Anda di halaman 1dari 10

i-ISSN: 2597-4033

Vol. 5, No. 2, April 2021

PEMODELAN FASIES BERDASARKAN ANALISIS FASIES


SANDRIDGE PADA LAPANGAN MEI, FORMASI CIBULAKAN
ATAS, CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA
Syafiqa Amanda1*, Ildrem Syafri1, Reza Mohammad Ganjar Gani1 ,
Yusi Firmansyah1
1
Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran
*
Korespondensi : syafiqa17001@mail.unpad.ac.id
ABSTRAK
Penelitian berlokasi di wilayah operasional Pertamina Hulu Energi Offshore
Northwest Java yang termasuk ke dalam Cekungan Jawa Barat Utara. Fokus
penelitian terletak pada Lapangan Mei, Formasi Cibulakan Atas tepatnya pada
interval M - 22. Tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi litologi penyusun
daerah penelitian, lingkungan pengendapan dan asosiasi fasies yang berkembang,
analisis elektrofasies yang ditinjau dari data log, serta arah distribusi dan geometri
pada daerah penelitian. Metode penelitian ini yaitu analisis litofasies dan elektrofasies
dilanjutkan dengan korelasi kronostratigrafi dan model distribusi fasies dengan
Truncated Gaussian Simulation (TGS). Berdasarkan hasil analisa yang telah
dilakukan, daerah penelitian tersusun atas beberapa litologi, diantaranya batupasir,
shale, dan batugamping dengan lingkungan pengendapan tide dominated shelf yang
berasosiasi dengan perkembangan fasies sand ridge. Fasies sand ridge pada daerah
penelitian memiliki arah distribusi serta geometri tersendiri. Hal ini dapat diketahui
dari pemodelan geostatik tiga dimensi yang telah dilakukan.
Kata Kunci : Formasi Cibulakan Atas, Pemodelan Fasies, Fasies Sand Ridge,
Truncated Gaussian Simulation, Asosiasi Fasies.
ABSTRACT
The research area is located in the operational regiom of Pertamina Hulu
Energi in Offshore Northwest Java which is included in the North West Java Basin.
The area of interest is located in Mei Field, Upper Cibulakan Formation exactly in M
-22 Interval. The purpose of this study was to determine the constituent lithology of the
study area, the depositional environment and the facies associations, as well as the
modeling of facies distribution in the research area. The method of this research are
lithofacies and electrofacies analysis continued by cronostratigraphy correlation and
facies distribution model withTruncated Gaussian Simulation (TGS) method. Based on
the analysis, the research area is consist of several lithologies, namely sandstones,
shale, and limestone with depositional environment of tide dominated shelf that
associate with sand ridge facies development. sand ridge facies in the research area
has ditrsibution and geometry distribution it self. It can be determined from the three-
dimensional geostatic modeling that has been done.
Keyword : Upper Cibulakan, Facies Modelling, Sand ridge Facies, Truncated
Gaussian Simulation, Facies Association.
97
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 2, April 2021: 97-106

1. PENDAHULUAN arck basin di Indonesia bagian Barat.


Secara fisiografi Cekungan Jawa
Lapangan Mei merupakan lapangan Barat Utara berada di sebelah selatan
produksi milik Pertamina Hulu Energi Paparan Sunda yang berbatasan
Offshore Northwest Java yang terletak dengan Karimun Jawa di sebelah
pada sub-cekungan Cipunegara (Gambar timur, Cekungan Bogor di sebelah
1). Interval penelitian merupakan bagian selatan, dan Cekungan Sumatera
Formasi Cibulakan Atas yang didominasi Selatan di sebelah barat. Cekungan ini
oleh sand dan shale. Salah satu yang terdiri dari 14 sub-cekungan dan 10
menarik dari daerah penelitian yaitu diantaranya terbukti memiliki
ditemukan endapan laut kompleks berupa hidrokarbon aktif dan sisanya diduga
fasies sand ridge. Karakteristik fasies ini memiliki kandungan minyak dan gas
sangat istimewa dilihat dari geometri nya bumi yang besar, yaitu Jatibarang,
yang berbentuk gumuk. Tulisan ini Cipunegara, kepuh, Pasir Bungur,
dimaksudkan sebagai bahan kajian untuk : Asri, dan lain lain. Menurut Daly,
a. Lingkungan pengendapan dan (1987) terdapat 7 fase tektonik yang
asosiasi fasies sand ridge. terjadi pada Cekungan Jawa Barat
b. Arah distribusi dan geometri Utara yang dimulai sejak masa kapur
fasies sand ridge. akhir hingga kala pliosen. Terjadinya
c. Model geostatistik fasies sand rifting dengan dua arah patahan
ridge. dengan dip yang hampir sama
mengakibatkan terbentuknya system
half graben yang sangat
mempengaruhi system cekungan
hingga saat ini. Adapun stratigrafi
regional Cekungan Jawa Barat Utara
terdiri dari beberapa formasi (dari tua
ke muda), yaitu :
1. Basement
2. Formasi Jatibarang
3. Formasi Talang Akar
4. Formasi Baturaja
5. Formasi Cibulakan Atas
6. Formasi Parigi
7. Formasi Cisubuh
Gambar 1. Lokasi Penelitian
(Nobble, 1997).
B. Fasies Sand Ridge
Endapan sand ridge merupakan
2. TINJAUAN PUSTAKA
badan sedimen yg terbentuk pada
A. Geologi regional
continental shelf selama fase transgresi
Cekungan Jawa Barat Utara
sebagai hasil dari arus pasang surut.
merupakan salah satu rangkaian back-

98
Pemodelan Fasies Berdasarkan Analisis Fasies Sandridge Pada Lapangan Mei, Formasi Cibulakan
Atas, Cekungan Jawa Barat Utara (Syafiqa)

Berdasarkan Lopez (2016), sand ridge Pada penelitian ini, dilakukan


terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: beberapa analisis dan interpretasi
data. Analisis yang dilakukan pertama
1. Embryonic Stage kali yaitu analisis litofasies
Tahap ini dicirikan dengan berdasarkan data batuan inti. Analisis
batuan dengan ukuran butir yang ini digunakan untuk menunjang dalam
halus (seperti batupasir halus, interpretasi lingkungan pengendapan
batulanau, dan shale) dan kaya dan asosiasi fasies pada daerah
akan cangkang atau shell. penelitian. Analisis litofasies
2. Accretion Stage didukung juga dengan analisis
Tahap ini dicirikan dengan elektrofasies yang didasarkan pada
batupasir dengan ukuran yang pengamatan motif log gamma ray
lebih kasar. Struktur sedimen sebagai acuan dalam interpretasi
penciri seperti wavy lamination, lingkungan pengendapan.
Lenticular, Flaser, Structureless, Lalu, dilanjutkan dengan pemerian
dan lain-lain. marker geologi berupa flooding
3. Abandonment Stage surface dan korelasi stratigrafi. Dari
Tahap ini dicirikan dengan korelasi ini mendukung data yang
endapan hemipelagic dan dibutuhkan dalam pembuatan pie
bioturbasi yang intens. chart map yang memuat informasi
tentang ketebalan interval sehingga
Karakteristik khas pada sand dapat terealisasi nya net sand map
ridge juga terdapat pada morfologinya atau peta ketebalan batupasir yang
yang terlihat berbentuk seperti sangat berpengaruh dalam pembuatan
gumuk. Menurut Setyawan (2019), model geostatistik fasies. Bersamaan
Morfologi pada badan sand ridge dengan dilakukannya korelasi
terdiri dari leading edge dan trailing stratigrafi, dilakukan pula interpretasi
edge. Geometri yang terlihat lebih pada amplitude map dengan
curam disebut sebagai leading edge menggunakan asumsi bright spot dan
dan geometri yang lebih landai pattern (seperti patch dan ribbon
disebut sebagai trailing edge (Gambar pattern) pada peta tersebut
2). (Posamentier, 1998).
Realisasi model fasies geostatistik
3D diawali dengan pemodelan
struktur dengan menggunakan peta
struktur kedalaman yang dilanjutkan
dengan pillar gridding, pembuatan
horizone dan layering, scale-up log,
dan analisis data yang dilakukan
Gambar 2. Morfologi shelf ridge dengan menggunakan variogram
(Setyawan, 2019) untuk identifikasi arah serta range
3. METODE penyebaran data yang memiliki
keterkaitan, baik vertikal maupun
99
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 2, April 2021: 97-106

horizontal pada daerah penelitian shoreface) yang terdiri dari F4


(Ruzi, 2008) termasuk kedalam embryonic stage ,
AF-2 (tidal dominated upper
4. HASIL DAN PEMBAHASAN shoreface) yang terdiri dari F1 dan F2
4.1 Analisis Litofasies termasuk kedalam accretion stage,
Analisis litofasies dilakukan serta AF-3 (transgressive lower
dengan menggunakan data batuan inti shoreface) yang terdiri dari F3 dan F5
dari sumur MC-2. Dari hasil termasuk kedalam abandonment
pengamatan dan deskripsi pada sumur stage. Dalam melakukan interpretasi
MC – 2 didapatkan 5 Litofasies. asosiasi fasies ini merujuk pada Lopez
F1 (Shell fragment sandstone) (2016) dan Gilang dkk., (2017).
dicirikan dengan batupasir berwarna
coklat dengan ukuran butir halus. 4.2 Analisis Elektrofasies
Terdapat fragmen cangkang fossil dan Analisis elektrofasies dilakukan
mineral kuarsa dan intensitas untuk mengetahui lingkungan
bioturbasi sangat kecil. F2 penendapan sedimen berdasarkan
(Structureless very fine sandstone) rekaman log gamma ray.
dicirikan oleh batupasir berwarna Dalam melakukan interpretasi
coklat kekuningan dengan ukuran elektrofasies merujuk pada model
butir sangat halus dan intensitas respon pola log gamma ray yang
bioturbasi sangat kecil. Terdapat dikemukakan oleh Kendall (2003).
fragmen fosil seperti moluska dan Berdasarkan hasil analisis terdapat 3
bivalve. F3 (Structureless fine pola yang berkembang pada daerah
sandstone) dicirikan dengan batupasir penelitian yaitu cylindrical shaped,
berwarna abu-abu terang dengan funnel shaped, dan bell shaped.
ukuran butir pasir halus, memiliki Dari analisis ini, dapat di
sedikit fragmen fosil, dan terdapat interpretasikan bahwa funnel shaped
clay clast pada bagian dasar batuan. yang diasosiakan sebagai fase
F4 (Laminated siltstone) dicirikan embrionik pada endapan sand ridge
dengan batulanau berwarna abu – abu, berhubungan dengan peristiwa
berukuran butir lanau hingga normal regression sebagai fase awal
lempung. Struktur sedimen yang transgresi. Kemudian, dilanjutkan
ditemukan yaitu laminasi. F5 dengan funnel shaped yang
(Bioturbated Siltstone) dicirkan berasosiasi dengan tahap akresi pada
dengan batulempung berwarna abu – endapan sand ridge yang mana motif
abu terang. Pada batuan ini tersebar log ini berhubungan dengan peristiwa
fragmen moluska. Intensitas forced regression pada proses
bioturbasi cukup tinggi berupa pembentukan sand ridge dan bell
Teichichnus dan Planolites. shaped yang berasosiasi dengan
Dari analisis litofasies yang abandonment stage yang
dilakukan, fasies tersebut dibagi berhubungan dengan peristiwa
menjadi tiga kelompok asosiasi fasies trangresi dari endapan sand ridge.
yaitu AF-1 (tidal dominated lower
100
Pemodelan Fasies Berdasarkan Analisis Fasies Sandridge Pada Lapangan Mei, Formasi Cibulakan
Atas, Cekungan Jawa Barat Utara (Syafiqa)

4.3 Korelasi Kronostratigrafi


Korelasi kronostratigrafi
merupakan korelasi yang dilakukan
dengan menghubungkan satuan –
satuan stratigrafi yang memiliki
kesamaan waktu pembentukan
berdasarkan bidang – bidang
kronostratigrafi atau bidang kesamaan
waktu. Berdasarkan konsep sikuen
stratigrafi, marker yang digunakan
dalam melakukan korelasi
menunjukkan suatu kesamaan waktu Gambar 3. Korelasi Kronostratigrafi
pengendapan batuan sedimen pada interval 22A
(kronostratigrafi), salah satunya
adalah Flooding Surface yang
dicirikan dengan adanya perubahan
fasies menjadi lebih dalam dengan
dominasi litologi berupa shale dengan
bioturbasi yang semakin meningkat.
Dari korelasi kronostratigrafi yang
dilakukan pada penelitian ini,
ditemukan tiga interval pada daerah
penelitian, yaitu interval 22A, 22B,
dan 22C. kemudian, setelah dilakukan
korelasi pada ketiga interval tersebut, Gambar 4. Korelasi
diketahui bahwa pada daeah Kronostratigrafi pada interval 22B
penelitian terdapat dua badan sand
ridge yang berkembang dengan
distribusi leading dan trailing edge
yang relative berarah barat laut –
tenggara (Gambar 3 dan 4). Pada
interval 22C juga ditemukan endapan
channel yang ditandai dengan adanya
blocky pattern pada log yang
memotong badan sand ridge (Gambar
5).

Gambar 5. Korelasi
Kronostratigrafi pada interval 22C

101
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 2, April 2021: 97-106

4.4 Interpretasi Amplitude Map dalam garis kontur yang menunjukkan


Amplitude map yang digunakan ketebalannya. Pembuatan net sand
pada penelitian ini termasuk kedalam map digunakan untuk tahapan
data sekunder yang telah disediakan selanjutnya dalam realisasi model
yang dilanjutkan dengan interpretasi fasies 3D (Gambar 6,7 dan 8).
terhadap peta tersebut.
Dalam interpretasi amplitude map
menggunakan konsep anomali pattern
berdasarkan Posamentier (1998). Pola
dari anomali amplitude map ini yaitu
patch pattern. Patch menunjukkan
bahwa terdapat sandwaves yang
berkembang di daerah penelitian.
Selain itu, asumsi bright spot yang
terdapat pada amplitude map juga
digunakan. Bright Spot ini merupakan Gambar 6. Net Sand Map pada
asumsi sederhana yang dapat di Interval 22-A
interpretasikan bahwa daerah tersebut
memiliki asosiasi dengan batuan yang
bersifat poros.

4.5 Pembuatan Pie Chart Map


Rasio ketebalan batupasir dan
shale didapatkan setelah
dilakukannya korelasi antar sumur
yang ada pada daerah penelitian.
Marker yang diperoleh dari hasil
korelasi fasies dapat diekstrak Gambar 7. Net Sand Map pada
menjadi peta distribusi fasies dalam Interval 22-B
suatu peta geometri ketebalan
reservoar. Pembuatan pie chart map
dilakukan untuk mengetahui rasio
ketebalan daerah penelitian yang
kemudian akan mendukung
pembuatan net sand map.

4.6 Pembuatan Net Sand Map


Net sand map yang dibuat
merupakan peta isopach yang dalam
pembuatannya menggunakan
ketebalan batupasir bersih (Clean Gambar 8. Net Sand Map pada
Sand) dalam ketebalan stratigrafi Interval 22-C
yang sebenarnya serta dinyatakan
102
Pemodelan Fasies Berdasarkan Analisis Fasies Sandridge Pada Lapangan Mei, Formasi Cibulakan
Atas, Cekungan Jawa Barat Utara (Syafiqa)

4.7 Realisasi Model Fasies 3D sesar yang berkembang di daerah


Pemodelan fasies dibagi menjadi penelitian
dua tahap utama yaitu pemodelan
struktur tiga dimensi dan pemodelan  Layering
fasies. Pemodelan struktur tiga Layering merupakan proses
dimensi merupakan proses pembuatan pembuatan sel secara vertikal pada
kerangka geometri model geologi interval reservoar yang telah dibatasi
bawah permukaan pada interval oleh horizon. Penentuan jumlah layer
reservoar secara tiga dimensi. Proses yang tepat akan menghasilkan
pemodelan dilakukan dalam beberapa upscaled log yang meyerupai log asli.
tahap yaitu pemodelan sesar, pillar
gridding, dan pembuatan horizon.  Up-Scaling Well Log
Setelah dilakukan pemodelan
Menurut Ruzi (2008), up – scalling
struktur tiga dimensi, dilanjutkan well data dilakukan untuk mengubah
dengan pemodelan fasies. Proses
data yang diperoleh dari hasil analisa
pemodelan fasies dilakukan dalam dan interpretasi sumur. Hasil analisa
beberapa tahap yaitu, layering, Up-
yang dimaksud dapat berupa data
scalling well, dan analisis data. continuous atau discrete dalam model
 Pemodelan Struktur grid. Elektrofasies yang diperoleh
Pemodelan struktur atau sesar dari analisa sebelumnya pada masing
yaitu memodelkan sesar hasil – masing sumur akan dimasukkan
interpretasi dalam bentuk pilar – pilar menjadi nilai grid sel untuk masing -
yang mana pilar tersebut merupakan masing layer yang telah di
permukaan sesar dalam model tiga definisikan. Setiap sel memiliki nilai
dimensi. tunggal untuk setiap variabel.
 Pillar Gridding
Pillar Gridding adalah proses Dalam pemodelan ini terdapat
pembuatan grid (kotak) secara lateral prinsip support effect yang harus
pada model yang dibuat dengan batas dipenuhi, maka nilai variabel data di
lateral poligon daerah penelitian dan up scale terlebih dahulu agar sesuai
batas vertikal interval permukaan dengan dimensi grid. Metode yang
sesar. digunakan pada proses up – scalling
 Pemodelan Horizon well data dalam penelitian ini yaitu
most of untuk fasies.
Dari data peta struktur kedalaman
atau depth structural map yang ada  Analisis Data
dan juga sesar – sesar yang telah di
Pada penelitian ini variogram
pick dalam bentuk tiga dimensi, kedua
dipilih sebagai metode berdasarkan
data di integrasikan dalam proses
konsep bahwa distribusi persebaran
pembuatan horizon. Pembuatan
batupasir dikontrol asosiasi fasies dari
horizon ini menghasilkan bentuk tiga
interval reservoar. Beberapa aspek
dimensi dari peta struktur kedalaman
penting dalam penentuan variogram
yang sudah dipengaruhi oleh sesar -
103
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 2, April 2021: 97-106

yaitu penentuan arah utama (Major well log data dan penentuan
Direction), arah minor (Minor variogram. Oleh karena itu, sebelum
Direction), dan arah vertikal (Vertical dilakukannya pembuatan model
Direction). Major direction fasies, terlebih dahulu perlu
ditentukan melalui analisis geometri dilakukannya analisis data untuk
reservoar sesuai dengan arah menentukan pola penyebaran data
pesebaran fasiesnya yaitu relatif timur dengan menggunakan variogram.
laut – barat daya. Minor Direction
merupakan arah tegak lurus dari arah Dari pemodelan serta net sand map
utama yang dipengaruhi oleh lebar yang telah di buat sebelumnya dapat
fasies. Vertical Direction merupakan diketahui bahwa geometri dari sand
kontrol dari ketebalan fasies (Ruzi, ridge pada daerah penelitian
2008). Selain itu, yang perlu memanjang dengan arah relative
diperhatikan adalah nugget, sill, dan timur laut – barat daya dan diperoleh
model fasies sand ridge 3D (Gambar
range.
9, 10, dan 11).
 Pemodelan Fasies Sand Ridge
Geostatistik
Pemodelan fasies untuk pembuatan
model 3D sangat diperlukan untuk
mempermudah proses simulasi. Dari
sekian banyak algoritma yang dapat
digunakan dalam pemodelan fasies,
pada penelitian kali ini pemodelan
distribusi fasies menggunakan metode
Truncated Gaussian Simulation
(TGS) yang merupakan metode dalam Gambar 9. Model Fasies Sand
pemodelan distribusi fasies yang Ridgge Geostatistik 3D pada
menggunakan pembobotan Interval 22A
berdasarkan interpretasi elektrofasies
well log dalam memperkirakan
distribusi fasies batupasir. Hal ini
sangat berkaitan dengan simulasi
sikuensial yang menggunakan
pembobotan berdasarkan geostatistik.
Geostatistik digunakan secara luas
untuk membuat model kuantitatif
reservoar dalam skala lapangan
berdasarkan data geologi.
Geostatistik akan menghasilkan Gambar 10. Model Fasies Sand
nilai yang mana nilai tersebut sangat Ridgge Geostatistik 3D pada
bergantung dari hasil up – scalling Interval 22B
104
Pemodelan Fasies Berdasarkan Analisis Fasies Sandridge Pada Lapangan Mei, Formasi Cibulakan
Atas, Cekungan Jawa Barat Utara (Syafiqa)

didominasi oleh persebaran fasies


batupasir pada setiap intervalnya
berdasarkan hasil analisa data
geostatistik menggunakan metode
Truncated Gaussian Simulation
(TGS). Persebaran fasies batupasir
pada interval 22 – A sebesar
82.89%, interval 22 – B sebesar
91.57%, dan interval – 22C sebesar
76.86%.
Gambar 11. Model Fasies Sand
Ridgge Geostatistik 3D pada UCAPAN TERIMAKASIH
Interval 22C Penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Prof. Dr. Ir. Ildrem
KESIMPULAN Syafri,DEA dan Bapak Reza
Mohammad Ganjar Gani, ST., MT.
a. Daerah penelitian diendapkan pada
Selaku dosen pembimbing penulis
lingkungan Transgressive Tidal
yang telah membimbing penulis
dengan asosiasi fasies berupa Tidal
sehingga dapat menyelasaikan
Dominated Lower Shoreface
penelitian ini. Tak lupa penulis
sebagai embryonic stage, Tidal
haturkan terimakasih pula kepada
Dominated Upper Shoreface
Kang Asep Ginanjar, S.T., M.T.
sebagai accretion stage, dan
selaku pembimbing teknis yang
Transgressive Lower Shoreface
telah memberikan kesempatan
sebagai abandonment stage dari
kepada penulis untuk
endapan sand ridge. .
melaksanakan penelitian di PT.
b. Korelasi sumur yang dilakukan
Pertamina Hulu Energi Offshore
dengan dengan mem-flattening-
Northwest Java. Selain itu, Penulis
kan base reservoar 22-A, 22-B dan
ucapkan terima kasih kepada
22-C dapat menunjukkan bahwa
Fakultas Teknik Gelogi,
terdapat dua badan sand ridge yang
Universitas Padjajdran beserta
berkembang di daerah penelitian.
jajarannya.
Kedua badan sand ridge yang
terlihat pada korelasi menunjukkan
bahwa distribusi leading dan DAFTAR PUSTAKA
trailing edge memiliki arah barat Bishop, Michele. 2000. Petroleum
laut – tenggara. Systems of The Northwest Java
c. Berdasarkan tahapan pemodelan Provinence, Java and Offshore
fasies 3D yang dilakukan, kedua Southeast Sumatra, Indonesia.
badan sand ridge memiliki arah Colorado: USGS.
geometri yang memanjang dengan
arah timur laut – barat daya yang
105
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 2, April 2021: 97-106

Ginanjar, A., Setiawan. P.K.D., Cekungan Sumatera Tengah.


Wasonoaji, A., dan Syuhada, P. Thesis. Universitas Indonesia
2019. Designing New Workflow
for Sand Ridge Geocellular Setiawan. P.K.D., Amrizal.,
Model, Case Study from DXE Syuhada, P., dan Noeradi, D.
Structure, Upper Cibulakan 2019. Depositional Stages of
Formation, Offshore Northwest Tidal Shelf Sand Ridge Deposit
Java. JOINT CONVENTION and Its Implication for Upper
YOGYAKARTA 2019, HAGI Cibulakan Sandstone Reservoar
– IAGI – IAFMI- IATMI (JCY Geometry and Characteristic at
Echo Field, North West Java
2019).
Basin. JOINT CONVENTION
Lopez, Julio Leva. 2016. YOGYAKARTA 2019, HAGI
Architecture and recognition – IAGI – IAFMI- IATMI (JCY
criteria of ancient shelf 2019).
ridges;an example from
Campanian Almond Formation
in Hanna Basin, USA.
Posamentier. 1998. Stratigraphic
Analysis of The Main Member
of The Upper Cibulakan
Formation at E Field, Offshore
Northwest Java, Indonesia.
IPA, 2006 - 26th Annual
Convention Proceedings, 1998.
Ramadhan, G.C., Setiawati, Y.D.,
Ginanjar, A., Setiawan, P.K.D.,
and Syuhada, P.I. 2017. Sub-
Facies Coding of Single Sand
Ridge Facies: A New Approach
to Interpret Detailed Sand
Ridge Reservoirs. Indonesian
Association of Geologists, JCM
Proceeding, 125-132.
Ruzi, Fadhli. 2008. Pemodelan dan
Karakterisasi Reservoir
Batupasir 1950’ dan 2110’
Formasi Bekasap menggunakan
Metoda Geostatistik di
Lapangan Rahma dan Nala,

106

Anda mungkin juga menyukai