Anda di halaman 1dari 9

1

BAB 6
BENTANGALAM DENUDASIONAL

Denudasional berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga
denudasional berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal
denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat
proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses
pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno.
2004:42). Proses degradasi cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi,
sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi. . Denudasi meliputi
dua proses utama yaitu Pelapukan dan perpindahan material dari bagian lereng
atas ke lereng bawah oleh proses erosi dan gerak massa batuan (masswashting).
Pelapukan adalah proses berubahnya sifat fisik dan kimia batuan di
permukaan dan atau dekat permukaan bumi tanpa di sertai perpindahan material.
Pelapukan dapat dibagi manjadi pelpukan fisik, dan pelapukan biotic. Pelapukan
fisik merupakan proses pecahnya batuan menjadi ukuran yang lebih kecil tanpa
diikuti oleh perubahan komposisi kimia batuan. Perubahan kimia merupakan
proses berubahnya komposisi kimia batuan sehingga menghasilkan mineral
sekunder. Factor pengontrol pelapukan adalah batuan induk, aktivitas organism,
topografi, dan iklim. Didalam evolusi bentanglahan yang menghasilkan
bentuklahan dedasuonal M. W. Davis mengemukakan adanya3 faktor yang
mempengaruhi perkembangan bentuklahan struktur geologi, proses geomorfologi,
waktu. Dengan adanya factor tersebut maka dalam evolusinya, bentuklahan
melewati beberapa stadium ; stadium muda, stadium dewasa, stadium tua.
Proses denudasional merupakan proses yang cenderung mengubah bentuk
permukaan bumi yang disebut dengan proses penelanjangan. Proses yang utama
adalah degradasi berupa pelapukan yang memproduksi regolit dan saprolit serta
proses erosi, pengangkutan dan gerakan massa. Proses ini lebih sering terjadi pada
satuan perbukitan dengan material mudah lapuk dan tak berstruktur. Proses
degradasi menyebabkan agradasi pada lerengkaki perbukitan menghasilkan
endapan koluvial dengan material tercampur. Kadang proses denudasional terjadi
2

pula pada perbukitan struktur dengan tingkat pelapukan tinggi, sehingga disebut
satuan struktural denudasional.
Proses denudasional sangat dipengaruhi oleh tipe material (mudah lapuk),
kemiringan lereng, curah hujan dan suhu udara serta sinar matahari, dan aliran-
aliran yang relatif tidak kontinyu. Karakteristik yang terlihat di foto udara,
umumnya topografi agak kasar sampai kasar tergantung tingkat dedudasinya,
relief agak miring sampai miring, pola tidak teratur, banyak lembah-lembah
kering dan erosi lereng/back erosion, penggunaan lahan tegalan atau kebun
campuran dan proses geomorfologi selalu meninggalkan bekas di lereng-lereng
bukit dan terjadi akumulasi di kaki lereng, serta kenampakan longsor lahan lebih
sering dijumpai.
Umumnya bentuk lahan ini terdapat pada daerah dengan topografi
perbukitan atau gunung dengan batuan yang lunak (akibat proses pelapikan) dan
beriklim basah, sehingga bentuk strukturnya tidak nampak lagikarena adanya
gerakan massa batuan. Pembagian bentuk lahan denudasional dapat dilakukan
dengan lebih rinci dengan mempertimbangkan : batuan, proses gerak massa yang
terjadi dan morfometri.
Ciri-Ciri Bentuk Lahan Asal Denudasional
 Relief sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.
 Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.
 Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain.
 Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama
untuk merinci satuan bentuk lahan.
 Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk
lahan. Litologi terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe
proses.
3

6.1 Klasifikasi Bentangalam Denudasional


1. Pegunungan Denudasional
Karakteristik umum unit mempunyai topografi bergunung dengan lereng
sangat curam (55>140%), perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi
(relief) >500 m.Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V
karena proses yng dominan adalah proses pendalaman lembah (valley deepening).

Gambar 1. Bentuk Pegunungan Denudasional


Gambar 6.1 Pegunungan Denudasional
Sumber : Rahma, Siti 2015

2. Perbukitan Denudasional
Mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar
antara 15 > 55%, perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis
sedang hingga kecil tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik
alami maupun tata guna lahan. Salah satu contoh adalah pulau Berhala, hamper
72,54 persen pulau tersebut merupakan perbukitan dengan luas 38,19 ha.
Perbukitan yang berada di pulau tersebut adalah perbukitan denudasional terkikis
sedang yang disebabkan oleh gelombang air laut serta erosi sehingga terbentuk
lereng-lereng yang sangat curam.

Gambar 6.2 Perbukitan Denudasional


Sumber : Rahma, Siti 2015
4

3. Dataran Nyaris (Peneplain)


Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus
menerus, maka permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan
membentuk permukaan yang hamper datar yang disebut dataran nyaris
(peneplain). Dataran nyaris dikontrol oleh batuan penyusunan yang mempunyai
struktur berlapis (layer). Apabila batuan penyusun tersebut masih dan mempunyai
permukaan yang datar akibat erosi, maka disebut permukaan planasi.

Gambar 6.3. Dataran Nyaris


(Sumber : Rahma, Siti 2015)

4. Perbukitan Sisa Terpisah (inselberg)


Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat
proses denudasi dan lereng kaki bertambah lebar secara terus menerus akan
meninggalkan bentuk sisa dengan lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah
atau inselberg tersebut berbatu tanpa penutup lahan (barerock) dan banyak
singkapan batuan (outcrop). Kenampakan ini dapat terjadi pada pegunungan/
perbukitan terpisah maupun pada sekelompok pegunungan/ perbukitan, dan
mempunyai bentuk membulat. Apabila bentuknya relative memanjang dengan
dinding curam tersebut monadnock.

Gambar 6.4. Perbukitan Sisa Terpisah


(Sumber : Rahma, Siti 2015)
5. Kerucut Talus (Talus cones) atau kipas koluvial (coluvial van)
5

Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam


(350). Secara individu fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok,
tergantung pada besarnya cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil
terendapkan pada bagian atas kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar
meluncur ke bawah dan terendapkan di bagian bawah kerucut talus.

Gambar 6.5. Talus Cones atau Coluvial Van


(Sumber : Rahma, Siti 2015)

6. Lereng Kaki (Foot slope)


Mempunyai daerah memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu
pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng
kaki terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin).
Permukaan lereng kaki langsung berada pada batuan induk (bedrock).
Dipermukaan lereng kaki terdapat fragmen batuan hasil pelapukan daerah di
atasnya yang diangkut oleh tenaga air ke daerah yang lebih rendah.

Gambar 6.6. Lereng Kaki


(Sumber : Rahma, Siti 2015)

7. Lahan Rusak (Bad land)


6

Merupakan daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam


hingga sangat curam dan terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk
lembah-lembah yang dalam dan berdinding curam serta berigir tajam (knife-like)
dan membulat. Proses erosi parit (gully erosion) sangat aktif sehingga banyak
singkapan batuan muncul ke permukaan (rock outcrops).

Gambar 6.7. Bad Land


(Sumber : Rahma, Siti 2015)

8. Rombakan Kaki Lereng


Rombakan kaki lereng meurpakan debris batuan yang terkumpul di
kaki jurang/tebing lereng.

Gambar 6.8. Rombakan Kaki Lereng


(Sumber : Rahma, Siti 2015)

6.3 Macam – Macam Denudasional


7

Macam - Macam Bentuk Lahan Denudasional berdasarkan (Van Zuidam,


1985) yaitu sebagai berikut:
1. Pegunungan terkikis (simbol: D1), Karakteristik umum unit
mempunyai topografi bergunung dengan lereng sangat curam
(55>140%), perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi
(relief) > 500 m. Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal
berbentuk V karena proses yng dominan adalah proses pendalaman
lembah (valley deepening).

Gambar 6.9. Pegunungan denudasional yang terkikis


(Sumber: www.australia.com/2013)

2. Perbukitan terkikis (simbol: D2), Mempunyai topografi berbukit dan


bergelombang dengan lereng berkisar antara 15 > 55%, perbedaan
tinggi (relief lokal) antara 50 - 500 m.Terkikis sedang hingga kecil
tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami
maupun tata guna lahan.

Gambar 6.10. perbukitan denudasional yang terkikis


(Sumber : www.geoenviron.blogspot.com/2012)
8

3. Bukit sisa (simbol: D3), Apabila bagian depan (dinding) pegunungan /


perbukitan mundur akibat proses denudasi dan lereng kaki bertambah
lebar secara terus menerus akan meninggalkan bentuk sisa dengan
lereng dinding yang curam.
Bukit sisa terpisah atau inselberg tersebut berbatu tanpa penutup lahan
(barerock) dan banyak singkapan batuan (outcrop). Kenampakan ini
dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada
sekelompok pegunungan/perbukitan, dan mempunyai bentuk membulat.

Gambar 6.11. Bukit sisa


(sumber. Sintiadewi/2015)

4. Perbukitan terisolir (simbol: D4)


5. Dataran nyaris (simbol: D5), Akibat proses denudasional yang bekerja
pada pegunungan secara terus menerus, maka permukaan lahan pada
daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk permukaan
yang hamper datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran
nyaris dikontrol oleh batuan penyusunan yang mempunyai struktur
berlapis (layer). Apabila batuan penyusun tersebut masih dan
mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka disebut
permukaan planasi.
9

Gambar 6.12. dataran nyaris


(sumber: sintiadewi/2015)

6. Kaki lereng (simbol: D6), Mempunyai daerah memanjang dan relatif


sermpit terletak di suatu pegunungan/perbukitan dengan topografi
landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi pada kaki
pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan
lereng kaki langsung berada pada batuan induk (bed rok). Dipermukaan
lereng kaki terdapat fragmen batuan hasil pelapukan daerah di atasnya
yang diangkut oleh tenaga air ke daerah yang lebih rendah.

Gambar 6.13. kaki lereng


(Sumber: sintiadewi/2015)

7. Kipas rombakan lereng (simbol: D7)


8. Gawir (simbol: D8), tebing curam hasil penelanjangan permukaan.
9. Lahan rusak (simbol: D9), Merupakan daerah yang mempunyai
topografi dengan lereng curam hingga sangat curam dan terkikis sangat
kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan
berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses
erosi parit (gully erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan
batuan muncul ke permukaan (rock outcrops).

Anda mungkin juga menyukai