Anda di halaman 1dari 14

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 211 – 219

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 211
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

ANALISA KUAT GESER RESIDUAL PADA CLAY SHALE DAN


DURABILITAS BATUAN DI DESA KANDANGAN KECAMATAN
BAWEN KABUPATEN SEMARANG

Chanif Tian Shofi, Abdur Rauf, Bambang Pardoyo *), Siti Hardiyati *)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro


Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. 50239, Telp.: (024)7474770, Fax.: (024)7460060

ABSTRAK
Desa Kandangan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang merupakan salah satu wilayah
di Jawa Tengah yang termasuk daerah rawan bencana alam yang salah satu penyebabnya
utamanya adalah adanya potensi gerakan tanah akibat ketidakstabilan tanah. Dimana
salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan tanah adalah kondisi geologi berupa
perlapisan batuan. Dari deskripsi tanah dan tinjauan geologi, daerah penelitian termasuk
jenis tanah pelapukan dimana material clay shale dan sand stones mendominasi daerah
tersebut. Hasil analisis pengujian geser langsung didapatkan nilai sudut geser residual
efektif (’r) berkisar antara 4,77 - 9,78° dan nilai kohesi efektif (c’) sebesar 5,97 - 17,95
kN/m2. Dari hasil pengujian geser langsung menunjukkan kriteria penentuan kuat geser
residual sebagai parameter utama dalam rekayasa geologi terhadap material yang rentan
akan proses pelapukan. Hasil pengujian ketahanan batuan menurut Gamble's Slake
Durability Classification, parameter kuat tahanan batuan pada sampel TTK 1 dan TTK 4
yang diperoleh termasuk dalam klasifikasi “Low Durability”, sehingga dapat diartikan
bahwa sampel sangat mudah mengalami pelapukan apabila terekspose langsung oleh
perubahan cuaca dan air. Pada TTK 2 termasuk kedalam klasifikasi “Medium
Durability”, sedangkan pada TTK 3 diperoleh klasifikasi “Medium High Durability”,
sehingga dapat diartikan TTK 2 dan TTK 3 memerlukan waktu yang cukup lama untuk
batuan tersebut mengalami proses pelapukan. Pemeriksaan terhadap mineralogi pada
residual clay shale dilakukan dengan pengujian XRD, didapatkan komposisi yang terbesar
adalah Kaolinite ± 30%. Uji pengembangan bebas dilakukan untuk mengetahui persentase
swelling pada residual clay shale, didapatkan nilai persentase sebesar 50%. Hubungan
korelasi dalam penelitian diperoleh dari hasil pengujian indeks properties, pengujian
direct shear dalam parameter kuat geser residual serta pengujian slake durability dalam
parameter Slake Durability Index (SDI) yang digunakan sebagai bahan referensi dalam
perencanaan geologi teknik.

Kata kunci: Clay Shale, Durabilitas, Geser Langsung, Lempung Residual

ABSTRACT
Desa Kandangan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang is one of the region in the
Central Java including prone areas natural disasters. One of the causes are potential
ground motion due the instability of land, where the factors that affect the movement of the
land is a condition of geology of the form of coating rocks. From the description of the
land and review of geology, research area is including soil type weathering where material

*)
Penulis Penanggung Jawab

211
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 212

clay shale and sand stones dominate the area. Analysis testing slide directly obtained the
value of the corner of shear residual effective (’r) between 4,77 - 9,78° and value
cohesion effective (c’) of 5,97 - 17,95 kN/m2. From of the test results slide directly shows
criteria determination of strong slide the residual as the main parameters in engineering
geology of the material vulnerable will process weathering. Test results resistance rock
according to Gamble's Slake Durability Classification, parameters stronger detainees rock
on sample TTK 1 and TTK 4 obtained included in the clas sification of "Low Durability", so as
to mean that the sample is very easy experience weathering when exposed directly by
climate change and the water. On TTK 2 including into the classification of "Medium
Durability", while at the TTK 3 obtained classification "Medium High Durability", so it
can be interpreted TTK 2 and TTK 3 require a long time to rock the experience the process
of weathering. examination of mineralogy on the residual clay shale done by testing X-RD,
obtained the composition of the largest is Kaolinite ± 30%. test the development of the free
conducted to determine the percentage of swelling in the residual clay shale, obtained the
value of the percentage of 50%. Relationship correlation in research obtained from the test
results index properties, testing direct shear in the parameters strong slide the residual
and testing slake durability in the parameters Slake Durability Index (SDI) were used as a
reference material in the planning geological engineering.

Keywords: Clay shale, Durability, Direct Shear, Residual Clay

PENDAHULUAN

Kabupaten Semarang sebagai bagian dalam sistem perkotaan nasional dan Provinsi Jawa
Tengah ditetapkan sebagai Kota Pusat Kegiatan Wilayah (KPKW) berdasarkan Perda
Provinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2003 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Jawa Tengah. Besarnya potensi yang dimiliki Kabupaten Semarang sebagai
wilayah pengembangan pusat pertumbuhan, wilayah ini juga menghadapi permasalahan
terkait dengan potensi gerakan tanah. Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, wilayah Kabupaten Semarang
merupakan salah satu kabupaten dari 31 (tiga puluh satu) kabupaten atau kota di Jawa
Tengah yang termasuk daerah rawan bencana alam. Desa Kandangan Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang merupakan salah satu wilayah di Jawa Tengah yang termasuk daerah
rawan bencana alam yang salah satu penyebabnya utamanya adalah adanya potensi
gerakan tanah akibat ketidakstabilan tanah. Dimana salah satu faktor yang mempengaruhi
pergerakan tanah adalah kondisi geologi berupa perlapisan batuan.

Keberadaan clay shale sangat tidak stabil meskipun berada pada lereng yang datar. Hal ini
memunculkan banyak masalah geoteknik seperti salah satu contohnya longsor yang terjadi
pada proses pembangunan Tol Solo - Semarang sesi Ungaran - Bawen, banyak terjadi
permasalahan tanah terutama pada konstruksi galian. Beberapa kejadian kelongsoran dan
gerakan tanah telah terjadi pada wilayah tersebut dimana deposit clay shale banyak
ditemukan. Kombinasi daerah rawan gerakan tanah dan deposit clay shale membuat jalan
Tol Semarang - Solo di desa Kandangan Kecamatan Bawen menjadi rawan bencana. Sifat
clay shale sendiri adalah material yang sangat mudah terdegradasi oleh perubahan suhu,
cuaca, dan lingkungan jika terekspose secara langsung.

212
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 213

TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan peta geologi lembar Magelang - Semarang Thaden et al (1996), susunan


stratigrafi daerah penelitian yang berupa perbukitan dengan lereng-lereng curam dengan
kondisi geologi yang berupa litologi berbeda-beda dan keterdapatan struktur geologi di
daerah tersebut berpotensi gerakan massa dapat terjadi. Faktor yang mempengaruhi
terjadinya gerakan tanah adalah struktur geologi, sifat batuan, hilangnya perekat tanah
karena proses alami atau pelarutan. Struktur geologi yang mempengaruhi terjadinya
gerakan tanah adalah kontak batuan dasar dengan pelapukan batuan, retakan atau rekahan,
perlapisan batuan, dan patahan.

Klasifikasi Batuan

Sama halnya dengan tanah, batuan juga memiliki sistem klasifikasi tersendiri. Batuan juga
memiliki bentuk, warna, karakter dan susunan mineral penyusun yang beragam. Selain itu,
sistem pengklasifikasian batuan lebih kompleks dari klasifikasi tanah. Pada klasifikasi
batuan umumnya lebih menggunakan analisa mineral dan ganesa atau sejarah
terbentuknya. Berdasarkan pembentukannya, batuan terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok
besar menurut Zhang (2010) yaitu: igneous rock, metamorphic rock dan sedimentary rock.

Karakteristik Clay Shale

Clay shale merupakan hasil pelapukan atau transportasi batuan sedimentasi tipe mekanik
dengan material penyusun utamanya adalah berukuran lempung. Clay shale sendiri
menjadi terkenal karena sering memunculkan banyak problem geoteknik seperti kesulitan
dalam memilih material timbunan, daya dukung pondasi, kestabilan lereng kontruksi
bawah tanah dan lain sebagainya. Selain banyak menimbulkan masalah, para pakar
kesulitan dalam pengklasifikasiannya, hal ini dikarenakan clay shale mempunyai sifat
(intermediate behavior) tanah dan batuan. Hal ini didukung oleh pernyataan Budijanto
(2001) bahwa “clay shale merupakan material transisi antara tanah dan batuan”. Hal ini
yang menyebabkan clay shale sangat mudah sekali mengalami penurunan durabilitasnya
dan penurunan kuat gesernya (strength degradation) apabila terekpose langsung oleh
perubahan iklim, cuaca dan stress relieve, sehingga menimbulkan masalah dibidang
geoteknik.

Hasil penelitian Gartung (1986) menyimpulkan bahwa jenis tanah ini menunjukkan
perilaku creep. Creep yang terjadi merupakan proses akibat pelapukan (weathering) yang
terjadi dalam jangka waktu yang relatif lama tanah tersebut terekspose. Sehingga kuat
geser dan besarnya deformasi sangat tergantung dari waktu sejak mulai terekspose, tingkat
pelapukan dan stress relieve yang terjadi. Besar pengaruh waktu dan tingkat pelapukan
terhadap kuat geser untuk perencanaan menurut Gartung dapat ditentukan dengan grafik
dalam Gambar 1.

Skempton (1977) melakukan penelitian kuat geser residual tanah clay shale pada lereng
yang sudah digali atau excavation, dengan menggunakan sampel berdiameter 38 mm
dengan pengujian triaksial. Menghasilkan nilai parameter kekuatan puncak dari clay shale
sebesar c’ = 14 kN/m2 dan φ = 20º. Sedangkan Sandroni (1977) juga melakukan penelitian
yang sama yaitu kuat geser pada tanah clay shale dengan ukuran sampel yang lebih besar
yaitu 250 mm dengan pengujian triaksial. Mengasilkan nilai kohesi lebih kecil yaitu
sebesar c’ = 7 kN/m2 dan φ = 20º seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.

213
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 214

Gambar 1. Kuat Geser Residual Gambar 2. Kuat Geser Residual


(Sumber: Gartung, 1986) (Sumber: Skempton, 1977)

Deskripsi dan Klasifikasi Tanah

Craig (2004) mendefinisikan tanah berdasarkan rentang ukuran partikel Tabel 1. Dimana
tipe-tipe dasar tanah adalah berangkal (boulders), kerakal (cobbles), kerikil (gravel), pasir
(sand), lanau (silt), dan lempung (clay).

Tabel 1. Rentang Ukuran Partikel


Lanau Pasir Kerikil
Lempung Cobbles Boulders
Halus Medium Kasar Halus Medium Kasar Halus Medium Kasar

0,002 0,006 0,02 0,06 0,2 0,6 2 6 20 60 200

Sistem klasifikasi digunakan untuk mengelompokkan tanah-tanah sesuai dengan perilaku


umum dari tanah pada kondisi fisis tertentu. Tenah-tanah yang dikelompokkan dalam
urutan berdasarkan satu kondisi fisis tertentu bisa saja mempunyai urutan yang tidak sama
jika didasarkan pada kondisi fisis lainnya. Oleh karena itu, sistem klasifikasi telah
dikembangkan sesuai dengan maksud yang diinginkan oleh sistem tersebut. Adapun
klasifikasi tanah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sistem Klasifikasi Tanah Inggris
2. Sistem Klasifikasi Tanah USCS
3. Sistem Klasifikasi Tanah AASHTO

Karakteristik Geologi Teknik

Pada penelitian ini, diaplikasikan dalam sumbangan pemikiran tentang upaya perbaikan
tanah. Oleh karena ini dilakukan beberapa pengamatan tentang karakteristik geologi
teknik, diantaranya sebagai berikut:
1. Pengujian Indeks Properties
a. Pemeriksaan Kadar Air
w = (W1-W2)/(W2-W3)x100% ……………………………………………………(1)

dimana:
w = kadar air (%)
W1 = berat tanah basah dan cawan
214
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 215

W2 = berat tanah kering dan cawan


W3 = berat cawan
b. Pemeriksaan Berat Jenis Tanah
Gs = (ϒs/ϒw) = (W2-W1)/((W4-W1)-(W3-W2)) ……………………………………(2)

dimana:
Gs = berat jenis
W1 = berat piknometer
W2 = berat piknometer + contoh tanah
W3 = berat piknometer + contoh tanah + aquades
W4 = berat piknometer + aquades
c. Pemeriksaan Berat Volume Basah
ϒ = W/V ………………………………………………..........................................(3)

dimana:
W = berat tanah (gram)
V = satuan volume tanah (cm³)
d. Pemeriksaan Atterberg Limit
e. Pemeriksaan Analisis Saringan
f. Pemeriksaan Analisis Hidrometer
2. Pengujian Durability Properties
a. Slake Durability Test
Id1= (B-D)/(A-D)x100% ………………………………………………………….(4)
Id2= (C-D)/(A-D)x100% ………………………………………………………….(5)

dimana:
D = massa silinder kering kosong
A = massa kering awal batuan + silinder
B = massa kering baru silinder + batuan siklus 1
C = massa kering baru silinder + batuan siklus 2
3. Pengujian Engineering Properties
a. Pengujian Geser Langsung atau Direct Shear Test.
4. Pengujian Lainnya
a. Pemeriksaan Mineralogical Study (uji lab X-Ray Diffraction)
b. Pemeriksaan Free Swelling
PB = (V’-V)/Vx100% ……………………………………………………….........(6)

dimana:
V’ = volume perubahan tinggi
V = volume tinggi awal

METODOLOGI PENELITIAN

Pada pengujian sifat-sifat dasar tanah, pengujian geser langsung dan pengujian ketahanan
batuan dilakukan dengan mengacu standart yang berlaku. Adapun standart-standart yang
digunakan didalam metodologi pengujian dilaboratorium sebagai berikut:
1. Berat Isi Basah dan Kadar Air
a. ASTM C-29
b. ASTM D 2216-98
2. Berat Jenis atau Specific Gravity
a. ASTM D 854-02

215
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 216

3. Atterberg Limit
a. ASTM D 4318-00
4. Analisis Saringan dan Hydrometer Test
a. Analisis Saringan: ASTM D 4318-95
b. Hydrometer Test: ASTM D 442-63 (98)

Dalam melaksanakan pengujian geser langsung kondisi terdrainase (drained) dengan


mengacu pada buku K.H. Head (1994) “Manual of Soil Laboratory Testing Volume 2
Permeability, Shear Strength, Compressibility Test”, digunakan metode residual test
procedure pada sampel pengujian geser langsung. Dalam penjelasannya Gartung (1986)
clay shale merupakan material yang sensitive terhadap proses pelapukan, oleh karena itu
parameter yang digunakan untuk rekayasa geologi pada material yang didominasi oleh clay
shale adalah penentuan kuat geser residual. Adapun sampel preparation dalam pengujian
geser langsung dilakukan dengan melakukan pendekatan terhadap nilai Plastic Limit (PL)
dan penambahan variasi kadar air serta kontrol terhadap energi pemadatan sebesar 15x
tumbukan dan 25x tumbukan menggunakan standart proctor Tabel 2. Tiap 1 set terdiri dari
3 (tiga) buah sampel untuk 3 (tiga) pembebanan 15 kg, 30 kg dan 45 kg.

Tabel 2. Sampel Preparation Pengujian Geser Langsung


Jumlah
Keterangan Benda 15x 25x Jenis
No. Lokasi Benda
Uji Tumbukan Tumbukan Tanah
Uji
PL 1PL15x 1PL25x 2 set
Clay
1 TTK 1 PL+5% 1PL+5%15x 1PL+5%25x 2 set
Shale
PL+10% 1PL+10%15x 1PL+10%25x 2 set
PL 4PL15x 4PL25x 2 set
Clay
2 TTK 4 PL+5% 4PL+5%15x 4PL+5%25x 2 set
Shale
PL+10% 4PL+10%15x 4PL+10%25x 2 set

Keterangan: 1PL15x = TTK 1 Kadar Air Plastic Limits dengan 15x tumbukan
4PL15x = TTK 4 Kadar Air Plastic Limits dengan 15x tumbukan

Sedangkan pada pengujian ketahanan batuan atau slake durability test untuk sampel
parafin dan non-parafin dengan mengacu standart ASTM D-4644 “Test Method for Slake
Durability of Shale and Similar Weak Rock”, nilai parameter kuat tahanan batuan
ditetapkan dalam Slake Durability Index (SDI) menurut Gamble's Slake Durability
Classification oleh Goodman (1980). Sampel pada pengujian, dilakukan terhadap proses
disintegrasi selama diuji melalui standard putaran dalam 2 siklus dengan kondisi basah -
kering.

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

Pada bagian ini akan disajikan data hasil pengujian di laboratorium. Selanjutnya data-data
tersebut (indeks properties) dikorelasikan dengan data yang diperoleh dari pengujian
engineering test (direct shear test) untuk melihat hubungan dari data-data soil properties
berupa LL, PI, PL, % fraksi lempung, dry density, kadar air, dan Activity (A), terhadap
parameter efektif kuat geser residual (’r) yang diperoleh dari pengujian direct shear dan
parameter tahanan batuan dari pengujian slake durability serta pemeriksaan free swelling
test dan mineralogi terhadap sampel.

216
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 217

Indeks Properties Sampel TTK 2 dan TTK 3

Hasil dari pengujian indeks properties yang dilakukan pada benda uji dari titik
pengambilan pada TTK 2 dan TTK 3 ditampilkan pada Tabel 3. Secara visual, benda uji
dapat digolongkan tanah berbutir kasar (sand stones).

Tabel 3. Hasil Pengujian Indeks Properties TTK 2 dan TTK 3


TTK 2 TTK 3
Sample
Parafin Non-Parafin Parafin Non-Parafin
Kadar Air (%) 13,30 9,24 12,25 8,20
Specific Gravity (Gs) 2,730 2,707 2,833 2,821
Gravel (%) 67,41 63,04 71,99 66,86
Sand (%) 32,59 36,96 28,01 33,14
Silt and Clay (%) 1,33 1,28 1,87 0,84
Lolos saringan No. 4 (%) 64,07 82,05 64,05 66,17
Lolos saringan No. 10 (%) 32,59 36,96 28,01 33,14
Lolos saringan No. 40 (%) 20,93 13,45 13,61 18,87
Lolos saringan No. 200 (%) 1,33 1,28 1,87 0,84
D10 (mm) 0,153 0,200 0,284 0,157
D30 (mm) 1,500 1,500 2,250 1,160
D60 (mm) 4,350 3,000 4,500 4,100
Cu 44,231 16,750 18,182 35,333
Cc 2,261 2,522 1,823 2,361

Berdasarkan Tabel 3, Sistem Klasifikasi USCS, kelompok GW, yaitu kerikil bergradasi
baik dan campuran kerikil pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus.
Sistem Klasifikasi AASHTO, kelompok A-1-a, yaitu pecahan batu, kerikil, dan pasir.

Indeks Properties Sampel TTK 1 dan TTK 4

Hasil dari pengujian indeks properties yang dilakukan pada benda uji dari titik
pengambilan pada TTK 1 dan TTK 4 ditampilkan pada Tabel 3. Secara visual, banda uji
dapat digolongkan tanah berbutir halus (clay shale).

Tabel 4. Hasil Pengujian Indeks Properties TTK 2 dan TTK 3


TTK 1 TTK 4
Sample
Parafin Non-Parafin Parafin Non-Parafin
Kadar Air (%) 18,38 13,25 16,39 11,63
Wet Density (ɣb) 2,091 2,08 2,098 2,094
Specific Gravity (Gs) 2,66 2,65 2,63 2,65
Liquid Limit (%) 57,63 57,85 57,85 57,00
Plastic Limit (%) 29,31 29,74 29,5 28,58
Plasticity Index (%) 28,32 28,11 28,35 28,42
Lolos saringan No. 40 (%) 100 100 99,9 99,89
Lolos saringan No. 200 (%) 97,89 91,83 89,86 91,69
Fraksi lempung (%) 78,26 70,71 75,87 53,54

217
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 218

Berdasarkan Tabel 4, Sistem Klasifikasi USCS, kelompok OH, yaitu lempung organik
dengan plastisitas sedang sampai dengan tinggi. Sistem Klasifikasi AASHTO, kelompok
A-7-6, yaitu tanah berlempung.

Pengujian Ketahanan Batuan atau Slake Durability Test

Dari hasil penelitian didapatkan klasifikasi batuan menurut Gamble's Slake Durability
Classification oleh Goodman (1980) adalah sebagai berikut. Dari data diatas TTK 1 %
Tertahan 1st Siklus 75,536% - 76,954% dan % Tertahan 2nd Siklus 30,087% - 30,438%
menunjukkan “Low Durability”. Pada TTK 4 pada % Tertahan 1st Siklus 75,818% -
77,861% dan % Tertahan 2nd Siklus 30,768% - 31,574% menunjukkan “Low Durability”.
Sedangkan pada TTK 2 % Tertahan 1st Siklus 81,278% - 85,812% dan % Tertahan 2nd
Siklus 60,608% - 61,154% menunjukkan “Medium Durability”. Pada TTK 3 menunjukkan
“Medium High Durability” dengan % Tertahan 1st Siklus 96,556% - 96,723% dan %
Tertahan 2nd Siklus 94,008% - 95,187%.

Pengujian Geser Langsung atau Direct Shear Test

Berdasarkan hasil pengujian geser langsung kondisi terdrainase (drained) didapatkan nilai
sudut geser residual efektif (’r) sampel TTK 1 dan TTK 4 berkisar antara 4,77 - 9,78°.
Berdasarkan klasifikasi nilai sudut geser residual efektif (’r) pada pengujian ini memenuhi
syarat sebagai parameter penentuan kuat geser residual.

Dari hasil pengujian geser langsung kondisi terdrainase (drained) sampel TTK 1 dan TTK
4 didapatkan nilai kohesi efektif (c’) berkisar antara 5,97 - 17,95 kN/m2 tidak lebih besar
dari 25 kPa, berdasarkan klasifikasi nilai-nilai kohesi efektif (c’) oleh Wesley (2012) pada
penelitian ini termasuk kedalam jenis “lempung yang dipadatkan”, karena dalam
pembuatan benda uji dilakukan dengan pemadatan sebanyak 15x dan 25x tumbukan serta
kondisi sampel mengalami proses penjenuhan atau soaked didalam bak air.

Plot hasil pengujian geser langsung terhadap grafik kuat geser residual oleh Gartung
(1986) pada Gambar 3. Sedangkan Gambar 4, plot hasil pengujian pada Liquid Limit (LL)
dan sudut geser residual efektif (’r) menurut Stark et al (1994).

Plot Hasil Pengujian


Direct Shear

Gambar 3. Plot Hasil Pengujian Direct Shear


(Sumber: Gartung, 1986)

218
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 219

Plot Hubungan Korelasi


(’r) - LL

Gambar 4. Plot Hubungan Korelasi Sudut Geser Residual Efektif (’r) - LL


(Sumber: Stark et al, 1994)

Pada pengujian geser langsung kondisi air teralirkan (drained) sampel uji mengalami
konsolidasi normal (normally consolidated) selama pengujian berlangsung, hal ini
dikarenakan harga koefisien rembesan tanah lempung (clay) sangat kecil bila dibandingkan
dengan tanah pasir. Jika beban normal diberikan pada sampel tanah lempung, maka
dibutuhkan waktu yang cukup lama agar tanah tersebut terkonsolidasi sepenuhnya.
Berdasarkan alasan tersebut, beban geser (horizontal) pada uji geser langsung harus
dilakukan dengan kecepatan geser yang kecil sekali oleh Braja et al (2012).

Pengujian Lainnya

Data pengujian lainnya yang berupa data hasil test mineralogi (X-Ray Diffraction) dan data
hasil pengujian free swelling test. Data yang diperoleh pada pengujian lainnya dapat
melengkapi hasil dalam penelitian ini dan dapat digunakan sebagai bahan referensi
tambahan.

Data-data hasil mineralogical study (X-Ray Diffraction) dapat dilakukan pembacaan


melalui program Match! Copyright © 2003-2014 CRYSTAL IMPACT, Bonn, Germany
didapatkan komposisi montmorillonite 24,7%, kaolinite 31,2% dan mica 10,3%.

Pemeriksaan free swelling test didapatkan persentase volume pengembangan bebas sebesar
50% dari penambahan volume air sebesar 100 ml tanpa memasukkan beban overburden
dari zat cair.

Hubungan Indeks Properties terhadap Parameter Efektif Kuat Geser Residual

Dari pengujian laboratorium yang telah dilakukan, didapatkan data soil properties dan
engineering properties dari masing-masing sampel. Data engineering properties berupa
parameter efektif kuat geser residual yaitu sudut geser residual efektif (’r) dari pengujian
direct shear. Selanjutnya dibuat hubungan korelasi indeks properties terhadap parameter
efektif kuat geser residual clay shale yaitu sudut geser residual efektif (’r). Adapun hasil
219
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 220

dari korelasi hubungan indeks properties dan parameter kuat geser residual dapat dilihat
pada keterangan Gambar dibawah ini.

12.00 10.00
4PL15x 4PL25x
10.00 4PL+5%15x 8.00
4PL+10%15x 4PL+5%25x 4PL+10%25x
8.00
1PL15x 6.00 1PL25x

ϕ' (°)
ϕ' (°)

6.00 1PL+5%15x
1PL+5%25x
4.00
4.00 y = -0.661x + 44.19 1PL+10%15x y = -0.5182x + 35.284 1PL+10%25x
2.00 R² = 0.5388 2.00 R² = 0.5216
0.00 0.00
52 53 54 55 56 57 58 53 54 55 56 57 58
LL (%) LL (%)

a. Standart Proctor 15x Tumbukan b. Standart Proctor 25x Tumbukan


Gambar 5. Grafik Hubungan Kuat Geser Residual (’r) terhadap Liquid Limit (LL)

12.00 10.00
4PL15x
10.00 4PL+5%15x 4PL25x
8.00 4PL+5%25x
4PL+10%15x 4PL+10%25x
8.00 1PL15x 1PL25x
6.00
ϕ' (°)

ϕ' (°)

6.00 1PL+5%15x 1PL+5%25x


1PL+10%25x
1PL+10%15x 4.00 y = -0.1768x + 12.292
4.00 y = -0.3231x + 18.722
R² = 0.6688 2.00 R² = 0.2931
2.00
0.00 0.00
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Kadar Air (%) Kadar Air (%)

a. Standart Proctor 15x Tumbukan b. Standart Proctor 25x Tumbukan


Gambar 6. Grafik Hubungan Kuat Geser Residual (’r) terhadap Kadar Air

12.00 10.00 4PL25x


4PL15x
10.00 1PL15x
1PL+5%15x 8.00 1PL25x
8.00 1PL+5%25x
6.00 4PL+5%25x
ϕ' (°)

4PL+10%25x
ϕ' (°)

6.00 4PL+5%15x
4PL+10%15x
4.00 1PL+10%25x
4.00 y = -0.1934x + 21.511 1PL+10%15x y = -0.1763x + 18.769
R² = 0.4586 2.00 R² = 0.7444
2.00
0.00 0.00
62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
Fraksi Lempung (%) Fraksi Lempung (%)

a. Standart Proctor 15x Tumbukan b. Standart Proctor 25x Tumbukan


Gambar 7. Grafik Hubungan Kuat Geser Residual (’r) terhadap Fraksi Lempung

220
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 221

12.00
4PL15x 10.00
10.00 1PL15x 4PL25x
8.00 4PL+5%25x
8.00 1PL+5%15x
4PL+5%15x
ϕ' (°)

6.00 1PL25x 1PL+10%25x

ϕ' (°)
6.00 4PL+10%15x 4PL+10%25x 1PL+5%25x
4.00 1PL+10%15x 4.00
y = -2.368x + 74.635
2.00 2.00 y = -2.0234x + 62.901
R² = 0.5382
R² = 0.8707
0.00 0.00
27 28 29 27 28 29
PI (%) PI (%)

a. Standart Proctor 15x Tumbukan b. Standart Proctor 25x Tumbukan


Gambar 8. Grafik Hubungan Kuat Geser Residual (’r) terhadap Plasticity Index (PI)

12.00 10.00
4PL15x
10.00 4PL25x
4PL+5%15x 8.00
1PL15x 4PL+5%25x 1PL+5%25x
8.00 1PL+5%15x 1PL25x
6.00
ϕ' (°)

4PL+10%25x
ϕ' (°)

6.00 4PL+10%15x 1PL+10%25x


1PL+10%15x 4.00
4.00
y = -105.72x + 54.324 y = -16.373x + 14.391
2.00 R² = 0.3303 2.00 R² = 0.3951
0.00 0.00
0 0
A (Activity) A (Activity)
a. Standart Proctor 15x Tumbukan b. Standart Proctor 25x Tumbukan
Gambar 9. Grafik Hubungan Kuat Geser Residual (’r) terhadap Activity (A)

Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa semakin besar nilai Liquid Limit (LL), kadar air,
fraksi lempung, Plasticity Index (PI) dan Activity (A), maka nilai kuat geser residual efektif
(’r) hasil percobaan uji geser langsung kondisi teralirkan (drained) menurun. Hal ini
menunjukkan hubungan terbalik antara kuat geser residual terhadap besarnya nilai Liquid
Limit (LL), kadar air, fraksi lempung, Plasticity Index (PI) dan Activity (A).

Hubungan Slake Durability Index terhadap Parameter Efektif Kuat Geser Residual

Dari pengujian laboratorium yang telah dilakukan, didapatkan data soil properties,
engineering properties dan durability properties dari masing-masing sampel. Data
engineering properties berupa parameter efektif kuat geser residual yaitu sudut geser
residual efektif (’r) dari pengujian direct shear test dan data durability properties berupa
parameter ketahanan batuan yang dinyatakan dalam Slake Durability Index (SDI) dari
pengujian slake durability test. Selanjutnya dibuat hubungan korelasi indeks properties
terhadap parameter efektif kuat geser residual yaitu sudut geser residual efektif (’r) serta
terhadap parameter ketahanan batuan dalam Slake Durability Index (SDI). Adapun
hubungan korelasi dapat dilihat pada keterangan Gambar dibawah ini.

221
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 222

120

100 NP3 P3 100


P2 NP3 P3
P4 P1 80

SDI 2nd Siklus


80
SDI 1st Siklus

NP2
y = -1.3698x + 100.89 NP4 NP1
60 R² = 0.2715
60 P2
y = -5.2814x + 121.99 NP2
40 40 R² = 0.4008 NP4
P1
20 20 NP3 P4
0 0
0 5 10 15 20
0 5 10 15 20
Wnatural (%)
Wnatural (%)
a. SDI 1st Siklus b. SDI 2nd Siklus
Gambar 10. Grafik Hubungan Wnatural terhadap SDI 1st Siklus dan SDI 2nd Siklus

Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa terjadi hubungan terbalik antara daya tahan batuan
terhadap kadar air alami. Semakin besar nilai tahanan batuan, semakin menurun kadar air
alaminya. Dapat disimpulkan bahwa Wnatural atau natural water content merupakan
prediktor yang baik terhadap daya tahan.

120.00
Slake Durability Index

100.00 NP-P3 NP-P3


NP-P2
80.00 NP-P4
NP-P1 NP-P2
60.00
40.00 NP-P4
y = -29.091x + 112.41
20.00 R² = 0.3564 NP-P1
0.00
0 1 2 3
Number of Cycle
Gambar 11. Grafik Hubungan Slake Durability Index dan Number of Cycle

Dari grafik diatas, bahwa semakin besar nilai number of cycle, nilai Slake Durability Index
(SDI) hasil percobaan slake durability test menurun. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
Slake Durability Index (SDI) sangat tergantung terhadap beberapa siklus dan waktu dalam
proses pelapukan batuan oleh perubahan kondisi basah - kering.

12.00 4PL15x 10.00


4PL25x
10.00 1PL15x 8.00 1PL25x
4PL+5%15x 4PL+5%25x
8.00 6.00
ϕ' (°)

1PL+5%15x
ϕ' (°)

6.00 4PL+10%15x 1PL+5%25x 4PL+10%25x


4.00
4.00 1PL+10%15x y = 1.101x - 25.822 1PL+10%25x y = 1.6038x - 42.741
2.00 R² = 0.1348 2.00 R² = 0.4816
0.00 0.00
30 30 31 31 31 31 31 30 30 31 31 31 31 31
Slake Durability 2nd Cycle (%) Slake Durability 2nd Cycle (%)
a. SDI 1st Siklus b. SDI 2nd Siklus
Gambar 12. Grafik Hubungan Kuat Geser Residual (’r) terhadap SDI 2nd Cycle

Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa semakin besar nilai Slake Durability Index (SDI),
nilai sudut geser residual efektif (’r) hasil percobaan kuat geser langsung besar pula. Jadi,

222
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 223

nilai Slake Durability Index (SDI) memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap nilai
kuat geser residual efektif (’r) untuk pengujian uji geser langsung terkonsolidasi
terdrainase.

KESIMPULAN

Dari analisa hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap sampel di desa Kandangan
Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang pada Proyek Tol Semarang - Solo sesi Ungaran -
Bawen, didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian indeks properties¸ sampel tanah diklasifikasikan
berdasarkan Sistem Klasifikasi USCS dan Sistem Klasifikasi AASHTO sebagai
berikut:
a. Sampel TTK 1 dan TTK 4
Sistem Klasifikasi USCS, kelompok OH, yaitu lempung organik dengan plastisitas
sedang sampai dengan tinggi.
Sistem Klasifikasi AASHTO, kelompok A-7-6, yaitu tanah berlempung.
b. Sampel TTK 2 dan TTK 3
Sistem Klasifikasi USCS, kelompok GW, yaitu kerikil bergradasi baik dan campuran
kerikil pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus.
Sistem Klasifikasi AASHTO, kelompok A-1-a, yaitu pecahan batu, kerikil, dan pasir.
2. Berdasarkan hasil pengujian geser langsung kondisi terdrainase (drained) dengan
mengacu pada buku K.H. Head Manual of Soil Laboratory Testing Volume 2
Permeability, Shear Strength, Compressibility Test, nilai sudut geser residual efektif
(’r) sampel TTK 1 dan TTK 4 berkisar antara 4,77 - 9,78°. Sedangkan TTK 2 dan
TTK 3 tidak dilakukan pengujian geser langsung atau direct shear test karena masuk
kedalam klasifikasi sand stones.
3. Dari hasil pengujian geser langsung kondisi terdrainase (drained) sampel TTK 1 dan
TTK 4 didapatkan nilai kohesi efektif (c’) berkisar antara 5,97 - 17,95 kN/m2 tidak
lebih besar dari 25 kPa. Pada TTK 2 dan TTK 3 tidak didapatkan nilai kohesi efektif
(c’) karena tidak dilakukan pengujian geser langsung.
4. Dalam pengujian geser langsung kondisi air teralirkan (drained) sampel uji mengalami
konsolidasi normal (normally consolidated) selama pengujian berlangsung.
5. Berdasarkan data hasil pengujian ketahanan batuan atau slake durability test menurut
Gamble's Slake Durability Classification, parameter kuat tahanan batuan pada sampel
TTK 1 dan TTK 4 yang diperoleh termasuk dalam klasifikasi “Low Durability”. Pada
TTK 2 termasuk kedalam klasifikasi “Medium Durability”. Sedangkan pada TTK 3
diperoleh klasifikasi “Medium High Durability”. Sehingga dapat diartikan bahwa
kekuatan tahan batuan TTK 3 lebih baik daripada pada klasifikasi batuan pada TTK 1,
TTK 4, dan TTK 2 sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk batuan
tersebut mengalami proses pelapukan.
6. Pada pengujian study mineralogical TTK 1 dan TTK 4 didapatkan bahwa komposisi
kandungan Montmorillonite tidak terlalu besar dibandingkan komposisi kandungan
Kaolinite yaitu ± 30%. Pada pemeriksaan free swelling test terhadap sampel TTK 1 dan
TTK 4 didapatkan persentase kenaikan volume tanah yaitu 50%. Dapat dikatakan
bahwa sampel masih dalam kondisi baik dan tidak mengalami kembang susut yang
terlampau tinggi.
7. Didalam penelitian ini dicoba mencari hubungan korelasi yang diperoleh dari hasil
pengujian indeks properties, pengujian direct shear dalam parameter kuat geser
residual serta pengujian slake durability dalam parameter Slake Durability Index (SDI)
dengan mengacu pada penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh pakar geologi teknik
sebagai bahan referensi nantinya dalam perencanaan geologi teknik.

223
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 224

DAFTAR PUSTAKA

ASTM C-29, Standard Test Method for Bulk Density (“Unit Weight”) and Voids in
Aggregate.
ASTM D-422, Test Method for Particle Size Analysis of Soils.
ASTM D-854, Test Method for Specific Gravity of Soils, PT-03, SK DJ Pengaliran No.
185/KPTSA/ 1986.
ASTM D-4318, Test Method for Liquid Limit, Plastic Limit and Plasticity Index of Soils.
ASTM D-4644, 1992. Standart Test Method for Slake Durability of Shales and Other
Similar Weak Rocks, ASTM Designation D-4644-87, In ASTM Book of Standarts,
Volume 4.08, Soil and Rock, Dimension Stones, Geosynthetics, ASTM,
Philadelphia, Pa., pp. 951-953.
ASTM D-2216, 1998. Standard Test Method for Laboratory Determination of Water
(Moisture) Content of Soil and Rock by Mass.
Craig, R. F., 2004. Craig’s Soil Mechanics. 7th Edition, Spon Press: New York.
Das, Braja M. and Khaled Sobhan., 2012. Principles of Geotechnical Engineering, 8th
Edition, Cengage Learning: Stamford.
Gartung, Erwin., 1986. Clay Geosynthetic Barries A.A., Balkema Publisher.
Goodman, R.E., 1980. Introduction to Rock Mechanics, John Wiley & Sons, USA.
Head, K. H., 1994. Manual of Soil Laboratory Testing, Volume 2, Second Edition, John
Wiley & Sons, INC: New York.
Sandroni., 1977. The Strength of London Clay in Total and Effective Stress Term, Ph.D.
Thesis, University of London.
Skempton,. 1977. Slope Stability of Cuttings in Brown London Clay ninth International
Conference on Soil Mechanics and Foundation Engineering, Tokyo.
Stark. T. D., and Eid, H.T., 1994. Drained Residual Strength of Cohesive Soils, J. Geotech
Eng., l20(5), 856-87 1.
Thaden, R.E., H. Sumadirja & Richards P.W., 1996. Peta Geologi Lembar Magelang dan
Semarang, Jawa. Skala 1:100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi:
Bandung.
Wesley, Laurence D., 2012. Mekanika Tanah untuk Endapan dan Residu, (diterjemahkan
oleh: Laurence D. Wesley dan Satyawan Pranyoto), ANDI: Yogyakarta.
Widjadja, Budijanto., 2001. Studi Karakteristik Clayshale Bukit Sentul (Bogor)
Berdasarkan Uji Lapangan dan Uji Laboratorium, Tesis Master Teknik pada
Universitas Parahyangan Bandung: tidak diterbitkan.
Zhang, L., 2010. Drilled Shafts in Rock, Analysis and Design.

224

Anda mungkin juga menyukai