Anda di halaman 1dari 18

EKSPLORASI ENDAPAN

PORFIRI DAN EPITERMAL AU-


CU DI GRASBERG, PAPUA

Di Buat Oleh :

Didan Ramaddandy
Fadel Muhammad
Jualifa Pradisti Gayatri
Muhammad Shiddiq
Trio Mei Kristin Zendrato

Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang
2019
PENDAHULUAN

Grasberg merupakan lapangan penambangan Cu-Au yang besar dengan


dinobatkannya Grasberg sebagai lapangan tambang emas terbesar di dunia
dan tembaga terbesar ketiga di dunia dikarenakan tektonik di daerah itu.

Papua terletak pada


pertemuan 2 (dua)
lempeng besar yaitu
1. Lempeng Samudera
Pasifik-Caroline yang
bergerak ke arah barat
– barat daya

2. Lempeng Benua Indo –


Australia yang
bergerak ke arah utara

(Hall, 2002)
LITHOTEKTONIK

Lithotektonik papua terbagi menjadi 5 :


1.Melanesian Arc Terrane , 2. Irian Ophiolite Belt (IOB), 3. Ruffaer Metamorphic Belt
(RMB), 4. Central Range Fold and Thrust Belt,
5. New Guinea Foreland Basin

( Sapiie dan Cloos, 2004)


TEKTONIK

Tepi benua New Guinea pada zaman


Jurassic disimpulkan bahwa akibat
terlalu dekat dengan zona rekahan
dan aktifitas struktur menyebabkan
pola break up dan mengakibatkan
terbentuknya tanjung dan teluk pada
kerak samudera.

Busur Pilipina-Carolina terjadi kolisi


dengan Island arc dan terjadi
perubahan pergerakan arah
penunjaman (subduksi) pada tepi
benua New Guinea yang berubah dari
Selatan Utara (Oligosen) menjadi
Utara Selatan (Awal Miosen).
(Gibbins, 2006)
TEKTONIK
 Terjadi subsiden dan pengendapan dari
karbonat Miosen Bawah menuju ke
selatan dan mengisi cekungan kosong di
utara. Tepi benua utara mempunyai sistem
sesar mendatar divergen menghasilkan
tereksposenya dan mendinginnya
komplek metamorf pada 20-18 Juta tahun
yang lalu.

 Terjadi proses lipatan yang menyebabkan


naiknya pegunungan Irian Jaya dan
berdekatan dengan foreland basin.
Selama Pliosen – Pleistosen, ekstensional
lokal mengalami aktivasi kembali yang
menyebabkan terjadinya aktivitas
vulkanisme dari mantel termasuk
berasosiasi dengan mineralisasi emas,
contohnya pada Porgera dan Grasberg
(Hill et al, 2003).

(Gibbins, 2006)
METALOGENIC PROVINCE

Pembagaian Metalogenic Province Papua:

•Komplek Kepala Burung


Batuan granitoid komplek ini tersebar di wilayah Siwi Atas, Arfak, dan Nabire Timur.
Geokimia granitoid di komplek ini merupakan granitoid Tipe-S yang memiliki
komposisi mineral utama muskovit, biotit, granet, cordierit, cassiterit. Batuan
granitoid ini meliputi diorit, granodiorit, dan granit. Pada komplek ini batuan
granitoid terbentuk pada fase kolisi (Setijadji, 2011; Syaeful et al, 2013 dalam Alva
Kurniawan).

•Komplek Papuan Fold Belt


Batuan granitoid komplek ini tersebar di wilayah Grasberg, Idenburg, dan sekitarnya.
Geokimia granitoid di komplek ini merupakan granitoid bersifat K-Alkaline yang
memiliki komposisi mineral utama berupa andesine. Batuan granitoid ini meliputi
diorit dan monzonit. Batuan granitoid pada komplek ini terbentuk pada fase kolisi
(Garwin, 2013; Kamaruddin et al, 2013).
GENESA

Endapan Profiri adalah endapan dengan tonase besar dan kadar rendah hingga sedang
yang mineral bijih utamanya secara dominan terkontrol oleh struktur dan secara
spasial dan pembentukan berhubungan dengan serial intrusi porfiri felsik hingga
intermediet
Endapan Ephitermal adalah didefinisikan sebagai salah satu endapan dari
sistem hidrotermal yang terbentuk pada kedalaman dangkal yang umumnya pada
busur vulkanik yang dekat dengan permukaan, terbagi menjadi Endapan Low sulfida
dan high sulfida.
DIAGRAM ALIR TEKNIS EKSPPLORASI
Study Awal

1. Study Literatur : Keadaan Geologi, Peta geologi regional, referensi.


2. Foto Udara / Citra Satelite : Hasil , Peta Topografi, Rana mukabumi,
Tekstur Bumi, Tata Gunalahan, Peta Geologi, Pola aliran
sungai.
3. Peta Geologi 1:50.000,- : Jenis Batuan, Struktur, Morfologi Geologi.
Survey Tinjau
1. Pemetaan Geologi 1:25.000 (Data Skunder) : batasan penelitian,
bentang alam. Pola aliran Sungai
2. Trancing Float : Mengguakan Pan-consentrat. Sungai aktif,
Penggambilan Sampling
Traverse Sungai

Panning
3. Geokimia Regional : Pengambilan Stream Sediment Material, Air ,
Tanah, Batuan, untuk di uji di laboratorium . (XRF, )

4. Geofisika : Geolostrik, Anomali Bawah permukaan, kondisi urat, tubuh


bijih, endapan sediment
Model Prospeksi
1. Pemetaan Geologi Lokal 1:5000 : melakukan eksplorasi lengsung
2. Geokimia lokal, Geofisika Lokal.
3. Trenching. Test Pit
4. Pemboran uji spasi 400 m : Bor pada tubuh biji. Mengetahui kondisi bawah permukaan
dan penyebaran bijih, korelasi kolom litologi dan penampang bawah permukaa
daerah mineralisasi.
Model Genetik Lokal
Menghasilkan komonen genetik utama.

Metode Eksplorasi Rinci


1. Pemetaan Geologi Rinci 1:200-1:5000

Contoh Peta Geologi (Bukan daerah papua)


2. Pemetaan Zona Alterasi : Diambil dari sampel batuan yang teralterasikan
lalu di uji analisis petrografi dan XRF. Geofisika, Magnet dan
Pemboran Inti. Dari hasil pemetaan lokal skala 1:5000
3. Pemetaan Pola dan Urat
Contoh Pemetaan
4. Ore modeling : pada daerah zona alterasi prospek biji.
5. Pemboran Eksplorasi spasi 50m
REFERENSI:
• Corbett. G.J., Controls to Low Sulfidation Epithermal Au-Ag Mineralisation, Australian Institute of Geoscientist President
lecture.
• Dow, D.B danR. Sukamto. (1984): Late Tertiry to Quartenary tectonics of Irian Jaya. Episodes 7,4, p. 3-9.
• Garwin, Steve., Tectonic Setting, Geology, Gold and Copper Mineralization in Cenozoic Magmatic Arcs of Southeast Asia and
West Pacific. Journal Society of Economic Geologist, 2013.
• Hall, Robert. 2002. Journal of Asian Earth Sciences. Cenozoic geological and plate tectonic evolution of SE Asia and the SW
Pacific : Computer-based reconstructions, model and animations. 20 (2002) 353-431.
• Hedenquistet al. Epithermal Gold Deposits : Styles, Characteristics and Exploration, Society of Resources Geology. Freiberg
Short Course in Economic Geology : Epithermal Systems and Gold Mineralization in Volcanic Arcs. 1996
• Kirkham, D. 1972. Advance Soil Physic. John Wiley and Sons. New York. USA.
• Kurniawan, Alva., Geologi Batuan Granitoid di Indonesia dan Distribusinya, Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah
Mada, Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 2014, Vol. 1/E-3
• Mark Cloos, Benyamin Sapiie Andrew Quarles Van Ufford,Richard J. Weiland, Paul Q. Warren, Timothy P.
• McMahon. Collisional delamination in New Guinea: The geotectonics of subducting slab breakoff, Special Paper of the
Geological Society of America Volume 400,Pages 1-51, 2005.
• Mark Cloos, Benyamin Sapiie, Porphyry Copper Deposits: Strikeslip Faulting and Throttling Cupolas, International Geology
Review,Vol. 55 No. 1, p. 43-65, 10 January 2013.
• Sapiie, B. and Cloos, M., 2004, Strike-slip faulting in the core of the Central Range of West New Guinea :Ertsberg Mining
District, Indonesia:GSA Bulletin, v.116, p.277-293
• Setidjadi, L. D. 2011. New Insight on Granitic Rocks and Their Associated Metallogeny in Indonesia.
• Proceedings of the 1st Asia Africa Mineral Resources Conference 2011.
• Simmons et. al., 2005, Geological Characteristics of Epithermal Precious andBase Metal Deposits, Society of Economic
Geologists: Economic Geology100th Anniversary Volume, Inc., pp. 485–522
• Trautman, M.C. 2013. Hidden Intrusions and Molybdenite Mineralization beneath the Kucing Liar Skarn, Ersberg-Grasberg
Mining District, Papua, Indonesia. Thesis. Faculty of Graduate School Geological Sciences. The University of Texa. Austin.
• Zaw, K. L., & L. D. Setijadji, I. W. Warmada, K. Watanabe. (2011). Petrogenetic Interpretation of Granitoid Rocks Using
Multicationic Parameters in the Sanggau Area, Kalimantan Island, Indonesia. J. SE Asian Appl. Geol., Vol. 3(1), pp. 45-53.

Anda mungkin juga menyukai