan aliran lava, Datar
sebelumnya disebut batuan gunungapi Satuan ini memiliki persen lereng 1 %
Ungaran Lama. Breksi andesit dengan beda tinggi 12,5 m. Kondisi
berwarna coklat kehitaman, komponen morfologi wilayah ini memiliki
berukuran 1-50 cm, menyudut- kondisi lahan yang datar dengan proses
membundar tanggung dengan masa yang dominan adalah denudasional
dasar tufaan, posositas sedang, yang dipengaruhi oleh faktor eksogen
kompak dan keras. Aliran lava berupa pelapukan dan erosi. Wilayah
berwarna abu-abu tua, berbutir halus, persebarannya berada pada utara Kota
setempat memperlihatkan struktur Semarnag yang meliputi Kecamatan
vesikuler (berongga). Genuk, Semarang Utara, Semarang
6. Batuan Gunungapi Gajahmungkur Berat, Semarang Tengah, Semarang
(Qvu) Timur, Tugu, dan Gayamsari.
Batuan berupa lava andesit, berwarna 2. Satuan Bentangalam Denudasional
abu-abu kehitaman, berbutir halus, Berbukit Bergelombang
holokristalin, komposisi terdairi dari Satuan ini memiliki persen lereng rata
feldspar, homblende dan augit, bersifat - rata sebesar 15 % dengan beda tinggi
keras dan kompak. Setempat 112,5 m. Kondisi morfologi wilayah
memperlihatkan struktur kekar ini memiliki kondisi lahan yang relatif
berlembar (sheeting joint). bergelombang dengan proses yang
7. Aluvial dominan adalah denudasional yang
Merupakan endapan aluvium pantai, dipengaruhi oleh faktor eksogen
sungai dan danau, Endapan pantai berupa pelapukan dan erosi. Wilayah
litologi terdiri dari lempung, lanau dan persebarannya berada pada Tengah
pasir dan campuran diantaranya Kota Semarang yang meliputi
mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Kecamatan Pedurungan, Gajah
Endapan sungai dan danau terdiri dari
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
lokasi ini adalah formasi kalibeng yang tersebut adalah sebesar 4,5 %, yang
merupakan hasil endapan marine mengindikasikan akurasi data hasil
berumur tersier. Dilihat dari nilai pengolahan ini cukup baik dan dapat
resistivitas dan peta geologi regional, dipercaya. Berdasarkan peta geologi
maka daerah ini tersusun atas litologi regional Semarang (Thanden dkk,
berupa batupasir, batulempung, dan 1996), formasi yang terdapat pada
batugamping. Keterdapatan lokasi ini adalah formasi kalibeng yang
batulempung dengan nilai resistivitas merupakan hasil endapan marine
17 ohm-m pada kedalaman 1,5-13,85 berumur tersier. Dilihat dari nilai
m dan ketebalan 12,35 m berpotensi resistivitas dan peta geologi regional,
untuk menjadi bidang gelincir. maka daerah ini tersusun atas litologi
3. GL 8 Srondol Kulon berupa batupasir, batulempung, dan
Hasil pengolahan data geolistrik pada batugamping. Keterdapatan
Kelurahan Srondol Kulon (Gambar 5) batulempung dengan dua pembacaan
didapat nilai resistivitas yang cukup nilai resistivitas, yaitu 24 ohm-m pada
rendah, dengan nilai tertinggi kedalaman 5,34 m dengan ketebalan
mencapai 66 ohm-m pada kedalaman 1,34 m, serta 39,4 ohm-m pada
7,5 m, sedangkan nilai terendah yaitu kedalaman 7,16 berpotensi untuk
4,3 ohm-m pada kedalaman 3 m. Nilai menjadi bidang gelincir longsor.
error matching curve pada data Sehingga kedalaman bidnag gelincir
tersebut adalah sebesar 8 %, yang berada pada kedalaman 5,34 hingga
mengindikasikan akurasi data hasil batas bawah yang belum diketahui
pengolahan ini cukup baik dan dapat dikarenakan pembacaan kedalaman
dipercaya. Berdasarkan peta geologi hasil pengolahan data hanya mencapai
regional Semarang (Thanden dkk, kedalaman 7,16 m.
1996), formasi yang terdapat pada 5. GL 17 Kalipancur
lokasi ini adalah formasi kerek yang Hasil pengolahan data geolistrik pada
merupakan hasil endapan marine Kelurahan Kalipancur (Gambar 6)
berumur tersier. Dilihat dari nilai tepatnya di Perumahan Bukit
resistivitas dan peta geologi regional, Menjangan Asri, didapat nilai
maka daerah ini tersusun atas litologi resistivitas yang sangat bervariasi,
berupa batupasir dan batulempung. dengan nilai tertinggi mencapai 2362
Keterdapatan batulempung dengan dua ohm-m pada kedalaman 2,91 m,
pembacaan nilai resistivitas, yaitu 40 sedangkan nilai terendah yaitu 2,06
ohm-m pada kedalaman 1,53 m ohm-m pada kedalaman 2,73 m. Nilai
dengan ketebalan 1,52 serta 4,3 ohm-m error matching curve pada data
pada kedalaman 3 m dengan ketebalan tersebut adalah sebesar 48 %, yang
4,3 berpotensi untuk menjadi bidang mengindikasikan akurasi data hasil
gelincir. Sehingga kedalaman bidang pengolahan ini belum cukup akurat
gelincir berada pada kedalaman dikarenakan variasi nilai tahanan jenis
1,53-5,35 dengan ketebalan 3,82 m. yang didapat di lapangan memiliki
4. GL 10 Jabungan selisih yang cukup jauh. Berdasarkan
Hasil pengolahan data geolistrik pada peta geologi regional Semarang
Kelurahan Jabungan (Gambar 5) (Thanden dkk, 1996), formasi yang
didapat nilai resistivitas yang cukup terdapat pada lokasi ini adalah formasi
bervariasi, dengan nilai tertinggi damar dengan litologi penyusun
mencapai 310 ohm-m pada kedalaman berupa hasil aktifitas vulkanik yang
2,1 m, sedangkan nilai terendah yaitu berumur kuarter. Dilihat dari nilai
24 ohm-m pada kedalaman 5,34 m. resistivitas dan peta geologi regional,
Nilai error matching curve pada data maka daerah ini tersusun atas litologi
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, E., Sujito, dan Suaidi, D.A., Identifikasi Bidang Gelincir Zona Rawan Longsor
Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Dipole-Dipole Di Payung
Kota Batu, 2014, Jurnal Online Universitas Negeri Malang,
http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel4EAB27DA313CAF374D29979E1606D
2D0.pdf [Online akses: 24.02.2015].
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Semarang, 2015, Peta Prakiraan
Curah Hujan Bulan Maret 2015 di Jawa Tengah,
http://klimatologi.semarang.jateng.bmkg.go.id/index.php/en/2014-12-22-14-3813/2014-
12-22-14-47-21/prakiraan-bulanan/186-prakich [Online akses 28.02.2015].
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Tengah, 2015, Kejadian Longsor Kota
Semarang Tahun 2013-2015, Semarang.
Purba, J. O., 2014, Pembuatan Peta Zona Rawan Tanah Longsor Di Kota Semarang Dengan
Melakukan Pembobotan Parameter, Skripsi Prodi Teknik Geodesi Undip,
http://eprints.undip.ac.id/42838/ [Online akses: 20.02.2015].
Telford, W.M. 1990. Applied Geophysics. Cambridge University, Cambridge.
Thanden, R.E., Sumadirdja, H., Richards, P.W., Sutisna, K. dan Amin, T.C., 1996, Peta
Geologi Regioanl Lembar Magelang dan Semarang Skala 1:100.000, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, Bandung
Van Zuidam, R.A. 1983, Aspect of The Applied Geomorphologic Map of Republic of
Indonesia. ITC. Belanda : International Institute for Aerial Survey and Earth Science..
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
TABEL
Tabel 1 Kedalaman Bidang Gelincir Kota Semarang
GAMBAR
Gambar 3 Log Geolistrik GL 5 Lempongsari Gambar 4 Log Geolistrik GL 7 Sukorejo Gambar 5 Log Geolistrik GL 8 Srondol Kulon
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 6 Log Geolistrik GL 10 Jabungan. Gambar 7 Log Geolistrik GL 17 Kalipancur Gambar 8 Log Geolistrik GL 19 Babankerep.