Anda di halaman 1dari 16

BAB 3

UNSUR - UNSUR
PEMETAAN GEOMORFOLOGI
Konsep pemetaan geomorfologi yang dikemukakan di bawah ini me - ngacu kepada
sistem yang dikembangkan oleh oleh Verstappen (1967,1968) dan Van Zuidam (1968, 1975) yang
dilandasi pengalaman di wilayah tropis seperti di Indonesia dan Amerika Latin. Sistem pemetaan
geomorfologi harus memenuhi kriteria unsur - unsur geomorfologi, seperti gambaran bentuk
(morfografi), asal - usul / proses terjadinya bentuk (morfogenetik), penilaian kuantitatif bentuk
(morfometri) dan material penyusun.
3.1 Morfografi
Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuk permukaan bumi atau
arsitektur permukaan bumi. Secara garis besar morfografi dapat dibedakan menjadi bentuklahan
perbukitan/punggungan, pegunungan, atau gunungapi, lembah dan dataran. Beberapa pendekatan
lain untuk pemetaan geomorfologi selain morfografi adalah pola punggungan, pola pe ngaliran dan bentuk lereng.
3.1.1 Bentuklahan dataran
Dataran adalah bentuklahan (landform) dengan kemiringan lereng 0% sampai 2%,
biasanya digunakan untuk sebutan bentuklahan asal marin (laut), fluvial (sungai), campuran
marin dan fluvial (delta) dan plato.

Bentuklahan asal marin (marine landforms origin) terdiri dari :

- Bentuklahan dataran pesisir (coastal plain landforms)


- Bentuklahan dataran pesisir aluvial (alluvial coastal plain landforms)
- Bentuklahan beting gisik (beach ridge landforms)
- Bentuklahan lembah gisik (beach swale landforms)
- Bentuklahan dataran pantai (beach)

Bentuklahan asal fluvial (fluvial landforms origin) terdiri dari :

- Bentuklahan dataran banjir (flood plain landforms)


- Bentuklahan tanggul alam (natural levee landforms)
- Bentuklahan undak sungai (teracce landforms)

Bentuklahan asal campuran (delta), terdiri dari :

- Bentuklahan delta kaki burung (birdfoot delta)


- Bentuklahan delta membulat (lobate delta0
- Bentuklahan delta memanjang (cuspate delta)
- Bentuklahan delta kuala (estuarine delta0

Bentuklahan plato.

Aspek - aspek geologi yang dapat tercermin dari morfografi dataran asal marin dan
fluvial adalah :
a. Dataran marin : disusun oleh material berbutir halus sampai sedang
yaitu pasir yang terpilah baik dan kemasan terbuka
karena lebih banyak dipengaruhi oleh hempasan
ombak, bercampur dengan lempung dan lanau.
b. Dataran fluvial : disusun oleh material berbutir halus seperti lem pung dan lanau sampai bongkah - bongkah. Material penyusun dataran fluvial biasa disebut endap an aluvium dan jika telah termampatkan disebut
konglomerat.
c. Dataran delta : disusun oleh material - material pasir berbutir halus
sampai sedang, lempung, dan lanau, disertai de ngan sisa - sisa tumbuhan atau endapan batubara.
d. Dataran plato : disusun oleh material - material gunungapi, sepert
breksi dan tuf.
3.1.2 Bentuklahan perbukitan / pegunungan
Bentuklahan perbukitan (hilly landforms) memiliki ketinggian antara 50 meter sampai
500 meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiringan lereng antara 7 % sampai 20 %,
sedangkan bentuklahan pegunungan (mountaineous landforms) memiliki ketinggian lebih dari
500 meter dan kemiringan lereng lebih dari 20 %. Sebutan perbukitan digunakan terhadap
bentuklahan kubah intrusi (dome landforms of intrusion), bukit rempah gunungapi / gumuk tefra,
koral (karst) dan perbukitan yang dikontrol oleh struktural.

Sebutan pegunungan digunakan terhadap rangkaian bentuklahan yang memiliki


ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan lereng lebih dari 20 %, biasanya merupakan satu
rangkaian dengan bentuklahan gunungapi atau akibat kegiatan tektonik yang cukup kuat, seperti
pegunungan Himalaya (di India), pegunungan Alpen (di Eropa) dan Pegunungan Selatan (di Jawa
Barat).
Aspek - aspek geologi yang berhubungan dengan bentuklahan perbukitan dan
pegunungan tersebut antara lain :
a. Perbukitan kubah intrusi, disusun oleh material batuan beku intrusi
yang memiliki ciri khas membentuk pola aliran sentripetal, soliter

(terpisah),

biasanya terbentuk pada daerah yang dipengaruhi oleh


sesar dan tersebar tidak beraturan.
b. Bentuklahan perbukitan rempah gunungapi (gumuk tefra) disusun oleh material material hasil erupsi gunungapi yang berbutir halus sampai bbongkah dengan ciri khas
tidak jauh dari gunungapi se - bagai sumber material. Gumuk tefra terbentuk karena
kegiatan erupsi gunungapai.
c. Bentuklahan perbukitan karst (gamping) disusun oleh material sisa kehidupan binatang
laut (koral), bersifat karbonatan. Ciri khas perbukitan karst membentuk perbukitan
yang berkelompok, membentuk pola pengaliran multi basinal (tiba - tiba menghilang),
terdapat gua - gua dengan stalagtit dan talagmit. Daerah perbukitan karst
mencerminkan jejak lingkungan laut dangkal (25 meter sampai 50 meter), sehingga
garis pantai lama tidak jauh dari kumpulan perbukitan karst tersebut. Munculnya
perbukitan karst disebabkan oleh suatu pengangkatan (tektonik).
d. Bentuklahan perbukitan yang memanjang mencerminkan suatu perbukitan yang
terlipat, sehingga dapat diperkirakan material penyusun berupa batuan sedimen,
seperti batupasir, batulempung dan batulanau atau perselingan batuan sedimen
tersebut. Ciri khas bentuklahan perbukitan terlipat memiliki pola pengaliran paralel
atau rektangular yang berbeda arah, mengikuti lereng sayap dari perbukitan tersebut,
sedangkan puncak dari perbukitan bertindak sebagai batas pemisah aliran (water
devided). Bentuklahan perbukitan memanjang terbentuk akibat dari kegiatan tektonik
lemah (pengangkatan), sehingga membentuk perlipatan. Perbukitan yang berbelok
atau terpisah, kemungkinan diakibatkan oleh gerakan dari sesar geser.
e. Bentuklahan pegunungan terdapat pada suatu rangkaian gu-nungapi, seperti rangkaian
gunungapi Tangkuban Parahu dengan Tampomas terdapat rangkaian pegunungan
Bukit Tunggul, Manglayang dan rangkaian pegunungan di Utara Tanjungsari,

kemudian menyambung dengan Gunungapi Tampomas. Selain rangkaian pegunungan


yang terdapat di sekitar gunungapi, terdapat pula rangkaian pegunungan yang
diakibatkan oleh tektonik, seperti rangkaian Pegunungan Selatan Jawa Barat yang
membentang dari Barat di Teluk Palabuan Ratu (Sukabumi) sampai ke Timur di Teluk
Pangandaran (Ciamis).
3.1.3 Bentuklahan gunungapi (vulkanik)
Bentuklahan gunungapi (vilkanik) memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan laut dan memiliki kemiring lereng yang curam (56 % sampai 140 %), dengan ciri khas
memiliki kawah, lubang kepundan dan kerucut kepundan. material yang dapat ditemui pada
bentuklahan vulkanik bagian puncak merupakan material halus sampai sedang (abu vulkanik /
tuf), pada lereng bagian tengah lelehan lava dan lahar serta pada bagian lereng bawah berupa
endapan rempah - rempah gunungapi (tefra).
Terbentuknya gunungapi akibat kegiatan magma yang mendorong dari perut bumi ke
permukaan bumi secara sinambung (terus menerus) dalam kurun waktu yang panjang, sehingga
membentuk kerucut yang menjulang sampai ketinggian tertentu, suatu saat mengalami erupsi
yang cukup hebat mengakibatkan puncak kepundan menjadi tumpul. Pada gunungapi muda
puncak kepundan masih berbentuk kerucut dan erupsi masih terus berlangsung. Contoh
Gunungapi Merapi di Jawa Tengah - Yogyakarta.
3.1.4 Lembah
Permukaan bumi yang tertoreh oleh limpasan air permukaan akan membentuk lembah.
Pada awalnya torehan (erosi) limpasan air permukaan berupa erosi permukaan (sheet erosion)
kemudian menjadi erosi alur (riil erosion), erosi parit (gully erosion), lembah (valley) dan
selanjutnya lembah sebagai penampung aliran air menjadi sungai. Limpasan air permukaan yang
masuk ke lembah selalu membawa muatan sedimen hasil dari pengikisan air tersebut dan
selanjutnya sungai membawa muatan sedimen untuk di endapkan pada daerah (cekungan)
tertentu menjadi suatu endapan (sedimen). Secara garis besar jenis - jenis lembah dapat dibedakan
menjadi :
- Jenis lembah U tumpul
- Jenis lembah U tajam
- Jenis lembah V tumpul
- Jenis lembah V tajam.

Jenis lembah U tumpul terjadi pada daerah - daerah yang relatif datar, erosi yang
berlangsung cenderung ke arah lateral (samping) dan erosi ke arah vertikal (dasar sungai) relatif
tidak berlangsung. Erosi ke arah vertikal terhenti, karena telah mencapai batuan dasar sungai
yang relatif keras dibandingkan dengan batuan yang berada di tepi sungai.
Jenis lembah U tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki kemiringan lereng
landai, erosi lateral (ke samping) lebih besar dari pada erosi vertikal (ke arah dasar sungai),
pengumpulan (akumulasi) sedimen berlangsung dari lereng - lereng lembah.
Jenis lembah V tumpul terjadi pada daerah - daerah yang memiliki lereng landai sampai
agak curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai) berlangsung lebih kuat daripada erosi lateral (ke
arah samping) yang disertai dengan erosi dari bagian atas lereng lembah tersebut dan
pengumpulan (akumulasi) endapan (sedimen) terjadi di dasar lembah. Bentuk lembah V tumpul
yang tidak simetris disebabkan oleh perbedaan jenis batuan dan / atau struktur pada salah satu sisi
lembah.
Jenis lembah V tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki lereng curam, erosi
vertikal (ke arah dasar sungai) sangat kuat karena dipe - ngaruhi oleh tektonik. Kondisi batuan
dan iklim sangat berpengaruh terhadap pembentukkan jenis lembah V tajam.
BENTUK SIMETRIS

BENTUK TAK SIMETRIS

ENDAPAN FLUVIO -COLUVIA

LEKUKAN DALAM

TERBUKA/ LEBAR

MENYEMPIT / CURAM

MENYEMPIT / CURAM

TERBUKA / LEBAR

Gambar 1. Bentuk - bentuk lembah


(sumber : Van Zuidam, 1985)
3.1.5 Bentuk lereng
Bentuk lereng merupakan cerminan proses geomorfologi eksogen atau endogen yang
berkembang pada suatu daerah dan secara garis besar dapat dibedakan menjadi :
- Bentuk lereng cembung.
- Bentuk lereng lurus
- Bentuk lereng cekung
Bentuk lereng cembung biasanya terjadi pada daerah - daerah yang disusun oleh material
- material batuan yang relatif keras atau sisa - sisa gawir sesar atau bidan longsoran (mass
wasting) yang telah tererosi pada bagian tepi atasnya.
Bentuk lereng lurus, biasanya terjadi pada daerah - daerah lereng vulkanik yang disusun
oleh material - material vulkanik halus atau bidang longsoran (llandslide).
Bentuk lereng cekung biasanya terjadi pada daerah - daerah yang disusun oleh material material batuan lunak atau bidang longsoran (slump).
3.1.6 Pola punggungan
Pada peta topografi, foto udara atau citra satelit akan tampak pola - pola punggungan
yang berbentuk paralel (sejajar), berbelok atau melingkar. Pola - pola punggungan tersebut
mencerminkan dipengaruhi oleh kekuatan (tenaga) yang mengakibatkan terbentuknya pola
punggungan. Kekuatan (tenaga) tersebut berasal dari dalam bumi yang dikenal sebagai tenaga
endogen, dapat berupa kegiatan pengangkatan atau pensesaran (tektonik).
Pola punggungan paralel dapat diinterpretasikan sebagai suatu perbukitan yang terlipat,
sedangkan pola punggungan berbelok, melingkar atau terpisah dapat diinterpretasikan sebagai
akibat dari suatu pensesaran. Pola - pola punggungan yang terlipat menunjukkan kerapatan garis
kontur yang jarang, sedangkan jika pada salah satu sisi punggungan tersebut memiliki kerapatn
garis kontur yang cukup rapat diinterpretasikan telah terjadi sesar naik.

3.1.7 Pola aliran


Kegiatan erosi dan tektonik yang menghasilkan bentuk - bentuk lembah sebagai tempat
pengaliran air, selanjutnya akan membentuk pola - pola tertentu yang disebut sebagai pola aliran.
Pola aliran ini sangat berhubungan dengan jenis batuan, struktur geologi kondisi erosi dan sejarah
bentuk bumi. Sistem pengaliran yang berkembang pada permukaan bumi secara regional
dikontrol oleh kemiringan lereng, jenis dan ketebalan lapisan batuan, struktur geologi, jenis dan
kerapatan vegetasi serta kondisi iklim.
Pola pengaliran sangat mudah dikenal dari peta topografi atau foto udara, terutama pada
skala yang besar. Percabangan - percabangan dab erosi yang kecil pada permukaan bumi akan
tampak dengan jelas, sedangkan pada skala menengah akan menunjukkan pola yang menyeluruh
sebagai cerminan jenis batuan, struktur geologi dan erosi. Pola pengaliran pada batuan yang
berlapis sangat tergantung pada jenis, sebaran, ketebalan dan bidang perlapisan batuan serta
geologi struktur seperti sesar, kekar, arah dan bentuk perlipatan.
Howard (1967) membedakan pola pengaliran menjadi pola pengaliran dasar dan pola
pengaliran modifikasi. Definisi pola pengaliran yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Pola pengaliran adalah kumpulan dari suatu jaringan pengaliran di suatu daerah yang
dipengaruhi atau tidak dipengaruhi oleh curah hujan, alur pengaliran tetap pengali.
Biasanya pola pengaliran yang demikian disebut sebagai pola pengaliran permanen
(tetap).
2. Pola dasar adalah salah satu sifat yang terbaca dan dapat dipisahkan dari pola dasar
lainnya.
3. Perubahan (modifikasi) pola dasar adalah salah satu perbedaan yang dibuat dari pola
dasar setempat.
Hubungan pola dasar dan pola perubahan (modifikasi) dengan jenis batuan dan struktur
geologi sangat erat, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat ditambah atau dikurangi.Van der
Weg (1968) membuat klasifikasi pola pengaliran menjadi pola erosional, pola pengendapan dan
pola khusus. Pola dendritik (sub dendritik), radial, angular (sub angular), tralis dan rektangular
termasuk pola erosional, sedangkan pola - pola lurus (elongate) , menga -

nyam ( braided),

berkelok (meandering), yazoo, rektikular dan pola dikhotomik termasuk pola pengendapan.
Klasifikasi pola khusus dibagi menjadi pola pe-ngaliran internal seperti pola "sinkhole" pada
bentuklahan karst (gamping) dan pola "palimpset" atau "berbed" untuk daerah yang dianggap
khusus.

Tabel 3. Pola pengaliran dan karakteristiknya (van Zuidam, 1985)


POLA PENGALIRAN
DASAR

KARAKTERISTIK

Perlapisan batuan sedimen relatif datar atau paket batuan

DENDRITIK

kristalin yang tidak seragam dan memiliki ketahanan terhadap


pelapukan. Secara regional daerah aliran memiliki kemiringan
landai, jenis pola pengaliran membentuk percabangan
menyebar seperti pohon rindang.

PARALEL

Pada umumnya menunjukkan daerah yang berlereng sedang


sampai agak curam dan dapat ditemukan pula pada daerah
bentuklahan perbukitan yang memanjang. Sering terjadi pola
peralihan antara pola dendritik dengan pola paralel atau tralis.
Bentuklahan perbukitan yang memanjang dengan pola
pengaliran paralel mencerminkan perbukitan tersebut
dipengaruhi oleh perlipatan.

TRALLIS

REKTANGULAR

RADIAL

ANULAR

Baruan sedimen yang memiliki kemiringan perlapisan (dip)


atau terlipat, batuan vulkanik atau batuan metasedimen derajat
rendah dengan perbedaan pelapukan yang jelas. Jenis pola
pengaliran biasanya berhadapan pada sisi sepanjang aliran
subsekuen.
Kekar dan / atau sesar yang memiliki sudut kemiringan, tidak
memiliki
perulangan
lapisan
batuan
dan
sering
memperlihatkan pola pengaliran yang tidak menerus.
Daerah vulkanik, kerucut (kubah) intrusi dan sisa - sisa erosi.
Pola pengaliran radial pada daerah vulkanik disebut sebagai
pola pengaliran multi radial.
Catatan : pola pengaliran radial memiliki dua sistem yaitu
sistem sentrifugal (menyebar ke luar dari titik pusat), berarti
bahwa daerah tersebut berbentuk kubah atau kerucut,
sedangkan sistem sentripetal (menyebar kearah titik pusat)
memiliki arti bahwa daerah tersebut berbentuk cekungan.
Struktur kubah / kerucut, cekungan dan kemungkinan retas
(stocks)

LANJUTAN TABEL 3.
MULTIBASINAL

POLA PENGALIRAN
MODIFIKASI

Endapan berupa gumuk hasil longsoran dengan perbedaan


penggerusan atau perataan batuan dasar, merupakan daerah
gerakan tanah, vulkanisme, pelarutan gamping dan lelehan
salju (permafrost)

SUB DENDRITIK

Umumnya struktural

PINNATE

Tekstur batuan halus dan mudah tererosi

ANASTOMATIK

Dataran banjir, delta atau rawa

MENGANYAM
(DIKHOTOMIK)

Kipas aluvium dan delta

SUB PARALEL

Lereng memanjang atau dikontrol oleh bentuklahan perbukitan


memanjang.

KOLINIER

Kelurusan bentuklahan bermaterial halus dan beting pasir.

SUB TRALLIS

Bentuklahan memanjang dan sejajar

DIREKSIONAL
TRALLIS

Homoklin landai seperti beting gisik

TRALLIS BERBELOK

Perlipatan memanjang.

TRALLIS SESAR

Percabangan menyatu atau berpencar , sesar paralel

ANGULATE

Kekar dan / atau sesar pada daerah miring

KARST

Batugamping

Morisawa (1985) menyebutkan pengaruh geologi terhadap bentuk sungai dan jaringannya
adalah dinamika struktur geologi, yaitu tektonik aktif dan pasif serta lithologi (batuan). Kontrol
dinamika struktur diantaranya pensesaran, pengangkatan (perlipatan) dan kegiatan vulkanik yang
dapat menyebabkan erosi sungai. Kontrol struktur pasif mempengaruhi arah dari sistem sungai
karena kegiatan tektonik aktif. Sedangkan batuan dapat mempengaruhi morfologi sungai dan
jaringan topologi yang memudahkan terja-

dinya pelapukan dan ketahanan batuan terhadap

erosi.
Tabel 4. Kontrol struktur terhadap bentuk sungai
(sumber : Morisawa, 1985)
KONTROL

STRUKTUR

BENTUK SUNGAI

A. DINAMIK
1. SESAR AKTIF

Teras
Lembah memanjang
Saluran "OFFSET"
Sungai subsekuen
Lembah terjal

Lembah gelas anggur


Sungai terputus
Saluran menyebar
Membentu genangan

2. PERLIPATAN
AKTIF

Sungai anteseden
Sungai konsekuen

Pembelokkan sungai secara


tajam.

3. KEGIATAN
VULKANIK

Pola aliran radial

Dasar sungai curam

B. PASIF.
1. TERAS SESAR

Teras
Lembah memanjang
Sungai subsekuen
Lembah terjal
Saluran "OFFSET'

Lembah gelas anggur


Sungai terputus
Saluran menyebar
Membentuk genangan

2. KEMIRINGAN

Aliran paralel
Aliran sepanjang lereng kemiringan.
Aliran konsekuen

Sungai subsekuen
Pola tralis

3. KUBAH

Pola radial
Sungai konsekuen

Pola anular
Sungai subsekuen

4. ANTIKLIN
SINKLIN

Pola tralis

Pembelokkan sungai
Sungai subsekuen.

5. KELURUSAN
SUNGAI

Lembah asimetri
Sungai subsekuen

Kelurusan saluran

6. KEKAR

Pola rektangular

Sungai subsekuen

Aliran pada tebing pendek

3.2 Morfogenetik
Morfogenetik adalah proses / asal - usul terbentuknya permukaan bumi, seperti
bentuklahan perbukitan / pegunungan, bentuklahan lembah atau bentuklahan pedataran. Proses
yang berkembang terhadap pembentukkan permukaan bumi tersebut yaitu proses eksogen dan
proses endogen.
3.2.1 Proses eksogen
Proses eksogen adalah proses yang dipengaruhi oleh faktor - faktor dari luar bumi, seperti
iklim, biologi dan artifisial. Proses yang dipengaruhi oleh iklim dikenal sebagai proses fisika dan
proses kimia, sedangkan ptoses yang dipengaruhi oleh biologi biasanya terjadi akibat dari
lebatnya vegetasi, seperti hutan atau semak belukar dan kegiatan binatang. Proses artifisial lebih

banyak disebabkan oleh aktifitas manusia merubah bentuk permukaan bumi untuk kepentingan
kehidupannya.
Tahap perubahan permukaan bumi yang disebabkan oleh proses eksogen diawali dengan
permukaan bumi yang dipengaruhi oleh iklim, seperti hujan, perubahan temperatur dan angin,
sehingga merubah mineral - mineral penyusun batuan secara fisika atau kimia, sehingga batuan
menjadi lapuk dan selanjutnya menjadi tanah. Lapisan permukaan tanah kemudian dikikis oleh
hujan selanjutnya material permukaan tanah yang lepas terhanyutkan dan diendapkan pada suatu
cekungan pengendapan, seperti lembah / sungai atau laut. Secara garis besar proses eksogen
diawali dengan pelapukan batuan, kemudian hasil pelapukan batuan menjadi tanah dan tanah
terkikis (degradasional), terhanyutkan dan pada akhirnya diendapkan (agradasional).
Kenampakkan proses erosi pada peta topografi atau foto udara ditunjukkan oleh
kerapatan pola aliran, sehingga semakin rapat pola aliran menunjukkan bahwa daerah tersebut
memiliki tingkat erosi yang cukup tinggi atau dapat pula diinterpretasikan bahwa daerah tersebut
disusun oleh batuan yang relatif lunak dengan porositas yang buruk. Sebaliknya jika kerapatan
pola pengaliran renggang, maka dapat diartikan bahwa daerah tersebut memiliki tingkat erosi
yang reltif kecil atau dapat pula diinterpretasikan bahwa daerah tersebut disusun oleh batuan yang
relatif keras dan memiliki porositas yang cukup baik serta memiliki ketahanan terhadap erosi.
3.2.2 Proses endogen
Proses endogen adalah proses yang dipengaruhi oleh kekuatan / tenaga dari dalam kerak
bumi, sehingga merubah bentuk permukaan bumi. Proses dari dalam kerak bumi tersebut antara
lain kegiatan tektonik yang menghasilkan patahan (sesar), pengangkatan (lipatan) dan kekar.
Selain kegiatan tektonik, proses kegiatan magma dan gunungapi (vulkanik) sangat berperan
merubah bentuk permukaan bumi, sehingga membentuk perbukitan intrusi dan gunungapi.
Ciri - ciri proses endogen yang berlangsung di suatu daerah pada peta topografi atau foto
udara adalah sebagai berikut :
Bentuklahan perbukitan intrusi :
- Bentuk perbukitan menyerupai kubah dan berpola terpisah (soliter).
- Pola aliran radial sentripetal (menyebar keluar dari titik pusat).
- Bentuk lereng relatif cembung.
- Garis kontur pada peta topografi relatif rapat.
Bentuklahan perbukitan struktural :
Perlipatan :
- Bentuk perbukitan memanjang.

- Pola aliran paralel dan rektangular.


- Bentuk lereng hampir lurus dan simetris pada sisi yang berlawanan.
- Garis kontur pada peta topografi relatif renggang.
Patahan (sesar normal dan sesar naik) :
- Bentuk perbukitan tidak menerus dan tidak simetris.
- Pola aliran paralel atau rektangular.
- Bentuk lereng relatif cekung dan tidak simetris pada kedua lereng
yang berlawanan.
- Garis kontur pada peta topografi pada bagian patahan sangat rapat.
Patahan (sesar geser) :
- Bentuk perbukitan berbelok atau tergeser (tidak menerus).
- Pola aliran rektangular.
- Bentuk lereng lurus dan tidak beraturan.
- Garis kontur pada peta topografi renggang sampai rapat.
Bentuklahan gunungapi (vulkanik) :
- Bentuk pegunungan kerucut.
- Pola aliran radial pada bagian puncak dan pola aliran pada lereng
tengah sampai lereng bawah lurus (elongate).
- Memiliki kawah dan lubang kepundan.
- Garis kontur pada peta topografi pada bagian puncak relatif rapat,
dan pada bagian lereng tengah sampai lereng bawah agak renggang
sampai renggang
3.2.3 Tata nama satuan geomorfologi
Penentuan tata nama satuan harus memiliki kesamaan unsusr - unsur geomorfologi yaiitu
kesamaan gambaran bentuk (morfografi), seperti perbukitan, pegunungan atau pedatara dan asal usul / proses (morfogenetik) terjadinya suatu bentuk seperti proses asal fluvial, marin,
denudasional, aeolian, karst, glasial / preglasial (proses eksogen), struktural dan vulkanik (proses
endogen), sedangkan unsur - unsur lain, seperti morfometri dan material penyusun merupakan
unsur penegasan dari pernyataan unsur morfografi dan morfogenetik, sehingga penamaan satuan
bentuklahan geomorfologi terdiri dari gambaran bentuk (morfografi) dan asal - usul / proses
terjadinya bentuk (morfogenetik).
Contoh tata cara penamaan satuan geomorfologi adalah sebagai berikut :
Satuan bentuklahan PERBUKITAN STRUKTURAL

Pernyataan

PERBUKITAN

mencerminkan

gambaran

bentuk

(morfografi)

dan

STRUKTURAL menyatakan proses terbentuknya perbukitan tersebut. Sebagai pelengkap agar


tata nama satuan tersebut lebih rinci dan dapat dipetakan, maka unsur morfogenetik dapat
diuraikan menjadi struktur perlipatan, sesar atau kekar. Unsur - unsur pendukung seperti
morfometri dan material penyusun diperlukan untuk lebih menegaskan panamaan satuan tersebut,
seperti pola aliran, kerapatan pola aliran, pola punggungan, bentuk lereng, kemiringan lereng,
kerapatan kontur dan perkiraan batuan penyusun bentuklahan, sehingga penamaan satuan
bentuklahan secara lengkap menjadi :
Satuan bentuklahan PERBUKITAN STRUKTURAL (TERLIPAT) - pola aliran
rektangular - kerapatan aliran 50/Km - pola punggungan paralel - bentuk lereng lurus dan simetris
- kemiringan lereng 5 % - kerapatan kontur cukup renggang - perkiraan batuan penyusun terdiri
dari jenis batuan sedimen. Tata nama satuan geomorfologi tersebut sangat membantu untuk
pemetaan geologi, karena analisis morofografi dapat dilakukan terhadap peta topografi atau foto
udara, sehingga pemetaan geologi dapat direncanakan dengan baik dan terarah.
3.3 Morfometri
Morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari suatu bentuklahan dan merupakan unsur
geomorfologi pendukung yang sangat berarti terhadap morfografi dan morfogenetik. Penilaian
kuantitatif terhadap bentuklahan memberikan penajaman tata nama bentuklahan dan akan sangat
membantu terhadap analisis lahan untuk tujuan tertentu, seperti tingkat erosi, kestabilan lereng
dan menentukan nilai dari kemiringan lereng tersebut.
3.3.1 Lereng
Lereng merupakan bagian dari bentuklahan yang dapat memberikan informasi kondisi kondisi proses yang berpengaruh terhadap bentuklahan, sehingga dengan memberikan penilaian
terhadap lereng tersebut dapat ditarik kesimpulan dengan tegas tata nama satuan geomorfologi
secara rinci. Ukuran penilaian lereng dapat dilakukan terhadap kemiringan lereng dan panjang
lereng, sehingga tata nama satuan geomorfologi dapat lebih dirinci dan tujuan - tujuan tertentu,
seperti perhitungan tingkat erosi, kestabilan lereng dan perencanaan wilayah dapat dikaji lebih
lanjut.
Ukuran kemiringan lereng yang telah disepakati untuk menilai suatu bentuklahan adalah
sebagai berikut :
Tabel 5. Ukuran kemiringan lereng (sumber : Van Zuidam,1985)

KEMIRINGAN
LERENG

KETERANGAN

KLASIFIKASI
USSSM* (%)

KLASIFIKASI
USLE** (%)

0-2

Datar - Hampir datar

0-2

1-2

3-7

Lereng sangat landai

2-6

2-7

8 - 13

Lereng landai

6 - 13

7 - 12

14 - 20

Lereng agak curam

13 - 25

12 - 18

21 - 55

Lereng curam

25 - 55

18 - 24

56 - 140

Lereng sangat curam

> 55

> 24

* USSSM = United state soil System Management


**USLE = Universal Soil Loss Equation (Wischmeir, 1967).

Tabel 6. Ukuran panjang lereng


PANJANG LERENG (M)

< 15

KLASIFIKASI

Lereng sangat pendek

15 - 50

Lereng pendek

50 - 250

Lereng sedang

250 - 500

Lereng panjang

> 500

Lereng sangat panjang

3.3.2 Perbedaan ketinggian


Perbedaan ketinggian (elevasi) biasanya diukur dari permukaan laut, karena permukaan
laut dianggap sebagai bidang yang memilki angka ke-tinggian (elevasi) nol. Pentingnya

pengenalan perbedaan ketinggian adalah untuk menyatakan keadaan morfografi dan


morfogenetik suatu bentuklahan, seperti perbukitan, pegunungan atau dataran. Hubungan
perbedaan ketinggian dengan unsur morfografi adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Hubungan ketinggian absolut dengan morfografi
(sumber : Van Zuidam, 1985)
KETINGGIAN ABSOLUT
< 50 meter
50 meter - 100 meter

UNSUR MORFOGRAFI
Dataran rendah
Dataran rendah pedalaman

100 meter - 200 meter

Perbukitan rendah

200 meter - 500 meter

Perbukitan

500 meter - 1.500 meter

Perbukitan tinggi

1.500 meter - 3.000 meter


> 3.000 meter

Pegunungan
Pegunungan tinggi

Tabel 8. Hubungan kelas relief - kemiringan lereng dan


perbedaan ketinggian. (sumber: Van Zuidam,1985)

KELAS RELIEF

Datar - Hampir datar

KEMIRINGAN
LERENG ( % )

PERBEDAAN
KETINGGIAN (m)

0 - 2

<5

Berombak

3 - 7

5 - 50

Berombak - Bergelombang

8 - 13

25 - 75

Bergelombang - Berbukit

14 - 20

75 - 200

Berbukit - Pegunungan

21 - 55

200 - 500

Pegunungan curam

55 - 140

500 - 1.000

> 140

> 1.000

pegunungan sangat curam

Tabel 9. Kerapatan aliran (rata - rata jarak percabangan dengan


Ordo pertama aliran, Van Zuidam, 1985)
JENIS KERAPATAN

PADA SKALA 1: 25.000


MEMILIKI KERAPATAN

KARAKTERISTIK

HALUS

Kurang dari 0,5 cm

Tingkat limpasan air permukaan


tinggi, batuan memiliki porositas
buruk

SEDANG

0,5 cm - 5 cm

Tingkat limpasan air permukaan


sedang, batuan memiliki porositas
sedang

KASAR

Lebih besar dari 5 cm

Tingkat limpasan air permukaan


rendah, batuan memiliki porositas
baik dan tahan terhadap erosi.

Anda mungkin juga menyukai