ABSTRAK
Stabilitas lereng tambang terbuka (open pit) pada dinding highwall menjadi salah satu kunci atau patokan
dalam keberhasilan suatu operasional penambangan, khususnya pada area penambangan dengan
karakteristik pola kemiringan lapisan (dip) pada kisaran antara 100 – 200.
Longsoran pada dinding highwall umumnya dipicu oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
berupa tersingkapnya bidang-bidang patahan (kekar/sesar) pada bukaan atau dinding tambang serta
kondisi kekuatan batuan yang lemah. Sedangkan faktor eksternal berupa lereng jenuh akibat buruknya
sistem penirisan tambang, implementasi desain yang tidak sesuai sehingga terjadi overcut dan/atau
undercut serta pengaruh aktivitas peledakan.
Tulisan ini akan lebih menjelaskan pada mekanisme terjadinya longsor sebagai akibat dari kombinasi
faktor internal-eksternal yang tidak dikendalikan dengan baik sehingga lereng atau dinding tambang
menjadi longsor. Upaya penanggulangan untuk meminimalkan terjadinya longsor ditentukan berdasarkan
interaksi faktor internal-eksternal terhadap lereng tersebut sehingga kegiatan operasional penambangan
hingga pembentukan lereng akhir (final pits lope design) dapat diimplementasikan sesuai desain yang
telah ditetapkan dan berjalan dengan aman.
Untuk memastikan adanya pengaruh air terhadap penurunan nilai kekuatan batuan, dilakukan uji kekuatan
batuan pada beberapa core sample dari hasil pemboran geoteknik, pengujian difokuskan pada lapisan
batuan batulempung di atas roof seam batubara target yang diidentifikasi sebagai material lemah. Uji
laboratorium dimaksud menggunakan alat Point Load Test (PLT) dengan membandingkan kekuatan
batuan pada dua kondisi yang berbeda, yaitu pada saat kondisi kering (dry) dan pada saat kondisi batuan
jenuh (fully saturated).
Hasil evaluasi diharapkan dapat memberikan suatu gambaran bahwa interaksi faktor internal-eksternal
terhadap kestabilan suatu lereng tambang sangat penting untuk diidentifikasi lebih dini sehingga tindakan
penjegahannya dapat ditentukan secara tepat supaya aktivitas penambangan di area pit floor dapat
berlangsung secara aman hingga akhir penambangan (final pit design).
expose dinding highwall mengikuti pola Dari hasil deskripsi inti batuan dan logging
stratigrafinya bersamaan dengan operasional geofisika mengindikasikan bahwa ketebalan
penambangan mengindikasikan bahwa ada lapisan batulempung yang relatif lemah ini dan
anomali kekuatan lapisan batuan, khususnya selanjutnya disebut sebagai weak layer memiliki
lapisan batulempung yang tepat berada di atas ketebalan antara 15 – 20 m dengan kisaran nilai
seam batubara target (roof coal seam target) yang kohesi (peak cohesion) 0.100 – 0.175 Mpa,
memiliki kekuatan (strength parameter) lebih adapun sudut geser-dalamnya (angle of internal
lemah bila dibandingkan dengan lapisan yang friction) bervariasi dari 230 – 370.
berada di atas maupun di bawahnya. Anomali
kekuatan batuan dimaksud terlihat pada ditribusi Data mekanika batuan yang diperoleh dari hasil
nilai kohesinya sebagaimana terlihat pada Tabel 1 uji laboratorium sebelumnya yang pernah
di bawah. dilakukan pada beberapa lokasi lubang bor
geoteknik di area highwall Tambang Batubara
Senakin – PT Arutmin Indonesia yang
direpresentasikan oleh nilai kohesi puncak (peak
cohesion) dapat terlihat dalam Tabel 1 berikut ini.
ketidakstabilan lereng diketahui dari data hasil Seiring dengan intensitas hujan yang cukup
monitoring. tinggi, kondisi lantai tambang yang terendam air
mengakibatkan proses penjenuhan terhadap
lapisan batulempung lunak yang telah
tersingkap.
HASIL ANALISIS
bukaan tambang sepanjang 1 km dampak terhadap dengan air (terendam oleh air sump)
peningkatan volume batuan penutup sekitar mengindikasikan bahwa lereng masih cukup stabil
1.130.000 bcm, sehingga akan berdampak pada atau blok highwall tidak ada yang longsor.
keekonomian tambang secara keseluruhan atau pit Berdasarkan hal inilah dapat disimpulkan bahwa
bisa menjadi tidak ekonomis. upaya stabilisasi dengan perubahan parameter
desain geomatri lereng, baik untuk pembentukan
lereng individu maupun lereng keseluruhan masih
dinilai kurang efisien karena sangat berdampak
pada perubahan volume batuan penutup yang
harus dipindahkan.
bukaan tambang. Strategi operasional Adriansyah, Yan., 2008, Proposed Design for
penambangan berupa menjaga efektivitas Remedial Action Plan of Highwall Failure at
pemompaan, penempatan lokasi inpit sump Pit-2 Block-45 – Tambang Senakin PT
pada area yang tepat serta implementasi Arutmin Indonesia, Technical Memorandum,
boxcut pada blok struktur geologi merupakan tidak diterbitkan.
langkah-langkah yang dinilai sangat efektif
untuk meminimalkan terjadinya resiko Hoek, E. and Bray, J.W., 1981, Rock Slope
longsoran komposit ini sehingga berdampak Engineering, third edition, London,
pada keberhasilan operasional penambangan. Instituion of Mining and Metallurgy –
London.
4. Aktivitas monitoring lereng tambang dengan
melakukan pemetaan geoteknik yang Lesmana, Hendra., dkk., 2008, Pit Observation
bertujuan untuk mengidentfikasi keberadaan and Failure Report – Senakin Mine, PT
lapisan lemah serta struktur geologi harus Arutmin Indonesia, tidak diterbitkan.
secara menerus dilakukan hingga
pembentukan lereng akhir tambang terbentuk Simmons, J.V., Simpson, P.J., 2007, Estention,
sehingga tindakan atau langkah-langkah Stress and Composite Failure in Bedded
pencegahan apabila terjadi ketidakmantapan Rock Mass, Proceeding of International
lereng dapat ditentukan lebih awal. Symposium on Rock Slope Stability in Open
Pit Mining and Civil Engineering, Perth –
Australia..
REFERENSI
LPPM-ITB & Geotechnical Department-Arutmin,
Adriansyah, Yan., 2007, Geotechnical Assessment 2007, Laporan Penindaklanjutan
– Highwall Failure Block-31 – Tambang Pemeriksaan Longsoran di Lokasi Highwall
Senakin PT Arutmin Indonesia, Technical Blok 33-34 Tambang Senakin, tidak
Memorandum, tidak diterbitkan. diterbitkan.
PROCEEDINGS PIT IAGI 2010
The 39th IAGI Annual Convention and Exhibition
Gambar 2. Photo dan sketsa longsoran tipe komposit yang terjadi pada dinding highwall Blok 33-34
Tambang Senakin – PT Arutmin Indonesia.
Gambar 3. Strategi penambangan untuk pembentukan inpit sump pada area mined-out dan implementasi
boxcut highwall untuk meminimalkan terjadinya kehilangan batubara akibat longsor.