TENGAH
ABSTRAK
Di Lompio, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah terdapat 2 kelompok manifestasi panas
bumi berupa mata air panas. Manifestasi ini dinamakan Lompio dan Ombo, muncul pada batuan
malihan/ metamorfik berumur Kapur dan gamping terumbu serta aluvium berumur Kuarter.
Mata air panas Lompio muncul pada struktur patahan berarah Utara baratlaut - selatan tenggara
(N150-160º E), sedangkan mata air panas Ombo muncul di pinggir pantai pada struktur berarah
timurlaut - baratdaya (N 40-60º E). Kehadiran kedua mata air panas tersebut mengindikasikan bahwa
di keda;aman daerah Lompio terdapat potensi sumberdaya/ cadangan panas bumi.
2
yang diuraikan di atas juga menerobos itu terutama terdiri dari serpih, batupasir,
Batuan Molasa Celebes Sarasin dan Sarasin batuan gunungapi yang diendapkan di
pada sisi - sisi kedua pematang, menindih Intrusi-intrusi kecil selebar kurang dari 50 m
secara tidak selaras Formasi Tinombo dan yang umumnya terdiri dari diorit, porfiri
Kompleks Batuan Metamorf. Molasa ini diorit, mikrodiorit dan granodiorit menerobos
mengandung rombakan yang berasal dari Formasi Tinombo, yakni sebelum endapan
formasi-formasi lebih tua dan terdiri dari molasa dan tersebar luas di seluruh daerah.
batugamping-koral serta napal yang semuanya granodionit yang telah dipetakan tercirikan
hanya mengeras lemah. Didekat Kompleks oleh fenokris felspar kalium sepanjang hingga
Batuan Metamorf pada bagian barat pematang 8 cm. Penanggalan Kalium/Argon telah
timur endapan itu terutama terdiri dari dilakukan oleh Gulf Oil Company terhadap
bongkah - bongkah kasar dan agaknya dua contoh granodiorit di daerah ini. Intrusi
diendapkan didekat sesar. Batuan-batuan itu yang tersingkap di antara Palu dan Donggala
ke arah laut beralih - alih jadi batuan klastika memberikan penanggalan 31 juta tahun pada
berbutir lebih halus. Di dekat Donggala analisis K/An dari felspar. Yang lainnya
sebelah utara Enu dan sebelah barat Labea adalah suatu intrusi yang tidak dipetakan,
dan napal dan mengandung Operculina sp., Donggala, tersingkap di bawah koral Kuanter,
Cycloclypeus sp., Rotalia sp., Orbulina memberikan penanggalan 8,6 juta tahun pada
fosil - fosil tersebut juga mengandung Berdasarkan bentuk bentang alam, pola aliran
Miogypsina sp. dan Lepidocyclina sp, yang sungai, tingkat/stadium erosi, jenis batuan
menunjukkan umur Miosen (Kadar, Dit. dan kemiringan lereng di daerah penyelidikan
Geol). Foram tambahan yang dikenali oleh dapat dikelompokkan menjadi 4 satuan
Socal meliputi Planorbulina sp., Solenomeris morfologi. yaitu: satuan pedataran (SP),
sp., Textularia sp., Acervulina sp., satuan perbukitan bergelombang lemah (SL),
Spiroclypeus? sp., Reussella sp., Lethoporella, satuan perbukitan bergelombang sedang (SS)
Lithophyllum dan Amphiroa. Socal dan satuan perbukitan terjal (ST) (Gambar 3).
mengirakan bahwa fauna - fauna tersebut Pola aliran sungai menunjukkan semi sejajar
menunjukkan umur Miosen Tengah dan (sub-pararel) dan setengah membulat (semi-
pengendapan di dalam laut dangkal. Pada radial) di hulunya dan menjadi setengah
kedua sisi Teluk Palu dan kemungkinan juga menangga ( sub-trellis) hingga menangga
di tempat lain endapan sungai Kuarter juga (trellis) di sungai induk S. Bintanaga,
dimasukkan ke dalam satuan ini. Binanga Wale, Kuala Silia, Kuala Wakoe,
Aluvium dan Endapan pantai terdiri dari Kuala Sisumul, Kuala Werei dan Sungai
kerikil, pasir, lumpur dan batugamping koral Binanga Tompe serta Kuala Maleloro.
terbentuk dalam lingkungan sungai, delta dan Lembah sungai di arah hulu dominan
laut dangkal merupakan sedimen termuda di berbenntuk V yang mencirikan stadium erosi
daerah ini. Endapan itu boleh jadi seluruhnya vertikal lebih kuat dibandingkan dengan
berumur Holosen. Di daerah dekat Labean dan stadium erosi horizontal, sedang di sungai
Ombo terumbu koral membentuk bukit-bukit utama berbentuk agak melebar. Pola aliran
Telah diamati telah terjadi beberapa generasi struktur patahan yang mengimbas pada bentuk
intrusi. Yang tertua ialah intrusi andesit dan pola aliran sungainya.
3
Stratigrafi daerah di susun berdasar hubungan Tata guna lahan di daerah Lompio, Kabupaten
relatif antara masing-masing unit batuan yang Donggala, Provinsi Sultengah terdiri dari 3
penamaannya di dasarkan pada pusat erupsi wilayah tata guna, yaitu: Hutan Produksi
dan genesa pembentukan batuan tersebut. Konversi (HPK), Hutan Produksi Terbatas
Dari hasil pemetaan lapangan, urutan batuan (HPT) dan Lahan Untuk Pemanfaatan lain/
di daerah Lampio, Kecamatan Sirenja, lahan Bebas (Gambar 5).
Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Pengetahuan status “Tata Guna Lahan” ini
Tengah terdiri dari 6 satuan batuan dengan sangat penting untuk mengantisipasi resiko di
urutan tua ke muda sebagai berikut: Satuan dalam pemanfaatan lahan yang berpotensi
Malihan (Km), Satuan granit Tinjuawo menimbulkan kerawanan materil atau
(Tmgt), Satuan granit Sitiau (Tmgs), Satuan immateril. Pengantisipasian diantaranya
diorit (Opd), Satuan Gamping terumbu/koral dengan cara pengurusan perijinan dalam
(Qgt) dan Satuan aluvium (Qa) (Gambar 4). pemanfaatannya dan sosialisasi kepada
Struktur Geologi di daerah penyelidikan masyarakat lokal.
dicerminkan bentuk kelurusan tofografi • Hutan Produksi Konversi (HPK), yaitu: Hutan
(pantai, sungai dan bukit), paset segi tiga, yang dirancang dengan izin (IPK) untuk
dinding patahan (gawir sesar), kekar, off-set pembukaan lahan dan konversi permanen
batuan, zona hancuran batuan/breksiasi menjadi bentuk tata guna lainnya, khususnya
(fractures), cermin sesar (slicen-side), seretan industri kayu atau perkebunan. IPK adalah
(drag-fault), kontak intrusi (backing-effect), izin untuk membuka lahan guna kepentingan.
retas-retas/ intrusi kecil, bentuk batolit, bentuk • Hutan Produksi Terbatas (HPT), yaitu: Hutan
kubah (dome) dan pemunculan mata air panas. yang dialokasikan untuk produksi kayu
Berdasarkan data lapangan di atas dan citra dengan intensitas rendah. Hutan produksi
landsat (www.landsat.org, 2001) terdapat 3 terbatas ini umumnya berada di wilayah
arah sesar utama dari tua ke muda adalah: pegunungan lereng - lereng yang curam
• Sesar berarah utara timurlaut-selatan baratdaya mempersulit kegiatan pembalakan.
(N 30-40º E). Sesar normal tertua ini di • Lahan Bebas (LB), yaitu lahan diluar wilayah
namakan sesar Sibera dengan kemiringan > lahan HPK dan HPT. Lahan Bebas merupakan
70° barat. wilayah tata guna lahan yang secara bebas
bisa dimanfaatkan untuk segala bentuk
• Sesar berarah utara baratlaut-selatan tenggara kepentingan masyarakat.
(N 345-350º E). Sesar normal generasi kedua
GEOHIDROLOGI
dinamakan sesar Mapane, berkemiringan >
Secara garis besar wilayah air tanah di daerah
80º ke timur. Awalnya sesar ini hanya 1 buah,
penyelidikan di bagi menjadi 3 (Gambar 6).
namun menjadi 3 sesar yang terpisah-pisah
akibat tergeserkan (off-set) oleh sesar • Daerah tangkapan air tanah (re-charge) yang
berada pada satuan morfologi perbukitan
mendatar yang lebih muda. Ke 3 sesar itu
terjal, perbukitan bergelombang sedang dan
dinamakan sesar Mapane, sesar Sitiau dan
perbukitan bergelombang lemah memanjang
sesar Maleloro.
arah utara-selatan dan terletak di timur dan
• Sesar termuda sedikitnya ada 7 sesar geser
tengah daerah dengan ketinggian mencapai
jurus (strict-sleep fault) berarah baratlaut-
hingga 1000 m dpl. Daerah tersebut mencapai
tenggara (N 320-330º E) berkemiringan > 80°.
luas ± 65 % dari luas daerah penyelidikan. Air
hujan sebagian meresap di daerah itu,
Sesar itu antara lain Salapane, Lampio,
selanjutnya air yang meresap tadi akan muncul
Tompe, Sipi, Boya, Bulu Tinjuawo.
di dataran Sibera-Lompio-Ombo berupa mata
Selain sesar-sesar diatas terdapat juga
air dingin dan mata air panas, sedangkan
kelurusan-kelurusan diduga merupakan sesar
sebagian lagi mengalir di permukaan sungai-
lebih kecil berarah utara baratlaut-selatan
sungai besar dan kecil di daerah penyelidikan.
tenggara dan sesar baratlaut-tenggara (Lende 1
dan Lende 2) (Gambar 4).
• Daerah munculan air tanah (dis-charge) di
TATA GUNA LAHAN Lampio berada di satuan morfologi pedataran
Untuk eksplorasi dan eksploitasi panasbumi yang mencakup ± 25 % luas daerah selidikan.
sangat diperlukan data “ Wilayah Tata Guna Air hujan (meteoric-water) yang ada di satuan
Lahan” berupa wilayah status penggunaan dan morfologi perbukitan terjal, perbukitan
pemanfaatan lahan yang diterbitkan instansi bergelombang sedang dan perbukitan
Departem Kehutanan, tahun 1976. bergelombang lemah sebagian besar akan
4
meresap kebawah permukaan melalui struktur fluidanya dominan berpase air panas,
permeabilitas, rekahan (fracture) dan porositas sehingga pemanfaatan untuk energi listrik
batuan dan terkumpul menjadi air tanah di perlu dilakukan ekstrasi yang mengakibatkan
daerah pedataran Sibera-Lompio-Ombo. budget yang diperlukan akan lebih besar.
Daerah ini menjadi daerah kantong air
KESIMPULAN
(catchment area) sedangkan daerah akumulasi
air tanah terletak di bawahnya. Di daerah Lompio hadirnya akumulasi fluida
panas di kedalaman terindikasikan oleh batuan
• Daerah aliran air permukaan (run-off water),
ubahan dan mata air panas Lompio dan Ombo.
Sistim air tanah daerah selidikan sebagian
Indikasi menunjukkan bahwa fluida itu
berupa aliran air permukaan yaitu air hujan
keasamannya netral dengan entalphy sedang.
yang mengalir di permukaan sungai-sungai
Perkiraan adanya lempung penudung/clay-cap
besar dan kecil. Aliran air permukaan itu
di sini diduga berada di atas daerah reservoar
mengalir secara gravitasi dari ketinggian
di sepanjang patahan dan daerah fraktur di
menuju daerah lebih rendah hingga pedataran.
patahan Lompio dan Ombo.
Sungai-sungai itu diantaranya S. Maleloro, S.
Fluida panas bumi di zona reservoar diduga
Binanga Tompr, S. Alugasa, S. Lente, Kuala
bersistim 2 fase, yaitu fase air dan fase uap
Bintanago, Kuala Wela, Kuala Silla, Kuala
panas ber pH relatif netral. Jumlah fluida fase
Wakoe, Kuala Sisumul, Kuala Wesa, Kuala
air panas relatif dominan dibandingkan fluida
Tondo, Kuala Ombo dan Kuala Binanga
berfase uap.
Laode.
Di daerah Lompio terdapat 2 daerah yang
Air permukaan di daerah penyelidikan
berpotensi mengandung sumberdaya energi
selanjutnya mengalir ke laut Makasar di
panas bumi, yaitu daerah Lompio dan Ombo.
bagian barat daerah selidikan.
PUSTAKA
MODEL PANAS BUMI
Badan Meteorologi Dan Geofisika (BMG,
Penampang model panas bumi tentatif daerah
2004) ; Data curah hujan Indonesia tahun
Lompio terlihat dalam Gambar 7. 2004.
• Sumber panas (heat source) diduga berupa Bemmelen, van R.W., 1949. The Geology of
poket-poket magma di bawah dike/ intrusi G. Indonesia. Vol. I A. General Geology Of
Sitiau (Tmgs). dan retas-retas batuan andesit- Indonesia And Adjacent Archipelagoes.
diorit (Tmd). Government Printing Office. The Hague.
• Zone reservoar diperkirakan berada pada Netherlands.
batuan Tersier (Miosen Tengah-Atas) dan BPS (Badan Pusat Statistik Kabupaten
Kapur yang telah terkena tektonik. Daerah ini Donggala, 2004); Donggala dalam
merupakan daerah berpermeabilitas tinggi Angka 2004. Kerjasama BPS dan
dengan tingkat kesarangan yang bagus, Bappeda Kabupaten Donggala.
kedalamannya di duga ± antara 600-2000 m. Fournier, R.O., 1981. Application of Water
• Batuan penudung diduga berupa lempung Geochemistry Geothermal Exploration
penudung yang hanya ada di sekitar daerah and Reservoir Engineering,
patahan/ fraktur. “Geothermal System: Principles and
• Batuan konduktif berup batuan metamorfik Case Histories”. John Willey & Sons.
berumur Kapur (Km) dan batuan granit New York.
Tinjuawo (Tmgt) serta granit Sitiau (Tmgs). Giggenbach, W.F., 1988. Geothermal Solute
Aliran panas dirambatkan secara konduksi dan Equilibria Deviation of Na-K-Mg – Ca
konveksi melalui batuan maupun fluida panas. Geo- Indicators. Geochemica Acta 52.
DISKUSI pp. 2749-2765.
Potensi energi panas bumi di daerah Lompio Lawless, J., 1995. Guidebook: An
terdapat di sekitar pemunculan mata air panas Introduction to Geothermal System.
Short course. Unocal Ltd. Jakarta.
Lompio dan Ombo.
Mahon K., Ellis, A.J., 1977. Chemistry and
Sistim panas bumi di kedua daerah itu diduga
Geothermal System. Academic Press Inc.
merupakan pemunculan up-flow melalui
patahan atau fraktur pada batuan dengan Orlando.
intrusi batolit granit dan retas-retas granit Simanjuntak, dkk., 1973. Peta Geologi
biotit-muskovit serta andesit-diorit. Lembar Palu, Sulawesi, Skala 1:
Mata air panas di Lompio dan Ombo dapat 250.000. Pusat Penelitian Dan
dimanfaatkan untuk parawisata dan juga untuk Pengembangan Geologi. Bandung.
listrik. Namun di daerah tersebut potensi
Telford, W.M. et al, 1982. Applied Press. Cambridge.
Geophysics. Cambridge University
LEMBAR
Lokasi penyelidikan
Gambar 2. Peta geologi regional daerah penyelidikan (T.O Simanjuntak, dkk, 1973)
8
Gambar 5. Wilayah Tata guna lahan daerah Lompio, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah
Gambar 6. Peta 3-D sistim hidrogeologi daerah Lompio, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah
9
Gambar 7. Model tentatif sistem panas bumi daerah Lompio, Kabupaten Donggala, Sulteng
10