1 PB
1 PB
240
Hubungan Kuat Tekan Batuan (Ucs) Tidak Langsung Dengan Porositas Pada Formasi Keutapang Atas Pada Lapangan Gas
Arun, Cekungan Sumatera Utara Dengan Menggunakan Data Log Sonik
(Alvian Budiman)
Salah satu hambatan yang paling sering stratigrafi berada diatas Formasi Baong dan
ditemukan dalam proses pemboran adalah Formasi Arun. Formasi Arun ini berperan
penurunan laju pemboran, sedangkan laju sebagai reservoir di Lapangan Gas Arun. Oleh
pemboran sangat berkaitan dengan kuat tekan karena itu untuk mengurangi kemungkinan
batuan (Sudarmoyo dan P. Subiatmono, 2001). adanya penurunan laju pemboran yang
Arthur (1959), menyatakan bahwa kuat tekan berkaitan dengan kuat tekan batuan yang
pada batuan merupakan faktor yang sangat terjadi pada formasi batuan di atas Formasi
penting untuk menentukan laju pemboran. Arun, khususnya pada Formasi Keutapang
Kuat tekan batuan sangat berkaitan erat Atas maka dikajilah hubungan kuat tekan
dengan porositas. Semakin besar nilai batuan dengan porositas pada Formasi
porositas maka semakin lemah batuannya, Keutapang Atas dengan memanfaatkan data
namun apabila semakin kecil nilai porositas porositas dari log sumur yang tersedia.
maka nilai kuat tekan batuan semakin besar Diharapkan nilai kuat tekan batuan (UCS) di
(Schon, 2011). bawah permukaan dan hubungannya dengan
Salah satu metode alternatif yang dapat porositas pada Formasi Keutapang Atas pada
digunakan untuk memperoleh data porositas Lapangan Gas Arun secara tidak langsung
batuan bawah permukaan dan kuat tekan dapat diketahui.
batuannya adalah melalui data log sumur (Well Tujuan dari dilaksanakannya penelitian
Log), khususnya dengan menggunakan data ini adalah sebagai berikut:
Log Sonik. 1. Mengetahui jenis litologi Formasi
Pada Lapangan Gas Arun terdapat Keutapang Atas yang berkembang di
Formasi Keutapang Atas yang secara daerah penelitian
241
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.02, No. 04, Agustus 2018: 240-251
2. Mengetahui nilai porositas dan kuat tekan phyllite yang dinyatakan berumur Triasik
batuan (UCS) Formasi Keutapang Atas di berdasarkan data penentuan umur
daerah penelitian radiometrik (Soeparjadi, 1983).
3. Mengetahui hubungan antara porositas dan 2. Formasi Parapat
kuat tekan batuan (UCS) Formasi Formasi ini terdiri dari batupasir dan
Keutapang Atas di daerah penelitian konglomerat yang tebal. Sifat atau karakter
sedimen menunjukkan bahwa batuan
sumber dari formasi ini adalah daerah
2. TINJAUAN PUSTAKA tinggian pra Tersier dengan lingkungan
pengendapan kipas Aluvium. Klastik kasar
2.1 Geologi merupakan jenis endapan yang dominan
Lapangan Gas Arun apabila dilihat dari dari batuan Formasi Parapat. Formasi ini
tatanan geologinya, merupakan lapangan gas memiliki umur Oligosen Bawah yang
yang terletak pada Cekungan Sumatera Utara. ditunjukkan dengan banyaknya fosil
Cekungan Sumatera Utara merupakan Nummulites Fichteli pada batuan Formasi
perpaduan antara cekungan tarik-pisah (pull- Parapat di daerah Aceh.
apart basin) dan half graben basin yang 3. Formasi Bampo
terletak pada bagian tenggara kerak Benua Formasi ini terdiri dari batuserpih
Eurasia. Kerangka tektonik cekungan- dan batulanau hitam, yang berasosiasi
cekungan di Sumatera merupakan hasil dengan pirit dan nodul karbonatan.
interaksi Lempeng Benua Eurasia dan tepi Ketebalan formasi ini berkisar antara 500
utara-tenggara Lempeng Samudra Hindia meter di sebelah Selatan sampai dengan
Australia (Katili, 1975). 2000 meter di sebelah Utara. Formasi ini
Menurut Barber et. al (2005), Cekungan diendapkan di lingkungan laut dangkal
Sumatera Utara merupakan cekungan pada umur Oligosen Atas - Miosen Bawah.
belakang busur (back arc basin) berisi 4. Formasi Arun
sedimen Tersier yang diendapkan di atas Formasi ini diendapkan di lingkungan
kompleks metasedimen Pra-Tersier. Secara laut terbuka pada umur Oligosen Atas –
fisiografi, cekungan ini dibatasi oleh Miosen Bawah. Formasi ini merupakan
Pegunungan Bukit Barisan di bagian barat, batuan reservoar yang terdiri dari
Paparan Malaka di bagian timur, Lengkungan batugamping, dimana beberapa bagian
Asahan di bagian selatan, serta Laut Andaman tersusun atas dolomit.
di bagian utara (Darman dan Sidi, 2000). Pada Formasi Arun banyak ditemukan
Pembentukan Cekungan Sumatera Utara foraminifera besar Lepidocyclina (canelli
dimulai pada Eosen Akhir ketika Lempeng dan Miogypsina thecidaeforma) yang
Samudra Hindia mulai bertumbukan dengan mengindikasikan umur Miosen Bawah –
Lempeng Benua Eurasia. Perkembangan Miosen Tengah. Selain itu, terdapat juga
cekungan ini sangat dipengaruhi oleh dua foraminifera planktonik seperti
sistem sesar utama, yaitu Sesar Sumatera dan Globigerinoides dan Orbulina (Soeparjadi,
Sesar Malaka yang mengakibatkan penyesaran 1983).
bongkah (block faulting) sebagai pull apart 5. Formasi Peutu
basin. Secara garis besar dari barat laut ke Formasi ini terdiri dari batulempung
tenggara membentuk Sigli Platform, Pase sub- karbonatan yang banyak mengandung fosil
Basin, dan Tampur Platform (Sosromihardjo, dan beberapa mengandung mineral
1988). glaukonit serta beberapa terdiri atas
Stratigrafi daerah penelitian yang batuterumbu yang diendapkan di Daerah
diperoleh dari data sumur Arun-A1 tersusun Arun, Peusangan, dan Lho Sukon.
secara umum atas formasi-formasi sebagai 6. Formasi Baong
berikut: Formasi ini sebagian besar memiliki
1. Batuan Dasar (Basement) litologi batuserpih dengan sebagian kecil
Berdasarkan data sumur Arun-A1, batupasir. Batuserpih pada formasi ini
litologi batuan dasar (Basement) daerah memiliki ciri berwarna abu-abu terang
penelitian telah ditemukan pada kedalaman sampai gelap dan bersifat karbonan,
10,825 ft (3.299 m). Batuan penyusun karbonatan, dan glaukonitan. Formasi ini
basement ini merupakan batuan calcareous diendapkan di lingkungan Bathyal dan
242
Hubungan Kuat Tekan Batuan (Ucs) Tidak Langsung Dengan Porositas Pada Formasi Keutapang Atas Pada Lapangan Gas
Arun, Cekungan Sumatera Utara Dengan Menggunakan Data Log Sonik
(Alvian Budiman)
memiliki ketebalan yang berkisar antara besar maka rongga yang terbentuk juga
1500-1750 meter. semakin besar.
7. Formasi Keutapang 2. Bentuk butir (sphericity)
Formasi Keutapang tersusun atas Batuan dengan bentuk butir
litologi serpih berselang-seling dengan menyudut akan memiliki porositas yang
batulempung-batulanau, sisipan besar, sedangkan kalau bentuk butir
batugamping dan batupasir berlapis tebal. membundar maka akan memiliki
Batuan ini memiliki kandungan mineral porositas yang kecil.
kuarsa, pyrite, sedikit mika, dan karbonan. 3. Susunan butir
Ketebalan formasi ini berkisar antara 404 – Apabila ukuran butirnya sama
1534 meter. Formasi Keutapang merupakan maka susunan butir sama dengan bentuk
awal siklus regresi dari sedimen dalam kubus dan mempunyai porositas yang
Cekungan Sumatera Utara yang lebih besar dibandingkan dengan bentuk
terendapkan dalam lingkungan delta rhombohedral.
sampai laut dalam pada kala Miosen akhir. 4. Pemilahan
8. Formasi Seurula Apabila butiran baik maka ada
Formasi ini secara umum terdiri dari keseragaman sehingga porositasnya akan
batupasir, serpih, dan batulempung. baik pula. Pemilahan yang jelek
Batupasir pada formasi ini lebih kasar menyebabkan butiran yang berukuran
butirnya daripada batupasir Formasi kecil akan menempati rongga diantara
Keutapang. Ini yang menandakan bahwa butiran yang lebih besar akibatnya
fase regresi masih berlanjut. Lingkungan porositasnya rendah.
pengendapan formasi ini masih di 5. Komposisi mineral
lingkungan laut. Apabila penyusun batuan terdiri
9. Formasi Julu Rayeu dari mineral-mineral yang mudah larut
Formasi ini memiliki litologi berupa seperti golongan karbonat maka
batupasir berbutir halus sampai kasar dan porositasnya akan baik karena rongga-
batulempung, dengan fragmen mika, kayu rongga akibat proses pelarutan dari
dan moluska. Formasi ini diendapkan pada batuan tersebut.
lingkungan laut dangkal. Ketebalan formasi 6. Sementasi
ini berkisar antara 550 sampai 2200 meter. Material semen pada dasarnya akan
mengurangi harga porositas. Material
2.2 Porositas yang dapat berwujud semen adalah silika,
Porositas adalah sifat volumetrik batuan oksida besi dan mineral lempung.
yang sangat fundamental. Porositas dapat 7. Kompaksi dan pemampatan
menjelaskan potensi volume penyimpanan Adanya kompaksi dan pemampatan
fluida seperti minyak, air, dan gas dalam akan mengurangi harga porositas. Apabila
batuan. Porositas juga mempengaruhi hampir batuan terkubur semakin dalam maka
seluruh sifat fisik batuan seperti kecepatan porositasnya akan semakin kecil yang
gelombang elastis, resistivitas elektrik, dan diakibatkan karena adanya penambahan
densitas batuan (Schon, 2011). beban.
Asquith (1982) menyatakan bahwa
porositas merupakan persentase volume pori 2.3 Kuat Tekan Batuan (UCS)
terhadap total volume batuan dan dihitung Kuat tekan pada batuan adalah
dengan menggunakan satuan persen (%), kemampuan batuan untuk mengikat
sedangkan menurut Serra (1984), porositas komponen-komponen bersama-sama. Jadi
merupakan bagian dari total volume batuan dengan kata lain bahwa apabila suatu batuan
yang tidak tersusun oleh konstituen (material) diberikan tekanan yang lebih besar dari
padat. kekuatannya maka komponen-komponennya
Menurut Schon (2011), faktor-faktor akan terpisah atau dapat dikatakan hancur
yang mempengaruhi porositas antara lain : (Arthur, 1959). Kuat tekan batuan sangat
1. Ukuran butir (grain size) berkaitan erat dengan porositas. Semakin besar
Semakin kecil ukuran butir maka nilai porositas maka semakin lemah
rongga yang terbentuk akan semakin kecil batuannya, namun apabila semakin kecil nilai
pula dan sebaliknya jika ukuran butir porositas maka nilai kuat tekan batuan
243
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.02, No. 04, Agustus 2018: 240-251
semakin besar, hal ini disebabkan karena analisis litologi pada sumur penelitian
adanya faktor kompaksi (Schon, 2011). bernama Sumur AB3 melalui data Log
McNally (1987) dalam Schon (2011) Gamma Ray dan Log SP yang mengacu pada
telah meneliti hubungan (korelasi) antara nilai ketentuan yang dikemukakan oleh Asquith
UCS (Uniaxial Compression Strength) dari (1982) yang kemudian divalidasi dengan log
142 sampel dengan perlambatan gelombang litologi hasil deskripsi cutting dan side wall
kompresi yang diukur dengan menggunakan core pemboran.
alat loging sonik) terhadap batupasir halus Setelah litologi pada sumur penelitian
hingga medium Formasi German Creek, diketahui, kemudian dilakukan perhitungan
Australia. Hasil penelitian ini menghasilkan porositas tiap litologi melalui Log Sonik
hubungan korelasi sebagai berikut: menggunakan metode yang dikemukakan oleh
dengan R2 = Wyllie et. al (1958) dalam Asquith (1982).
0.83 Lalu untuk mendapatkan nilai kuat
dimana = nilai UCS dalam MPa dan = tekan batuan dalam hal ini UCS, digunakanlah
interval transite time dalam µs/ft. persamaan McNally (1987) dalam Schon
(2011) dengan mengkorelasikan nilai
2.4 Wireline Logging perambatan gelombang (interval transite time)
Log adalah suatu grafik kedalaman (bisa hasil perekaman Log Sonik terhadap nilai kuat
juga waktu), dari satu set data yang tekan batuan (UCS).
menunjukkan parameter yang diukur secara Setelah dianalisis secara geologi, kedua
berkesinambungan di dalam sebuah sumur parameter yang didapatkan yaitu porositas dan
(Harsono, 1997). Kegiatan untuk mendapatkan kuat tekan batuan kemudian dihubungkan dan
data log disebut ‘logging’. Logging dicari pengaruhnya dengan cara dianalisis
memberikan data yang diperlukan untuk kembali dengan menggunakan metode
mengevaluasi secara kuantitatif banyaknya pendekatan statistika. Metode yang digunakan
hidrokarbon di lapisan batuan pada situasi dan yaitu Metode Korelasi dan Regresi menurut
kondisi yang sesungguhnya. Kurva log Sudjana (2005) dengan menggunakan
memberikan informasi yang dibutuhkan untuk perangkat lunak Anava. Setelah kedua variable
mengetahui sifat-sifat batuan dan fluida yang diuji keterkaitannya dan nilai pegaruhnya,
terkandung di dalamnya. maka dapat dilakukan interpretasi lebih lanjut
Log sonik merupakan log yang mengenai hubungan antara porositas dan kuat
mengukur interval transit time (Δt) dari tekan batuan (UCS) pada Formasi Keutapang
penjalaran gelombang kompresional Atas.
(gelombang P) (Asquith, 1982). Berdasarkan
definisi tersebut Rider (2002) menambahkan
bahwa log sonik mengukur kemampuan suatu 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
formasi untuk menyalurkan gelombang suara 4.1 Litologi
yang dikeluarkan pada saat pengukuran log
sonik ini. Secara geologi, kemampuan suatu Pada sumur AB3, Formasi Keutapang
formasi untuk menyalurkan gelombang suara bagian atas diidentifikasi terdapat pada
bergantung pada jenis litologi dan tekstur kedalaman 6784 feet TVD SS (6856 feet MD)
batuan, khususnya porositas batuan. hingga 7499 feet TVD SS (7574 feet MD).
Berdasarkan data yang diperoleh di sumur ini,
Formasi Keutapang bagian atas ditindih oleh
batulempung Formasi Seureula bagian bawah
3. METODE
dan menindih batulempung Formasi Baong
Metode yang dilakukan dalam bagian atas.
penelitian ini berupa analisis data primer dan
sekunder yang diawali dengan melakukan
244
Hubungan Kuat Tekan Batuan (Ucs) Tidak Langsung Dengan Porositas Pada Formasi Keutapang Atas Pada Lapangan Gas
Arun, Cekungan Sumatera Utara Dengan Menggunakan Data Log Sonik
(Alvian Budiman)
Gambar 2. Profil Litologi. Grafik Log Gamma Ray, Log SP Formasi Keutapang Atas, dan interpretasi
elektrofasies pada Sumur AB3
245
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.02, No. 04, Agustus 2018: 240-251
Serrated Funnel Shape atau menjadi Serrated Secara kuantitatif, berdasarkan respon
Cylinder Shape dan sebaliknya. Log Gamma Ray dan Log SP, rentang nilai
Hal ini mencirikan bahwa mekanisme Log Gamma Ray pada Sumur AB1 berkisar
pengendapan yang terjadi pada Formasi 40-62 API, dan memiliki nilai Vsh yang
Keutapang Atas pada Sumur AB3 tersusun bervariasi seperti yang ditampilkan pada tabel
atas perulangan kenaikan dan penurunan muka 1.
air laut (transgresi dan regresi). Namun Berdasarkan tabel 1, batupasir memiliki
berdasarkan data pendukung berupa profil log nilai Log GR 40-58 API dan Vsh 0-0,59.
dan deskripsi litologi, menunjukkan bahwa Batulanau memiliki nilai Log GR 40-62 API
semakin ke arah atas tekstur butiran semakin dan Vsh 0-1. Batulempung memiliki nilai Log
halus, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa GR 43-62 API dan Vsh 0,03-1.
mekanisme yang mendominasi berupa
kenaikan muka air laut (transgresi).
Tabel 1. Hasil perhitungan Log Gamma Ray dan Volume of Shale (Vsh) pada Sumur AB3
Kedalaman
Litologi GR (API) Vsh
(feet)
Batulanau 6856-6878 40-55 0-0,39
Batulempung 6878-6900 43-57 0,03-0,52
Batulanau 6900-6930 45-59 0,06-0,67
Batupasir 6930-6940 47-58 0,10-0,59
Batulempung 6940-6970 47-57 0,10-0,59
Batulanau 6970-7225 43-59 0,03-0,67
Batupasir 7225-7240 40 0
Batulanau 7240-7300 42-57 0,02-0,52
Batupasir 7300-7320 57 0,52
Batulanau 7320-7360 45-56 0,06-0,45
Batupasir 7360-7370 44 0,04
Batulanau 7370-7415 46-62 0,08-1
Batupasir 7415-7420 52 0,25
Batulanau 7420-7500 48-51 0,12-0,15
Batulempung 7500-7520 49-51 0,15
Batupasir 7520-7535 50-58 0,18-0,37
Batulempung 7535-7574 51-62 0,21-1
246
Hubungan Kuat Tekan Batuan (Ucs) Tidak Langsung Dengan Porositas Pada Formasi Keutapang Atas Pada Lapangan
Gas Arun, Cekungan Sumatera Utara Dengan Menggunakan Data Log Sonik
(Alvian Budiman)
247
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.02, No. 04, Agustus 2018: 240-251
248
Hubungan Kuat Tekan Batuan (Ucs) Tidak Langsung Dengan Porositas Pada Formasi Keutapang Atas Pada Lapangan
Gas Arun, Cekungan Sumatera Utara Dengan Menggunakan Data Log Sonik
(Alvian Budiman)
249
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.02, No. 04, Agustus 2018: 240-251
250
Hubungan Kuat Tekan Batuan (Ucs) Tidak Langsung Dengan Porositas Pada Formasi Keutapang Atas Pada Lapangan
Gas Arun, Cekungan Sumatera Utara Dengan Menggunakan Data Log Sonik
(Alvian Budiman)
251