Anda di halaman 1dari 4

GL 3221 Geologi Teknik

Reza Aryo Seto


Tugas 1 12016020

Tantangan dan Peran Geolog di Tengah Tumbuhkembangnya Infrastruktur


Nasional
“Early lessons came only through bitter experience”, peran geologi teknik tidak dirasakan jika kita
belum merasakan pahitnya tanpa menggunakan geologi dalam kegiatan rekayasa. Salah satu
contohnya adalah keruntuhan suatu dam (bendungan) besar di San Fransisco runtuh dan memakan
banyak korban karena ada faktor geologi yang tidak diperhatikan saat membangun bendungan
tersebut. Sandaran dinding bendungan sebelah kiri dibangun di atas batuan sekis dengan foliasi
dan hal ini tidak menguntungkan atau berbahaya untuk dibangunnya suatu infrastruktur di litologi
tersebut. Selain itu, Sandaran dinding sebelah kanan dibangun di atas batuan yang terpatahkan
(fault) dan ada bagian yang merupakan material lepas (konglomerat yang belum tersementasi
dengan baik). Contoh kedua adalah konstruksi di Indonesia, tepatnya di Jawa Barat, konstruksi
P3SON yaitu kawasan olahraga yang dikenal sebagai Kawasan Hambalang. Kawasan Hambalang
dibangun di atas Formasi Jatiluhur yang didominasi oleh lempung yang bisa mengalami degradasi
apabila batulempung tersebut mengalami perubahan kadar air atau tekanan. Hal yang perlu
dipahami disini adalah perubahan batulempung secara fisik terutama kuat geser dan kuat tekannya
juga menurun. Masih di Kawasan Hambalang, adanya potensi-potensi longsoran yang dibentuk
dari perbedaan jenis batuan. Pada Formasi Jatiluhur ini yang menjadi potensi longsoran adalah
adanya kontak antara batuan volkanik dan batulempung dan kontak ini tersingkap saat proses
pembangunan Kawasan Hambalang sehingga menyebabkan ketidakstabilan lereng muncul.
Degradasi fisik pada batulempung di Formasi Jatiluhur seharusnya bisa dianalisis dengan baik
untuk menghindari adanya rock swelling. Contoh selanjutnya adalah kasus Jembatan Cisomang
pada ruas Tol Cipularang yang mengalami pergeseran pada pilar jembatan karena adanya proses
deformasi. Jembatan Cisomang dibangun di atas Formasi Jatiluhur dan Formasi Subang dengan
litologi yang hampir sama, yaitu batulempung. Batulempung Formasi Jatiluhur dan Formasi
Subang umumnya telah dikenal memiliki perilaku slaking dan bahkan swelling, sehingga sangat
sensitive terhadap perubahan kondisi alamiahnya, baik akibat dari perubahan kadar air (water
content) maupun perubahan kondisi tegangan (in-situ stress condition). Selain itu, Jembatan
Cisomang berada di zona kontak antara clayshale (Formasi Jatiluhur/Mdm) dan endapan breksi
volkanik (Hasil Gunungapi Tua/Qob), yang umumnya merupakan zona tidak stabil oleh
banyaknya potensi dan sejarah kejadian longsoran. Jembatan Cisomang juga berada pada sistem
GL 3221 Geologi Teknik
Reza Aryo Seto
Tugas 1 12016020

sesar naik yang terindikasi khususnya pada batuan-batuan yang relatif tua berumur Tersier (65-2
juta tahun yang lalu). Kondisi aktual singkapan clayshale yang memperlihatkan retakan-retakan
oleh proses slake deterioration seharusnya menjadi pertimbangan juga saat pembangunan
Jembatan Cisomang.

“Engineering Geologist – looking back at geologic processes and forward to engineering


products.”, kalimat tersebut menjalaskan bagaimana seorang engineering geologist dapat
mentransformasikan seluruh data dari informasi geologi yang ada untuk mendukung suatu
rekayasa yang baik. Peran batu dan tanah dalam kegiatan rekayasa dalam kegiatan rekayasa dapat
kita golongkan menjadi tiga bagian. Pertama, batu dan tanah menopang satu jenis kegiatan
konstruksi yang dalam hal ini khususnya jika konstruksi kita tempatkan di atas batu dan tanah
tentunya kita akan memperhatikan daya dukung atau yang kita kenal dengan bearing capacity.
Aspek daya dukung batu dan tanah sangat dipengaruhi oleh aspek geologi. Kedua, batu dan tanah
itu kita tempatkan jadi bagian dari konstruksi. Salah satu yang paling banyak dijadikan contoh
adalah bagaimana nanti jika kita sudah membuat konstruksi di bawah tanah (underground
construction project) seperti bangunan, terowongan, atau hal-hal lain yang bisa dibuat di bawah
tanah. Hal yang menarik adalah bagaimana kita melihat batu dan tanah menjadi satu bagian dari
konstruksi tersendiri. Terakhir, kita menggunakan batu dan tanah menjadi material konstruksi.
Tentunya hal tersebut membutuhkan sentuhan seorang geologist untuk memikirkan suatu kualitas
batu dan tanah sebagai material konstruksi. Dalam suatu kegiatan konstruksi biasanya memang
geologi itu sangat berperan dalam kaitannya dengan kegiatan investigasi atau penyelidikan. Dalam
hal ini, jika bicara mengenai investigasi tentunya ada dua hal yang sangat berperan dan
mempengaruhi investigasi itu sendiri. Pertama, seorang ahli geologi bisa menetapkan bahwa
investigasi ini sangat kompleks karena memang akan bertemu dengan kondisi geologi yang cukup
kompleks. Akan tetapi, di satu sisi investigasi ini bisa sederhana jika kita hanya menjumpai
misalnya perlapisan batuan yang datar dan terus bisa kita telusuri sepanjang jarak yang cukup
panjang, tentunya kita tidak akan membutuhkan investigasi yang rumit di situ. Jadi ada complex
geological condition dan simple geological condition. Seorang geologist harus mempunyai daya
investigasi yang cukup baik untuk melihat alam. Kedua, seorang geologist harus memperhitungkan
aspek dari kegiatan konstruksi itu sendiri. Dengan kata lain, kita harus membedakan pembangunan
suatu rumah yang sederhana dengan suatu high risk building karena tentunya akan membutuhkan
kategori investigasi yang berbeda. Dalam kegiatan investigasi, kita sering kali melakukan kegiatan
GL 3221 Geologi Teknik
Reza Aryo Seto
Tugas 1 12016020

mengungkapkan sesuatu yang tidak terlihat (unforeseen geological conditions). Sesuatu yang tidak
terlihat ini lah yang banyak menimbulkan masalah, baik berdampak pada biaya maupun waktu
konstruksi itu sendiri.

Solusi terbaik dalam masalah yang akan timbul dalam suatu konstruksi adalah mengetahui kondisi
geologi seakurat mungkin sehingga suatu masalah yang bisa terjadi bisa dihindari atau
diminimalisasi. Site investigation adalah salah satu cara investigasi ke lapangan dengan melakukan
deskripsi batuan dengan tujuan identifikasi dan karakterisasi tanah dan batuan di lapangan. Banyak
sistem klasifikasi yang dikaitkan untuk mengelompokkan tanah dan batuan ke kategori yang sesuai
atau memiliki properti yang sama. Pelapukan batuan menjadi salah satu masalah utama dalam
investigasi geologi pra-konstruksi. Perbedaan tingkat pelapukan akan menyebabkan properti fisik
yang berbeda pula, seperti kuat tekan dan kuat geser. Hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan
rekayasa adalah bahaya geologi. Bahaya geologi yang dominan dibahas adalah gempa bumi,
tsunami, gunung api, dan pergerakan tanah.

Dalam pembangunan elevated road di Maros, Sulawesi Selatan banyak dijumpai perkembangan
pelapukan dan/atau karstifikasi dan bidang diskontinuitas yang akan mempengaruhi kestabilan
lereng-lereng yang akan sangat mempengaruhi proses konstruksi elevated road. Banyak resiko
ground surface collapse yang bisa terjadi di wilayah karst.

Bidang-bidang lemah (discontinuities) di Formasi Brani pada pembangunan Kelok Sembilan


merupakan faktor control utama dalam stabilitas lereng, sehingga survei bidang-bidang lemah
dilakukan dengan tujuan mengevaluasi kondisi stabilitas dari lereng agar sesuai dengan metode
standar yang harus diaplikasikan. Kita harus melakukan analasis dengan baik terhadap pola-pola
discontinuities itu mempengaruhi kestabilan lereng yang secara geologi Teknik kita mengenal
longsoran planar (planar sliding), longsoran baji (wedge sliding), dan longsoran jungkiran
(oblique).

Pada pembangunan ruas Tol Semarang-Solo juga memiliki masalah karena adanya paleo longsor
yang terjadi lagi saat proses konstruksi. Sama seperti ruas Tol Cipularang, ruas Tol Semarang-
Solo juga dibangun diatas formasi dengan litologi dominan batulempung. Sehingga banyak
dilakukan analisis pada batuan yang memiliki sifat slaking dan swelling.
GL 3221 Geologi Teknik
Reza Aryo Seto
Tugas 1 12016020

Cara melakukan karakterisasi diskontinuitas atau bidang-bidang lemah adalah dengan melakukan
scanline survey dan cell mapping.

Beberapa tantangan ke depan Geologi Teknik dalam pembangunan konstruksi di Indonesia:

• Kereta Cepat Jakarta-bandung


• Pembangunan Bendungan dan PLTA
• Pembangunan Jalan Tol dan Jembatan Bentang Panjang
• Kereta Trans Sulawesi
• Jalan Nasional Trans Papua
• Jembatan atau Terowongan Selat Sunda

Anda mungkin juga menyukai