PENDAHULUAN
METODELOGI PENELITIAN
Pada penelitian hari pertama vulkanologi yang di lakukan pada hari senin
tanggal 6 januari 2020, 3 lokasi penelitian yaitu di desa Pulu Kec. Dolo barat
Kab.Sigi, Desa Bora Kec. Dolo barat Kab.Sigi dan desa KadidiaKec. Nokilalaki
Kab.Sigi
Pada penelitian hari kedua tanggal 7 januari 2020 di lakukan penelitian di 3
lokasi yaitu didesa Marana Kec.Sirenja.Kab.Donggala desa Lompio Kec.Sirenja
Kab.Donggala ,desa Tambu Kec.Balaesang .Kab.Donggala
1. Kompas geologi
Digunakan untuk mengetahui arah aliran sungai dan arah singkapan
2. Palu geologi
Digunakan untuk mengambil sampel batuan
3. Rol meter
Digunakan untuk mengukur panjang singkapan, dan diameter mata air
panas
4. Kertas lakmus
Digunakan untuk mengukur PH dari mata air panas
5. Thermometer
Digunakan untuk mengukur suhu mata air panas
6. Alat tulis
Digunakan untuk mencatat data di lapangan
2. Bahan
1. HCL
Digunakan untuk mengetahui kandungan karbonat pada batuan
1. Data Geologi
Pada praktikum kali ini yang dilakukan di 6 Desa, yaitu di Desa Pulu, Bora,
Kadidia, Marana, Lompio, dan Tambu kami melakukan pengukuran suhu dan
PH air panas bumi, selain itu kami juga mengambil data geomorfologi, struktur
geologi dan data litologinya agar bisa menegetahui kondisi geologi di 6 Desa
tersebut.
BAB IV
KONDISI GEOLOGI DAERAH STUDI
4.1 GEOMORFOLOGI
Daerah penelitain hari pertama di wilayah kabupaten sigi, sebagian besar
wilayah kabupaten sigi penggunaan lahannya di dominasi oleh tegalan, sawah,
hutan, pemukiman, dan kebun, untuk lahan tegalan yang terdapat di dataran
rendah kabupaten sigi seperti di desa pulu dan bora pemanfaatan lahannya adalah
jagung, kelapa, dan cabai , dan pemanfaatan lahan di dataran tinggi di desa
kadidia adalah kopi, bawang putih, jagung, pada kondisi daerah di desa bora dan
pulu dengan kemiringan agak miring (2-7%) , dan di desa kadidia mempunyai
kemiringan curam (30-70%).
Pada hari kedua di wilayah kabupaten donggala sebagian besar wilayah
kabupaten donggala pengguna lahannya di dominasi oleh pemukiman, kebun,
hutan, untuk lahan tegalan terutama yang terdapat di daerah dataran rendah
pemanfaatan lahannya adalah berupa perkebunan cengkeh, dan kelapa, pada
kondisi daerah dengan kemiringan yang datar (0-2%).
4.2 STRATIGRAFI
Daerah penelitian di desa bora dan pulu kabupaten sigi merupakan daerah
dalam lembar pasangkayu, geologi lembar pasangkayu di susun oleh Formasi
Pasangkayu (TQp). Secara stratigrafi Formasi Pasangkayu menindih tidak selaras
dengan Formasi Lariang (Tmpl) yang di bawahnya dan dibagian atas di tindih
secara tidak selaras Formasi Pakuli (Qp) serta endapan Aluvial, dan daerah
penelitian di desa kadidia merupakan daerah dalam lembar poso Berdasarkan
tatanan batuan daerah dalam lembar Poso disusun oleh Batuan Sedimen, Mendala
Geologi Sulawesi Barat, Mendala Geologi Sulawesi Timur dan Pelataran (Platform)
Banggai Sula.
Pada daerah penelitian hari kedua di desa masaingi, lambea, dan tambu
masuk dalam lembar palu, lembar palu di susun oleh kompleks batuan
metamorf,,batuan tertua di dearah yang di petakan,formasi tinombo (Tt) batuan
ini menindih kompleks batuan metamorf secara tidak selaras di dalamnya
terkandung rombakan yang berasal dari batuan metamorf yang di susun oleh
serpih, konglomerat, batugamping, rijang radiolariang dan batuan gunungapi,
molasa celebes serasin dan Sarasin menidih secara tidak selaras formasi tinombo
dan kompleks dan mengandung rombakan yang berasal dari formasi yang lebih
tua terdiri dari konglomerat, batupasir, batu lumpur, batugamping –koral, dan
napal yang semuahnya hanya mengeras lambat. Alluvial dan endapan pantai
kerikil, pasir, lumpur dan batugamping koral terbentuk dalam lingungan sungai,
delta, dan laut-dangkal merupaan sedimen termuda di daerah ini.
4.3 STRUKTUR
Struktur daerah penelitian di desa bora dan pulu Secara regional pada
daerah penelitian struktur geologi yang berkembang dipengaruhi oleh tiga arah
tegasan utama, yaitu berarah Timurlaut – Baratdaya, Baratlaut – Menenggara,
dan berarah Utara – Selatan (Calvert and hall, 2007). Tegasan utama ini
membentuk struktur perlipatan dan sesar-sesar yang terekam pada batuan-batuan
Mesozoikum. Letak Sungai Lariang yang terlihat sekarang ini dikontrol oleh
tegasan utama yang berarah Baratlaut – Menenggara yang diinterpretasikan
berhubungan dengan pembentukan Sesar Palu-Koro (Sukamto, 1975 dalam
Calvert and Hall, 2007). Adanya beberapa fase tektonik yang terjadi selama dan
sesudah proses penyatuan ketiga mendala geologi menyebabkan terbentuknya
struktur geologi yang cukup rumit di daerah ini. Sesar, lipatan maupun struktur
geologi lainnya dihasilkan dalam beberapa generasi yang berbeda. Sesar naik
utama yang dapat diamati di daerah ini adalah sesar naik berarah hampir Utara
Selatan, termasuk sesar yang memisahkan Mandala Sulawesi Barat dengan
Mendala Sulawesi Timur (Sesar Poso) dan juga Sesar Wekuli. Disamping itu
juga dijumpai zona sesar mendatar besar (Sesar Palu Koro) yang berarah Barat
laut Tenggara, Sesar ini masih aktif sampai sekarang. Lipatan yang dijumpai
merupakan hail dari beberapa pencenanggan yang berbeda sehingga memberikan
bentuk dan pola yang berbeda dari lipatan tegak sampai rebah, dari lipatan
tertutup sampai terbuka. Diduga paling tidak ada empat generasi pembentukan
lipatan.
2. Hasil Observasi
Pada lokasi daerah pulu di lakukan beberapa titik percobaan pada
daerah manifestasi dengan pengukuran geokimia (ph dan suhu) dan
pengamatan fisik (aroma,dan warna air) serta kenampak di sekitarnya.
Adapun hasil pengamatan dilihat pada tabel di bawah ini (Tabel 5.1)
Warn Kenampakkan
Jumlah Percobaan PH Suhu Aroma
a Air lainnya
Percobaan 1 7 35-63 Belerang Jernih
Percobaan 2 8 35-70 Belerang Jernih
Percobaan 3 7 35-71 Belerang Jernih
Percobaan 4 7 35-76 Belerang Jernih
Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Daerah Pulu
Dari hasil pengamatan maka didapatkan hasil suhu pada daerah
manifestasi dengan rentang nilai dari 63-76ºc, dengan Ph 7-6 yang
menunjukan manifestasi air panas tersebut bersifat netral hingga basa
lemah. Adapun suhu udara awal sekitar daerah manifestasi yaitu 35ºc
sedangkan suhu yang di dapatkan pada aliran air panas jauh lebih tinggi
mengakibatkan air masuk kedalam celah atau rekahan pada batuan
sehingga mengakibatkan air mendekati sumber panas, sehingga suhunya
sangat akan tinggi setelah suhunya semakin tinggi maka akan mendapatkan
tekanan dari sekitarnya maka air akan mencari celah keluar dari rekahan
patah pada batuan dan akan menghasilkan air panas,maka dari suhu yang di
dapatkan maka jenis air panas tersebut hanya di gunakan sebagai objek
wisata.
2.Hasil Observasi
Pada lokasi daerah Bora di lakukan pada daerah bebebrapa tiga percobaan
penelitian pada daerah manifestasi dengan mengukuran geokimia (Ph dan suhu)
dan pengamatan fisik (aroma,dan warna air), serta kenampakan di sekitarnya.
Adapun hasil pengamatan dapat di lihat pada tabel di bawah ini (tabel 5.2).
Banyak Warna Kenampakkan
Ph Suhu Aroma
Percobaan Air Sekitarnya
Percobaan 1 7 85 Beleran Jernih
g
Percobaan 2 8 10 Beleran Jernih
g
Percobaan 3 7-8 60 Beleran Jernih
g
Percobaan 4 7 80 Beleran Jernih
g
Percobaan 5 7 95 Beleran Jernih
g
Percobaan 6 7 72 Beleran Jernih
g
Percobaan 7 8 96 Beleran Jernih
g
Tabel 5.2 Hasil Pengukuran Daerah Bora
Dari hasil pengamatan maka di dapatkan hasil suhu pada daerah manifestasi
dengan rentang nilai dari yang terendah yaitu 10ºc dan yang paling tinggi yaitu
95ºc. Dengan Ph 7-8 yang menunjukan manifestasi air panas tersebut bersifat
netral sampai basa lemah.maka dari hasil suhu yang di dapatkan maka jenis air
panas tersebut hanya di gunakan objek wisata.
2. Hasil Observasi
Pada lokasi daerah Kadidia di lakukan beberapa titik percobaan pada
daerah manifestasi dengan pengukuran geokimia (ph dan suhu) dan
pengamatan fisik (aroma,dan warna air) serta kenampak di sekitarnya.
Adapun hasil pengamatan dilihat pada tabel di bawah ini (Tabel 5.3)
Banyak Warna Kenampakkan
Ph Suhu Aroma
Percobaan Air Sekitarnya
Percobaan 1 8 78 Belerang Jernih
Percobaan 2 7 70 Belerang Jernih
Percobaan 3 6 74 Belerang Jernih
Percobaan 4 7 80 Belerang Jernih
Percobaan 5 7 84 Belerang Jernih
Percobaan 6 7 65 Belerang Jernih
Percobaan 7 8 70 Belerang Jernih
Percobaan 8 7-8 69 Belerang Jernih
Percobaan 9 7 75 Belerang Jernih
Tabel 5.3 Hasil Pengamatan Daerah Masaingi
Berdasarkan hasil dari pengukuran suhu pada air panas dengan rentang
nilai 69 - 84 dan nilai Ph yang berkisar 6 – 8 maka sifat air panas pada daerah
masaingi yaitu asam lemah hingga basa lemah. Maka dapat diketahui
manifestasi air panas di daerah ini hanya dapat digunakan sebagai tempat
objek wisata.
2. Hasil Observasi
Pada lokasi daerah Kadidia di lakukan beberapa titik percobaan pada
daerah manifestasi dengan pengukuran geokimia (ph dan suhu) dan
pengamatan fisik (aroma,dan warna air) serta kenampak di sekitarnya.
Adapun hasil pengamatan dilihat pada tabel di bawah ini (Tabel 5.4)
Jumlah Kenampakkan
Ph Suhu Aroma Warna Air
Percobaan Sekitarnya
Percobaan 1 7 79 Belerang Jernih
Percobaan 2 8 90 Belerang Jernih
Tabel 5.4 Hasil Pengamatan Daerah Lompio
Berdasarkan hasil dari pengukuran suhu pada air panas dengan rentang
nilai 79-90 dan nilai Ph yang berkisar 7-8 maka sifat air panas pada daerah
masaingi yaitu netral dan basa lemah. Sehingga dapat diketahui manifestasi
air panas di daerah ini hanya dapat digunakan sebagai tempat objek wisata.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan maka ditarik kesimpulan bahwa manifestasi air
panas yang berada pada daerah Pulu, Bora, kadidia, Masaingi, Lompio, dan
Mapane Tambu hanya dapat digunakan sebagai destinasi wisata air panas karena
suhu yang dimiliki kurang dari 1000 c, sehingga tidak dapat digunakan sebagai
pembangkit listrik tenaga uap yang memerlukan suhu di atas 2000 c. Adapun
kenampakkan geologi pada setiap daerah pengamatan yaitu pada kenampakkan
tipe morfologi yang didominasi oleh fluvial dan struktural, litologi yang dominan
yaitu batuan sedimen dimana mengacu pada geologi regional.
6.2 saran
Adapun saran dalam melakukan praktikum lapangan sebaiknya dilakukan
persiapan yang matang dan lebih mengefisienkan waktu agar praktikum berjalan
sesuai jadwal yang telah di tentukan.