Anda di halaman 1dari 17

FASIES PENGENDAPAN BATUPASIR FORMASI ARANG BAGIAN

TENGAH DI LAPANGAN ‘LP’ CEKUNGAN NATUNA BARAT


1* 1 1
Linda1Apriana Paskah , Undang Mardiana , Yusi Firmansyah
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran, Bandung

*Korespondensi: lindapaskah@gmail.com

ABSTRAK
Lapangan penelitian ‘LP’ terletak di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Pusat
penelitian berada pada zona reservoar batupasir Formasi Arang Bagian Tengah, Cekungan Natuna Barat.
Cekungan Natuna Barat merupakan cekungan intra-continental rift pada Paparan Sunda. Salah satu
formasi yang berperan sebagai reservoar dan menjadi pusat penelitian pada cekungan ini adalah Formasi
Arang Bagian Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui litofasies, elektrofasies, dan fasies
pengendapan batupasir lapangan penelitian berdasarkan data core dan well log. Penentuan litofasies
didasarkan pada data deskripsi batuan inti berupa tekstur dan struktur sedimen dan data mudlog. Interval
penelitian terdiri dari sebelas litofasies dan lima sub-asosiasi fasies, yaitu sub-asosiasi fasies
interdistributary bay, bay & marsh deposits, distributary channel, distributary mouth bar, dan barrier
bar. Analisis elektrofasies dengan menggunakan Log Gamma-Ray dilakukan pada keenam sumur
penelitian dengan pola respon kurva log, yaitu funnel-serrated shaped, bell-serrated shaped,
cylindrical/blocky shaped, dan serrated shaped. Interval penelitian terbagi menjadi tiga fasies
pengendapan, yaitu delta plain 1, delta front, dan delta plain 2. Korelasi fasies pengendapan dilakukan
dengan menggunakan prinsip litokorelasi yang didasarkan pada karakteristik litologi dan posisi
stratigrafi. Batas fasies pengendapan diinterpretasi melalui data log sumur untuk mengetahui
kemenerusan fasies pengendapan di lingkungan delta.

Kata kunci: batupasir, litofasies, elektrofasies, fasies pengendapan, Cekungan Natuna Barat, Formasi
Arang Bagian Tengah

ABSTRACT
‘LP’ Field is located in Natuna Regency, Riau Islands Province, Indonesia. The study was focused on the
reservoir in Middle Arang Formation, West Natuna Basin. West Natuna Basin is an intra-continental rift
basin within Sunda Shelf. Middle Arang Formation is one of the formations in West Natuna Basin that
plays as reservoir in West Natuna Basin petroleum system. This study aim to determine lithofacies,
electrofacies, and depositional facies of the reservoir in ‘LP’ Field using core and well log data.
Lithofacies was interpreted based on core description (sedimentary textures and structures) and mudlog
data. The interval study comprised eleven lithofacies and five sub-facies associations: interdistributary
bay, bay & marsh deposits, distributary channel, distributary mouth bar, and barrier bar. Electrofacies
was analysed using Gamma-Ray Log in six wells and interpreted as funnel-serrated shaped, bell-serrated
shaped, cylindrical/blocky shaped, and serrated shaped. The interval study was divided into three
depositional facies: delta plain 1, delta front, and delta plain 2. Depositional facies correlation was
interpreted using lithocorrelation principal based on lithology characteristics and stratigraphic position.
Depositional facies boundaries were interpreted through well log data to determine depositional facies
distribution in delta environment.

Keywords: sandstone, lithofacies, electrofacies, depositional facies, West Natuna Basin, Middle Arang
Formation

277 277
Fasies Pengendapan Batupasir Formasi Arang Bagian Tengah di Lapangan ‘LP’ Cekungan Natuna Barat
Padjadjaran
(Linda
Geoscience
Apriana Paskah)
Journal. Vol.02, No. 04, Agustus 2018: 277-293

1. PENDAHULUAN 2. TINJAUAN PUSTAKA


Indonesia merupakan salah satu Cekungan Natuna Barat merupakan
negara berkembang dengan kebutuhan gas cekungan tersier intra-continental rift pada
bumi yang selalu meningkat setiap Paparan Sunda (Darman dan Sidi, 2000)
tahunnya. Menurut Neraca Gas Bumi yang memiliki sistem graben berarah barat
Nasional (2012-2025), produksi gas laut-tenggara dan barat daya-timur laut
Indonesia diperkirakan mencapai (gambar 2.1). Secara umum, Cekungan
puncaknya pada tahun 2018 dan dengan Natuna Barat terbagi ke dalam empat
kondisi tersebut diperlukan peninjauan megasikuen tektonostratigrafi, yaitu
kembali dan penggalian potensi ±60 Megasikuen Syn-Rift, Megasikuen Post-
cekungan penghasil hidrokarbon yang Rift, Megasikuen Syn-Inversion, dan
tersebar di seluruh Indonesia. Salah satu Megasikuen Post-Inversion. Formasi
cekungan penghasil hidrokarbon di penyusun cekungan ini terdiri dari Formasi
Indonesia adalah Cekungan Natuna Barat Lama, Formasi Benua, Formasi Lower
yang menjadi pusat penelitian pada tulisan Gabus, Formasi Keras, Formasi Upper
ini dan secara administratif termasuk ke Gabus, Formasi Barat, Formasi Arang, dan
dalam Kabupaten Natuna, Provinsi Formasi Muda (gambar 2.2). Objek
Kepulauan Riau, Indonesia. penelitian berada pada Formasi Arang
Lapangan ‘LP’ memiliki salah satu Bagian Tengah yang termasuk ke dalam
komponen petroleum system yang menjadi Megasikuen Syn-Inversion pada kala
pusat penelitian pada tulisan ini, yaitu Miosen Tengah-Miosen Akhir dengan
reservoar gas yang berasal dari batupasir struktur yang berkembang berupa antiklin
Formasi Arang Bagian Tengah, Cekungan dengan arah tegasan barat laut-tenggara
Natuna Barat. Formasi Arang Bagian (Ginger dkk., 1993). Formasi Arang Bagian
Tengah menjadi taget utama reservoar yang
Tengah terendapkan pada lingkungan
menarik untuk diteliti karena memiliki
fluktuatif, yaitu fluvial dan delta terutama
material penyusun yang terendapkan di
lingkungan yang cenderung fluktuatif dan upper delta plain, serta near coastal.
tentu berpengaruh pada karakteristik dan Batupasir sebagai objek penelitian
sebaran reservoar di dalamnya. merupakan salah satu resevoar pada
Studi mengenai batupasir sebagai Cekungan Natuna Barat yang memiliki
resevoar gas perlu dilakukan untuk porositas dan permeabilitas yang baik
mengetahui fasies pengendapan dan sebagai tempat penyimpanan, akumulasi,
sebarannya. Metode yang digunakan dalam dan pelolosan fluida hidrokarbon. Batas dan
penentuan fasies pengendapan pada studi sebaran reservoar batupasir tersebut perlu
ini adalah metode terpadu integrasi antara diketahui melalui analisis fasies
analisis litofasies dan elektrofasies yang pengendapan dengan menggunakan data
menghasilkan interpretasi fasies core dan well log. Fasies merupakan suatu
pengendapan sehingga diketahui perkiraan tubuh batuan yang memiliki kombinasi
batas dan sebarannya pada interval karakteristik yang khas apabila ditinjau dari
penelitian. Penentuan batas dan sebaran segi litologi, struktur sedimen, dan struktur
fasies pengendapan berguna untuk biologi yang menunjukkan karakteristik
menentukan arah pengembangan prospek yang berbeda dari tubuh batuan di atas, di
gas bumi selanjutnya sehingga dapat bawah, atau di sekelilingnya (Walker dan
meningkatkan dan memaksimalkan James, 1992). Fasies pengendapan
eksplorasi pada lapangan penelitian. merupakan tempat atau wadah bagi suatu
tubuh batuan yang memiliki litologi,
struktur fisik, dan biologi yang berbeda
dengan di atas dan di bawahnya, serta
berhubungan secara lateral di dekatnya.
Litofasies merupakan suatu tubuh kimia khas (tekstur dan struktur) yang dapat
batuan yang memiliki karakteristik fisik dan dibedakan dengan batuan di atas, bawah,

: Cekungan Natuna Barat


: Lapangan ‘LP’

Gambar 2. 1 Tektonik Regional Cekungan Natuna Barat (Modifikasi Tjia, 2014)

Gambar 2. 2 Stratigrafi Regional Cekungan Natuna Barat (Darman, 2000)

atau sampingnya. Litofasies dapat funnel, bell, blocky/cylindrical,


diasosiasikan dengan sub-asosiasi dan symmetrical, dan irregular/serrated
asosiasi fasies suatu model lingkungan (Walker dan James, 1992). Untuk
pengendapan tertentu berdasarkan mengetahui sebaran fasies pengendapan
kesamaan karakteristik tubuh batuan. Pada interval penelitian, dilakukan korelasi yang
interval penelitian diasosiasikan dengan merupakan adalah penghubungan titik-titik
sub-asosiasi fasies delta menurut Coleman kesamaan waktu atau penghubungan
(1981). Elektrofasies merupakan suatu satuan-satuan stratigrafi dengan
analisis pola dan energi sedimentasi beserta mempertimbangkan kesamaan waktu.
asosiasinya dengan fasies tertentu Korelasi pada interval penelitian dilakukan
berdasarkan bentuk respon kurva Log dengan menggunakan konsep litokorelasi,
Gamma-Ray yang terdiri dari bentuk
yaitu penghubungan titik-titik dengan model fasies delta menurut Coleman
kesamaan litologi dan posisi stratigrafi. (1981).
Tabel 3.1 Ketersediaan Data Lapangan
Penelitian
3. METODE Data
Sumur
LP 2 LP 1 LP A1 LP A2 LP A3 LP A4

CORE-SWC v v
Objek yang dianalisis MUDLOG v v v v v

dalam penelitian adalah batupasir Formasi Log GR v v v v v v

Arang Bagian Tengah yang berada di Log RHOB v v v v v v

2 Log NPHI v v v v v v
Lapangan ‘LP’ dengan luas 35,84 km , Log Resistivity v v v v v v

Cekungan Natuna Barat. Jumlah sumur


yang diteliti, yaitu sebanyak enam sumur.
Tahapan penelitian terdiri dari tahap 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
persiapan, tahap pengumpulan dan
pemilihan data, tahap pengolahan data, dan Lapangan ‘LP’ merupakan
tahap analisis dan interpretasi data. salah satu lapangan penghasil gas bumi
Tahap persiapan meliputi yang berada pada Cekungan Natuna Barat
perencanaan penelitian, studi literatur dengan target reservoar utama berada pada
geologi regional lapangan penelitian, dan batupasir Formasi Arang Bagian Tengah.
studi terkait judul penelitian. Tahap Lapangan ‘LP’ berada di sebelah barat
pengumpulan dan pemilihan data (tabel 3.1) Cekungan Natuna Barat (gambar 4.1) dan
meliputi pengumpulan data batuan berupa memiliki struktur yang berkembang berupa
batuan inti (core), batuan teras samping antiklin dengan orientasi timur laut-barat
(side wall core), dan mudlog pada setiap daya. Penentuan fasies dan fasies
sumur, peta sebaran sumur atau peta dasar pengendapan, beserta distribusinya
lapangan penelitian, dan data wireline log. diperlukan untuk mengetahui persebaran
Data batuan sumur meliputi data batuan inti reservoar di lapangan penelitian.
(core) dan data batuan teras samping (side
wall core) yang tersedia pada Sumur LP 1
dan Sumur LP 2. Data batuan inti (core)
pada Sumur LP 1 berada pada interval
4672-4791 ft (TVDSS) dan pada Sumur LP
2 berada pada interval 4484-4577 ft
(TVDSS). Data mudlog tersedia pada
Sumur LP A1, Sumur LP A2, Sumur LP
A3, Sumur LP A4, dan Sumur LP 2. Data
wireline log dari keenam sumur yang
tersedia berupa Log Gamma Ray (GR), Log
Neutron (NPHI), Log Densitas (RHOB),
dan Log Resistivitas. Tahap pengolahan
data meliputi pembuatan kolom stratigrafi
setiap sumur dengan menggunakan
software CorelDraw dan RockWare Log
Plot dan loading data wireline log setiap
sumur dalam software Petrel. Tahap
analisis dan interpretasi data meliputi Gambar 4. 1 Peta Dasar Lapangan ‘LP’
pembagian litofasies, sub-asosiasi fasies,
elektrofasies, fasies pengendapan, dan 4.1 Litofasies
korelasi fasies pengendapan batupasir Analisis litofasies batuan bawah
Formasi Arang Bagian Tengah di Lapangan permukaan pada penelitian ini
‘LP’, Cekungan Natuna Barat. Interpretasi menggunakan data batuan inti, yaitu
sub-asosiasi fasies menggunakan referensi
conventional core dan side wall core yang
kemudian dilengkapi dengan data mudlog.  Litofasies J
Dari keenam sumur penelitian, analisis
litofasies secara rinci dilakukan pada dua Litofasies J atau Batupasir Sangat
sumur dengan ketersediaan data batuan Halus Flaser-Wavy terdiri dari litologi
paling lengkap, yaitu Sumur LP 2 dan LP 1. batupasir dan batulanau yang didominasi
oleh batupasir. Pola pengendapan fasies ini
Litofasies Sumur LP 2 dan Sumur LP 1 cenderung mengkasar ke atas dari batulanau
hingga batupasir. Struktur wavy dan flaser
Sumur LP 2 terdiri dari 10 bedded pada batupasir, serta lensa batupasir
litofasies (gambar 4.2) dengan batas pada batulanau merupakan indikasi
interval penelitian pada kedalaman 4470,5- lingkungan yang dipengaruhi oleh pasang
5112,5 ft (TVDSS). Data core terdapat surut air laut (tidal). Kandungan karbon
pada interval 4484-4577 ft (TVDSS) mengindikasikan lingkungan transisi dan
dengan ketebalan 93 ft atau 28,4 meter. tidak jauh dari darat, pirit mengindikasikan
Sumur LP 1 terdiri dari 9 litofasies (gambar lingkungan dekat pantai yang mengalami
4.3) dengan batas interval penelitian pada reduksi dan resistif pada pengaruh laut,
kedalaman 4500-5095 ft (TVDSS). Data serta glaukonit sebagai indikasi pengaruh
core terdapat pada interval 4672-4791 ft laut pada lingkungan transisi atau laut
(TVDSS) dengan ketebalan 119 ft atau 36,3
dangkal.
meter.
Berdasarkan karakteristik litofasies
Adapun litofasies interval
pada interval ini, sesuai dengan model
penelitian berdasarkan karakteristik batuan
suksesi vertikal fasies lingkungan delta oleh
pada kedua sumur terdiri dari 11 litofasies,
Coleman (1981), litofasies ini termasuk ke
yaitu:
dalam sub-asosiasi fasies distributary
 Litofasies K mouth bar pada delta plain.
Litofasies K atau Batulempung
Cangkang Karbonan terdiri dari litologi  Litofasies I
batulempung, batupasir, dan batulanau yang
Litofasies I atau Batupasir Sangat
didominasi oleh batulempung. Litofasies ini
Halus Lanauan terdiri dari litologi batupasir
didominasi oleh batulempung yang
dan batulanau yang didominasi oleh
mengandung fragmen cangkang, karbon,
batupasir. Berdasarkan deskripsi batuan
dan pirit dengan batulanau dan batupasir
teras samping pada interval ini
yang mengandung karbon sehingga
menunjukkan karakteristik yang cenderung
diinterpretasikan berada dalam sistem
identik dengan Litofasies J, dimana
pengendapan lingkungan transisi. Karbon
menunjukkan material yang terendapkan
mengindikasikan lingkungan transisi dan
pada lingkungan transisi dengan pola
tidak jauh dari darat. Pirit merupakan salah
pengendapan mengkasar ke atas dan
satu mineral indikasi endapan pantai yang
ditemukan struktur wavy-bedded. Dari
mengalami reduksi dan berada pada daerah
karakteristik tersebut menunjukkan bahwa
yang cenderung resistif terhadap pengaruh
endapan berasal dari lingkungan delta
laut.
dengan didukung adanya kandungan
Berdasarkan karakteristik litofasies
karbon.
pada interval ini, sesuai dengan model
Berdasarkan karakteristik litofasies
suksesi vertikal fasies lingkungan delta oleh
pada interval ini, sesuai dengan model
Coleman (1981), litofasies ini termasuk ke
suksesi vertikal fasies lingkungan delta oleh
dalam sub-asosiasi fasies interdistributary
Coleman (1981), litofasies ini termasuk ke
bay pada delta plain.
dalam sub-asosiasi fasies distributary
mouth bar pada delta plain.
 Litofasies H
 Litofasies F
Litofasies H atau Batulempung
Karbonan terdiri dari litologi batulempung Litofasies F atau Batulempung
dan batulanau. Adanya laminasi lanauan Pasiran Karbonan terdiri dari litologi
dan pasiran pada batulempung batulempung. Adanya laminasi pasiran dan
mengindikasikan bahwa lingkungan lanauan pada batulempung menunjukkan
pengendapan berada di delta atau heterogenitas batuan yang mengindikasikan
lingkungan transisi yang menunjukkan lingkungan pengendapan transisi, yaitu
heterogenitas batuan. Kandungan karbon delta. Adanya kandungan karbon
pada batulempung dan batulanau mengindikasikan lingkungan transisi dan
menunjukkan bahwa material sedimen tidak jauh dari lingkungan darat.
terendapkan tidak jauh dari lingkungan Berdasarkan karakteristik litofasies
darat. pada interval ini, sesuai dengan model
Berdasarkan karakteristik litofasies suksesi vertikal fasies lingkungan delta oleh
pada interval ini, sesuai dengan model Coleman (1981), litofasies ini termasuk ke
suksesi vertikal fasies lingkungan delta oleh dalam sub-asosiasi fasies bay & marsh
Coleman (1981), litofasies ini termasuk ke deposits pada delta front.
dalam sub-asosiasi fasies bay & marsh
deposits pada delta plain.  Litofasies E
 Litofasies G Litofasies E atau Batupasir Halus-
Sedang Gradasi Sangat Halus-Halus pada
Litofasies G atau Batupasir Sangat Sumur LP 2 terdiri dari litologi batupasir
Halus-Halus Flaser-Wavy terdiri dari dan lapisan tipis batubara. Adanya endapan
litologi batupasir, batupasir lanauan, batubara yang ditemukan mengindikasikan
batulanau, batulempung, dan lapisan tipis suatu lingkungan pengendapan air tawar
batubara yang didominasi oleh batupasir. dengan arus relatif tenang dan sebagai
Adanya struktur sedimen berupa cross- indikasi adanya perubahan fasies. Pola
bedded pada batupasir mengindikasikan pengendapan batupasir pada fasies ini
endapan pada arus silang siur. Struktur adalah menghalus ke atas. Litofasies E atau
sedimen wavy dan flaser bedded pada Batupasir Sangat Halus Gradasi Lanau pada
batupasir, serta lensa batupasir pada Sumur LP 1 terdiri dari litologi batupasir
batulanau mengindikasikan adanya dan batulanau yang didominasi oleh
pengaruh arus pasang surut (tidal) pada batupasir. Pola pengendapan batupasir dari
lingkungan pengendapan interval material berukuran butir pasir sangat halus
penelitian. Kandungan karbon menuju lanau atau pola menghalus ke atas.
mengindikasikan lingkungan transisi dan Berdasarkan karakteristik litofasies
tidak jauh dari darat, pirit mengindikasikan pada interval ini, sesuai dengan model
lingkungan dekat pantai yang mengalami suksesi vertikal fasies lingkungan delta oleh
reduksi dan resistif pada pengaruh laut, Coleman (1981), litofasies ini termasuk ke
serta glaukonit sebagai indikasi pengaruh dalam sub-asosiasi fasies distributary
laut pada lingkungan transisi atau laut channel pada delta front.
dangkal. Heterogenitas pada litofasies ini
mengindikasikan lingkungan pengendapan  Litofasies D
daerah delta atau transisi.
Berdasarkan karakteristik litofasies Litofasies D atau Batupasir Sangat
pada interval ini, sesuai dengan model Halus terdiri dari litologi batupasir.
suksesi vertikal fasies lingkungan delta oleh Berdasarkan deskripsi batuan pada interval
Coleman (1981), litofasies ini termasuk ke ini menunjukkan kandungan atau komposisi
dalam sub-asosiasi fasies distributary yang cenderung identik dengan litofasies
mouth bar pada delta front.
lainnya, dimana menunjukkan material lainnya, dimana menunjukkan material
yang terendapkan pada lingkungan delta. yang terendapkan pada lingkungan delta.
Berdasarkan karakteristik litofasies Berdasarkan karakteristik litofasies
pada interval ini, sesuai dengan model pada interval ini, sesuai dengan model
suksesi vertikal fasies lingkungan delta oleh suksesi vertikal fasies lingkungan delta oleh
Coleman (1981), litofasies ini termasuk ke Coleman (1981), litofasies ini termasuk ke
dalam sub-asosiasi fasies distributary dalam sub-asosiasi fasies interdistributary
channel pada delta plain. bay pada delta plain.

 Litofasies C
4.2 Elektrofasies
Litofasies C atau Batulempung Penentuan fasies dan pola
Lanauan Sisipan Batubara terdiri dari pengendapan dilakukan melalui analisis
litologi batulempung dan batupasir lanauan elektrofasies. Bentuk elektrofasies yang
yang didominasi oleh batulempung. ditemukan di setiap sumur pada lapangan
Berdasarkan deskripsi batuan pada interval penelitian adalah funnel-serrated shaped,
ini menunjukkan kandungan atau komposisi bell-serrated shaped, blocky/cylindrical
yang cenderung identik dengan litofasies shaped, dan serrated shaped.
lainnya, dimana menunjukkan material
yang terendapkan pada lingkungan delta.
Elektrofasies Setiap Sumur
Berdasarkan karakteristik litofasies
pada interval ini, sesuai dengan model
suksesi vertikal fasies lingkungan delta oleh  Funnel-Serrated Shaped
Coleman (1981), litofasies ini termasuk ke Sub-asosiasi fasies distributary
dalam sub-asosiasi fasies bay & marsh mouth bar dan barrier bar ditunjukkan oleh
deposits pada delta plain. elektrofasies funnel, serrated shaped yang
menggambarkan pola pengendapan dengan
 Litofasies B ukuran butir mengkasar ke atas. Bentuk ini
Litofasies B atau Batupasir Sangat menunjukkan pola pengendapan
Halus-Halus Lanauan terdiri dari litologi prograding dengan adanya perubahan
batupasir. Berdasarkan deskripsi batuan energi pengendapan dari energi
pada interval ini menunjukkan kandungan pengendapan rendah menuju ke energi
atau komposisi yang cenderung identik pengendapan tinggi. Perbedaan kedua sub-
dengan litofasies lainnya, dimana asosiasifasies ini pada bentuk elektrofasies
menunjukkan material yang terendapkan yang sama adalah pada sub-asosiasi fasies
pada lingkungan delta. barrier bar tersusun atas batupasir yang
Berdasarkan karakteristik litofasies cenderung lebih bersih (clean sand) dan
pada interval ini, sesuai dengan model adanya perbedaan yang signifikan pada
suksesi vertikal fasies lingkungan delta oleh cross-plot Log RHOB dan Log NPHI.
Coleman (1981), litofasies ini termasuk ke
dalam sub-asosiasi fasies distributary
mouth bar pada delta plain.

 Litofasies A
Gambar 4. 4 Bentuk Funnel-Serrated pada
Litofasies A atau Batulanau Sub-Asosiasi Distributary Mouth Bar
Karbonan terdiri dari litologi batulanau.
Berdasarkan deskripsi batuan pada interval
ini menunjukkan kandungan atau komposisi
yang cenderung identik dengan litofasies
oleh elektrofasies serrated shaped yang
menggambarkan pola pengendapan tidak
beraturan dengan adanya ketidakberaturan
ukuran butir. Bentuk ini menunjukkan pola
pengendapan aggrading dengan adanya
perubahan energi pengendapan yang
Gambar 4. 5 Bentuk Funnel-Serrated pada cenderung cepat dan singkat sehingga
Sub-Asosiasi Barrier Bar mengendapkan batuan dengan ukuran butir
beragam secara berseling. Perbedaan kedua
 Bell-Serrated Shaped sub-asosiasi fasies ini pada bentuk
Sub-asosiasi fasies distributary elektrofasies yang sama adalah berdasarkan
channel ditunjukkan oleh elektrofasies bell, interpretasi data batuan inti dan didukung
serrated shaped yang menggambarkan pola dengan pola cross-plot Log RHOB dan Log
pengendapan dengan ukuran butir NPHI.
menghalus ke atas. Bentuk ini
menunjukkan pola pengendapan
retrograding dengan adanya perubahan
energi pengendapan dari energi Gambar 4. 7 Bentuk Serrated pada Sub-
pengendapan tinggi menuju ke energi Asosiasi Interdistributary Bay
pengendapan rendah.

Gambar 4. 8 Bentuk Serrated pada Sub-


Gambar 4. 6 Bentuk Bell-Serrated pada Asosiasi Bay & Marsh Deposits
Sub-Asosiasi Distributary Channel
Distribusi Sub-Asosiasi Fasies
 Blocky/Cylindrical Shaped Sub-asosiasi fasies interval
Sub-asosiasi fasies distributary penelitian telah ditentukan pada seluruh
sumur berdasarkan hasil analisis litofasies
channel ditunjukkan juga oleh elektrofasies
dan elektrofasies. Secara umum, sub-
blocky/cylindrical shaped yang
asosiasi fasies yang telah ditentukan pada
menggambarkan pola pengendapan yang interval penelitian terbagi menjadi lima
cenderung konstan (aggrading) dan sub-asosiasi fasies, yaitu distributary mouth
memiliki kontak tegas atau tajam pada bar, distributary channel, barrier bar,
batas atas dan batas bawahnya. Bentuk ini interdistributary bay, dan bay & marsh
menunjukkan adanya energi pengendapan deposits.
yang cukup tinggi dan konstan. Interpretasi distribusi sub-asosiasi
fasies dilakukan pada dua lintasan, yaitu
lintasan 1 dengan arah barat laut-tenggara
(gambar 4.9) dan lintasan 2 dengan arah
barat-timur (gambar 4.10). Interpretasi
distribusi sub-asosiasi fasies dilakukan
Gambar 4. 7 Bentuk Blocky/Cylindrical untuk mengetahui perubahan ketebalan sub-
pada Sub-Asosiasi Distributary Channel asosiasi fasies dan perbedaan sub-asosiasi
fasies yang muncul pada setiap sumur.
 Serrated Shaped Pada distribusi sub-asosiasi fasies
lintasan 1 menunjukkan adanya distribusi
Sub-asosiasi fasies interdistributary sub-asosiasi fasies interdistributary bay dan
bay dan bay & marsh deposits ditunjukkan
distributary mouth bar pada bagian bawah sumur LP 2 diantara sub-asosiasi fasies bay
interval yang ditemukan pada sumur LP 1 & marsh deposits yang menunjukkan
dan LP 2, serta menebal pada sumur LP 1. adanya arah material endapan dari darat
Kemudian ditemukan sub-asosiasi fasies yang berasal dari bagian timur lapangan
bay & marsh deposits yang menerus dari penelitian. Pada bagian tengah interval,
sumur LP 1, LP A2, dan LP 2 yang ditemukan persebaran sub-asosiasi fasies
menebal pada sumur LP 2. Sub-asosiasi distributary
fasies distributary channel ditemukan pada

Gambar 4. 9 Distribusi Sub-Asosiasi Fasies Lintasan 1

Gambar 4. 10 Distribusi Sub-Asosiasi Fasies Lintasan 2


channel yang menyebar pada sumur LP 1, tersebar meluas pada setiap sumur lintasan
LP A2, dan LP 2, serta sub-asosiasi fasies 1 dan mengalami penipisan ketebalan
distributary mouth bar yang menyebar pada menuju pada sumur LP 2. Endapan sub-
seluruh sumur lintasan ini. Sub-asosiasi asosiasi fasies bay & marsh deposits
fasies distributary channel yang ditemukan ditemukan pada sumur LP 1, LP A1, dan
pada sumur LP 1, LP A2, dan LP 2 menipis menuju sumur LP A2. Pada bagian
menunjukkan adanya sumber material atas interval, ditemukan sub-asosiasi fasies
endapan yang berasal dari arah utara hingga bay & marsh deposits, distributary mouth
timur pada lapangan penelitian. Endapan bar, dan interdistributary bay yang
sub-asosiasi fasies distributary mouth bar menyebar pada seluruh sumur lintasan 1,
serta distributary channel yang hanya bar cenderung menebal ke arah barat
ditemukan pada sumur LP A2. Endapan lapangan penelitian. Dengan ini dapat
sub-asosiasi fasies bay & marsh deposits diinterpretasikan arah pengendapan berasal
cenderung menebal ke arah timur dan dari timur.
endapan sub-asosiasi distributary mouth
bar cenderung menebal ke arah barat Korelasi Fasies Pengendapan
lapangan penelitian. Dengan ini dapat Fasies pengendapan batupasir di
diinterpretasikan arah pengendapan berasal Lapangan ‘LP’ terbagi menjadi tiga secara
dari arah timur laut. berurutan dari paling tua (bawah) hingga
Pada distribusi sub-asosiasi fasies paling muda (atas), yaitu fasies
lintasan 2 menunjukkan adanya sub- pengendapan delta plain 1, delta front, dan
asosiasi fasies interdistributary bay dan delta plain 2. Korelasi fasies pengendapan
distributary mouth bar pada bagian bawah sumur dilakukan dalam dua lintasan, yaitu
interval yang ditemukan pada sumur LP 2. lintasan 1 berarah barat daya-timur laut
Kemudian ditemukan sub-asosiasi fasies (gambar 4.11) dan lintasan 2 berarah barat-
bay & marsh deposits yang menerus dari timur (gambar 4.12). Korelasi fasies
sumur LP A3 hingga LP 2. Sub-asosiasi pengendapan menunjukkan pola distribusi
fasies distributary channel ditemukan pada dan perubahan ketebalan fasies
sumur LP 2 di antara sub-asosiasi fasies bay pengendapan setiap sumur pada lapangan
& marsh deposits. Ditemukannya sub- penelitian.
asosiasi distributary channel pada sumur Ruang akomodasi sedimen atau
LP 2 menunjukkan adanya sumber material cekungan sedimen terbentuk akibat adanya
endapan dari darat yang berasal dari bagian rifting sebagai hasil dari proses tektonik
timur lapangan penelitian. Pada bagian berupa gaya ekstensional yang
tengah interval, ditemukan sub-asosiasi mengakibatkan terjadinya penurunan
fasies distributary channel yang terdapat cekungan sebagai ruang pengisian sedimen.
pada sumur LP 2 dan persebaran sub- Adanya tektonik kompresi dengan tegasan
asosiasi fasies distributary mouth bar pada berarah barat laut-tenggara yang juga
pada sumur LP A3, LP A4, dan LP 2, serta terjadi pada kala pembentukkan Formasi
sub-asosiasi fasies barrier bar yang Arang Bagian Tengah pada lapangan
menyebar pada sumur LP A3 dan LP A4. penelitian menyebabkan terbentuknya
Endapan sub-asosiasi fasies distributary antiklin dengan orientasi timur laut-barat
mouth bar tersebar meluas pada setiap daya yang mempengaruhi penebalan dan
sumur lintasan 2 dan mengalami penipisan penipisan fasies pengendapan pada
ketebalan menuju pada sumur LP 2. lapangan penelitian.
Endapan sub-asosiasi fasies barrier bar Lingkungan pengendapan pada
ditemukan pada sumur LP A3 dan LP 4 interval penelitian berada pada lingkungan
yang menunjukkan adanya pengaruh transisi, yaitu delta berupa delta plain dan
gelombang laut pada pengendapan material delta front. Penentuan arah pengendapan
sedimen sehingga laut diinterpretasikan atau arah sumber material endapan
berada pada bagian selatan atau barat daya didasarkan pada interpretasi adanya sub-
lapangan penelitian. Pada bagian atas asosiasi fasies distributary channel sebagai
interval, ditemukan sub-asosiasi fasies bay petunjuk sumber endapan pada sungai yang
& marsh deposits, distributary mouth bar, berasal dari lingkungan darat dan sub-
dan interdistributary bay yang menyebar asosiasi fasies barrier bar sebagai petunjuk
pada seluruh sumur lintasan 3, serta adanya pengaruh laut. Adanya sub-asosiasi
distributary channel yang hanya ditemukan fasies distributary channel yang ditemukan
pada sumur LP A3 dan LP A4. Endapan pada setiap sumur dengan kedalaman
sub-asosiasi fasies bay & marsh deposits berbeda dan sub-asosiasi fasies barrier bar
cenderung menebal ke arah timur dan yang hanya ditemukan pada sumur LP A3
endapan sub-asosiasi distributary mouth dan LP A4 menunjukkan bahwa sumber
material sedimen berasal dari arah timur yang cukup lengkap. Hasil korelasi
laut menuju ke selatan-barat daya yang menunjukkan adanya penipisan ketebalan
mengarah menuju laut. Dengan ini dapat delta plain 1 pada sumur LP 1 dan menebal
diinterpretasikan arah pengendapan pada sumur LP 2. Dengan ini dapat
material sedimen berasal dari timur laut. diinterpretasikan bahwa pengaruh darat
Pada fasies pengendapan delta lebih dominan pada bagian timur lapangan
plain 1 terdiri dari sub-asosiasi fasies penelitian dibandingkan bagian barat laut
interdisributary bay, distributary mouth lapangan penelitian.
bar, distributary channel, dan didominasi Pada fasies pengendapan delta front
oleh sub-asosiasi fasies bay & marsh terdiri dari sub-asosiasi fasies distributary
deposits. Distribusi fasies pengendapan mouth bar, distributary channel, dan
delta plain 1 hanya dapat direkonstruksi barrier bar. Distribusi fasies pengendapan
sesuai dengan korelasi sumur pada lintasan
delta front dapat direkonstruksi dari hasil
1 karena data log sumur LP 2 dan LP 1
korelasi

Gambar 4. 11 Korelasi Fasies Pengendapan Lintasan 1

Gambar 4. 12 Korelasi Fasies Pengendapan Lintasan 2


sumur pada lintasan 1 dan 2. Hasil korelasi menunjukkan adanya penipisan ketebalan
pada lintasan 1 menunjukkan adanya fasies pengendapan delta front menuju arah
penebalan fasies pengendapan delta front timur dan penebalan pada arah barat.
pada sumur LP 1 yang berada di bagian Dengan ini dapat diinterpretasikan bahwa
barat laut dan menipis pada sumur LP 2 pengaruh darat lebih dominan pada bagian
yang berada pada bagian timur lapangan utara, timur laut, dan timur dengan
penelitian. Korelasi pada lintasan 2
pengaruh laut pada bagian selatan dan barat
daya lapangan penelitian. 2. Fasies Pengendapan Delta Front
Pada fasies pengendapan delta
plain 2 terdiri dari sub-asosiasi fasies Fasies pengendapan delta front
interdisributary bay, distributary mouth (gambar 4.14) memiliki distribusi atau
bar, distributary channel, dan didominasi persebaran yang cenderung menebal ke
oleh sub-asosiasi fasies bay & marsh arah barat laut-barat dan menipis ke arah
deposits. Distribusi fasies pengendapan timur, serta cenderung menebal ke arah
delta plain 2 dapat direkonstruksi dari hasil selatan lapangan penelitian. Fasies
korelasi sumur pada lintasan 1 dan 2. Hasil pengendapan ini tersusun atas empat sub-
korelasi pada lintasan 1 menunjukkan
asosiasi fasies, yaitu sub-asosiasi fasies bay
adanya penebalan fasies pengendapan delta
& marsh deposits, distributary channel,
plain 2 pada arah timur laut-timur dan
distributary mouth bar, dan barrier bar.
menipis menuju arah barat laut-barat.
Pada fasies pengendapan delta
Korelasi pada lintasan 2 menunjukkan
front, pengaruh atau kontrol pasang surut
adanya penipisan ketebalan fasies
(tidal) cenderung lebih tinggi dibandingkan
pengendapan delta plain 2 pada bagian
oleh pengaruh fluvial. Hal ini ditunjukkan
barat dan penebalan pada bagian timur
oleh mendominasinya endapan batupasir
lapangan penelitian. Dengan ini dapat
yang termasuk dalam sub-asosiasi
diinterpretasikan bahwa pengaruh darat
distributary mouth bar dan barrier bar.
lebih dominan pada arah utara, timur laut,
Arah pengendapan pada fasies
dan timur dengan pengaruh laut berada
pengendapan ini berasal dari timur laut
pada bagian selatan hingga barat daya
yang ditunjukkan dengan ditemukannya
lapangan penelitian.
sub-asosiasi fasies distributary channel
4.3 Fasies Pengendapan pada Sumur LP 1, LP A2, dan LP 2. Pada
bagian selatan-barat daya diindikasikan
Fasies pengendapan pada interval
sebagai arah endapan menuju laut dengan
penelitian tersusun atas delta plain 1, delta
adanya sub-asosiasi fasies barrier bar pada
front, dan delta plain 2 dengan dominasi
bagian selatan lapangan penelitian, yaitu
pengaruh tidal sehingga delta berbentuk
pada Sumur LP A3 dan LP A4.
seperti corong (Bhattacharya, 2006).
3. Fasies Pengendapan Delta Plain 2
1. Fasies Pengendapan Delta Plain 1
Fasies pengendapan delta plain 2 (gambar
Fasies pengendapan delta plain 1
4.15) memiliki distribusi atau persebaran
(gambar 4.13) memiliki distribusi atau
yang cenderung menebal ke arah timur dan
persebaran yang cenderung menebal ke
menipis ke arah barat laut lapangan
arah timur dan menipis ke arah barat
penelitian. Fasies pengendapan ini tersusun
lapangan penelitian. Fasies pengendapan ini
atas empat sub-asosiasi fasies, yaitu sub-
tersusun atas empat sub-asosiasi fasies,
asosiasi fasies interdistributary bay, bay &
yaitu sub-asosiasi fasies interdistributary
marsh deposits, distributary channel, dan
bay, bay & marsh deposits, distributary
distributary mouth bar. Pada fasies
channel, dan distributary mouth bar. Pada
pengendapan delta plain 2, pengaruh atau
fasies pengendapan delta plain 1, pengaruh
kontrol pasang surut (tidal) cenderung
atau kontrol pasang surut (tidal) cenderung
rendah dan didominasi oleh pengaruh
rendah dan didominasi oleh pengaruh
fluvial. Hal ini ditunjukkan oleh
fluvial. Hal ini ditunjukkan oleh
mendominasinya endapan batulempung
mendominasinya endapan batulempung dan
yang termasuk dalam sub-asosiasi bay &
batulanau yang termasuk dalam sub-
marsh deposits. Arah pengendapan pada
asosiasi bay & marsh deposits. Arah
fasies pengendapan ini berasal dari timur
pengendapan pada fasies pengendapan ini
laut yang ditunjukkan dengan
berasal dari timur laut lapangan penelitian.
ditemukannya sub-asosiasi fasies
distributary channel pada Sumur LP A2, UCAPAN TERIMAKASIH
LP A3, dan LP A4 yang berada di sebelah
Dengan selesainya artikel
utara dan tengah lapangan penelitian.
ilmiah ini, penulis mengucapkan terima
Adanya distributary channel menunjukkan
kasih kepada PT. Premier Oil Indonesia
arah pengendapan dari darat berasal dari
sebagai perusahaan penyedia data dan
utara hingga timur laut lapangan penelitian.
Bapak Wawan Satriawan beserta Ibu Putri
Riadini yang telah memberikan akses dalam
5. KESIMPULAN pengumpulan data dan bimbingan selama
Dari hasil analisis litofasies melaksanakan pengolahan data di PT.
berdasarkan data batuan inti (core), batuan Premier Oil Indonesia.
teras samping (side wall core), dan data
mudlog pada Sumur LP 2 dan LP 1, maka
DAFTAR PUSTAKA
diperoleh sebelas litofasies yang termasuk
ke dalam empat sub-asosiasi fasies Bhattacharya, J. P. 2006. Deltas. Canada:
lingkungan delta (bay & marsh deposits, Geological Association of
interdistributary bay, distributary channel, Canada.
dan distributary mouth bar), yaitu: Boggs, Sam, Jr. 1995. Principles of
Litofasies A (Batulanau Karbonan), Sedimentology and Stratigraphy,
Litofasies B (Batupasir Sangat Halus-Halus Fourth Edition. New Jersey:
Lanauan), Litofasies C (Batulempung Prentice Hall Englewood Cliffs.
Lanauan Sisipan Batubara), Litofasies D Coleman, J. M. 1981. Deltas: Processes
of Deposition and Models for
(Batupasir Sangat Halus), Litofasies E
Exploration, 2nd Eds. Boston:
(Batupasir Sangat Halus Gradasi Lanau dan
IHRDC Publication.
Batupasir Halus-Sedang Gradasi Sangat Darman, H. dan Sidi, F. Hasan. 2000. An
Halus-Halus), Litofasies F (Batulempung Outline of the Geology of
Pasiran Karbonan), Litofasies G (Batupasir Indonesia. Jakarta: Publikasi
Sangat Halus-Halus Flaser-Wavy), Ikatan Ahli Geologi Indonesia.
Litofasies H (Batulempung Karbonan), Ginger, D. C., W. O. Ardjakusumah, R. J.
Litofasies I (Batupasir Sangat Halus Hedley, dan J. Pothecary. 1993.
Lanauan), Litofasies J (Batupasir Sangat Inversion History of the West
Halus Flaser-Wavy), dan Litofasies K Natuna Basin: Examples from the
(Batulempung Cangkang Karbonan). Cumi-Cumi PSC. Jakarta:
Dari hasil analisis elektrofasies Proceedings of the Annual
dengan menggunakan data Log Gamma- Convention and Exhibition of
Ray pada enam sumur penelitian, terdapat Indonesian Petroleum
empat pola respon kurva log berupa funnel- Association.
serrated shaped, bell-serrated shaped, Tjia, H. D. 2014. Wrench-Slip Reversal
cylindrical/blocky shaped, dan serrated and Structural Inversion:
shaped. Setiap pola respon kurva log Cenozoic Slide-Rule Tectonics in
mewakili interpretasi sub-asosiasi fasies Sundaland. Indonesian Journal on
pada lingkungan delta. Geoscience.
Berdasarkan integrasi dari hasil Walker, R. G. dan James, Noel P. 1992.
analisis litofasies, sub-asosiasi fasies, dan Facies Models: Response to Sea
elektrofasies seluruh sumur, maka diperoleh Level Change. Canada:
tiga fasies pengendapan lingkungan delta Geological Association of
pada batupasir Formasi Arang Bagian Canada.
Tengah lapangan penelitian, yaitu fasies
pengendapan delta plain 1, delta front, dan
delta plain 2.
Gambar 4. 2 Kolom Litofasies Sumur LP 2
Gambar 4. 3 Kolom Litofasies Sumur LP 1
Gambar 4. 13 Rekonstruksi Fasies Pengendapan Delta Plain 1 (Model Sistem Pengendapan Tide-
Dominated Delta dalam Bhattacharya, 2006)

Gambar 4. 14 Rekonstruksi Fasies Pengendapan Delta Front (Model Sistem Pengendapan Tide-
Dominated Delta dalam Bhattacharya, 2006)
Gambar 4. 15 Rekonstruksi Fasies Pengendapan Delta Plain 2 (Model Sistem Pengendapan Tide-
Dominated Delta dalam Bhattacharya, 2006)

Anda mungkin juga menyukai