GEOMORFOLOGI
a. Morfografi
Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuk
permukaan bumi atau arsitektur permukaan bumi. Secara garis besar
morfografi dapat dibedakan menjadi bentuklahan perbukitan/punggungan,
pegunungan, atau gunungapi, lembah dan dataran (Zuidam V, 1985).
Beberapa pendekatan lain untuk pemetaan geomorfologi selain morfografi
adalah pola punggungan, pola pengaliran dan bentuk lereng. Sebagaimana
tabel hubungan ketinggian dengan morfografi dibawah ini:
b. Morfogenesis
Morfogenetik adalah proses/asal - usul terbentuknya permukaan bumi,
seperti bentuk lahan perbukitan/pegunungan, bentuklahan lembah atau bentuk
lahan pedataran. Proses yang berkembang terhadap pembentukkan
permukaan bumi tersebut yaitu proses eksogen dan proses endogen (Van
Zuidam, 1985). Meliputi morfostruktur pasif (litologi, baik jenis maupun
struktur batuan yang berhubungan dengan denudasi), morfostruktur aktif
(dinamika endogen Meliputi vulkanisme, tektonisme, lipatan dengan sesar),
morfodinamik (dinamika eksogen yang berhubungan dengan angin, air dan es
serta gerakan massa).
Tabel 2.2 Simbol Huruf dan Warna Unit Utama Geomorfologi (Van
Zuidam,1985).
Bentukan asal
F (Fluvial) Biru
sungai/fluvial
Bergelombang/ Miring
03-Jul 02-Apr Mei-50
Landai
Berbukit Bergelombang/
15-30 Agu-16 50-200
Miring
Pegunungan tersayat
70-140 35-55 200-500
tajam/ sangat terjal
Pegunungan/ sangat
>140 >55 500-1000
curam
Tabel 2.4.Klasifikasi unit geomorfologi bentuk lahan asal Denudasional (Van
Zuidam, 1983)
Penjelasan dari setiap satuan geomorfologi tersebut akan dibahas dalam uraian
berikut ini.
a) Tahapan Awal
Tahap awal suatu sungai seringkali dicirikan oleh sungai yang belum
memiliki orde dan belum teratur seperti lazimnya suatu sungai. Air terjun,
danau, arus yang cepat dan gradien sungai yang bervariasi merupakan ciri-
ciri sungai pada tahap awal. Bentangalam aslinya, seringkali
memperlihatkan ketidakteraturan, beberapa diantaranya berbeda
tingkatannya, arus alirannnya berasal dari air runoff ke arah suatu area yang
masih membentuk suatu depresi (cekungan) atau belum membentuk lembah.
Sungai pada tahapan awal umumnya berkembang di daerah dataran pantai
(coastal plain) yang mengalami pengangkatan atau di atas permukaan lava
yang masih baru / muda dan gunungapi, atau diatas permukaan pediment
dimana sungainya mengalami peremajaan
b) Tahapan Muda.
Sungai yang termasuk dalam tahapan muda adalah sungai-sungai yang
aktivitas aliran sungainya mengerosi kearah vertikal. Aliran sungai yang
menmpati seluruh lantai dasar suatu lembah. Umumnya profil lembahnya
membentuk seperti huruf ”V”. Air terjun dan arus yang cepat mendominasi
pada tahapan ini.
c) Tahapan Dewasa
Tahap awal dari sungai dewasa dicirikan oleh mulai adanya
pembentukan dataran banjir secara setempat setempat dan semakin lama
semakin lebar dan akhirnya terisi oleh aliran sungai yang berbentuk
meander, sedangkan pada sungai yang sudah masuk dalam tahapan
dewasa, arus sungai sudah membentuk aliran yang berbentuk meander,
penyisiran kearah depan dan belakang memotong suatu dataran banjir
(flood plain) yang cukup luas sehingga secara keseluruhan ditempati oleh
jalur-jalur meander. Pada tahapan ini aliran arus sungai sudah
memperlihatkan keseimbangan antara laju erosi vertikal dan erosi lateral
dan profil sungainya sudah berubah dari bentuk ”V” kebentuk ”U”.
d) Tahapan Tua.
Pada tahapan ini dataran banjir terisi sepenuhnya oleh meander dan
lebar dari dataran banjir akan beberapa kali lipat dari luas meander belt.
Sungai pada tahapan ini dicirikan oleh arah erosi lateral yang dominan serta
banyaknya rawa-rawa. Profil sungai pada sungai tahapan tua membentuk
seperti huruf ”U”.
e) Peremajaaan Sungai
Setiap saat dari perkembangan suatu sungai dari satu tahap ke tahap
lainnya, perubahan mungkin terjadi dimana kembalinya dominasi erosi
vertikal sehingga sungai dapat diklasifikasi menjadi sungai dalam tahapan
muda. Sungai dewasa dapat mengalami pengikisan kembali ke arah
vertikal untuk kedua kalinya karena adanya pengangkatan dan proses ini
disebut dengan perenajaan sungai. Proses peremajaan sungai adalah proses
terjadinya erosi ke arah vertikal pada sungai berstadia dewasa akibat
pengangkatan dan stadia sungai kembali menjadi stadia muda.
Sementara itu berdasarkan kenampakan lapangan untuk sungai-sungai
utama pada daerah penelitian yaitu pada sungai Maninili, sungai
Papasong, dan sungai Tomborong sudah memperlihatkan bentuk profil
penampang sungai dengan bentuk “V-U” pada bagian hulu sungai,
kemudian semakin ke arah hilir profilnya penampang sungai sudah mulai
membentuk huruf “U” dengan pola sungai berbentuk meander.
Gambar 2.14. Foto Sungai Maninili pada desa Maninili Barat yang mencirikan
stadia dewasa dengan aliran meander.
Sehingga hal ini menandakan aliran arus sungai sudah
memperlihatkan keseimbangan antara laju erosi vertikal dan erosi
lateral, kemudian semakin ke arah hilir memperlihatkan luas
penampang sungai yang semakin melebar, hal ini sejalan dengan
pengendapan material yang semakin besar pula ke arah hilir
sungai, sungai ini berjenis periodik dimana sungai memiliki debit
air melimpah pada musim penghujan dan kecil ketika musim
kemarau.
a) Stadia Muda : Dicirikan oleh lembah berbentuk “V”, tidak dijumpai dataran
banjir, banyak dijumpai air terjun, aliran air deras, erosi vertikal lebih dominan
dibandingkan erosi lateral.
b) Stadia Dewasa : Dicirikan oleh relief yang maksimal, dengan bentuk lembah
sudah mulai cenderung berbentuk “U” dimana erosi vertikal sudang seimbang
dengan erosi lateral, cabang-cabang sungai sudah memperlihatkan bentuk
meandering.