Anda di halaman 1dari 12

PROCEEDINGS PIT IAGI 2010

The 39th IAGI Annual Convention and Exhibition

MEKANISME LONGSORAN PADA LERENG HIGHWALL DAN USULAN


PENANGGULANGANNYA DI TAMBANG BATUBARA SENAKIN
PT ARUTMIN INDONESIA

Yan Adriansyah1, Elino Febriadi2


1
Superintendent Geotechnical – Mineral Resources Department
2
Manager Mineral Resources Department
PT Arutmin Indonesia
yadriansyah@arutmin.com

ABSTRAK

Stabilitas lereng tambang terbuka (open pit) pada dinding highwall menjadi salah satu kunci atau patokan
dalam keberhasilan suatu operasional penambangan, khususnya pada area penambangan dengan
karakteristik pola kemiringan lapisan (dip) pada kisaran antara 100 – 200.

Longsoran pada dinding highwall umumnya dipicu oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
berupa tersingkapnya bidang-bidang patahan (kekar/sesar) pada bukaan atau dinding tambang serta
kondisi kekuatan batuan yang lemah. Sedangkan faktor eksternal berupa lereng jenuh akibat buruknya
sistem penirisan tambang, implementasi desain yang tidak sesuai sehingga terjadi overcut dan/atau
undercut serta pengaruh aktivitas peledakan.

Tulisan ini akan lebih menjelaskan pada mekanisme terjadinya longsor sebagai akibat dari kombinasi
faktor internal-eksternal yang tidak dikendalikan dengan baik sehingga lereng atau dinding tambang
menjadi longsor. Upaya penanggulangan untuk meminimalkan terjadinya longsor ditentukan berdasarkan
interaksi faktor internal-eksternal terhadap lereng tersebut sehingga kegiatan operasional penambangan
hingga pembentukan lereng akhir (final pits lope design) dapat diimplementasikan sesuai desain yang
telah ditetapkan dan berjalan dengan aman.

Untuk memastikan adanya pengaruh air terhadap penurunan nilai kekuatan batuan, dilakukan uji kekuatan
batuan pada beberapa core sample dari hasil pemboran geoteknik, pengujian difokuskan pada lapisan
batuan batulempung di atas roof seam batubara target yang diidentifikasi sebagai material lemah. Uji
laboratorium dimaksud menggunakan alat Point Load Test (PLT) dengan membandingkan kekuatan
batuan pada dua kondisi yang berbeda, yaitu pada saat kondisi kering (dry) dan pada saat kondisi batuan
jenuh (fully saturated).

Hasil evaluasi diharapkan dapat memberikan suatu gambaran bahwa interaksi faktor internal-eksternal
terhadap kestabilan suatu lereng tambang sangat penting untuk diidentifikasi lebih dini sehingga tindakan
penjegahannya dapat ditentukan secara tepat supaya aktivitas penambangan di area pit floor dapat
berlangsung secara aman hingga akhir penambangan (final pit design).

PENDAHULUAN floor) mined-out akan berdampak pada kehilangan


batubara (coal loss) dan penambahan biaya
Stabilitas lereng tambang highwall untuk operasional. Selain itu, aspek keselamatan alat dan
pembentukan lereng akhir penambangan menjadi orang yang berada di bawahnya menjadi hal yang
hal yang sangat penting untuk diperhatikan paling utama.
kaitannya dengan operasional dan keekonomian
tambang karena setiap kali longsor yang terjadi Secara umum, tipe-tipe longsoran yang umumnya
sebelum batubara di area lantai tambang (pit terjadi pada lereng tambang (highwall maupun
PROCEEDINGS PIT IAGI 2010
The 39th IAGI Annual Convention and Exhibition

lowwall) berupa tipe lengkung-sirkular, toppling, 2. Litologi


plannar dan baji (Hoek & Bray, 1981). Namun Secara regional batuan penyusun daerah Tambang
pada beberapa kasus longsoran yang terjadi di Senakin – PT Arutmin Indonesia termasuk
lokasi Tambang Batubara Senakin – PT Arutmin kedalam Formasi Tanjung yang berumur Eosen.
Indonesia seringkali tipe longsoran yang terjadi Umumnya disusun oleh batulempung (mudstone),
tidak mencerminkan tipe-tipe sebagaimana kemudian pada bagian atas terdapat lapisan
disebutkan di atas sehingga perlu dilakukan batupasir (sandstone) dan beberapa lapisan tipis
evaluasi terhadap mekanisme longsoran yang batulanau (siltstone). Secara prosentase,
terjadi sehingga tindakan penanggulannya dapat komposisi lapisan batulempung sekitar 70% dari
ditentukan secara tepat. total batuan yang tersingkap pada dinding
highwall. Pada beberapa lokasi, tersingkap juga
Sebagaimana diketahui bahwa asosiasi faktor batuan beku yang menerobos bidang lapisan
internal berupa tingkat kekerasan batuan batulempung. Batuan beku ini telah terkekarkan
penyusun lereng dan struktur geologi (lipatan, dengan intensitas yang cukup rapat dan umumnya
kekar dan sesar) dengan faktor eksternal berupa telah lapuk sehingga seringkali pada beberapa
tingginya curah hujan, aktivitas peledakan dan blok terjadi longsoran yang mengikuti bidang-
pembentukan lereng tambang yang tidak sesuai bidang kekarnya (toppling).
dengan desain awal seringkali menjadi pemicu
suatu longsoran. Seam batubara yang terdapat di area Tambang
Senakin dibedakan menjadi 3 (tiga) seam utama,
Studi ini difokuskan untuk mengidentifikasi yaitu Seam SU (Sela Upper), SM (Sela Middle)
mekanisme longsoran pada beberapa blok dinding dan SL (Sela Lower). Selain itu, terdapat juga
highwall yang pernah terjadi sebelumnya serta beberapa seam minor seperti Seam Pengapitan
faktor-faktor yang memicunya, baik faktor yang umumnya tersingkap pada bagian atas.
internal maupaun eksternal sehingga setiap Sedangkan kaualitas batubaranya dapat dapat
potensi ketidakstabilan lereng yang mungkin diklasifikasi sebagai batubara bituminus dengan
terjadi dapat diketahui lebih dini serta usulan kandungan ash (17%), sulfur (0.64%), carbon
penanggulannya dapat diantisipasi lebih awal. (39%), total mositure (5.5%), inharent matter
(4%) HGI (15) dan nilai kalori 6200.
GEOLOGI LOKAL
MEKANIKA BATUAN
1. Struktur Geologi
Secara umum pola jurus perlapisan batuan di Berdasarkan data hasil uji laboratorium yang
Tambang Senakin – PT Arutmin INDONESIA dilakukan pada beberapa lokasi lubang bor
berarah utara-selatan dengan kemiringan (dip) geotechnical (full coring) menunjukkan bahwa
bervariasi antara 100 – 200, kecuali pada zona nilai kuat tekan (UCS) batuan penyusun lereng
struktur, kemiringan batuannya lebih tegak lagi, highwall sebagai material overburden dan/atau
bahkan pada beberapa lokasi relatif tegak. interburden Tambang Batubara Senakin – PT
Arutmin Indonesia umumnya berkisar antara 1 –
Struktur geologi umumnya berarah barat-timur 20 Mpa dengan nilai kohesi (peak cohesion)
yang didominasi oleh sesar-sesar mendatar serta antara 0.1 – 0.6 Mpa. Sedangkan nilai kuat tekan
intensifnya kekar (joint) pada beberapa area (UCS) lapisan batubara sebagai produk
sehingga terkadang membentuk zona lemah yang penambangan berkisar 5 – 20 Kpa dengan nilai
saling berpotongan. Perpotongan bidang-bidang kohesi antara 0.9 – 3.0 Mpa.
struktur geologi pada dinding highwall ini
seringkali menjadi pemicu terjadinya longsoran Mengacu pada kaidah umum disitribusi kekuatan
tipe baji (wedge), dimana bidang-bidang lemah material, umumnya nilai kekuatan batuan akan
tersebut menjadi pembatas pada bagian kiri-kanan meningkat mengikuti posisi stratigrafi-nya,
maupun bagian atas-bawah dari geometri artinya semakin ke arah lapisan yang lebih tua
longsoran dimaksud. kekuatan batuan juga akan meningkat. Namun
berdasarkan hasil uji laboratorium dan pemetaan
geoteknik yang dilakukan pada beberapa lokasi
PROCEEDINGS PIT IAGI 2010
The 39th IAGI Annual Convention and Exhibition

expose dinding highwall mengikuti pola Dari hasil deskripsi inti batuan dan logging
stratigrafinya bersamaan dengan operasional geofisika mengindikasikan bahwa ketebalan
penambangan mengindikasikan bahwa ada lapisan batulempung yang relatif lemah ini dan
anomali kekuatan lapisan batuan, khususnya selanjutnya disebut sebagai weak layer memiliki
lapisan batulempung yang tepat berada di atas ketebalan antara 15 – 20 m dengan kisaran nilai
seam batubara target (roof coal seam target) yang kohesi (peak cohesion) 0.100 – 0.175 Mpa,
memiliki kekuatan (strength parameter) lebih adapun sudut geser-dalamnya (angle of internal
lemah bila dibandingkan dengan lapisan yang friction) bervariasi dari 230 – 370.
berada di atas maupun di bawahnya. Anomali
kekuatan batuan dimaksud terlihat pada ditribusi Data mekanika batuan yang diperoleh dari hasil
nilai kohesinya sebagaimana terlihat pada Tabel 1 uji laboratorium sebelumnya yang pernah
di bawah. dilakukan pada beberapa lokasi lubang bor
geoteknik di area highwall Tambang Batubara
Senakin – PT Arutmin Indonesia yang
direpresentasikan oleh nilai kohesi puncak (peak
cohesion) dapat terlihat dalam Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1.Hasil uji laboratorium untuk nilai kohesi


puncak vs kedalaman pada setiap lubang bor
geoteknik.

Dari data hasil uji laboratorium sebagaimana


terlihat pada tabel di atas menunjukkan bahwa
lapisan batulempung pada kedalaman 60 – 80 m
memiliki nilai kohesi puncak yang relatif lemah
bila dibandingkan dengan data uji pada lapisan
batuan yang berada di atas dan di bawahnya,
kecuali data uji pada lubang bor GT-SNK-01 yang
umumnya relatif seragam.

Mengacu pada fakta distribusi kekuatan batuan


tersebut di atas, maka untuk mengkonfirmasi
penyebaran lapisan yang memiliki anomali
Gambar 1. Litostratigrafi lereng highwall kekuatan batuan ini dilakukan pemetaan
Tambang Senakin – PT Arutmin Indonesia geoteknik pada singkapan-singkapan yang
berdasarkan data lubang bor geotek (GT-SNK- berhasil dijangkau sejalan dengan pembentukan
02). desain lereng highwall, khususnya pada area side
wall dan/atau lantai tambang (pit floor).
PROCEEDINGS PIT IAGI 2010
The 39th IAGI Annual Convention and Exhibition

 Tidak ada korban baik alat maupun manusia


DATA FAKTUAL – Longsoran Yang Pernah akibat longsoran ini karena sistem monitoring
Terjadi sudah berjalan dengan baik sehingga geotek
engineer bisa memberikan rekomendasi untuk
1. Longsoran Highwall Blok 31-32 segera membuat limitasi dan mengevakuasi
Longsoran ini terjadi pada pertengahan bulan peralatan tambang ke area yang lebih aman.
Agustus 2007 dengan deskripsi sebagaimana
dijelaskan berikut ini : 2. Longsoran Highwall Block 32-33
 Pertama kali teridentifikasi adanya retakan pada Longsor ini terjadi pada akhir bulan Agustus 2007
area kaki lereng front loading aktif sejalan dan merupakan salah satu longsor terbesar yang
dengan pembongkaran batuan penutup pernah terjadi di Tambang Batubara Senakin – PT
(overburden stripping). Arutmin Indonesia yang berdampak pada
 Dimensi longsorannya adalah sebagai berikut : berhentinya aktivitas penambangan pada blok ini
lebar bukaan 75 m, tinggi lereng 30 m, selama hampir 2 bulan. Adapun deskripsinya
kedalaman longsoran diperkirakan sekitar 20 m sebagaimana berikut ini.
dengan estimasi volume yang berpotensi jatuh  Mekanisme hampir mirip dengan tipe longsoran
sekitar 150.000 BCM (Gambar 2). pada Blok 31-32, namun memiliki dimensi yang
 Sebelum longsor terjadi, intensitas hujan dalam lebih besar, yaitu : tinggi lereng 75 m, lebar
1 minggu sebelumnya cukup tinggi, tercatat bukaan 150 m, kedalaman longsor 20 m denga
sekitar 100 mm/jam sehingga pompa tidak estimasi volume 225.000 bcm.
mampu mengendalikan air run-off sehingga  Hasil pengukuran lapangan menunjukkan
lantai tambang terendam cukup lama (± 2 adanya struktur geologi lokal dengan orientasi
minggu). N2200E/700 yang memotong dinding highwall.
 Terdapat 2 set bidang kekar atau struktur  Kondisi lapisan yang berada di atasnya masih
geologi lokal yang membentuk baji (wedge) terlihat utuh, khususnya pada lapisan batupasir
dengan orientasi masing-masing N1600E/740 dan batulanau yang memiliki tingkat kekerasan
dan N2050E/720, vetikal memotong dinding lebih tinggi. Namun pada akhirnya ikut
highwall yang akhirnya berperan sebagai terpatahkan karena lapisan penahan pada kaki
pembatas longsoran pada kedua sisinya. lereng, yaitu lapisan batulempung telah terbawa
 Terdapat genangan air pada bagian atas lereng longsor (over hang).
dengan jarak ± 25 m dari crest-line highwall.  Dalam 1 – 2 hari setelah terjadinya longsor
 Pembentukan inpit sump pada area pit floor parsial pada lapisan batulempung, tidak
tidak tertata dengan baik sehingga genangan air ditemukan adanya retakan pada area crest
banyak merendam lapisan batulempung. highwall yang mengindikasikan bahwa lapisan
batuan di atasnya relatif stabil.
 Tidak ditemukan adanya genangan air di
belakang crest-line highwall yang dapat
berdampak pada proses penjenuhan tubuh
lereng.
 Intensitas curah hujan dalam 1 minggu sebelum
terjadinya longsor ini sangat tinggi, tercatat
sekitar 100 mm/jam.
 Terjadi effect buckling pada lapisan
batulempung (weak mudstone) sebagai dampak
dari lapisan ini tidak mampu menahan beban
lereng, berdasarkan pemantauan pegs
monitoring yang dipasang pada area kaki lereng
menunjukkan pengangkatan elevasi setinggi 50
Gambar 2. Longsoran yang terjadi pada dinding – 75 cm.
highwall Blok-31 – Tambang Senakin.  Tidak ada korban jiwa dan kerusakan alat akibat
longsoran ini karena aktivitas penambangan
langsung dihentikan sesaat setelah gejala
PROCEEDINGS PIT IAGI 2010
The 39th IAGI Annual Convention and Exhibition

ketidakstabilan lereng diketahui dari data hasil  Seiring dengan intensitas hujan yang cukup
monitoring. tinggi, kondisi lantai tambang yang terendam air
mengakibatkan proses penjenuhan terhadap
lapisan batulempung lunak yang telah
tersingkap.

Gambar 3. Longsoran yang terjadi pada dinding


highwall Blok 32-33 – Tambang
Senakin.
Gambar 4. Longsoran yang terjadi pada dinding
highwall Blok 44-45 – Tambang
3. Longsoran Highwall Blok 44-45 Senakin.
Longsoran ini terjadi pada awal Maret 2008
dengan deskripsi sebagai berikut : 4. Longsoran Highwall Blok-48
 Dimensi longsoran : Longsoran ini terjadi pada akhir bulan Februari
Tinggi lereng : 45 m 2008, dimensinya paling kecil apabila
Lebar bukaan : 90 – 100 m dibandingkan dengan ketiga longsoran
Kedalaman longsoran :  10 m sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Adapun
Estimasi volume : 45.000 bcm secara rinci deskripsinya dapat jelaskan sebagai
 Terdapat struktur geologi lokal dengan orientasi berikut :
N1000E/800 serta beberapa set kekar yang relatif  Dimensi longsoran.
memotong lereng highwall dengan orientasi Tinggi lereng : 25 m
umum N500E/600. Lebar bukaan : 50 m
 Adanya rembesan (seepages) pada dinding Kedalaman longsoran :  5 m
highwall melalui bidang-bidang retakan Estimasi volume : 15.000 bcm
sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi  Terdapat struktur geologi pada dinding highwall
lereng relatif jenuh air. berupa kekar yang saling berpotongan pada
 Ditemukan adanya indikasi overcut pada elevasi strike lereng dinding highwall tambang.
minus 30 mRL atau tepat berada di sekitar kaki  Longsoran diawali dengan retaknya lapisan
lereng aktul (current pit floor). batulempung (weak mudstone) pada kaki lereng
 Tersingkapnya lapisan batulempung (weak aktual, selanjutnya diiukti oleh lapisan-lapisan
mudstone) pada elevasi minus 30 mRL sampai batuan yang berada di atasnya yang dibatasi
dengan minus 45 mRL (Adriansyah, Yan., oleh bidang-bidang kekar pada kedua sisi
2008). longsorannya.
 Retakan pada lapisan batulempung lunak (weak  Kondisi lantai tambang terendam air selama
mudstone) teridentifikasi satu hari setelah hampir 2 minggu akibat intensitas hujan yang
aktivitas peledakan dilakukan pada area lantai relatif tinggi sehingga menggenangi lapisan
tambang berdekatan dengan blok longsoran batulempung yang tepat berada di atas seam
sehingga diduga efek getarannya (ground batubara target.
vibration) semakin menurunkan kekuatan  Aktivitas pemompaan pada kolam
material pada kaki lereng (Lesmana, Hendra., penampungan di dalam lantai tambang (in pit
dkk., 2008). sump) tidak seimbang dengan jumlah air yang
PROCEEDINGS PIT IAGI 2010
The 39th IAGI Annual Convention and Exhibition

masuk ke dalam tambang, baik air yang berasal


dari permukaan (run-off) dan air tanah dalam Selain kedua faktor internal berupa adanya
dari rembesan (seepages). struktur geologi dan terdapatnya lapisan lemah
(weak layer), faktor lain yang diduga sebagai
pemicu longsoran ini adalah proses penjenuhan
sebagai akibat dari intensifnya curah hujan serta
kontak langsung lapisan lemah (weak mudstone)
dengan air secara menerus pada area
penampungan kolam air sementara (temporary in
pit sump) pada lantai tambang.

HASIL ANALISIS

1. Desain Lereng Highwall


Perhitungan kestabilan lereng highwall telah
dilakukan, baik untuk penentuan geometri lereng
tunggal maupun lereng keseluruhan. Untuk
Gambar 5. Longsoran yang terjadi pada dinding pembentukan lereng akhir penambangan dengan
highwall Blok-48 – Tambang Senakin. tinggi lereng keseluruhan maksimum 120 m,
maka parameter desain lereng tambang yang
Berdasarkan fakta longsoran yang pernah terjadi digunakan sebagaimana dirangkum dalam Tabel 2
pada dinding highwall sebagaimana diuraikan di berikut ini.
atas, maka dapat dirangkum bahwa longsoran-
longsoran yang terjadi dimulai dengan retaknya
terlebih dahulu lapisan batulempung (weak Tabel 2. Parameter desain lereng untuk
mudstone) pada toe-line front loading (progress pembentukan lereng final.
pit floor) sesaat menjelang tersingkapnya roof
lapisan batubara target penambangan. Akibat Geometri Lereng Parameter
retakan-longsoran pada lapisan batulempung ini, Desain
maka lapisan-lapisan batuan lebih kompeten yang Sudut Lereng Keseluruhan 450
terletak di atasnya menjadi menggantung (over Tinggi Lereng Tunggal 15 m
hang) karena tidak ada lapisan yang menahan di Sudut Lereng Tunggal 600 – 650
bawahnya, seiring waktu pula dan secara perlahan Lebar Berm 7.5 m
terjadi ketidakseimbangan beban yang kemudian
lereng highwall tersebut longsor dari elevasi Hasil perhitungan analisis kestabilan lereng
paling atas (crest-line) sehingga membentuk suatu dengan menggunakan parameter desain highwall
longsoran yang bersifat keseluruhan (overall slope sebagaimana disebutkan di atas menghasilkan
failure). nilai faktor keamanan untuk lereng keseluruhan
1.217 (Gambar 6). Perubahan parameter desain
Sedangkan bukaan lidah longsoran pada bagian dengan pelandaian lereng pada lapisan
kiri dan kanannya dibatasi oleh struktur geologi batulempung lunak (weak mudstone) dan
berupa struktur patahan (fault) bersifat lokal konstruksi berm lebih lebar dari desain awal tidak
dan/atau intensitas kekar (joint) yang umumnya menghasilkan perubahan nilai faktor keamanan
membentuk baji (wedge). Tipe longsoran dengan secara signifikan, faktor keamanan (FK) hanya
mekanisme sebagaimana disebutkan di atas meningkat menjadi 1.315 (Gambar 7). Namun di
selanjutnya disebut longsoran komposit lain pihak memiliki resiko peningkatan
(Simmons, J.V., 2008). Longsoran tipe ini dipicu pembongkaran volume batuan penutup
oleh adanya lapisan lemah pada bagian tengah (overburden) yang lebih besar. Sebagai gambaran,
lereng sehingga tidak mampu menahan lapisan untuk tinggi lereng 120 m dengan perubahan
yang terdapat di atasnya, walaupun lapisan yang sudut lereng keseluruhan dari 450 menjadi 42.50
terdapat di atasnya tersebut memiliki kekuatan sementara geometri lereng tunggalnya tetap
material lebih keras. mengikuti parameter desain awal, maka dengan
PROCEEDINGS PIT IAGI 2010
The 39th IAGI Annual Convention and Exhibition

bukaan tambang sepanjang 1 km dampak terhadap dengan air (terendam oleh air sump)
peningkatan volume batuan penutup sekitar mengindikasikan bahwa lereng masih cukup stabil
1.130.000 bcm, sehingga akan berdampak pada atau blok highwall tidak ada yang longsor.
keekonomian tambang secara keseluruhan atau pit Berdasarkan hal inilah dapat disimpulkan bahwa
bisa menjadi tidak ekonomis. upaya stabilisasi dengan perubahan parameter
desain geomatri lereng, baik untuk pembentukan
lereng individu maupun lereng keseluruhan masih
dinilai kurang efisien karena sangat berdampak
pada perubahan volume batuan penutup yang
harus dipindahkan.

2. Uji Kekuatan Batuan – Data PLT


Data kekuatan batuan dari hasil uji laboratorium
yang umum digunakan dalam analisis kestabilan
lereng dengan menggunakan metode
kesetimbangan batas (limit equilibrium method)
meliputi hasil uji sifat fisik (physical properties)
dan sifat mekanik (mechanical properties).
Mengacu pada hasil pemetaan geoteknik yang
telah dilakukan pada beberapa kejadian longsor
Gambar 6. Hasil perhitungan stabilitas lereng yang pernah terjadi sebelumnya mengindikasikan
keseluruhan mengikuti parameter desain bahwa salah satu faktor pemicu longsoran ini
seperti dalam Tabel 2 di atas. adalah rentan-nya lapisan batulempung pada roof
seam batubara target apabila kontak langsung
dengan air. Untuk membuktikan dugaan
penurunan kekuatan batuan akibat proses
penjenuhan ini maka dilakukan uji kuat tekan
tambahan menggunakan alat Point Load Test
(Gambar 10) dengan mengasumsikan contoh
batuan dalam 2 (dua) kondisi yang berbeda, yaitu
keadaan kering (dry) dan jenuh air (fully
saturated) dengan cara sample batuan direndam
selama 1 hari sebelum dilakukan pengujian.

Gambar 7. Hasil perhitungan kestabilan lereng


dengan perubahan geometri lereng
tunggal pada lapisan batulempung lunak
(weak mudstone).

Hasil pengamatan pada dinding atau lereng


highwall dengan mengimplementasikan parameter
desain sebagaimana disebutkan di atas, sementara
struktur geologi berupa kekar dan/sesar yang
saling berpotongan tidak ter-expose dan
pemodelan lereng untuk analisis kestabilan masih
mengikutsertakan lapisan batulempung lunak
(weak mudstone), sepanjang kondisi lapisan Gambar 8. Alat uji Point Load Test (PLT).
batulempung ini tidak kontak secara langsung
PROCEEDINGS PIT IAGI 2010
The 39th IAGI Annual Convention and Exhibition

Hasil pengujian contoh batuan untuk keperluan


evaluasi ini diperoleh dari inti bor (core sample)
hasil pemboran geoteknik (full coring). Pengujian
difokuskan pada lapisan batulempung yang
diduga memiliki anomali kekuatan material (nilai
kohesi) sebagaimana terlihat pada Tabel 1 di atas.
Berdasarkan hasil uji terhadap beberapa contoh
inti batuan menunjukkan bahwa ada penurunan
parameter kuat tekan sekitar 20 % apabila contoh
batuan tersebut diuji dalam kondisi basah (fully
saturated) sebagaimana terlihat pada grafik pada
Gambar 9. Hal ini membuktikan bahwa kotribusi
air cukup berpengaruh terhadap kekuatan material
batulempung ini.
Gambar 10. Singkapan batulempung lemah (weak
Hasil Uji Kuat Tekan
mudstone) pada dinding highwall, tepat berada
Berdasarkan data Point Load Test pada roof Seam Batubara.
50
Dry
45 Saturated
Poly. (Saturated)
40 Poly. (Dry)
35 3. Usulan Penanggulangan Longsor
N iliai U C S (M p a)

30 Upaya penanggulangan untuk meminimalkan


25
terjadinya longsoran ini telah dilakukan dengan
20
melakukan berbagai simulasi dengan
15
10
mempertimbangkan/melibatkan berbagai aspek
5 diantaranya strategi operasional penambangan dan
0 modifikasi parameter desain lereng akhir. Adapun
0 5 10 15
aspek biaya untuk alokasi penambahan stripping
Jumlah Inti Batuan
overburden yang ditimbulkan menjadi
pertimbangan akhir sebagai masukan dalam
Gambar 9. Perbandingan kekuatan batuan dari penambahan stripping ratio.
data uji PLT antara kondisi kering dan
basah. Mengacu pada beberapa pertimbangan
sebagaimana disebutkan di atas dan hasil evaluasi
Mengacu pada uji PLT sebagaimana terlihat pada terhadap berbagai data yang telah diperoleh, maka
Gambar 9 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa usulan penanggulangan untuk meminimalkan
lapisan batulempung ini sangat rentan penurunan terjadinya tipe longsoran ini dapat dilakukan
kekuatan-nya apabila kontak secara langsung dengan beberapa metode sebagaimana berikut ini.
dengan air dan/atau udara. Pengamatan
megaskopis di lapangan menunjukkan bahwa 1. Perubahan Geometri Lereng
lapisan batulempung ini bersifat menyerpih, Metode ini bersifat perbaikan jangka panjang
blocky dan sangat lemah (extremelly - very low dengan melakukan perubahan geometri lereng
strength) sehingga diduga akan sangat mudah tunggal maupun lereng keseluruhannya (overall
pecah apabila tersingkap dan kontak dengan slope design). Namun kelemahannya memiliki
air/udara (Gambar 10), sifat fisik seperti ini akan konsekuensi biaya yang tinggi karena akan
memudahkan bagi aliran air untuk memasuki berdampak pada peningkatan volume batuan
bidang-bidang lemah sehingga tubuh lereng penutup sehingga akan berdampak pada
menjadi jenuh air serta akan berdampak pada perubahan desain pit shell secara keseluruhan,
peningkatan berat jenis (density) yang berdampak diantaranya meliputi nilai stripping ratio, jumlah
pada penurunan kestabilan lereng secara batubara tertambang dan crest-line highwall untuk
keseluruhan. pembentukan lereng akhir tambang (final pit slope
design). Sehingga pilihan ini dinilai kurang efisien
dari aspek keekonomian tambang.
PROCEEDINGS PIT IAGI 2010
The 39th IAGI Annual Convention and Exhibition

implementasi metode penambangan ini akan


2. Pendekatan Operasional Penambangan berdampak pada dinding highwall yang tidak
Mengacu dari data hasil uji laboratorium terlalu lama tersingkap (expose), sehingga apabila
tambahan (PLT test) dengan membandingkan terjadi longsor sekalipun, lapisan batubara sebagai
kondisi contoh batuan dalam kondisi kering dan produk penambangan telah tertambang seluruhnya
basah, maka dapat dikesimpulan bahwa aspek (mined-out).
strategi operasional penambangan dalam
mengimplementasikan desain lereng akhir ini KESIMPULAN dan REKOMENDASI
memegang peranan kunci untuk menjaga lereng
highwall tetap stabil. Berdasarkan hasil evaluasi yang ditunjang oleh
berbagai data pendukung, baik berupa data
Berikut ini beberapa usulan dari aspek operasional lapangan maupun hasil uji laboratorium, maka
penambangan untuk menghindari terjadinya dapat disimpulkan sebagai berikut :
longsoran tipe komposit pada dinding highwall di
Tambang Senakin – PT Arutmin Indonesia. 1. Tipe longsoran pada dinding highwall –
Tambang Batubara Senakin, PT Arutmin
a. Pembentukan Lokasi Inpit Sump Indoensia berupa tipe komposit yang
Menghindari pembentukan kolam penampungan merupakan kombinasai dari tipe longsoran
air di dalam pit (inpit sump) pada blok yang lengkung sirkular yang umum terjadi pada
intensitas struktur geologinya relatif rapat, baik lapisan batuan relatif lemah dengan tipe
berupa kekar maupun sesar. Dimensi inpit sump longsoran baji (wedge) yang dikontrol oleh
diusulkan tidak lebar dengan maksud untuk adanya struktur geologi berupa sesar dan/atau
meminimalkan kontak air secara menurus kekar.
terhadap perlapisan batulempung lunak, namun
dibentuk lebih dalam ke arah down-dip dan/atau 2. Adanya kontribusi faktor eksternal yang
up-dip menyesuaikan dengan kapasitas air yang memicu longsoran berupa proses penjenuhan
akan ditampung dengan memperhatikan besarnya (saturation process) pada lapisan
kemiringan batuan (dip) sehingga tidak terjadi batulempung yang secara fisik bersifat
under cut bedding yang dapat memicu terjadinya menyerpih, blocky dan rentan terjadinya
longsoran bidang pada dinding lowwall. penurunan strength-nya apabila kontak
langsung dengan air dan/atau udara. Secara
b. Aktivitas Pemompaan stratigrafi, lapisan ini tepat berada di atas
Penggunaan pompa yang efekftif dan efisien, baik lapisan batubara target. Proses penjenuhan ini
dari aspek kualitas maupun kuantitas menjadi hal mengakibatkan terjadinya penurunan
yang sangat penting sehingga kondisi lantai parameter kekuatan batuan yang cukup
tambang (pit floor) tetap kering. Perhitungan yang signifikan pada lapisan batulempung tersebut
cermat terhadap jumlah air yang masuk ke dalam sebagaimana terlihat pada hasil uji
tambang, baik yang berasal dari run-off laboratorium (PLT Test).
(discharge area) maupun air tanah dalam
(groundwater) yang berasal dari akuifer pada 3. Dengan pertimbangan bahwa faktor-faktor
dinding tambang (highwall dan lowwall) yang internal yang memicu longsoran pada dinding
mengalir pada bidang-bidang lemah highwall ini sifatnya bawaan dan sulit
(discontinuitas plane) menjadi masukan yang dilakukan perubahan (pertimbangan
penting untuk penentuan kapasitas dan jumlah biaya/keekonomian tambang), maka tindakan
pompa yang nantinya dibutuhkan untuk pencegahan untuk meminimalkan terjadinya
melakukan pemompaan air keluar area tambang. longsoran dapat dilakukan dengan
mengendalikan faktor eksternal, yaitu
c. Boxcut Highwall meminimalkan dan/atau menghilangkan
Metode ini sangat tepat dilakukan pada blok terjadinya kontak antara lapisan batulempung
highwall yang telah diketahui adanya struktur lemah dengan air, khususnya pada blok yang
geologi dan tersingkapnya lapisan batulempung telah teridentifikasi adanya struktur geologi
lunak (weak layer). Implikasi positif dari yang saling berpotongan dengan strike lereng
PROCEEDINGS PIT IAGI 2010
The 39th IAGI Annual Convention and Exhibition

bukaan tambang. Strategi operasional Adriansyah, Yan., 2008, Proposed Design for
penambangan berupa menjaga efektivitas Remedial Action Plan of Highwall Failure at
pemompaan, penempatan lokasi inpit sump Pit-2 Block-45 – Tambang Senakin PT
pada area yang tepat serta implementasi Arutmin Indonesia, Technical Memorandum,
boxcut pada blok struktur geologi merupakan tidak diterbitkan.
langkah-langkah yang dinilai sangat efektif
untuk meminimalkan terjadinya resiko Hoek, E. and Bray, J.W., 1981, Rock Slope
longsoran komposit ini sehingga berdampak Engineering, third edition, London,
pada keberhasilan operasional penambangan. Instituion of Mining and Metallurgy –
London.
4. Aktivitas monitoring lereng tambang dengan
melakukan pemetaan geoteknik yang Lesmana, Hendra., dkk., 2008, Pit Observation
bertujuan untuk mengidentfikasi keberadaan and Failure Report – Senakin Mine, PT
lapisan lemah serta struktur geologi harus Arutmin Indonesia, tidak diterbitkan.
secara menerus dilakukan hingga
pembentukan lereng akhir tambang terbentuk Simmons, J.V., Simpson, P.J., 2007, Estention,
sehingga tindakan atau langkah-langkah Stress and Composite Failure in Bedded
pencegahan apabila terjadi ketidakmantapan Rock Mass, Proceeding of International
lereng dapat ditentukan lebih awal. Symposium on Rock Slope Stability in Open
Pit Mining and Civil Engineering, Perth –
Australia..
REFERENSI
LPPM-ITB & Geotechnical Department-Arutmin,
Adriansyah, Yan., 2007, Geotechnical Assessment 2007, Laporan Penindaklanjutan
– Highwall Failure Block-31 – Tambang Pemeriksaan Longsoran di Lokasi Highwall
Senakin PT Arutmin Indonesia, Technical Blok 33-34 Tambang Senakin, tidak
Memorandum, tidak diterbitkan. diterbitkan.
PROCEEDINGS PIT IAGI 2010
The 39th IAGI Annual Convention and Exhibition

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian – Tambang Batubara Senakin PT Arutmin INDONESIA.


PROCEEDINGS PIT IAGI 2010
The 39th IAGI Annual Convention and Exhibition

Gambar 2. Photo dan sketsa longsoran tipe komposit yang terjadi pada dinding highwall Blok 33-34
Tambang Senakin – PT Arutmin Indonesia.

Gambar 3. Strategi penambangan untuk pembentukan inpit sump pada area mined-out dan implementasi
boxcut highwall untuk meminimalkan terjadinya kehilangan batubara akibat longsor.

Anda mungkin juga menyukai