Anda di halaman 1dari 11

GEOLOGI PANAS BUMI DAERAH LOMPIO, KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI

TENGAH

Oleh: Hyasentus Salwey

ABSTRAK
Di Lompio, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah terdapat 2 kelompok manifestasi panas
bumi berupa mata air panas. Manifestasi ini dinamakan Lompio dan Ombo, muncul pada batuan
malihan/ metamorfik berumur Kapur dan gamping terumbu serta aluvium berumur Kuarter.
Mata air panas Lompio muncul pada struktur patahan berarah Utara baratlaut - selatan tenggara
(N150-160º E), sedangkan mata air panas Ombo muncul di pinggir pantai pada struktur berarah
timurlaut - baratdaya (N 40-60º E). Kehadiran kedua mata air panas tersebut mengindikasikan bahwa
di keda;aman daerah Lompio terdapat potensi sumberdaya/ cadangan panas bumi.

PENDAHULUAN UTM 9965.000 - 9983.000 mS dan 808.000 –


Berdasarkan kajian literatur menunjukkan 826.000 mT(Gambar 1).
terdapat pemunculan mata air panas di
METODA PENYELIDIKAN
Lampio, Kabupaten Donggala, Sulawesi
Penyelidikan lapangan dilakukan dengan cara
Tengah yang muncul pada batuan malihan/
lintasan peta, memakai kompas dan
metamorfik, gamping dan aluvium. Mata air
mendiskripsi batuan secara megaskopis.
panas itu mengindikasikan terdapatnya potensi
Gejala geologi dan manifestasi panas
energi panas bumi di kedalaman. dirangkum dalam buku catatan lapangan dan
Dalam rangka pengupayaan dan pemanfaatan diplotkan ke peta kerja. Pengamatan dan
energi panas bumi di daerah ini perlu pengukuran data di setiap titik di ikatkan pada
dilakukan survei panas bumi terpadu dengan GPS (Global Positioning System).
metoda geologi, geokimia dan geofisika untuk Interpretasi citra (image) Landsat dilakukan
mengetahui besarnya potensi cadangan panas untuk memberi dukungan di dalam
bumi di Lampio yang mungkin bisa percepatan, kemudahan dan ketelitian pada
dikembangkan untuk pemanfaatan energi saat pemetaan objek geologi di lapangan.
alternatif bersifat ramah lingkungan, dapat Interpretasi tersebut meliputi lokasi, pola
diperbaharui dan relatif murah, serta aliran sungai, distribusi batuan dan struktur
sumbernya berasal dari kedalaman bumi geologi.
Kabupaten Donggala. Data-data geologi sebagai data olahan berupa
keadaan singkapan, kondisi batuan,
MAKSUD DAN TUJUAN sebarannya, struktur sesar/kekar, bentang
Maksud penyelidikan adalah untuk alam, lokasi dan jenis pemunculan manifestasi
melokalisir pemunculan manifestasi panas panas bumi dan suhu air panas. Pengambilan
bumi dan karasteristik geologi yang berkaitan batuan yang selektif untuk analisis petrografi
dengan pemunculan manifestasi panas di dilakukan sesuai jumlah satuan batuan yang
permukan. ada di daerah penyelidikan. Analisis umur
Tujuannya adalah untuk mengetahui luas batuan melihan/metamorfik, granit - granit
perangkap daerah prospek dari struktur biotit dan retas diorit diambil dari referensi
geologi, sistim panas bumi ( batuan penudung/ yang telah dipublikasikan, sedangkan analisis
cap-rock/clay-cap, batuan reservoar/ umur batuan kubah granit (granit biotit-
reservoir-rock, batuan konduksi panas/ muskovit) dilakukan dengan metoda fision-
conductive-rock dan sumber panas/ heat- track.
source) dan model panas bumi tentative
MANIFESTASI PANAS BUMI
daerah Lompio. Manifestasi panas bumi di Lompio,
LOKASI Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah berada
Secara administratif daerah selidikan berada di di 2 tempat, Lompio dan Ombo (Tabel 1).
Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Mata air dan kolam air panas Lompio muncul
Provinsi Sulawesi Tengah. Luas daerah survei pada skis (malihan/ metamorfik) dan aluvium
± 18 x 15 km2 yang berada diantara koordinat dengan suhu 45-780 C. Di mata air panas yang
1
bersuhu tertinggi terdapat juga alterasi ringan Batuan tertua di daerah yang dipetakan adalah
bertipe argilit (kaolin dan monmorilonit). metamorf (Kompleks Batuan Metamorf) dan
Mata air panas Ombo muncul pada pasir tersingkap hanya pada pematang timur yang
pantai (aluvium) dan batu gamping terumbu merupakan intinya. Kompleks itu terdiri dan
dengan suhu antara 52- 60 0 C. sekis amfibiolit, sekis, genes dan pualam. Sekis
terdapat banyak di sisi barat, sedangkan genes
GEOLOGI REGIONAL dan pualam terdapat banyak di sisi timur. Tubuh-
Geologi regional daerah penyelidikan diambil tubuh intrusi tak terpetakan, umumnya selebar
dari beberapa referensi diantaranya: kurang dan 50 m, menerobos kompleks batuan
Menurut Bemmelen (1949) bahwa di daerah metamorf dengan batuan diorit hingga
Sulawesi bagian tengah dijumpai 3 buah granodiorit. Umur metamorfisme tak diketahui
struktur utama berarah utara-selatan. Daerah tetapi boleh jadi pra - Tersier. Bouwer (1947,
ini dapat dipisahkan kedalam 3 zona. h.9) berpendapat, bahwa sekis yang tersingkap
• Zona timur dikenal Kolonodale zone ditandai di seantero Sulawesi sebagian berumur
oleh batuan beku basa dan ultrabasa (ophiolit), Paleozoikum.
batu gamping berumur Mesozoikum dan Rangkaian Formasi Tinombo Ahlburg (1913)
rijang yang kaya radiolaria. seperti yang dipakai oleh Brouwer (1934)
• Zona Poso dicirikan oleh batuan malihan tersingkap luas baik di pematang timur
(metamorfik) jenis skis kaya mineral maupun barat. Batuan ini menindih Kompleks
muskovit. Batuan Metamorf secara tidak selaras. Di
• Zona barat tersingkap batuan granodiorit dalamnya terkandung rombakan yang berasal
masif, skis kristalin yang kaya mineral biotit, dan batuan metamorf. Endapan ini terutama
batuan vulkanik berumur Tersier, tufa berumur terdiri dari serpih, batupasir, konglomerat,
Plio-Plistosen dan endapan aluvium. batugamping radiolaria dan batuan gunungapi
yang diendapkan di dalam lingkungan laut.
Menurut T.O. Simanjuntak dkk (1973), Di dekat intrusi terdapat sabak dan batuan
fisiografi daerah Palu terdiri dari pematang terkersikkan dan lebih dekat pada persentuhan
timur dan pematang barat. Keduanya berarah terbentuk filit dan kuarsit. Bagian barat
utara - selatan dan dipisahkan oleh Lembah pematang barat mengandung lebih banyak
Palu (Fossa Sarasina). Pematang barat di batupasir rijang dari padadi tempat lain.
dekat Palu hingga lebih dari 2000 m tingginya, Diabas, spilit dan andesit di selatan Donggala
tetapi di Donggala menurun hingga mukalaut. dan di selatan Kasimbar dipetakan dengan
Pematang timur dengan tinggi puncak dari 400 endapan itu. Rombakan batuan gunungapi
- 1900 m dan menghubungkan pegunungan di biasa terdapat di dalam batupasirnya.
Sulawesi Tengah dengan lengan utara. Batugamping diamati hanya sebagai lapis -
lapis tipis dalam rangkaian sedimen tersebut.
Struktur daerah ini didominasi oleh lajur sesar Kadar (Dit. Geol) mengenali Discocyclina sp.,
Palu yang berarah utara baratlaut. Bentuknya Nummulites sp., Alveolina sp., Miliolidae,
sekarang menyerupai terban yang dibatasi Asterocyclina sp., Assilina sp., Operculina sp.,
oleh sesar-sesar aktif, diantaranya bermataair Globorotaloid, Globigerin dan ganggang
panas di sepanjang kenampakannya pada gampingan yang menunjukkan umur Eosen.
permukaan. Sesar-sesar dan kelurusan lainnya Pekerjaan oleh Socal (Standard Oil Company
yang setengah sejajar dengan arah lajur Palu of California) sebagai tambahan mengenali
terdapat di pematang timur. Banyak sesar dan Pellastipira ?, cf ? P. inflata, cf Pararotalia
kelurusan lainnya yang kurang penting lebih sp., Eofabiania, Pellatispira
kurang tegak lurus pada arah ini, sebagaimana crassicolumnata ?, Sphaerogypsina sp,
terlihat di seluruh daerah. Sesar naik Orbitolites sp., Rotalia sp dan Carpenteria
berkemiringan ke timur dalam kompleks hamiltonensis. Umur fosil
batuan metamorf dan dalam Formasi Tinombo - fosil terakhir mi adalah Eosen Tengah
menunjukkan akan sifat pemampatan pada hingga Atas. Calciphaerula innominata yang
beberapa sesar yang lebih tua. Sesar termuda ditemukan di dalam kkastika batugamping
yang tercatat terjadi pada tahun 1968 di dekat diinterpretasikan oleh Socal sebagai suatu
Tambo, timbul setelah ada gempabumi, berupa fosil rombakan dari formasi Kapur. Batuan-
sesar normal berarah baratlaut yang batuan itu serupa dengan Formasi Tinombo
permukaan tanahnya turun 5 m. Pada bagian yang menyerupai flysch yang telah diperikan
yang menurun, daerah pantai seluas kira-kira 5 oleh Bouwer (1934), kira - kira 55 km sebelah
km2 masuk ke dalam laut. timur laut Labuanbajo. Intrusi-intrusi kecil

2
yang diuraikan di atas juga menerobos itu terutama terdiri dari serpih, batupasir,

endapan ini. konglomerat, batugamping radiolaria dan

Batuan Molasa Celebes Sarasin dan Sarasin batuan gunungapi yang diendapkan di

(1901) terdapat pada ketinggian lebih rendah lingkungan laut.

pada sisi - sisi kedua pematang, menindih Intrusi-intrusi kecil selebar kurang dari 50 m

secara tidak selaras Formasi Tinombo dan yang umumnya terdiri dari diorit, porfiri

Kompleks Batuan Metamorf. Molasa ini diorit, mikrodiorit dan granodiorit menerobos

mengandung rombakan yang berasal dari Formasi Tinombo, yakni sebelum endapan

formasi-formasi lebih tua dan terdiri dari molasa dan tersebar luas di seluruh daerah.

konglomerat, batupasir, batulumpur, Semuanya tak terpetakan. Granit dan

batugamping-koral serta napal yang semuanya granodionit yang telah dipetakan tercirikan

hanya mengeras lemah. Didekat Kompleks oleh fenokris felspar kalium sepanjang hingga

Batuan Metamorf pada bagian barat pematang 8 cm. Penanggalan Kalium/Argon telah

timur endapan itu terutama terdiri dari dilakukan oleh Gulf Oil Company terhadap

bongkah - bongkah kasar dan agaknya dua contoh granodiorit di daerah ini. Intrusi

diendapkan didekat sesar. Batuan-batuan itu yang tersingkap di antara Palu dan Donggala

ke arah laut beralih - alih jadi batuan klastika memberikan penanggalan 31 juta tahun pada

berbutir lebih halus. Di dekat Donggala analisis K/An dari felspar. Yang lainnya

sebelah utara Enu dan sebelah barat Labea adalah suatu intrusi yang tidak dipetakan,

batuannya terutama terdiri dari batugamping terletak kira-kira 15 km timurlaut dari

dan napal dan mengandung Operculina sp., Donggala, tersingkap di bawah koral Kuanter,

Cycloclypeus sp., Rotalia sp., Orbulina memberikan penanggalan 8,6 juta tahun pada

universa, Amphistegina sp., Miliolidae, analisa K dari biotit (Gambar 2).


Globigerina, foraminifera pasiran, ganggang
gampingan, pelesipoda dan gastoproda. GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN

Sebuah contoh dari tenggara Laebago selain Geomorfologi

fosil - fosil tersebut juga mengandung Berdasarkan bentuk bentang alam, pola aliran

Miogypsina sp. dan Lepidocyclina sp, yang sungai, tingkat/stadium erosi, jenis batuan

menunjukkan umur Miosen (Kadar, Dit. dan kemiringan lereng di daerah penyelidikan

Geol). Foram tambahan yang dikenali oleh dapat dikelompokkan menjadi 4 satuan

Socal meliputi Planorbulina sp., Solenomeris morfologi. yaitu: satuan pedataran (SP),

sp., Textularia sp., Acervulina sp., satuan perbukitan bergelombang lemah (SL),
Spiroclypeus? sp., Reussella sp., Lethoporella, satuan perbukitan bergelombang sedang (SS)

Lithophyllum dan Amphiroa. Socal dan satuan perbukitan terjal (ST) (Gambar 3).

mengirakan bahwa fauna - fauna tersebut Pola aliran sungai menunjukkan semi sejajar

menunjukkan umur Miosen Tengah dan (sub-pararel) dan setengah membulat (semi-

pengendapan di dalam laut dangkal. Pada radial) di hulunya dan menjadi setengah

kedua sisi Teluk Palu dan kemungkinan juga menangga ( sub-trellis) hingga menangga

di tempat lain endapan sungai Kuarter juga (trellis) di sungai induk S. Bintanaga,

dimasukkan ke dalam satuan ini. Binanga Wale, Kuala Silia, Kuala Wakoe,

Aluvium dan Endapan pantai terdiri dari Kuala Sisumul, Kuala Werei dan Sungai

kerikil, pasir, lumpur dan batugamping koral Binanga Tompe serta Kuala Maleloro.

terbentuk dalam lingkungan sungai, delta dan Lembah sungai di arah hulu dominan

laut dangkal merupakan sedimen termuda di berbenntuk V yang mencirikan stadium erosi

daerah ini. Endapan itu boleh jadi seluruhnya vertikal lebih kuat dibandingkan dengan

berumur Holosen. Di daerah dekat Labean dan stadium erosi horizontal, sedang di sungai

Ombo terumbu koral membentuk bukit-bukit utama berbentuk agak melebar. Pola aliran

rendah. sungai di sini sangat dipengaruhi oleh pola

Telah diamati telah terjadi beberapa generasi struktur patahan yang mengimbas pada bentuk

intrusi. Yang tertua ialah intrusi andesit dan pola aliran sungainya.

basalt kecil-kecil di semenanjung Donggala.


Stratigrafi/urutan batuan
Intrusi-intrusi mi mungkin adalah saluran -

Pengamatan batuan dilakukan di 65 lokasi


saluran batuan vulkanik di dalam Formasi

titik amat, 27 lokasi dilakukan pengambilan


Tinombo. Formasi Tinombo sendiri menindih

sampel batuan dengan 13 sampel diantaranya


kompleks batuan metamorf secara tidak

di analisis petrografi dan 1 sampel dianalisis


selaras. Di dalamnya terkandung rombakan

umur batuan dengan metoda jejak belah/ fision


yang berasal dari batuan metamorf. Endapan
track.

3
Stratigrafi daerah di susun berdasar hubungan Tata guna lahan di daerah Lompio, Kabupaten
relatif antara masing-masing unit batuan yang Donggala, Provinsi Sultengah terdiri dari 3
penamaannya di dasarkan pada pusat erupsi wilayah tata guna, yaitu: Hutan Produksi
dan genesa pembentukan batuan tersebut. Konversi (HPK), Hutan Produksi Terbatas
Dari hasil pemetaan lapangan, urutan batuan (HPT) dan Lahan Untuk Pemanfaatan lain/
di daerah Lampio, Kecamatan Sirenja, lahan Bebas (Gambar 5).
Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Pengetahuan status “Tata Guna Lahan” ini
Tengah terdiri dari 6 satuan batuan dengan sangat penting untuk mengantisipasi resiko di
urutan tua ke muda sebagai berikut: Satuan dalam pemanfaatan lahan yang berpotensi
Malihan (Km), Satuan granit Tinjuawo menimbulkan kerawanan materil atau
(Tmgt), Satuan granit Sitiau (Tmgs), Satuan immateril. Pengantisipasian diantaranya
diorit (Opd), Satuan Gamping terumbu/koral dengan cara pengurusan perijinan dalam
(Qgt) dan Satuan aluvium (Qa) (Gambar 4). pemanfaatannya dan sosialisasi kepada
Struktur Geologi di daerah penyelidikan masyarakat lokal.
dicerminkan bentuk kelurusan tofografi • Hutan Produksi Konversi (HPK), yaitu: Hutan
(pantai, sungai dan bukit), paset segi tiga, yang dirancang dengan izin (IPK) untuk
dinding patahan (gawir sesar), kekar, off-set pembukaan lahan dan konversi permanen
batuan, zona hancuran batuan/breksiasi menjadi bentuk tata guna lainnya, khususnya
(fractures), cermin sesar (slicen-side), seretan industri kayu atau perkebunan. IPK adalah
(drag-fault), kontak intrusi (backing-effect), izin untuk membuka lahan guna kepentingan.
retas-retas/ intrusi kecil, bentuk batolit, bentuk • Hutan Produksi Terbatas (HPT), yaitu: Hutan
kubah (dome) dan pemunculan mata air panas. yang dialokasikan untuk produksi kayu
Berdasarkan data lapangan di atas dan citra dengan intensitas rendah. Hutan produksi
landsat (www.landsat.org, 2001) terdapat 3 terbatas ini umumnya berada di wilayah
arah sesar utama dari tua ke muda adalah: pegunungan lereng - lereng yang curam
• Sesar berarah utara timurlaut-selatan baratdaya mempersulit kegiatan pembalakan.
(N 30-40º E). Sesar normal tertua ini di • Lahan Bebas (LB), yaitu lahan diluar wilayah
namakan sesar Sibera dengan kemiringan > lahan HPK dan HPT. Lahan Bebas merupakan
70° barat. wilayah tata guna lahan yang secara bebas
bisa dimanfaatkan untuk segala bentuk
• Sesar berarah utara baratlaut-selatan tenggara kepentingan masyarakat.
(N 345-350º E). Sesar normal generasi kedua
GEOHIDROLOGI
dinamakan sesar Mapane, berkemiringan >
Secara garis besar wilayah air tanah di daerah
80º ke timur. Awalnya sesar ini hanya 1 buah,
penyelidikan di bagi menjadi 3 (Gambar 6).
namun menjadi 3 sesar yang terpisah-pisah
akibat tergeserkan (off-set) oleh sesar • Daerah tangkapan air tanah (re-charge) yang
berada pada satuan morfologi perbukitan
mendatar yang lebih muda. Ke 3 sesar itu
terjal, perbukitan bergelombang sedang dan
dinamakan sesar Mapane, sesar Sitiau dan
perbukitan bergelombang lemah memanjang
sesar Maleloro.
arah utara-selatan dan terletak di timur dan
• Sesar termuda sedikitnya ada 7 sesar geser
tengah daerah dengan ketinggian mencapai
jurus (strict-sleep fault) berarah baratlaut-
hingga 1000 m dpl. Daerah tersebut mencapai
tenggara (N 320-330º E) berkemiringan > 80°.
luas ± 65 % dari luas daerah penyelidikan. Air
hujan sebagian meresap di daerah itu,
Sesar itu antara lain Salapane, Lampio,
selanjutnya air yang meresap tadi akan muncul
Tompe, Sipi, Boya, Bulu Tinjuawo.
di dataran Sibera-Lompio-Ombo berupa mata
Selain sesar-sesar diatas terdapat juga
air dingin dan mata air panas, sedangkan
kelurusan-kelurusan diduga merupakan sesar
sebagian lagi mengalir di permukaan sungai-
lebih kecil berarah utara baratlaut-selatan
sungai besar dan kecil di daerah penyelidikan.
tenggara dan sesar baratlaut-tenggara (Lende 1
dan Lende 2) (Gambar 4).
• Daerah munculan air tanah (dis-charge) di
TATA GUNA LAHAN Lampio berada di satuan morfologi pedataran
Untuk eksplorasi dan eksploitasi panasbumi yang mencakup ± 25 % luas daerah selidikan.
sangat diperlukan data “ Wilayah Tata Guna Air hujan (meteoric-water) yang ada di satuan
Lahan” berupa wilayah status penggunaan dan morfologi perbukitan terjal, perbukitan
pemanfaatan lahan yang diterbitkan instansi bergelombang sedang dan perbukitan
Departem Kehutanan, tahun 1976. bergelombang lemah sebagian besar akan

4
meresap kebawah permukaan melalui struktur fluidanya dominan berpase air panas,
permeabilitas, rekahan (fracture) dan porositas sehingga pemanfaatan untuk energi listrik
batuan dan terkumpul menjadi air tanah di perlu dilakukan ekstrasi yang mengakibatkan
daerah pedataran Sibera-Lompio-Ombo. budget yang diperlukan akan lebih besar.
Daerah ini menjadi daerah kantong air
KESIMPULAN
(catchment area) sedangkan daerah akumulasi
air tanah terletak di bawahnya. Di daerah Lompio hadirnya akumulasi fluida
panas di kedalaman terindikasikan oleh batuan
• Daerah aliran air permukaan (run-off water),
ubahan dan mata air panas Lompio dan Ombo.
Sistim air tanah daerah selidikan sebagian
Indikasi menunjukkan bahwa fluida itu
berupa aliran air permukaan yaitu air hujan
keasamannya netral dengan entalphy sedang.
yang mengalir di permukaan sungai-sungai
Perkiraan adanya lempung penudung/clay-cap
besar dan kecil. Aliran air permukaan itu
di sini diduga berada di atas daerah reservoar
mengalir secara gravitasi dari ketinggian
di sepanjang patahan dan daerah fraktur di
menuju daerah lebih rendah hingga pedataran.
patahan Lompio dan Ombo.
Sungai-sungai itu diantaranya S. Maleloro, S.
Fluida panas bumi di zona reservoar diduga
Binanga Tompr, S. Alugasa, S. Lente, Kuala
bersistim 2 fase, yaitu fase air dan fase uap
Bintanago, Kuala Wela, Kuala Silla, Kuala
panas ber pH relatif netral. Jumlah fluida fase
Wakoe, Kuala Sisumul, Kuala Wesa, Kuala
air panas relatif dominan dibandingkan fluida
Tondo, Kuala Ombo dan Kuala Binanga
berfase uap.
Laode.
Di daerah Lompio terdapat 2 daerah yang
Air permukaan di daerah penyelidikan
berpotensi mengandung sumberdaya energi
selanjutnya mengalir ke laut Makasar di
panas bumi, yaitu daerah Lompio dan Ombo.
bagian barat daerah selidikan.
PUSTAKA
MODEL PANAS BUMI
Badan Meteorologi Dan Geofisika (BMG,
Penampang model panas bumi tentatif daerah
2004) ; Data curah hujan Indonesia tahun
Lompio terlihat dalam Gambar 7. 2004.
• Sumber panas (heat source) diduga berupa Bemmelen, van R.W., 1949. The Geology of
poket-poket magma di bawah dike/ intrusi G. Indonesia. Vol. I A. General Geology Of
Sitiau (Tmgs). dan retas-retas batuan andesit- Indonesia And Adjacent Archipelagoes.
diorit (Tmd). Government Printing Office. The Hague.
• Zone reservoar diperkirakan berada pada Netherlands.
batuan Tersier (Miosen Tengah-Atas) dan BPS (Badan Pusat Statistik Kabupaten
Kapur yang telah terkena tektonik. Daerah ini Donggala, 2004); Donggala dalam
merupakan daerah berpermeabilitas tinggi Angka 2004. Kerjasama BPS dan
dengan tingkat kesarangan yang bagus, Bappeda Kabupaten Donggala.
kedalamannya di duga ± antara 600-2000 m. Fournier, R.O., 1981. Application of Water
• Batuan penudung diduga berupa lempung Geochemistry Geothermal Exploration
penudung yang hanya ada di sekitar daerah and Reservoir Engineering,
patahan/ fraktur. “Geothermal System: Principles and
• Batuan konduktif berup batuan metamorfik Case Histories”. John Willey & Sons.
berumur Kapur (Km) dan batuan granit New York.
Tinjuawo (Tmgt) serta granit Sitiau (Tmgs). Giggenbach, W.F., 1988. Geothermal Solute
Aliran panas dirambatkan secara konduksi dan Equilibria Deviation of Na-K-Mg – Ca
konveksi melalui batuan maupun fluida panas. Geo- Indicators. Geochemica Acta 52.
DISKUSI pp. 2749-2765.
Potensi energi panas bumi di daerah Lompio Lawless, J., 1995. Guidebook: An
terdapat di sekitar pemunculan mata air panas Introduction to Geothermal System.
Short course. Unocal Ltd. Jakarta.
Lompio dan Ombo.
Mahon K., Ellis, A.J., 1977. Chemistry and
Sistim panas bumi di kedua daerah itu diduga
Geothermal System. Academic Press Inc.
merupakan pemunculan up-flow melalui
patahan atau fraktur pada batuan dengan Orlando.
intrusi batolit granit dan retas-retas granit Simanjuntak, dkk., 1973. Peta Geologi
biotit-muskovit serta andesit-diorit. Lembar Palu, Sulawesi, Skala 1:
Mata air panas di Lompio dan Ombo dapat 250.000. Pusat Penelitian Dan
dimanfaatkan untuk parawisata dan juga untuk Pengembangan Geologi. Bandung.
listrik. Namun di daerah tersebut potensi
Telford, W.M. et al, 1982. Applied Press. Cambridge.
Geophysics. Cambridge University

Tabel 1. Karakteristik Mata air panas Daerah Lompio, Kab. Donggala-Sulteng


No Lokasi Jenis T ud & T ap pH Debit Keterangan
(°C ) (L /
detik)

1. Lompio 1, Mata air panas 30 & 78 7,1 50 Muncul pada skis,


X: 0728325 mT dengan bualan jernih, beruap, asin,
Y: 9098223 mU gas tidak berbau sedang, ada
Tj. Manamoni, Desa kontinyu sinter silika/ sulfat
Mausamang, Kec. (?), bualan gas
Alor Timur tidak kontinu.
Lompio 2, Mata air panas 30 & 62 7,1 48 Jarak ± 15 m di
X= 0815076 mT dan barat Lampio 1,
Y=9977306mU. muncul pada
aluvium, jernih,
beruap, asin, bau
belerang lemah,
tidak ada sinter, ber
gelembung gas
tidak kontinu.
Lompio 3,
Kolam air panas 30 & 56 7,0 ? Di utara Lampio 2,
X= 0815037 mT,
pada aluvium,
Y= 9977515 mU berwarna keruh,
bau belerang
lemah, beruap tipis,
Lampio 4, berasa agak asin.
X= 0814906 mT dan Mata air panas 30 & 45 7,1 - Muncul pada
Y=9977616 mU Kolam air panas 30 & 68 aluvium, berwarna
keruh, tidak
Lampio 5, - beruap, berasa asin.
X= 0815125 mT, Mata air panas 30 & 68 7,0 Air keruh, tidak
Y=9977339 mU beruap, asin, tidak
berbau dan ada
Lampio 6, bualan gas.
X= 0815158 mT, Mata air panas 30 & 77 7,1 <1 Muncul pada
Y= 9977 mU aluvium, air keruh,
tidak beruap,
berasa asin.
2. Ombo 1, Desa Pasir panas 30 & 52-54 - - Muncul berupa
Ombo-Kec. Sindue. pasir panas pada
X= 0809070 mT dan aluvium di daerah
Y=9967454 mU. pasang surut. Rasa
asin, keruh, tidak
berbau, tak beruap.
Ombo 2, Desa Mata air panas 30 & 60 - - Muncul di gamping
Ombo-Kec. Sindue. terumbu, warna air
X= 0809145 mT dan putih keruh,
Y=9967554 mU berbau, beruap
tipis, agak asin.
Uap panas 30 & 60 - - Ada di lubang
Ombo 3, Desa gamping (dolina)
6
Ombo-Kec.Sirenja Warna tidak
X=0809279 mT, terlihat, berbau,
Y=9968352 mU beruap, rasa tidak
diketahui, debit
susah diukur.

LEMBAR

Lokasi penyelidikan

Gambar 1. Peta daerah penyelidikan

Gambar 2. Peta geologi regional daerah penyelidikan (T.O Simanjuntak, dkk, 1973)

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 7


Gambar 3. Kenampakan 3 - D satuan morfologi daerah penyelidikan

Gambar 4. Peta geologi daerah Lompio, Kabupaten Donggala, Sulteng

8
Gambar 5. Wilayah Tata guna lahan daerah Lompio, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah

Gambar 6. Peta 3-D sistim hidrogeologi daerah Lompio, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah

9
Gambar 7. Model tentatif sistem panas bumi daerah Lompio, Kabupaten Donggala, Sulteng

10

Anda mungkin juga menyukai