Anda di halaman 1dari 6

MORFOGRAFI

1. LERENG
Lereng secara morfografi umunya dibagi berdasarkan tingkat kemiringannya, yaitu:
 Datar
 Agak landai
 Landai
 Agak curam
 Curam
 Sangat curam
 Terjal
Bentukan lereng terbagi pula menjadi lembah dan punggungan. Lembah merupakan
bentukan lereng yang mendekati puncak, sedangkan punggungan merupakan bentukan
lereng yang menjauhi puncak. Bentukan tersebut sangat terlihat jelas pada peta
topografi.

CONTOH: Dataran antara Gunungapi Merapi dan Gunungapi Merbabu. Dataran antara
dua gunungapi dimana area tersebut merupakan area yang lebih datar.

2. BENTUK LAHAN
Morfografi dan bentuk lahan umumnya sangat sering dikaitkan. Secara morfografi,
bentuklahan dikelompokkan menjadi dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan,
serta perbukitan.
CONTOH : Dataran Tinggi Dieng

3. LITOLOGI
Bentukan morfografi yang dipengaruhi oleh litologi dapat terlihat pada:

 Lereng, jika lereng cembung, umumnya lereng tersebut tersusun atas batuan yang
berbutir kasar. Sedangkan lereng yang cekung umumnya terdapat pada batuan yang
berbutir halus.
 Lembah, semakin landai bentukan suatu lembah, maka semakin halus pula butiran pada
batuannya.

CONTOH : Pada gunung Semeru, Pasrujambe, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur ini dapat
kita lihat bahwa lerengnya cembung, sehingga menandakan bahwa tersusun oleh batuan
yang berbutir kasar. Semakin menuju lembah atau tempat yang lebih landai maka semakin
halus butiran pada batuannya.
4. STRATIGRAFI
Satuan batuan yang berbutir kasar umumnya memiliki pola pengaliran yang lebih rumit.
Selain itu, kemiringan lapisan pada daerah tersebut juga akan mempengaruhi
betuklahan yang terbentuk.

CONTOH : Gunung Wilis , Jawa Timur. Pada daerah ini merupakan daerah yang memiliki
satuan batuan yang berbutir kasar karena daerah gunung api. Dapat dilihat pada gambar
bahwa pola pengalirannya terbilang cukup rumit.

5. STRUKTUR GEOLOGI
Struktur geologi umumnya menghasilkan bentukan morfologi berupa gawir, garis sesar,
lereng terjal, lembah struktural, perbukitan struktural, dome, lipatan, maupun
cekungan. Jika pada gawir berkembang suatu pola pengaliran maka dapat terbentuk
juga kipas aluvial yang disebut triangular facet. Akibat proses vulkanik uga dapat
menyebabkan munculnya kerucut gunungapi

CONTOH: Gunung Slamet (3.428 meter dpl.) adalah sebuah gunung berapi kerucut
yang terdapat di Pulau Jawa, Indonesia.
MORFOMETRI
1. LERENG
Lereng diklasifikasikan berdasarkan morfometrinya atas nilai dari kemiringan lerengnya.
Menurut Van Zuidam (1985), lereng terbagi atas datar (0-2%), sangat landai (3-7%),
landai (8-13%), agak curam (14-20%), curam (21-55%), sangat curam (56-140%), terjal
(>140%).
2. BENTUK LAHAN
Bentuklahan jika dilihat dari aspek morfometrinya kemungkinan besar terdapat pada
aspek bentuk asalnya. Misalnya, bentuklahan struktural umumnya menghasilkan lereng
yang sangat curam dengan banyak gawir. Perbukitan struktural adalah bentuklahan
yang terbentuk dari bentuk asal proses struktural.

CONTOH: Perbukitan struktural terbentuk akibat dari adanya sesar yang memotong
Pulau Sumatera dari arah utara ke selatan, sehingga sesar tersebut akan membuat suatu
rendahan dan patahan. Dimana tinggian akan membentuk perbukitan struktural dan
yang rendahan membentuk danau. Litologi di perbukitan ini memiliki resistensi sedang
dengan satuan batuan halus dan membentuk suatu topografi bukit. Perbukitan
struktural ini memiliki morfometri curam.
3. LITOLOGI
Batuan yang lebih kasar umumnya memiliki tingkat kelerengan yang lebih curam
dibandingkan dengan lereng pada batuan yang lebih halus.

CONTOH: Gunung Rinjani, Lombok memiliki lereng yang sangat curam. Litologi
batuannya berbutir kasar.

4. STRATIGRAFI
-
5. STRUKTUR GEOLOGI
Lereng yang terbentuk oleh aktivitas struktur geologi umunya memiliki tingkat
kelerengan yang curam hingga terjal.

MORFO-STRUKTUR PASIF
1. LERENG
Bentukan lereng akibat morfo struktur pasif umumnya memiliki bentuk yang sangat
beragam, tergantung dari jenis litologi yang berada pada daerah tersebut.
2. BENTUK LAHAN
Bentuklahan akibat morfo-struktur pasif umunya berupa bentuklahan denudasional
maupun berupa lereng-lereng.
3. LITOLOGI
Tingkat ketahanan batuan tehadap pelapukan akan mempengaruhi bentuklahan yang
terbentuk akibat proses pelapukan. Batuan berbutir kasar umumnya lebih resisten
terhadap pelapukan dibandingkan dengan yang berbutir halus.
4. STRATIGRAFI
Satuan batuan yang lebih kasar umumnya akan lebih resisten dibandingkan dengan
satuan batuan yang lebih halus.
5. STRUKTUR GEOLOGI
_

Anda mungkin juga menyukai