Anda di halaman 1dari 8

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 9 – 16

ANALISIS SKEMA PENGENDAPAN FORMASI PEMATANG DI SUB-CEKUNGAN AMAN UTARA,


CEKUNGAN SUMATERA TENGAH SEBAGAI BATUAN INDUK

Reza Mohammad Ganjar Gani1, Yusi Firmansyah1


Universitas Padjadjaran1

ABSTRAK
Analisis Formasi Pematang sebagai salah satu penghasil batuan induk di Sub-Cekungan Aman Utara,
Cekungan Sematera Tengah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, bagaimana Formasi Pematang
ini terendapkan dengan mekanisme cekungan belakang busur dengan sistem pengendapn syn-rift
menjadi salah satu Formasi yang dikenal sebagai penghasil batuan induk yang baik. Objek penelitian
terfokus pada pustaka tentang kondisi geologi, stratigrafi regional daerah penelitian dengan fokus pada
grup Formasi pematang dan data seismik daerah penelitian yang nanti akan saling berkaitan.Pada
penampang seismik memperlihatkan struktur sesar batas dan sesar-sesar penyerta yang berarah relatif
Baratlaut - Tenggaradan geometri antiklin pada blok footwall yang kemungkinan bisa menjadi
perangkap minyak di daerah penelitian. Formasi yang dapat berperan menjadi batuan induk selain
Formasi Brown Shale adalah Formasi Lower Red Bed, karena di beberapa sumur formasi ini
memperlihatkan parameter potensi, kualitas dan kematangan yang cukup baik.

Kata kunci : seismik stratigrafi, rift-system, Grup Pematang

ABSTRACT
Pematang Formation as a source rocks potential at North Aman Sub-Basin, Central Sumatra Basin it is
interesting to learn, how Pematang Formation formed with syn-rift mekanism is prooved that Pematang
Formation is one of the source rocks potential. The object research focused about geological condition,
regional stratigraphy with main research at Pematang Formation which related to be analysed. Seismic
shows fault system as a border fault with relative northwest – southeast direction with anticlyne
geometry at footwall analyzed for the play at research area. Beside Brown Shale Formation which is has
a good potential as source rocks, we have a Lower Red Bed Formation also good potensial as a source
rocks showed good on potential, quality and matureness.

Keywords : stratigraphy seismik, rift-system, Pematan Group, Geochemistry

PENDAHULUAN Brown Shale sebagai batuan asal


Analisis Formasi Pematang sebagai hidrokarbon, hal tersebut dilihat dari
salah satu penghasil batuan induk di beberapa studi yang telah dilakukan,
Cekungan Sematera Tengah seperti:
merupakan hal yang menarik untuk a. Hidrokarbon di Cekungan Sumatra
dikaji, bagaimana Formasi Pematang Tengah berasal dari serpih (shale)
ini terendapkan dengan mekanisme yang kaya akan bahan organik
cekungan belakang busur dengan dan diendapkan di lingkungan
sistem pengendapn syn-rift menjadi lakustrin pada fasa extensional rift
salah satu Formasi yang dikenal system umur Eosen – Oligosen
sebagai penghasil batuan induk yang (William dkk., 1985)
baik. Saat ini cukup untuk b. ten Haven dan Schiefelbein (1995)
mendapatkan peluang eksplorasi secara definitif menyebutkan
berskala besar di daerah penelitian bahwa batuan asal berumur
adalah dengan cara mengoptimalkan Eosen-Oligosen adalah batuan
pencarian pada objektif grup batuan dasar untuk sistem hidrokarbon di
Formasi Pematang khususnya Formasi barat Indonesia. Batuan induk

9
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 9 – 16

tersebut diendapkan di lingkungan genetika formasi penghasil batuan


lakustrin pada saat perkembangan induk penting untuk dilakukan.
syn-rift. Objek penelitian terfokus pada kondisi
geologi, stratigrafi regional daerah
Implikasi dari kesimpulan studi-studi penelitian (Gambar 2) dengan fokus
tersebut adalah hanya endapan pada pada grup Formasi pematang dan data
saat sistem syn-rift dari lingkungan seismik daerah penelitian yang nanti
non-marin yang mampu berperan akan saling berkaitan. Lokasi
sebagai dapur hidrokarbon. penelitian adalah pada Sub-Cekungan
Dengan latar belakang permasalahan Aman Utara di Cekungan Sumatera
di atas maka penelitian mengenai Tengah (Gambar 1).
aspek geologi dan geofisika terutama
terkait dengan mekanisme dan

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian Cekungan Sumatera Tengah. (Heidrick dan


Aulia, 1993).

10
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 9 – 16

Gambar 2. Kolom Stratigrafi regional Cekungan Sumatera Tengah (Eubank dan


Makki, 1981).

BAHAN DAN METODE PENELITIAN memperlebar ruang penafsiran hingga


Untuk pemodelan dan analisis Formasi pada skala cekungan.
Pematang ini dilakukan dengan analisis
data bawah permukaan yaitu line HASIL DAN PEMBAHASAN
seismik dan hasil pengeboran di ANALISIS BAWAH PERMUKAAN
sekitar sub-cekungan aman utara. Analisis ini berdasarkan lintasan
metode generalisasi statistik dan seismik 2-D yang berarah relatif Barat-
metode induksi akumulatif akan Timur dan data seismik ini (gambar 3)
digunakan sebagai metode dalam merupakan data internal PT. CPI yang
tahap integrasi dan interpretasi. beroperasi di wilayah Cekungan
Metode induksi akumulatif untuk Sumatra Tengah.

11
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 9 – 16

Gambar 3. Penampang seismik di Cekungan Sumatra Tengah milik PT CPI.

Penentuan batas horison formasi antiklin yang berkembang oleh


didasarkan atas data log sumur yang mekanisme pembalikan (inversi).
memuat batas-batas formasi di SKEMA PENGENDAPAN FORMASI
kedalaman. Penampang seismik di PEMATANG
atas memperlihatkan geometri Melalui analisis dan pendekatan
separuh turun yang merupakan ciri kondisi geologi regional daerah
dari perkembangan tektonik di penelitian dapat digambarkan suatu
Cekungan Sumatra Tengah pada bentuk pemodelan kondisi geologi
umumnya dan Sub-cekungan Aman yang terjadi terutama pada kelompok
Utara. Pada penampang di atas formasi pematang yang menjadi fokus
memperlihatkan struktur sesar batas penelitian. Dapat diketahui bahwa
dan sesar-sesar penyerta yang pengendapan/sedimentasi yang terjadi
berarah relatif Baratlaut – Tenggara pada Sub-Cekungan Aman Utara pada
dan geometri antiklin pada blok saat diendapkannya Formasi lower red
footwall yang kemungkinan bisa bed intesitas laju sedimentasi sama
menjadi perangkap minyak di daerah dengan laju penurunan cekungan
penelitian. (subsidence) dan pada pengendapan
Arah migrasi hidrokarbon di daerah Formasi Brown Shale bisa dikatakan
penelitian kemungkinan melalui intensitas laju penurunan cekungan
patahan-patahan yang berkembang, relatif lebih cepat daripada intensitas
kemudian masuk ke dalam batuan laju sedimentasi sehingga pada saat
reservoar Formasi Bekasap dengan itu terbentuklah danau yang kaya akan
sistem perangkap struktur yaitu material organik.

12
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 9 – 16

PENGENDAPAN FORMASI LOWER karena kondisinya yang oksik dan


RED BED tingkat preservasi material organik
Pada saat pertama kali terjadi yang rendah. Kemudian diendapkan
penurunan cekungan, kondisi yang Formasi Lower Red Bed yang memiliki
berkembang adalah munculnya kualitas material organik yang kurang
endapan fluvial serta dominansi kipas baik karena lingkungan pengendapan
aluvial pada daerah border fault. Pada yang relatif oksik, indeks hidrogen
kondisi ini jarang berkembang pada Formasi Lower Red Bed tergolong
endapan calon batuan induk yang baik kurang baik (gambar 4, gambar 5).

Gambar 4. Skema geologi sederhana sebelum diendapkannya Formasi Lower Red


Bed.

Gambar 5. Skema geologi sederhana setelah diendapkannya Formasi Lower Red


Bed.

PENGENDAPAN FORMASI BROWN pembentukan awal, danau yang ada


SHALE cenderung dangkal dan kualitas
Dengan berjalannya waktu dan laju material organiknya belum sebaik
penurunan semakin cepat membentuk dengan danau yang dalam. Danau
suatu morfologi negatif yang terisi air tersebut lama kelamaan akan menjadi
kemudian membentuk danau. Pada dalam karena laju penurunan masih
fasa ini kemungkinan terdapatnya terus berlanjut dan potensi material
batuan induk yang kaya akan material organik semakin meningkat. (gambar
organik cukup tinggi. Tetapi pada saat 6, gambar 7).

13
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 9 – 16

Gambar 6. Skema geologi sederhana sebelum diendapkannya Formasi Brown


Shale.

Gambar 7. Skema geologi sederhana setelah diendapkannya Formasi Brown Shale.

PENGENDAPAN FORMASI UPPER yang lebih dalam akan semakin


RED BED berkurang keterdapatannya. Pada
Pada akhirnya cekungan tersebut akan akhirnya laju penurunan berhenti
tertutup pada momen dimana laju maka akan berkembang lingkungan
penurunan dikalahkan oleh laju fluvial, hal ini tentu saja akan
sedimentasi. Hal ini menyebabkan menghilangkan batuan induk yang
berkembangnya danau-danau dangkal. berpotensi menghasilkan hidrokarbon
Tipe kerogen II/III cenderung dominan karena kondisi lingkungan
pada fasa ini dan kerogen tipe I yang pengendapan yang semakin oksik.
berasosiasi dengan danau reduktif (gambar 8)

Gambar 8. Skema geologi sederhana setelah diendapkannya Formasi Upper Red


Bed.

14
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 9 – 16

KESIMPULAN Block, Central Sumatra Basin,


1) Pada penampang seismik Indonesia, hlm 286 – 307.
memperlihatkan struktur sesar Williams, H.H., dan Eubank, R.T.,
batas dan sesar-sesar penyerta (1995): Hydrocarbon habitat in the
yang berarah relatif Baratlaut - rift graben of the Central Sumatra
Tenggaradan geometri antiklin Basin, Indonesia.
pada blok footwall yang Santika, R., (2011): Evaluasi dan
kemungkinan bisa menjadi Korelasi Batuan Induk dan Minyak
perangkap minyak di daerah Bumi Sub-cekungan Balam,
penelitian. Cekungan Sumatra Tengah. Skripsi
2) Arah migrasi hidrokarbon dari Program Studi Teknik Geologi,
batuan induk menuju reservoar Fakultas Teknik Geologi Unpad.
dikontrol oleh patahan-patahan Satyana, A.H., (2004): Petroleum
yang berkembang di daerah Geochemistry: Essential Concepts
penelitian, sedangkan perangkap and Methods for Hydrocarbon
hidrokarbon pada batuan reservoar Exploration and Production. Pre-
dikontrol juga oleh mekanisme convention Short Course of 33rd
struktur geologi yaitu antiklin hasil Annual Convention, Ikatan Ahli
dari proses pembalikan (inversi). Geologi Indonesia (IAGI), Bandung,
3) Formasi yang dapat berperan hlm 59-134.
menjadi batuan induk selain Indrawardana., (2007): Perkembangan
Formasi Brown Shale adalah Struktur Paleogen di Sub-cekungan
Formasi Lower Red Bed, karena di Aman Utara, Cekungan Sumatra
beberapa sumur formasi ini Tengah. Tesis S-2, Program Studi
memperlihatkan parameter Teknik Geologi, ITB.
potensi, kualitas dan kematangan Lambiase, J.J., and Bosworth, W.,
yang cukup baik. (1995): Structural controls on
sedimentation in continental rifts, in
DAFTAR PUSTAKA Lambiase, J.J., ed., Hydrocarbon
Eubank, R.T., dan Makki, A.C., (1981): habitat in rift basins: Geological
Structural Geology of the Central Society Special Publication 80, hlm
SumatraBack-arc Basin. 117-144.
Proceedings 10th Annual Peters, K.E., dan Cassa, M.R., (1994):
Convention, Indonesian Petroleum Applied Source Rock Geochemistry,
Association, Jakarta, hlm 153-196 The Petroleum System – From
ten Haven, H.L., dan Schiefelbein, Source to Trap, American
C.F., (1995). The Petroleum Association of Petroleum Geologists,
Systems of Indonesia, Proc. Of hlm 93 – 117.
Indonesian Petroleum Association, Mertosono, S., dan Nayoan, G.A.S.,
24th Annual Convention, Jakarta, (1974): The Tertiary Basinal Area of
IPA. Central Sumatra, Proceedings
Heidrick, T.L., dan Aulia, K., (1993): A Indonesian Petroleum Association,
Structural and Tectonic Model and Third Annual Convention, hlm 63 -
Tectonic Model of The Coastal Plains 75

15
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 9 – 16

16

Anda mungkin juga menyukai