o Staf
o Mahasiswa
o Mitra
o Alumni
o Pengunjung
o Pers
Tentang ITB
o Sejarah
o Visi Dan Misi
o Pimpinan
o Landasan Hukum
o Struktur Organisasi
o Majelis Wali Amanat
o Senat Akademik
o Multikampus
o Kunjungan
Penerimaan
o Sarjana
o Pascasarjana
o Profesi
o Pertukaran Mahasiswa
o Kelas Internasional
Pendidikan
o Fakultas Dan Sekolah
o Program Studi
o Beasiswa
o Staf
Kampus
o Aktivitas Mahasiswa
o Jelajah
Alumni
o Program
o Profil
o Donasi
1. Beranda
2. Penelitian
3. Kelompok Keahlian/Keilmuan
4.
Kelompok Keilmuan Seismologi Eksplorasi dan Rekayasa
Informasi Umum
Seismologi (dari bahasa Yunani Kuno seismós yang berarti "gempa bumi" dan logía yang
berarti "studi") adalah studi ilmiah tentang gempa bumi dan penyebaran gelombang elastis
melalui Bumi atau melalui benda-benda mirip planet lainnya. Seismologi eksplorasi adalah
aplikasi seismologi untuk mencari sumber energi, terutama minyak bumi, gas, batubara dan
panas bumi. Teknik seismologi adalah aplikasi seismologi untuk mendukung geoteknik dan
lingkungan, geohazards dangkal, teknik gempa dan desain instrumentasi terkait Eksplorasi
dan Rekayasa Seismologi. Aplikasi dari ilmu ini dapat dikategorikan ke dalam dua
kelompok utama: Aplikasi dekat permukaan, sebuah aplikasi yang bertujuan untuk
memahami geologi pada kedalaman hingga sekitar 1 km, biasanya digunakan untuk survei
teknik dan lingkungan, serta eksplorasi batubara dan mineral, dan; eksplorasi hidrokarbon
yang digunakan oleh industri hidrokarbon untuk menyediakan peta bawah permukaan
beresolusi tinggi hingga 10 km di bawah permukaan. Kedua aplikasi tersebut dapat
dikombinasikan dengan alat geofisika eksplorasi lainnya dan dapat digunakan untuk
membantu ahli geologi dalam membentuk model geologi dari suatu daerah yang sedang
diteliti.
Secara umum, Kelompok Keilmuan (KK) Seismologi Eksplorasi dan Rekayasa berfokus
pada kegiatan eksplorasi dan rekayasa seismologi sebagai berikut: instrumentasi
(merancang dan mengembangkan instrumen), akuisisi data (desain dan operasi survei),
pemrosesan data (memberikan data berkualitas tinggi dan akurat), pemodelan dan
pencitraan data (pemodelan data untuk memberikan citra permukaan dan bawah permukaan
secara berkualitas tinggi dan akurat), analisis dan interpretasi data (menyediakan informasi
yang andal dan masuk akal tentang eksplorasi dan rekayasa).
Hukum Snellius Gelombang seismik ketika melalui lapisan batuan dengan impedansi akustik
yang berbeda dari lapisan batuan yang dilalui sebelumnya, maka gelombang akan terbagi.
Gelombang tersebut sebagian terefleksikan kembali ke permukaan dan sebagian diteruskan
merambat dibawah permukaan. Penjalaran gelombang seismik mengikuti Hukum Snellius
yang dikembangkan dari Prinsip Huygens, menyatakan bahwa sudut pantul dan sudut bias
merupakan fungsi dari sudut datang dan kecepatan gelombang. Gelombang P yang datang
akan mengenai permukaan bidang batas antara dua medium berbeda akan menimbulkan
gelombang refraksi dan refleksi Sherrif dan Gendart, 1995. Gambar 2.10 Refleksi dan
Refraksi dari incident Gelombang P Sumber : Gadallah dan Fisher, 2009 Menurut Sherrif dan
Gendart pada bukunya yang berjudul “Exploration Seismology” pada tahun 1995, sebagian
energi gelombang akan dipantulkan sebagai gelombang P dan gelombang S, serta sebagian
lagi akan diteruskan sebagai gelombang P dan Gelombang S. Hukum Snellius dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut: b. Prinsip Hyugens Prinsip Huygens menyatakan
bahwa setiap titik pada muka gelombang merupakan sumber bagi gelombang baru. Posisi
dari muka gelombang dalam dapat seketika ditemukan dengan membentuk garis singgung
permukaan untuk semua wavelet sekunder. Prinsip Huygens mengungkapkan sebuah
mekanisme dimana sebuah pulsa seismik akan kehilangan energi seiring dengan
bertambahnya kedalaman Shearer, 2009. Gambar 2.11 Prinsip Hyugens Sumber : Shearer,
2009 c. Prinsip Fermat Gelombang menjalar dari satu titik ke titik lain melalui jalan yang
tersingkat waktu penjalarannya, dengan demikian jika gelombang melewati sebuah medium
yang memiliki variasi kecepatan gelombang seismik, maka gelombang tersebut akan
cenderung melalui zona-zona kecepatan tinggi dan menghindari zona-zona kecepatan
rendah Gadallah dan Fisher, 2009. Gambar 2.12 Prinsip Fermat Sumber : Gadallah dan
Fisher, 2009
Metode Seismik Refraksi
Metode seismik refraksi merupakan teknik umum yang digunakan dalam survei geofisika untuk
menentukan kedalaman batuan, litologi batuan dasar ( bed rock ), sesar, dan kekerasan batuan. Pada
prinsipnya, metode refraksi seismik memanfaatkan perambatan gelombang seismik yang merambat
ke dalam bumi. Pada dasarnya dalam mein ini diberikan suatu gangguan berupa gelombang seismik
pada suatu sistem kemudian gejala fisisnya diamati dengan menangkap gelombang tersebut melalui
geophone. Waktu tempuh gelombang antara sumber getaran dan penerima akan menghasilkan
gambaran tentang kecepatan dan kedalaman lapisan.
Hal tersebut akan menghasilkan gambaran tentang kecepatan dan kedalaman pembuatan
berdasarkan penghitungan waktu tempuh gelombang antara sumber getaran (shot) dan penerima
(geophone). Waktu yang dibutuhkan oleh gelombang seismik untuk merambat pada lapisan batuan
bergantung pada besar kecepatan yang dimiliki oleh medium yang dilaluinya tersebut. Data yang
diperoleh berupa waktu perjalanan dari gelombang pada tiap-tiap geophone.Untuk mendapatkan
kualitas rekaman seismik refraksi yang tinggi dan mengandung bentuk-bentuk first breakyang tajam,
dilakukan teknikstacking,gain danfiltering.
Pada survai seismik refraksi hukum dasar yang digunakan yaitu dasar pemantulan dan pembiasan
diantaranya: hukum Snellius, azas Fermat, dan hukum Huygens. Menurut hukum Snellius
menjelaskan hubungan antara sinus sudut datang dan sudut bias terhadap kecepatan gelombang
dalam medium. Azas Fermat yang menyatakan dalam penjalaran gelombang dari satu titik ke titik
selanjutnya yang melewati suatu medium tertentu akan mencari suatu waktu dengan waktu tempuh
yang paling sedikit. Sedangkan untuk hukum Huygens menyatakan bahwa suatu gelombang yang
melewati suatu titik akan membuat titik-titik tersebut menjadi sumber gelombang baru dan begitu
seterusnya. (Telford, 1976)
Refraksi seismik dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh gelombang untuk menjalar pada
batuan dari posisi sumber seismik menuju penerima pada berbagai jarak tertentu. Pada metode ini,
gelombang yang terjadi setelah sinyal pertama ( firstbreak ) diabaikan, karena gelombang seismik
refraksi merambat paling cepat dibandingkan dengan gelombang lainnya kecuali pada jarak ( offset )
yang relatif dekat sehingga yang dibutuhkan adalah waktu pertama kali gelombang diterima oleh
setiap geophone. Kecepatan gelombang P lebih besar dibandingkan dengan kecepatan gelombang S
sehingga waktu datang gelombang P yang digunakan dalam perhitungan metode ini. Parameter jarak
dan waktu penjalaran dengan cepat rambat gelombang dalam medium. Besarnya kecepatan rambat
gelombang tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada dalam bahan yang dikenal
sebagai parameter elastisitas.
Refraksi gelombang seismik yang dapat direkam oleh penerima pada permukaan bumi hanyalah
refraksi gelombang seismik yang merambat pada batas antar lapisan batuan. Hal ini hanya dapat
terjadi jika sudut datang merupakan sudut kritis atau ketika sudut bias tegak lurus dengan garis
normal (r = 90° sehingga sin r = 1). Hal ini sesuai dengan asumsi awal bahwa kecepatan lapisan di
bawah antarmuka lebih besar dibandingkan dengan kecepatan di atas antarmuka .
Gelombang seismik berasal dari sumber seismik merambat dengan kecepatan V1 menuju bidang
batas (A), kemudian gelombang dibiaskan dengan sudut datang kritis sepanjang antarmuka dengan
kecepatan V2. Dengan menggunakan prinsip Huygens pada interface , gelombang ini kembali ke
permukaan sehingga dapat diterima oleh penerima yang ada di permukaan.
Tahapan akhir dalam metode seismik refraksi adalah membuat atau melakukan interpretasi hasil dari
survei menjadi data di bawah permukaan yang akurat. Data-data waktu dan jarak dari kurva travel
time diterjemahkan menjadi suatu penampang seismik, dan akhirnya dijadikan penampang
geologi. Survey geofisika dengan metode refraksi seismik adalah bertujuan untuk mendeteksi struktur
geologi di bawah permukaan dangkal, misalnya patahan. Untuk menentukan kedalaman di bawah
sumber pada medium dua lapis atau lebih yang horizontal maupun miring serta menentukan jenis
batuan berdasarkan kecepatan gelombang yang merambat dalam batuan tersebut.
Akuisisi pada Metode Seismik Refraksi
Tujuan utama akuisisi data seismik adalah untuk memperoleh pengukuran waktu perjalanan dari
sumber energi ke penerima. Data keberhasilan akusisi dapat didasarkan pada jenis sumber energi
yang dipilih. Sumber energi seismik dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber impulsif dan
vibrator. Sumber impulsif adalah sumber energi seismik dengan transfer energi terjadi secara sangat
cepat dan suara yang dihasilkan sangat kuat, singkat dan tajam. Sumber energi impulsif untuk
akuisisi data seismik yang digunakan untuk akusisi data seismik di laut adalah air gun. Sumber energi
vibrator merupakan sumber energi dengan durasi beberapa detik. Panjang sinyal input dapat
bervariasi. Gelombang keluarannya berupa gelombang sinusoidal. Seismik refleksi resolusi tinggi
menggunakan vibrator dengan frekuensi 125 Hz atau lebih.
Perekaman data seismik melibatkan detektor dan penguat yang sangat sensitif serta perekam pita
magnetik. Alat untuk menerima refleksi gelombang-gelombang untuk survei seismik di laut adalah
hidropon. Hidropon merespon perubahan tekanan. Hidropon terdiri atas kristal piezoelektrik yang
terdeformasi oleh perubahan tekanan udara. Hal ini akan menghasilkan output potensial yang
berbeda. Elemen piezoelektrik ditempatkan dalam suatu kabel streamer terisi oleh minyak tanah
untuk meledakkan dan isolasi.
Hampir semua data seismik direkam secara digital. Karena keluaran hidropon sangat lemah dan
keluaran amplitudo peluruhan dalam waktu yang sangat singkat, maka sinyal ini harus
dimiliki. Amplifier bisa juga dilengkapi dengan filter untuk dianggap frekuensi yang tidakdiinginkan.
Dalam survei seismik refraksi dilakukan desain survei peralatan yang disusun seperti pada Gambar 2.
Geophone dan sumber penempatan ditempatkan pada suatu garis lurus (line seismik). Near offset, far
offset, dan jarak antar geophone ditentukan berdasarkan kondisi lapangan tempat melakukan
survei. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan sumber getar yang dalam penelitian ini
menggunakan weightdrop seberat 50 kg untuk jarak 10 meter dari geophone yang pertama. Sistem
dilakukan oleh 12 geophone dalam satu garis lurus dengan sumber getar. Pasangan geophone
ditempatkan dengan masing-masing spasi geophone yang telah ditentukan yaitu 2 meter.
Pengukuran dilakukan dengan memberikan impuls vertikal pada permukaan tanah dan merekam
sinyal yang terjadi, sensor diletakkan di sepanjang garis lurus dari sumber impuls. Sensor yang
digunakan adalah seismometer darat yaitu geophone. Akuisisi dalam pengambilan data seismik
menggunakan cara end-on (Common Shot). Dari akusisi data ini akan didapatkan data mentah
seismik, berupa trace-trace seismik dari geophone yang merekam waktu tempuh gelombang seismik.
Peralatan yang digunakan dalam survei seismik refraksi antara lain geophone,
seismograf, baterai, kabel, radio dan bor portabel. Sumber energi yang biasa
digunakan dalam survei ini antara lain Buffalo gun (energi lebih banyak), Sledge
hammer (mudah digunakan dan murah), bahan peledak (lebih banyak energi yang
dihasilkan), drop weight (membutuhkan daerah yang datar), serta air gun yang
biasanya digunakan untuk survei di danau atau laut. Dinamit yang digunakan
bermerk Power Gel ini terbungkus dalam tabung plastik dan dapat disambung-
sambung sesuai dengan berat yang diinginkan untuk ditanam. Di dalam tabung ini
dinamit diisi dengan detenator atau 'cap' sebagai sumber ledakan pertama, serta
dipasang pula anchor agar dinamit tertancap kuat di dalam tanah.
Pemasangan dinamit (preloading) dilakukan langsung setelah pemboran selesai,
dengan tujuan untuk menghindari efek pendangkalan dan runtuhnya di dalam
lubang. Pengisian dinamit dilakukan oleh regu loader yang dipimpin oleh seorang
penembak yang memiliki pengetahuan yang berhubungan dengan bahan peledakan
dan memiliki lisensi tertulis dari migas.
Dalam membuat desain survei seismik terdapat beberapa parameter lapangan yang harus
diperhatikan. Trace adalah point untuk data seismic yang direkam oleh satu perekam (geo),
sedangkan trace interval sendiri adalah jarak antar trace. Station unit adalah alat yang digunakan
sebagai pengubah sinyal yang diterima yaitu sinyal analog ke sinyal digital. Far Offset adalah jarak
antara sumber seismik dengan trace terjauh terjauh. Near Offset adalah jarak antara sumber seismik
dengan jejak terdekat. Jumlah shot point adalah banyaknya SP yang digunakan dalam satu
lintasan. Jumlah Trace banyaknya trace yang digunakan dalam satu SP. Rekam panjang dalah
rekaman gelombang seismik. Lipat coverage adalah Jumlah atau seringnya suatu titik di bawah
permukaan terekam oleh geophone di permukaan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam akuisisi yaitu:
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam akuisisi yaitu:
1. Mencari informasi mengenai daerah tersebut, diantaranya apakah sudah pernah
dilakukan penelitian dengan metode geofisika tertentu. Survei titik agar diperoleh.
2. Mencari informasi mengenai kondisi/struktur geologi area, misalnya peta geologi.
3. Tentukan tujuan/tujuan utama dari akuisisi
4. Dibuat survei desain dengan menyesuaikan kondisi lapangan.survei desain dibuat
serapat/seideal mungkin agar data yang diinginkan didapat.
5. Ditentukan konfigurasi yang akan diterapkan di lapangan, serta Sumber yang akan
digunakan
6. Cek list kelengkapan sebagai berikut :
Alat Kalibrasi
Akomodasi transportasi
Deskripsi pekerjaan masing-masing peserta survei
Formulir data perolehan
Dalam survey refraksi seismik pada umumnya dilakukan prosedur sebagai Berikut :
1. menyiapkan peralatan (sesuai kondisi lapangan), pada umumnya geophone dan sumber
gelombang dipasang dalam satu garis lurus (line seismic). Jarak pisah antara geophone
adalah jarak horizontal dan ditentukan oleh kondisi lapangan.
2. Penempatan sumber gelombang dilakukan untuk mendapatkan sumber imformasi
struktur bawah permukaan bumi secara detail. Sumber gelombang yang berada di
tengah pancaran (satu rangkaian geofon) diharapkan dapat mendeteksi pancaran paling
atas, dan sumber gelombang yang berada di luar pancaran diharapkan dapat mendeteksi
pancaran paling bawah yang dapat dicapai (lapisan batu tempat tidur).
3. Data yang diperoleh dari survei refraksi seismik adalah waktu tempuh jalar gelombang
disebut dari sumber ke tiap geofon yang waktu tempuhnya.
4. Untuk survei yang efisien, minimal harus ada 2 tembakan offset, 2 tembakan akhir, dan
2 tembakan tengah. (Jenny, 2013)
Atau bisa juga seperti metode berikut ini
1. Membuat bentangan berupa garis lurus
2. Menentukan jarak antar geofon dan menentukan titik tembak dengan memperhatikan
kondisi lingkungan
3. gps geophone dengan interval 3 meter
4. Menentukan arah bentangan dengan menggunakan kompas dan mengukur posisi tiap
geofon
5. Menghubungkan semua unit geophone dengan utama (seismograf) menggunakan kabel
konektor
6. Mengoperasikan alat Pasi
7. Memberi gangguan pada shoot point pada enset 1 dan enset 2. Dimana ensed 1 berada
pada 1,5 meter sebelum geophone pertama dan enset 2 berada 1,5 meter setelah
geophone 24
8. Data berupa respon yang diperoleh berupa penjalaran gelombang di bawah permukaan
yang akan terekam otomatis pada alat pasif.
9. Selanjutnya berpindah dipindahkan lagi ke berikutnya dan mengikuti urutan kerja
seperti pada poin 1 – 8 (NK Adnyawati, dkk. 2012)
Hal yang perlu diperhatikan pada saat pengukuran di lapangan adalah kebisingan yang sifatnya
mengganggu. Ada beberapa hal penyebab kebisingan antara lain adalah angin, pohon, aliran sungai
(parit), benda-benda lain yang bergerak dekat dengan geophone (orang berjalan, sepeda motor, dan
sebagainya). Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, kebisingan ini harus ditekan seminimal
mungkin. Ada dua macam nois yang dapat dibedakan,
1. Kebisingan yang timbul sewaktu-waktu kemudian lenyap. Suara yang ditimbulkan oleh
orang berjalan, motor/mobil, dan sebagainya. Untuk menghindari adanya semacam ini,
pada saat sumber gelombang (sumber) ditimbulkan, diusahakan agar tidak ada sesuatu
yang bergerak disekitar geophone.
2. Kebisingan yang timbul terus menerus. Bising ini biasanya ditimbulkan oleh angin,
pohon (bergoyang), aliran air sungai, dan sebagainya. Untuk menghindari hal ini
sebaiknya setiap kali mengadakan seismik, terlebih dahulu terlebih dahulu “nois
tes”. Jika noise yang timbul cukup kecil dibandingkan dengan sinyal yang dihasilkan
maka pengukuran dapat dilaksanakan. Tetapi jika noise cukup besar dibandingkan
sinyal, pengukuran perlu ditunda beberapa saat sampai noise menjadi kecil.
Untuk menghindari nois, signal yang masuk dapat ditumpuk (di-stack) beberapa kali, sehingga data
yang diperoleh lebih baik dan jelas. Dilakukan demikian karena dengan menumpuk, sinyal
dijumlahkan sedang nois ditiadakan (nois bersifat acak dan acak). Sebelum melakukan pengukuran
terlebih dahulu menentukan garis pengukuran, pengukuran dilakukan dan mewakili daerah seismik
penelitian atau dengan kata lain penempatan penempatan didasarkan pada pertimbangan teknis dan
dengan usaha untuk mendapatkan gambaran keadaan permukaan yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
NK Adnyawati, dkk. Al. 2012. Analisis Struktur Bawah Permukaan dengan Menggunakan Metode
Seismik Refraksi di Universitas Tadulako.
Nurdiyanto, Boko dkk. 2011. Penetapan Tingkat Kekerasan Batuan Menggunakan Metode Seismik
Refraksi. Jurnal Meteorologi dan geofisika.
Priyantari, Nurul. 2009. Penentuan Kedalaman Batuan Dasar Menggunakan Metode Seismik
Refraksi di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Jurnal Ilmu Alam.
Susilawati. 2004. Seismik Refraksi (Dasar Teori dan Akuisisi Data). Sumatera Utara : Perpustakaan
Digital USU
Telford, MW, Geldart, LP, Sheriff, RE, & Keys, DA 1976. Geofisika Terapan , New York: Cambridge
University Press
Deskripsi matakuliah
Sasaran Pembelajaran
refraksi
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
lapisan yang letaknya cukup dangkal dan untuk mengetahui lapisan tanah
aktifitas pencarian sumber daya alam dan mineral yang ada di bawah
Seismik Refraksi adalah mengetahui jarak dan waktu yang terekam oleh
yang di mana pada saat bertemu lapisan dengan sifat elastik batuan di
bawah permukaan yang berbeda. Maka gelombang yang datang akan
bidang batas dengan sifat lapisan yang berbeda akan terpantul dan
Sejarah Perkembangan
1703 –De Haute Femille membuat alat pencatat gempa yang terdiri dari
tabung tersebut berisi air raksa , bila terjadi gempa dari satu arah ,maka
air raksa akan tumpah pada arah gempa tersebut
terjadinya gempa.
gempa buatan
1876 , Jenderal H.L Abbot, Jenderal U.S Army , mengukur cepat rambat
Dan sejak saat itu pamor seismikc refraksi sebagai alat eksplorasi minyak
Geologi Teknik
geolistrik, dan metode geologi teknik lainnya. Akan dipakai sebagai data
Lokasi batuan pengisi (filling) atau Building material ,pekerjaan ini meliputi
pondasi
Geoteknik
1.3.4 .Pertambangan(mining)
dasar