Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN KUAT TEKAN BATUAN (UCS) TIDAK LANGSUNG DENGAN

POROSITAS PADA FORMASI KEUTAPANG ATAS PADA LAPANGAN GAS ARUN,


CEKUNGAN SUMATERA UTARA DENGAN MENGGUNAKAN DATA LOG SONIK
Alvian Budiman1*, Dicky Muslim1, Yuyun Yuniardi1, R. M. Riza Atmadibrata1
1
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran, Bandung
*Korespondensi: alvianbudimen@yahoo.co.id
ABSTRAK
Formasi Keutapang merupakan formasi batuan pembawa migas yang produktif di Cekungan Sumatera
Utara. Namun, seringkali terdapat hal yang menghambat proses pemboran minyak bumi. Permasalahan
yang sering ditemukan dalam kasus pemboran minyak bumi adalah penurunan laju pemboran. Kuat tekan
batuan merupakan faktor yang penting dalam menentukan laju suatu pemboran. Kuat tekan batuan sangat
berpengaruh terhadap besarnya nilai porositas, Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara porositas dengan kekuatan batuan (UCS) yang dikhususkan pada Formasi Keutapang bagian atas.
Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif penelitian dilakukan
berdasarkan pengamatan grafik log yang terekam pada setiap sumur, sedangkan metode kuantitatif
dilakukan dengan mengukur dan menghitung parameter-parameter litologi, porositas, kuat tekan batuan.
Hubungan antara porositas dan kuat tekan batuan (UCS) kemudian diuji dengan Uji Korelasi, lalu
dilakukan Uji Regresi untuk mengetahui nilai pengaruh antar keduanya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Formasi Keutapang bagian atas tersusun atas perselingan batulanau, batulempung, dan batupasir
yang dicirikan dengan pola Log Gamma Ray bergerigi. Porositas yang berkembang di daerah penelitian
berupa porositas intergranular dengan nilai 0,25-0,50 untuk batupasir, 0,14-0,30 untuk batulanau, dan
0,06-0,35 untuk batulempung. Kekuatan batuan yang terdapat di daerah penelitian berkisar antara 15,62-
50,5 MPa untuk batupasir, 27-54,4 MPa untuk batulanau, dan 10,81-27 MPa untuk batulempung.
Berdasarkan Uji Korelasi ditarik kesimpulan bahwa hubungan porositas dengan kuat tekan batuan pada
Formasi Keutapang Atas berhubungan negatif dengan tingkat korelasi sempurna, sedangkan hasil Uji
Regresi menunjukkan dua variable saling berpengaruh negatif. Secara geologi, dapat ditafsirkan bahwa
semakin besar nilai porositas, maka semakin kecil nilai kuat tekan batuan begitupun sebaliknya.
Kata Kunci : Formasi Keutapang Atas, Litologi, Porositas, Kuat Tekan, Uji Korelasi Regresi
ABSTRACT
Keutapang Formation is a productive hydrocarbon bearing rock formation in North Sumatera Basin.
But, there is always a problem which could happened to obstruct hydrocarbon drilling process. One of
the problems that common to be face in hydrocarbon drilling case is the decrease of drilling velocity.
Rock strength (UCS) is an important factor to determine the drilling velocity. Rock strength is very highly
influenced with porosity. This research aim to know the correlation between porosity and rock strength
(UCS) which specifically on Upper Keutapang Formation. This research used qualitative and
quantitative methods. Based on qualitative method, the research is to observe the well log curves which
recorded in every research wells, however quantitative method is used to determine lithology parameters,
porosity, and rock strength. Correlation between porosity and rock strength (UCS) is tested with
Correlation Test, and then the Regression Test is also been used to know the regression value between
those variables. The result shows that Upper Keutapang Formation consists of interbedded between
sandstone, siltstone, and claystone which has Serrated Gamma Ray curve characteristics. The kind of
porosity that developed in the study area is intergranular porosity which has value between 0,25-0,50 for
sandstone, 0,14-0,30 for siltstone, and 0,06-0,35 for claystone. The rock strength interval that developed
in the study area is ranging between 15,62-50,5 MPa for sandstone, 27-54,4 MPa for siltstone, and
10,81-27 MPa for claystone. Based on Correlation Test, the correlation between porosity and rock
strength in the Upper Keutapang Formation has a negative correlation with perfect level category, but
the result of Regression Test showed that both of variables are negative affected each other.
Geologically, this could be interpreted that the higher value of porosity has a smaller value of the rock
strength, also in contrary.
Keywords: Upper Keutapang Formation, Lithology, Porosity, Rock Strength, Regression and Correlation
Test.

240
Hubungan Kuat Tekan Batuan (Ucs) Tidak Langsung Dengan Porositas Pada Formasi Keutapang Atas Pada Lapangan Gas
Arun, Cekungan Sumatera Utara Dengan Menggunakan Data Log Sonik
(Alvian Budiman)

1. PENDAHULUAN biaya yang dikeluarkan. Hambatan yang


terjadi pada saat pemboran akan
Salah satu hal yang penting untuk menghabiskan waktu yang lebih lama,
diperhatikan dalam pelaksanaan eksplorasi sehingga dapat memperbesar biaya
minyak bumi adalah efisiensi. Dalam kegiatan pengeluaran.
eksplorasi khususnya pemboran, efisiensi
sangatlah diperlukan untuk meminimalisasi

Gambar 1. Lokasi Daerah Penelitian

Salah satu hambatan yang paling sering stratigrafi berada diatas Formasi Baong dan
ditemukan dalam proses pemboran adalah Formasi Arun. Formasi Arun ini berperan
penurunan laju pemboran, sedangkan laju sebagai reservoir di Lapangan Gas Arun. Oleh
pemboran sangat berkaitan dengan kuat tekan karena itu untuk mengurangi kemungkinan
batuan (Sudarmoyo dan P. Subiatmono, 2001). adanya penurunan laju pemboran yang
Arthur (1959), menyatakan bahwa kuat tekan berkaitan dengan kuat tekan batuan yang
pada batuan merupakan faktor yang sangat terjadi pada formasi batuan di atas Formasi
penting untuk menentukan laju pemboran. Arun, khususnya pada Formasi Keutapang
Kuat tekan batuan sangat berkaitan erat Atas maka dikajilah hubungan kuat tekan
dengan porositas. Semakin besar nilai batuan dengan porositas pada Formasi
porositas maka semakin lemah batuannya, Keutapang Atas dengan memanfaatkan data
namun apabila semakin kecil nilai porositas porositas dari log sumur yang tersedia.
maka nilai kuat tekan batuan semakin besar Diharapkan nilai kuat tekan batuan (UCS) di
(Schon, 2011). bawah permukaan dan hubungannya dengan
Salah satu metode alternatif yang dapat porositas pada Formasi Keutapang Atas pada
digunakan untuk memperoleh data porositas Lapangan Gas Arun secara tidak langsung
batuan bawah permukaan dan kuat tekan dapat diketahui.
batuannya adalah melalui data log sumur (Well Tujuan dari dilaksanakannya penelitian
Log), khususnya dengan menggunakan data ini adalah sebagai berikut:
Log Sonik. 1. Mengetahui jenis litologi Formasi
Pada Lapangan Gas Arun terdapat Keutapang Atas yang berkembang di
Formasi Keutapang Atas yang secara daerah penelitian

241
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.02, No. 04, Agustus 2018: 240-251

2. Mengetahui nilai porositas dan kuat tekan phyllite yang dinyatakan berumur Triasik
batuan (UCS) Formasi Keutapang Atas di berdasarkan data penentuan umur
daerah penelitian radiometrik (Soeparjadi, 1983).
3. Mengetahui hubungan antara porositas dan 2. Formasi Parapat
kuat tekan batuan (UCS) Formasi Formasi ini terdiri dari batupasir dan
Keutapang Atas di daerah penelitian konglomerat yang tebal. Sifat atau karakter
sedimen menunjukkan bahwa batuan
sumber dari formasi ini adalah daerah
2. TINJAUAN PUSTAKA tinggian pra Tersier dengan lingkungan
pengendapan kipas Aluvium. Klastik kasar
2.1 Geologi merupakan jenis endapan yang dominan
Lapangan Gas Arun apabila dilihat dari dari batuan Formasi Parapat. Formasi ini
tatanan geologinya, merupakan lapangan gas memiliki umur Oligosen Bawah yang
yang terletak pada Cekungan Sumatera Utara. ditunjukkan dengan banyaknya fosil
Cekungan Sumatera Utara merupakan Nummulites Fichteli pada batuan Formasi
perpaduan antara cekungan tarik-pisah (pull- Parapat di daerah Aceh.
apart basin) dan half graben basin yang 3. Formasi Bampo
terletak pada bagian tenggara kerak Benua Formasi ini terdiri dari batuserpih
Eurasia. Kerangka tektonik cekungan- dan batulanau hitam, yang berasosiasi
cekungan di Sumatera merupakan hasil dengan pirit dan nodul karbonatan.
interaksi Lempeng Benua Eurasia dan tepi Ketebalan formasi ini berkisar antara 500
utara-tenggara Lempeng Samudra Hindia meter di sebelah Selatan sampai dengan
Australia (Katili, 1975). 2000 meter di sebelah Utara. Formasi ini
Menurut Barber et. al (2005), Cekungan diendapkan di lingkungan laut dangkal
Sumatera Utara merupakan cekungan pada umur Oligosen Atas - Miosen Bawah.
belakang busur (back arc basin) berisi 4. Formasi Arun
sedimen Tersier yang diendapkan di atas Formasi ini diendapkan di lingkungan
kompleks metasedimen Pra-Tersier. Secara laut terbuka pada umur Oligosen Atas –
fisiografi, cekungan ini dibatasi oleh Miosen Bawah. Formasi ini merupakan
Pegunungan Bukit Barisan di bagian barat, batuan reservoar yang terdiri dari
Paparan Malaka di bagian timur, Lengkungan batugamping, dimana beberapa bagian
Asahan di bagian selatan, serta Laut Andaman tersusun atas dolomit.
di bagian utara (Darman dan Sidi, 2000). Pada Formasi Arun banyak ditemukan
Pembentukan Cekungan Sumatera Utara foraminifera besar Lepidocyclina (canelli
dimulai pada Eosen Akhir ketika Lempeng dan Miogypsina thecidaeforma) yang
Samudra Hindia mulai bertumbukan dengan mengindikasikan umur Miosen Bawah –
Lempeng Benua Eurasia. Perkembangan Miosen Tengah. Selain itu, terdapat juga
cekungan ini sangat dipengaruhi oleh dua foraminifera planktonik seperti
sistem sesar utama, yaitu Sesar Sumatera dan Globigerinoides dan Orbulina (Soeparjadi,
Sesar Malaka yang mengakibatkan penyesaran 1983).
bongkah (block faulting) sebagai pull apart 5. Formasi Peutu
basin. Secara garis besar dari barat laut ke Formasi ini terdiri dari batulempung
tenggara membentuk Sigli Platform, Pase sub- karbonatan yang banyak mengandung fosil
Basin, dan Tampur Platform (Sosromihardjo, dan beberapa mengandung mineral
1988). glaukonit serta beberapa terdiri atas
Stratigrafi daerah penelitian yang batuterumbu yang diendapkan di Daerah
diperoleh dari data sumur Arun-A1 tersusun Arun, Peusangan, dan Lho Sukon.
secara umum atas formasi-formasi sebagai 6. Formasi Baong
berikut: Formasi ini sebagian besar memiliki
1. Batuan Dasar (Basement) litologi batuserpih dengan sebagian kecil
Berdasarkan data sumur Arun-A1, batupasir. Batuserpih pada formasi ini
litologi batuan dasar (Basement) daerah memiliki ciri berwarna abu-abu terang
penelitian telah ditemukan pada kedalaman sampai gelap dan bersifat karbonan,
10,825 ft (3.299 m). Batuan penyusun karbonatan, dan glaukonitan. Formasi ini
basement ini merupakan batuan calcareous diendapkan di lingkungan Bathyal dan

242
Hubungan Kuat Tekan Batuan (Ucs) Tidak Langsung Dengan Porositas Pada Formasi Keutapang Atas Pada Lapangan Gas
Arun, Cekungan Sumatera Utara Dengan Menggunakan Data Log Sonik
(Alvian Budiman)

memiliki ketebalan yang berkisar antara besar maka rongga yang terbentuk juga
1500-1750 meter. semakin besar.
7. Formasi Keutapang 2. Bentuk butir (sphericity)
Formasi Keutapang tersusun atas Batuan dengan bentuk butir
litologi serpih berselang-seling dengan menyudut akan memiliki porositas yang
batulempung-batulanau, sisipan besar, sedangkan kalau bentuk butir
batugamping dan batupasir berlapis tebal. membundar maka akan memiliki
Batuan ini memiliki kandungan mineral porositas yang kecil.
kuarsa, pyrite, sedikit mika, dan karbonan. 3. Susunan butir
Ketebalan formasi ini berkisar antara 404 – Apabila ukuran butirnya sama
1534 meter. Formasi Keutapang merupakan maka susunan butir sama dengan bentuk
awal siklus regresi dari sedimen dalam kubus dan mempunyai porositas yang
Cekungan Sumatera Utara yang lebih besar dibandingkan dengan bentuk
terendapkan dalam lingkungan delta rhombohedral.
sampai laut dalam pada kala Miosen akhir. 4. Pemilahan
8. Formasi Seurula Apabila butiran baik maka ada
Formasi ini secara umum terdiri dari keseragaman sehingga porositasnya akan
batupasir, serpih, dan batulempung. baik pula. Pemilahan yang jelek
Batupasir pada formasi ini lebih kasar menyebabkan butiran yang berukuran
butirnya daripada batupasir Formasi kecil akan menempati rongga diantara
Keutapang. Ini yang menandakan bahwa butiran yang lebih besar akibatnya
fase regresi masih berlanjut. Lingkungan porositasnya rendah.
pengendapan formasi ini masih di 5. Komposisi mineral
lingkungan laut. Apabila penyusun batuan terdiri
9. Formasi Julu Rayeu dari mineral-mineral yang mudah larut
Formasi ini memiliki litologi berupa seperti golongan karbonat maka
batupasir berbutir halus sampai kasar dan porositasnya akan baik karena rongga-
batulempung, dengan fragmen mika, kayu rongga akibat proses pelarutan dari
dan moluska. Formasi ini diendapkan pada batuan tersebut.
lingkungan laut dangkal. Ketebalan formasi 6. Sementasi
ini berkisar antara 550 sampai 2200 meter. Material semen pada dasarnya akan
mengurangi harga porositas. Material
2.2 Porositas yang dapat berwujud semen adalah silika,
Porositas adalah sifat volumetrik batuan oksida besi dan mineral lempung.
yang sangat fundamental. Porositas dapat 7. Kompaksi dan pemampatan
menjelaskan potensi volume penyimpanan Adanya kompaksi dan pemampatan
fluida seperti minyak, air, dan gas dalam akan mengurangi harga porositas. Apabila
batuan. Porositas juga mempengaruhi hampir batuan terkubur semakin dalam maka
seluruh sifat fisik batuan seperti kecepatan porositasnya akan semakin kecil yang
gelombang elastis, resistivitas elektrik, dan diakibatkan karena adanya penambahan
densitas batuan (Schon, 2011). beban.
Asquith (1982) menyatakan bahwa
porositas merupakan persentase volume pori 2.3 Kuat Tekan Batuan (UCS)
terhadap total volume batuan dan dihitung Kuat tekan pada batuan adalah
dengan menggunakan satuan persen (%), kemampuan batuan untuk mengikat
sedangkan menurut Serra (1984), porositas komponen-komponen bersama-sama. Jadi
merupakan bagian dari total volume batuan dengan kata lain bahwa apabila suatu batuan
yang tidak tersusun oleh konstituen (material) diberikan tekanan yang lebih besar dari
padat. kekuatannya maka komponen-komponennya
Menurut Schon (2011), faktor-faktor akan terpisah atau dapat dikatakan hancur
yang mempengaruhi porositas antara lain : (Arthur, 1959). Kuat tekan batuan sangat
1. Ukuran butir (grain size) berkaitan erat dengan porositas. Semakin besar
Semakin kecil ukuran butir maka nilai porositas maka semakin lemah
rongga yang terbentuk akan semakin kecil batuannya, namun apabila semakin kecil nilai
pula dan sebaliknya jika ukuran butir porositas maka nilai kuat tekan batuan

243
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.02, No. 04, Agustus 2018: 240-251

semakin besar, hal ini disebabkan karena analisis litologi pada sumur penelitian
adanya faktor kompaksi (Schon, 2011). bernama Sumur AB3 melalui data Log
McNally (1987) dalam Schon (2011) Gamma Ray dan Log SP yang mengacu pada
telah meneliti hubungan (korelasi) antara nilai ketentuan yang dikemukakan oleh Asquith
UCS (Uniaxial Compression Strength) dari (1982) yang kemudian divalidasi dengan log
142 sampel dengan perlambatan gelombang litologi hasil deskripsi cutting dan side wall
kompresi yang diukur dengan menggunakan core pemboran.
alat loging sonik) terhadap batupasir halus Setelah litologi pada sumur penelitian
hingga medium Formasi German Creek, diketahui, kemudian dilakukan perhitungan
Australia. Hasil penelitian ini menghasilkan porositas tiap litologi melalui Log Sonik
hubungan korelasi sebagai berikut: menggunakan metode yang dikemukakan oleh
dengan R2 = Wyllie et. al (1958) dalam Asquith (1982).
0.83 Lalu untuk mendapatkan nilai kuat
dimana = nilai UCS dalam MPa dan = tekan batuan dalam hal ini UCS, digunakanlah
interval transite time dalam µs/ft. persamaan McNally (1987) dalam Schon
(2011) dengan mengkorelasikan nilai
2.4 Wireline Logging perambatan gelombang (interval transite time)
Log adalah suatu grafik kedalaman (bisa hasil perekaman Log Sonik terhadap nilai kuat
juga waktu), dari satu set data yang tekan batuan (UCS).
menunjukkan parameter yang diukur secara Setelah dianalisis secara geologi, kedua
berkesinambungan di dalam sebuah sumur parameter yang didapatkan yaitu porositas dan
(Harsono, 1997). Kegiatan untuk mendapatkan kuat tekan batuan kemudian dihubungkan dan
data log disebut ‘logging’. Logging dicari pengaruhnya dengan cara dianalisis
memberikan data yang diperlukan untuk kembali dengan menggunakan metode
mengevaluasi secara kuantitatif banyaknya pendekatan statistika. Metode yang digunakan
hidrokarbon di lapisan batuan pada situasi dan yaitu Metode Korelasi dan Regresi menurut
kondisi yang sesungguhnya. Kurva log Sudjana (2005) dengan menggunakan
memberikan informasi yang dibutuhkan untuk perangkat lunak Anava. Setelah kedua variable
mengetahui sifat-sifat batuan dan fluida yang diuji keterkaitannya dan nilai pegaruhnya,
terkandung di dalamnya. maka dapat dilakukan interpretasi lebih lanjut
Log sonik merupakan log yang mengenai hubungan antara porositas dan kuat
mengukur interval transit time (Δt) dari tekan batuan (UCS) pada Formasi Keutapang
penjalaran gelombang kompresional Atas.
(gelombang P) (Asquith, 1982). Berdasarkan
definisi tersebut Rider (2002) menambahkan
bahwa log sonik mengukur kemampuan suatu 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
formasi untuk menyalurkan gelombang suara 4.1 Litologi
yang dikeluarkan pada saat pengukuran log
sonik ini. Secara geologi, kemampuan suatu Pada sumur AB3, Formasi Keutapang
formasi untuk menyalurkan gelombang suara bagian atas diidentifikasi terdapat pada
bergantung pada jenis litologi dan tekstur kedalaman 6784 feet TVD SS (6856 feet MD)
batuan, khususnya porositas batuan. hingga 7499 feet TVD SS (7574 feet MD).
Berdasarkan data yang diperoleh di sumur ini,
Formasi Keutapang bagian atas ditindih oleh
batulempung Formasi Seureula bagian bawah
3. METODE
dan menindih batulempung Formasi Baong
Metode yang dilakukan dalam bagian atas.
penelitian ini berupa analisis data primer dan
sekunder yang diawali dengan melakukan

244
Hubungan Kuat Tekan Batuan (Ucs) Tidak Langsung Dengan Porositas Pada Formasi Keutapang Atas Pada Lapangan Gas
Arun, Cekungan Sumatera Utara Dengan Menggunakan Data Log Sonik
(Alvian Budiman)

Gambar 2. Profil Litologi. Grafik Log Gamma Ray, Log SP Formasi Keutapang Atas, dan interpretasi
elektrofasies pada Sumur AB3

Litologi Formasi Keutapang bagian atas berkembang berupa selang-seling batupasir,


di sumur AB3 terlihat hampir sama dengan batulanau, dan batulempung.
litologi yang terdapat pada sumur AB1, yaitu Formasi Keutapang Atas pada Sumur
tersusun atas perselingan batulanau, AB3 memiliki pola log (elektrofasies) yang
batulempung, dan batupasir. Dominasi litologi bervariasi dengan pola umum bergerigi
yang berkembang yaitu batulanau. (serrated). Hal ini menunjukkan bahwa
Karakteristik batulempung memiliki litologi yang berkembang membentuk
karakteristik litologi berwarna abu-abu, lunak, perselingan. Namun, secara lebih detail,
karbonatan, dan menyerpih. Batulanau di elektrofasies yang berkembang meliputi
bagian ini berwarna cokelat keabuan, lunak- Serrated Funnel Shape, Serrated Bell Shape,
agak keras, sedikit karbonatan, dan kaya akan dan Serrated Cylinder Shape (Gambar 2).
foram. Batupasir memiliki karakteristik Serrated Funnel Shape mencirikan
litologi berwarna abu-abu, ukuran butir pasir adanya perubahan litologi yang mengkasar ke
sangat halus, membundar tanggung, agak atas, Serrated Bell Shape mencirikan
keras, karbonatan. perubahan litologi yang menghalus ke atas,
Secara kualitatif, Formasi Keutapang dan Serrated Cylinder Shape mencirikan
Atas pada Sumur AB3 memiliki pola log perselingan batuan yang memiliki tekstur
(elektrofasies) yang bervariasi dengan pola masif. Pada Sumur AB3, sama halnya dengan
umum bergerigi (serrated). Hal ini Sumur AB1 terlihat banyaknya perubahan
menunjukkan bahwa litologi yang berkembang elektrofasies dari Serrated Bell Shape menjadi
membentuk perselingan. Litologi yang

245
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.02, No. 04, Agustus 2018: 240-251

Serrated Funnel Shape atau menjadi Serrated Secara kuantitatif, berdasarkan respon
Cylinder Shape dan sebaliknya. Log Gamma Ray dan Log SP, rentang nilai
Hal ini mencirikan bahwa mekanisme Log Gamma Ray pada Sumur AB1 berkisar
pengendapan yang terjadi pada Formasi 40-62 API, dan memiliki nilai Vsh yang
Keutapang Atas pada Sumur AB3 tersusun bervariasi seperti yang ditampilkan pada tabel
atas perulangan kenaikan dan penurunan muka 1.
air laut (transgresi dan regresi). Namun Berdasarkan tabel 1, batupasir memiliki
berdasarkan data pendukung berupa profil log nilai Log GR 40-58 API dan Vsh 0-0,59.
dan deskripsi litologi, menunjukkan bahwa Batulanau memiliki nilai Log GR 40-62 API
semakin ke arah atas tekstur butiran semakin dan Vsh 0-1. Batulempung memiliki nilai Log
halus, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa GR 43-62 API dan Vsh 0,03-1.
mekanisme yang mendominasi berupa
kenaikan muka air laut (transgresi).

Tabel 1. Hasil perhitungan Log Gamma Ray dan Volume of Shale (Vsh) pada Sumur AB3

Kedalaman
Litologi GR (API) Vsh
(feet)
Batulanau 6856-6878 40-55 0-0,39
Batulempung 6878-6900 43-57 0,03-0,52
Batulanau 6900-6930 45-59 0,06-0,67
Batupasir 6930-6940 47-58 0,10-0,59
Batulempung 6940-6970 47-57 0,10-0,59
Batulanau 6970-7225 43-59 0,03-0,67
Batupasir 7225-7240 40 0
Batulanau 7240-7300 42-57 0,02-0,52
Batupasir 7300-7320 57 0,52
Batulanau 7320-7360 45-56 0,06-0,45
Batupasir 7360-7370 44 0,04
Batulanau 7370-7415 46-62 0,08-1
Batupasir 7415-7420 52 0,25
Batulanau 7420-7500 48-51 0,12-0,15
Batulempung 7500-7520 49-51 0,15
Batupasir 7520-7535 50-58 0,18-0,37
Batulempung 7535-7574 51-62 0,21-1

246
Hubungan Kuat Tekan Batuan (Ucs) Tidak Langsung Dengan Porositas Pada Formasi Keutapang Atas Pada Lapangan
Gas Arun, Cekungan Sumatera Utara Dengan Menggunakan Data Log Sonik
(Alvian Budiman)

Batulanau pada Formasi Keutapang


4.2 Porositas Atas memiliki rentang nilai interval transite
Batupasir Formasi Keutapang Atas time 86-105 μs/ft dan rentang nilai kuat
memiliki rata-rata nilai interval transit time tekan batuan (UCS) sebesar 27-54,4 MPa.
88-120 dengan nilai porositas 0,25-0,50 Berdasarkan klasifikasi Carmichael (1989)
atau 25%-50%. Berdasarkan klasifikasi dalam Schon (2011), rentang nilai kuat
Koesoemadinata (1980) dalam Fauzi tekan batuan (UCS) pada litologi batulanau
(2017), nilai porositas tersebut termasuk ke Formasi Keutapang Atas masuk ke dalam
dalam kategori sangat baik-istimewa. kategori batuan D-E (low strength-very low
Batulanau Formasi Keutapang Atas strength).
memiliki rata-rata nilai interval transit time Batulempung pada Formasi
86-105 dengan nilai porositas 0,14-0,30 Keutapang Atas memiliki rentang nilai
atau 14%-30%. Berdasarkan klasifikasi interval transite time 105-130 μs/ft dan
Koesoemadinata (1980) dalam Fauzi rentang nilai kuat tekan batuan (UCS)
(2017), nilai porositas tersebut termasuk sebesar 10,81-27 MPa. Berdasarkan
kedalam kategori cukup-sangat baik. klasifikasi Carmichael (1989) dalam Schon
Batulempung Formasi Keutapang (2011), rentang nilai kuat tekan batuan
Atas memiliki rata-rata nilai interval transit (UCS) pada litologi batulempung Formasi
time 105-130 dengan nilai porositas 0,06- Keutapang Atas masuk ke dalam kategori
0,35 atau 6%-35%. Berdasarkan klasifikasi batuan D (very low strength).
Koesoemadinata (1980) dalam Fauzi
(2017), nilai porositas tersebut termasuk 4.4 Korelasi dan Regresi
kedalam kategori buruk-istimewa. 1. Batupasir
Secara keseluruhan, nilai porositas Dari Uji Korelasi didapatkan nilai
pada ketiga litologi di Formasi Keutapang korelasi Pearson (r) sebesar 0,984. Nilai
Atas didominasi memiliki kategori cukup- tersebut berdasarkan uji korelasi termasuk
istimewa. Hal ini menunjukkan bahwa nilai ke dalam kategori korelasi sempurna (0,81-
porositas cenderung besar. Nilai porositas 1). Namun, bila dilihat dari notasi negatif (-
yang cenderung besar ini diinterpretasikan ) yang terdapat sebelum angka korelasi, hal
akibat ukuran butir yang halus, susunan ini menunjukkan bahwa hubungan yang
butir yang relatif sama, dan derajat terbentuk berupa hubungan negatif, yang
pemilahan yang relatif baik. Selain itu, berarti setiap kenaikan nilai variabel bebas,
diinterpretasikan pula terdapat mineral akan menurunkan nilai variabel terikat
penyusun batuan seperti plagioklas yang begitupun sebaliknya. Pada penelitian ini,
relatif mudah terlapukkan yang diakibatkan yang berperan sebagai variabel bebas
karena adanya interaksi dengan fluida adalah porositas, sedangkan variabel
formasi, sehingga mengakibatkan terikatnya adalah kekuatan batuan.
bertambahnya nilai porositas. Grafik 1. Korelasi Porositas dengan UCS
pada Batupasir
4.3 Kuat Tekan Batuan (UCS) Tidak
Langsung 60
50.5
Kuat Tekan Batuan (UCS)

Batupasir pada Formasi Keutapang 47


50
Atas memiliki rentang nilai interval transite 39.1
40 35
time 88-120 μs/ft dan rentang nilai kuat
tekan batuan (UCS) sebesar 15,62-50,5 30
MPa. Berdasarkan klasifikasi Carmichael 20 15.62
(1989) dalam Schon (2011), rentang nilai
kuat tekan batuan (UCS) pada litologi 10

batupasir Formasi Keutapang Atas 0


termasuk ke dalam kategori batuan D-E 0,25 0,27 0,30 0,32 0,50
(low strength-very low strength). Porositas

247
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.02, No. 04, Agustus 2018: 240-251

Apabila dilihat secara geologi, hal 60 54.4


tersebut sesuai dengan pernyataan yang

Kuat Tekan Batuan (UCS)


48.7
dikemukakan oleh Schon (2011), bahwa 50
40.5 39.1
pada keadaan normal equilibrium 40
compaction pada lingkungan batuan 32.5
30 27
sedimen, porositas akan berkurang seiring
dengan bertambahnya kedalaman sebagai 20
hasil kompaksi sehingga akan menaikkan
10
nilai kekuatan batuan.
Dari hasil perhitungan Uji Regresi 0
Linear pada litologi batupasir, didapatkan 0,14 0,17 0,20 0,21 0,26 0,30
nilai koefisien determinasi (R2) sebesar Porositas
0,967 yang mengandung pengertian bahwa Dari hasil perhitungan Uji Regresi
pengaruh variabel bebas (X) (porositas) Linear pada litologi batulanau, didapatkan
terhadap variabel terikat (Y) (UCS) adalah nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
sebesar 96,7%. 0,990 yang mengandung pengertian bahwa
Kemudian, didapatkan nilai pengaruh variabel bebas (X) (porositas)
konstanta (a) sebesar 82,234 yang terhadap variabel terikat (Y) (UCS) adalah
mengandung arti bahwa nilai konsisten sebesar 99%.
variabel UCS adalah sebesar 82,234. Lalu Didapatkan pula nilai konstanta (a)
didapatkan koefisien regresi X (b) sebesar - sebesar 75,324 yang mengandung arti
137,362. Dikarenakan koefisien regresi bahwa nilai konsisten variabel UCS adalah
bernilai negatif, maka dapat dikatakan sebesar 75,324. Lalu didapatkan koefisien
bahwa arah pengaruh variabel X terhadap Y regresi X (b) sebesar -161,151.
adalah negatif. Maksudnya adalah setiap Dikarenakan koefisien regresi bernilai
kenaikan nilai variabel X, maka akan negatif, maka dapat dikatakan bahwa arah
menurunkan nilai variabel Y atau pengaruh variabel X terhadap Y adalah
sebaliknya. negatif. Maksudnya adalah setiap kenaikan
Bentuk persamaan regresi pada nilai variabel X, maka akan menurunkan
batupasir Formasi Keutapang Atas dapat nilai variabel Y atau sebaliknya.
ditulis sebagai berikut: Bentuk persamaan regresi pada
Y= a + bX batulanau Formasi Keutapang Atas dapat
Y= 82,234 – 137,362X ditulis sebagai berikut:
Y= a + bX
Y= 75,324 - 161,151X
2. Batulanau
Dari hasil Uji Korelasi didapatkan 3. Batulempung
nilai korelasi Pearson (r) sebesar 0,995. Dari hasil Uji Korelasi didapatkan
Nilai tersebut berdasarkan uji korelasi nilai korelasi Pearson (r) sebesar 0,995.
termasuk ke dalam kategori korelasi Nilai tersebut berdasarkan uji korelasi
sempurna (0,81-1). Namun, bila dilihat dari
termasuk ke dalam kategori korelasi
notasi negatif (-) yang terdapat sebelum
angka korelasi, hal ini menunjukkan bahwa sempurna (0,81-1). Namun, bila dilihat dari
hubungan yang terbentuk berupa hubungan notasi negatif (-) yang terdapat sebelum
negative. angka korelasi, hal ini menunjukkan bahwa
Grafik 2. Korelasi Porositas dengan UCS hubungan yang terbentuk berupa hubungan
pada Batulanau negatif, yang berarti setiap kenaikan nilai
variabel bebas, akan menurunkan nilai
variabel terikat begitupun sebaliknya.

248
Hubungan Kuat Tekan Batuan (Ucs) Tidak Langsung Dengan Porositas Pada Formasi Keutapang Atas Pada Lapangan
Gas Arun, Cekungan Sumatera Utara Dengan Menggunakan Data Log Sonik
(Alvian Budiman)

Pada penelitian ini, yang berperan 5. KESIMPULAN


sebagai variabel bebas adalah porositas, Berdasarkan hasil penelitian, maka
sedangkan variabel terikatnya adalah dapat disimpulkan bahwa:
kekuatan batuan. Korelasi antara porositas 1. Secara kualitatif dan kuantitatif berupa
dengan UCS pada batupasir dapat dilihat analisis kurva grafik Log Sinar
secara mudah pada grafik 3. Gamma, Log SP, evaluasi hasil
Grafik 3. Korelasi Porositas dengan UCS cutting, serta perhitungan Vsh, profil
pada Batulempung litologi Formasi Keutapang Atas
tersusun atas perselingan batulanau,
30 27 batulempung, dan batupasir.
25
2. Porositas pada litologi batupasir
Kuat Tekan Batuan (UCS)

22.54 termasuk ke dalam kategori sangat


20 16.8
baik-istimewa. Porositas pada litologi
batulanau termasuk kedalam kategori
15 cukup-sangat baik. Porositas pada
10.81
litologi batulempung termasuk
10
kedalam kategori buruk-istimewa.
5 Litologi batupasir memiliki kategori
kuat tekan batuan (UCS) berkekuatan
0 lemah-kuat. Litologi batulanau
0,06 0,11 0,21 0,35
memiliki kategori kuat tekan batuan
Porositas
(UCS) berkekuatan sedang-kuat.
Litologi batulempung memiliki
Dari hasil perhitungan Uji Regresi kategori kuat tekan batuan (UCS)
Linear pada litologi batulempung, berkekuatan lemah-sedang.
didapatkan nilai koefisien korelasi (r) 3. Dari ketiga hasil uji korelasi pada
sebesar 0,992 dan determinasi (R2) sebesar litologi batupasir, batulanau, dan
0,983 yang mengandung pengertian bahwa batulempung pada Formasi Keutapang
pengaruh variabel bebas (X) (porositas) Atas, dapat ditarik keputusan bahwa
terhadap variabel terikat (Y) (UCS) adalah porositas dan kekuatan batuan (UCS)
sebesar 98,3%. memiliki hubungan negatif dengan
Didapatkan pula nilai konstanta (a) tingkat korelasi sempurna.
sebesar 29,409 yang mengandung arti Berdasarkan hasil Uji Regresi Linear,
bahwa nilai konsisten variabel UCS adalah ditarik kesimpulan bahwa porositas
sebesar 29,409. Lalu didapatkan koefisien dan kekuatan batuan (UCS) pada
regresi X (b) sebesar -54,497. Dikarenakan ketiga jenis litologi pada Formasi
koefisien regresi bernilai negatif, maka Keutapang Atas saling berpengaruh
dapat dikatakan bahwa arah pengaruh negatif yang artinya semakin besar
variabel X terhadap Y adalah negatif. nilai porositas, maka semakin kecil
Maksudnya adalah setiap kenaikan nilai nilai kuat tekan batuan (UCS) dan
variabel X, maka akan menurunkan nilai sebaliknya.
variabel Y atau sebaliknya.
Bentuk persamaan regresi pada
DAFTAR PUSTAKA
batulempung Formasi Keutapang Atas
dapat ditulis sebagai berikut: Arthur, W. 1959. Oil Well Drilling
Y= a + bX Technology. Oklahoma: University
Y= 29,409 - 54,497X of Oklahoma Press.
Asquith, G. B. & Gibson, C. R. 1982.
Basic Well Log Analysis for
Geologist. Tulsa: AAPG.

249
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.02, No. 04, Agustus 2018: 240-251

Atmadibrata, R.M.R. 1988. Top of Porositas. Yogyakarta: Proseeding


Abnormal Pressure Zone Simposium Nasional IATMI.
Prediction in the Arun Field, North Sudjana. 2005. Metode Statistika.
Sumatra. Jakarta: PIT. IAGI XVII Bandung: Penerbit Tarsito.
1988.
Tjigugur(Priangan), W.Java :
Barber, A. J., et.al. 2005. Sumatra:
Verth. Geol. Mijnb. Genootshap.
Geology, Resources, and Tectonic
Geol. Serie 14, p.37-70.
Evolution. London: Geology
Society Memoirs No.31. Sutedja, J., 1972. Geologi Daerah Cibuluh-
Darman, H. dan Sidi, H.F. 2000. An Cidaun, lembar 33-d Kabupaten
Outline of The Geology of Tjiandjur, Djawa Barat. Univ.
Indonesia. Jakarta: Ikatan Ahli Padjadjaran, M.S. Thesis
Geologi Indonesia Vol. 20. (unpublished thesis).
Fauzi, R. R. 2017. Karakteristik Formasi Schumm, S.A. 1956. Evolution Processes
Keutapang Berdasarkan Data Log and Landforms in Badland National
Sumur di Ladang Gas Arun, Aceh, Momment, South Dakota. Bull.
Sumatra Utara.[Skripsi]. Bandung: Geol.Soc. Am. 67.
Universitas Padjadjaran.
Harsono, A. 1997. Evaluasi Formasi dan Shimano, Y. 1992. Hydro-
Aplikasi Log. Jakarta: Geomorphological characterstics in
Schlumberger Oilfield Service Japan. In: Kayane
Indonesia. (11992a),21-59.
Katili, J.A. 1975. Volcanism and Plate Shreve, R.L. 1967. Infinite
Tectonics in the Indonesia Island topologically random channel
Arcs. Tectonographysics, 165-188. netwark, J.Geol., 77, 399-414.
Koesoemadinata, R.P. 1980. Geologi
Minyak dan Gas Bumi. Bandung: Smith, K.G. 1950. Standars for grading
Institut Teknologi Bandung. texture of eosional topography,
Rider, Malcolm. 2002. The Geological Am. J. Sci., 248,655-668.
Interpretation of Well Logs. 2nd Soewarno. 1991. Aplikasi Metode Statistik
Edition Revised. Caithless, KW5 untuk Data Hidrologi. Bandung :
6DW, Scotland. Nova.
Schon, J.H. 2011. Physical Properties of
Rocks: A Workbook. Handbook of Sosrodarsono, S., dan K. Takeda. 2003.
Petroleum Exploration and Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta.
Production. UK: Elsevier. Pradnya Paramita.
Soeparjadi, R. A. 1983. Geology of the Strahler A.N. 1952. Hypsometric (Area-
Arun Gas Field. SPE Paper Altitude) Analysis of Erosional
No.10486. Presented at Offshore Topology. Geological Society
South East Asia Conference. of America Bulletin 63.
Singapore. 21-24 February 1982.
Sosromihardjo, S. P. C. 1988. Structural Sukiyah, Emi. 2009. Model bentang alam
analysis of the North Sumatra vulkanik Kuarter Di Cekungan
Basin-with emphasis on Synthetic Bandung Bagian Selatan,
Aperture Radar data. Indonesian Bandung: Disertasi,
Petroleum Association, Program Pascasarjana Universitas
Proceedings of the 17th Annual Padjadjaran. Tidak
Convention, Jakarta. 1, 187–210. dipublikasikan. 277h.
Sudarmoyo dan P. Subiatmono. 2001. Sukiyah. E. Dan Mulyono. 2007.
Hubungan Kuat Tekan dengan Morfometri Daerah Aliran Sungai
Pada Bentang Alam Vulkanik

250
Hubungan Kuat Tekan Batuan (Ucs) Tidak Langsung Dengan Porositas Pada Formasi Keutapang Atas Pada Lapangan
Gas Arun, Cekungan Sumatera Utara Dengan Menggunakan Data Log Sonik
(Alvian Budiman)

Kwarter Terdeformasi. Bulletin of Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology


Scientific Contribution Vol.5, of Indonesia, volume I.A. The
No.3. Bandung Hague Martinus Nijhoff,
Netherland.
Sulaksana, N., Sukiyah, E., Syafrudin, A.,
dan Haryanto, E.T. 2013. Van Zuidam, R.A. 1985. Aerial Photo-
Karakteristik Geomorfologi Interpretation in Terrain analysis
DAS Cimanuk Bagian Hulu and Geomorphologic Mapping.
dan Implikasinya Terhadap Smits Publishers The Hague
Intensitas Erosi Serta Netherland. 422h.
Pendangkalan Waduk Jatigede.
Verstappen, H. Th. 1983. Apllied
Bionatura-Jurnal Ilmu Hayati
Geomorphology:
dan Fisik, Volume 15, No.2.pp.
Geomorphological Surveys
100-106.
for Environment
Suripin. 2004. Sistem Drainage Perkotaan Development. New York: Elsevir
Yang Berkelanjutan. Yogyakarta. Sccience Pub. Co. Inc. 437p..
Andi Offset.

251

Anda mungkin juga menyukai