Anda di halaman 1dari 7

Macam Macam Bentuk Lahan

A. Bentuk Lahan Asal Struktural


Bentuk lahan asal struktural merupakan bentuk lahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur
geologis. Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau proses tektonik, yang
berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya (tektonik) ini bersifat konstruktif
(membangun), dan pada awalnya hampir semua bentuk lahan muka bumi ini dibentuk oleh kontrol
struktural.
Bentukan ini dihasilkan dari struktur geologi. Terdapat dua tipe utama struktur geologi yang
memberikan kontrol terhadap geomorfologi yaitu: struktur aktif yang menghasilkan bentukan baru
dan struktur tidak aktif yang merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh perbedaan erosi masa lalu.

Bentuklahan asal proses struktural ini terbentuk karena adanya tenaga endogen yang mendorong lempeng samudra
menunjam lempeng benua.

Bentuk lahan asal struktural terjadi akibat adanya tenaga endogen yaitu tenaga yang berasal dari
dalam bumi yang menyebabkan adanya tekanan pada lempeng atau kerak bumi. Akibat tekanan
tersebut, timbulnya lipatan dan atau patahan. Lipatan terjadi apabila tenaga endogen tersebut tidak
melebihi daya tahan material terhadap adanya tekanan sedangkan patahan terjadi apabila tenaga
endogen tersebut melebihi besarnya daya tahan material tersebut. Dalam struktur geologi antara lain
dipelajari: bentuk lipatan dan patahan dengan perkembangannya. Bentuk-bentuk lipatan dibedakan
menjadi sinklinal dan antiklinal. Bentuk lahan asal struktural adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
a. Pegunungan blok sesar
b. Gawir sesar
c. Pegunungan antiklinal
d. Perbukitan antiklinal
e. Perbukitan atau pegunungan sinklinal
f. Pegunungan monoklinal
g. Pegunungan atau perbukitan kubah
h. Pegunungan atau perbukitan plato
i. Lembah antiklinal
j. Hogback atau cuesta
Contoh dari Bentuk lahan asal Struktural yaitu Gunung bawakaraeng yang terlatak di daerah
Makassar terbentuk karena adanya proses pengangkatan sehingga membentuk kesatuan jajaran
pegunungan Lompobattang. Selain itu, Pegunungan Lipatan di Wonosari, Goronralo,
pegunungan Verbeek di Sulawesi Tengah, Ngarai Sianok di Sumatra yang terbentuk akibat
adanya patahan Semangko, juga merupakan Bentuk lahan asal struktural.
B. Bentuk lahan Asal Vulkanik
Bentuk lahan asal vulkanik merupakan Bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas gunung api.
Vulkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma yang bergerak naik
ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai Bentuk lahan yang secara umum
disebut Bentuk lahan gunungapi atau vulkanik.

Satuan geomorfologi dari bentukan ini ada 10 macam, yaitu kerucut vulkanik, lereng
vulkanik, kaki vulkanik, dataran vulkanik, padang lava, padang lahar, dataran antar vulkanik,
bukit vulkanik terdenudasi, boka, dan kerucut parasiter. Semua fenomena yang berkaitan dengan
proses gerakan magma dari dalam bumi menuju ke permukaan bumi yang menghasilkan bentukan
yang cenderung positif di permukaan bumi yang disebut sebagai bentukan volkanik. Contohnya
puncak gunung lokon manado sulawesi utara, dan Gunung kerinci di Sumatra. Gambar 1.3
Gunung Lokon Gambar 1.4 Gunung Kerinci
C. Bentuk lahan Asal Denudasional
Merupakan Bentuk lahan yang terjadi akibat proses degradasi seperti longsor dan erosi.
Proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari proses pelapukan gerakan tanah
erosi dan kemudian diakhiri proses pengendapan. Semua proses pada batuan baik secara fisik
maupun kimia dan biologi sehingga batuan menjadi desintegrasi dan dekomposisi. Bentukan ini
terbentuk oleh proses gradasi yang di dalamnya terdapat dua proses yaitu (1) proses agradasi, dan
(2) proses degradasi. Proses agradasi adalah berbagai proses sedimentasi dan pembentukan lahan
baru sebagai material endapan dari proses degradasi. Sedangkan proses degradasi adalah proses
hilangnya lapisan-lapisan dari permukaan bumi. Psoses degradasi adalah proses yang paling
dominan yang terjadi.

Proses denudasi terjadi melaui tiga cara yaitu:


Proses mekanis, terjadi secara mekanis atau mengkis batuan secara fisik seperti terjadinya erosi
dan pemborosan massal.

Proses kimiawi, terjadi secara kimia, atau yang biasa kita kenal dengan pelapukan batuan

Proses biologi, terjadi karena adanya aktivitas makhluk hidup. Misalnya aktivitas antropogenik,
aktivitas hewan, dan juga pengikisan serta pemecahan batuan oleh mikroorganisme tanah.
deee

Satuan geomorfologi dari bentukan ini ada 8 macam, yaitu pegunungan terkikis, perbukitan
terkikis, bukit sisa, bukit terisolasi, dataran nyaris, lereng kaki, pegunungan atau perbukitan
dengan gerakan masa batuan, dan lahan rusak. Contoh dari Bentuk lahan denudasional yaitu bukit
sisa, lembah sungai, lahan kritis dan Erosi pada aliran sungai di Kabupaten Mamuju Provinsi
Sulawesi Barat. Gambar 1.5 Bukit sisa (residual hill) Gambar 1.6 Erosi pada aliran sungai
D. Bentuk lahan Asal Fluvial
Merupakan kelompok besar satuan Bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas sungai. Bentuk
lahan asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan,
pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang
berupa bentangan dataran aluvial (fda) dan bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun oleh
material sedimen berbutir halus. Bentukan-bentukan ini terutama berhubungan dengan daerah-
daerah penimbunan seperti lembah-lembah sungai besar dan dataran aluvial. Bentukan-bentukan
kecil yang mungkin terjadi antara lain dataran banjir (Fdb), tanggul alam (Fta), teras sungai (Fts),
dataran berawa (Fbs), gosong sungai (Fgs) dan kipas aluvial (Fka). Asosiasi antara proses fluvial
dengan marin kadang membentuk delta (Fdt) di muara sungai yang relatif tenang. Beberapa hal
proses-proses fluvial seperti pengikisan vertikal maupun lateral dan berbagai macam bentuk
sedimentasi sangat jelas dapat dilihat pada citra atau foto udara. Bentuk lahan asal fluvial adalah
sebagai berikut (Suhendra, 2009).
a. Dataran aluvial
b. Rawa, danau, rawa belakang
c. Dataran banjir
d. Tanggul alam
e. Teras sungai
f. Kipas aluvial
g. Gosong
h. Delta
i. Dataran delta
Bentuk lahan asal fluvial: Bentuk lahan akibat pengerjaan sungai. contoh: meander, gosong
pasir, dataran banjir (flood plain), point bar. Contoh lain yaitu Pulau Kemaro disumatra di tengah
sungai Musi, Palembang Sumatera Selatan. Gambar 1.7 Meander Gambar 1.8 Pulau Kemaro
E. Bentuk lahan Asal Marine
Merupakan Bentuk lahan yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus, dan
pasang-surut. Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan
pertemuan terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine berada di kawasan
pesisir yang terhampar sejajar garis pantai. Pengaruh marine dapat mencapai puluhan kilometer
ke arah darat, tetapi terkadang hanya beberapa ratus meter saja. Sejauh mana efektifitas proses
abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada pesisir ini, tergantung dari kondisi pesisirnya.
Proses lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa lalu,
berupa gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun.
Contoh satuan Bentuk lahan ini adalah: Gisik, Dataran pantai, Beting pantai, Laguna, Rataan
pasang-surut, Rataan lumpur, Teras marin, Gosong laut, Pantai berbatu. Karena kebanyakan
sungai dapat dikatakan bermuara ke laut, maka seringkali terjadi Bentuk lahan yang terjadi akibat
kombinasi proses fluvial dan proses marine. Kombinasi ini disebut proses fluvio-marine. Contoh-
contoh satuan Bentuk lahan yang terjadi akibat proses fluvio marine ini antara lain delta dan
estuari. Contoh Bentuk lahan marine diantaranya pantai, tebing pantai, beach ridge, swales,
marine terrace, atol, coral reef, dan lagoon, tombolo, Gambar 1.9 Pantai cubadak dan Pantai
Cermin Serdang Sumatera Gambar 1.10 Tombolo
F. Bentuk lahan Asal Glasial
Merupakan Bentuk lahan yang terjadi akibat proses gerakan es (gletser). Contoh satuan
Bentuk lahan ini antara lain lembah menggantung dan marine. Bentukan ini tidak berkembang di
indonesia yang beriklim tropis ini, kecuali sedikit di puncak gunung jaya wijaya, papua. Bentuk
lahan asal glasial dihasilkan oleh aktifitas es/gletser yang menghasilkan suatu bentang alam.
Gletser terjadi di mulai pada lereng pergunungan yang berbentuk cekungan yang di sebut dengan
sirka (cirque). Gletser terbentuk ketika salju segar turun, setelah mengendap udara yang
terperangkap di antara serpihan salju terdorong keluar sehingga terjadi keping salju padat yang di
sebut dengan firn. Saat salju semakin banyak turun di puncak pegunungan, firn akan terpadatkan
menjadi es gletser. Bebatuan (till) yang jatuh dari puncak gunung pun akan ikut terbawa oleh
gletser ini. Di daerah yang curam es terpecah menjadi rekahan-rekahan yang berbentuk baji
(crevasse). Di ujungnya gletser mencair dan membentuk aliran sungai yang mengalir ke bawah
pegunungan. Karena gletser berisi dari berbagai macam zat seperti bebatuan, salju, dan sedimen,
sehingga saat gletser meluncur ke bawah akan merubah kontur dari pegunungan. Semua satuan
Bentuk lahan tersebut memiliki karakter yang khas dan mencerminkan ciri tertentu. Dengan
demikian maka, dengan mengenal nama satuan Bentuk lahan akan dapat dibayangkan sifat
alaminya. Satuan Bentuk lahan ini sangat penting terutama dalam konteks kajian lingkungan, baik
lingkungan fisik, biotis, maupun kultural (Suhendra, 2009). Gambar 1.11 Bentuk lahan asal
Glasial
G. Bentuk lahan Asal Eolian
Merupakan Bentuk lahan yang terjadi akibat proses angin. Bentuk lahan asal proses eolin
dapat terbentuk dengan baik jika memiliki persyaratan sebagai berikut :
1. Tersedia material berukuran pasir halus hingga pasir kasar dengan jumlah yang banyak
2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas
3. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir tersebut
4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun objek yang lain.
Endapan oleh angin terbentuk oleh adanya pengikisan, pengangkutan dan pengendapan bahan-
bahan tidak kompak oleh angin. Pada hakekatnya Bentuk lahan asal proses eolin dapat dibagi
menjadi 3, yaitu :
1. Erosional, contohnya : lubang angin dan lubang ombak
2. Deposisional, contohnya : gumuk pasir (sandunes)
3. Residual , contohnya : lag deposit, deflation hollow , dan pans Satuan Bentuk lahan ini antara
lain: gumuk pasir barchan, parallel, parabolik, bintang, lidah, dan transversal. Gerakan udara atau
angin dapat membentuk medan yang khas dan berbeda dari bentukan proses lainnya. Endapan
angin terbentuk oleh pengikisan, pengangkatan, dan pengendapan material lepas oleh angin.
Endapan angin secara umum dibedakan menjadi gumuk pasir dan endapan debu. Bentuk lahan
asal eolin adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
a. Gumuk pasir
b. Gumuk pasik barkan
c. Gumuk pasir pararel Bentuk lahan asal aeolin: Bentuk lahan akibat proses erosi angin. contoh:
gumuk pasir (sandune) dan barchan. Gambar 1.12 Gumuk pasir
H. Bentuk lahan Asal Solusional
Bentuk lahan asal solusional merupakan Bentuk lahan yang terjadi akibat proses pelarutan
pada batuan yang mudah larut, seperti batu gamping dan dolomite, karst menara, karst kerucut,
doline, uvala, polye, goa karst, dan logva, merupakan contoh-contoh Bentuk lahan ini. Bentuk
lahan yang terjadi pada daerah karst dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu Bentuk lahan
negative dan Bentuk lahan positif.
a. Bentuk lahan Negatif
Bentuk lahan negative dimaksudkan Bentuk lahan yang berada di bawah rata-rata permukaan
setempat sebagai akibat proses pelarutan, runtuhan maupun terban. Bentuk lahan-lahan tersebut
antara lain terdiri atas doline, uvala, polye, cockpit, blind valley.
1. Doline
Doline merupakan Bentuk lahan yang paling banyak dijumpai di kawasan karst. Bahkan di
daerah beriklim sedang, karstifikasi selalu diawali dengan terbentuknya doline tunggal akibat
dari proses pelarutan yang terkonsentrasi. Tempat konsentrasi pelarutan merupakan tempat
konsentrasi kekar, tempat konsentrasi mineral yang paling mudah larut, perpotongan kekar,
dan bidang perlapisan batuan miring. Doline-doline tungal akan berkembang lebih luas dan
akhirnya dapat saling menyatu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa karstifikasi (khususnya
di daerah iklim sedang) merupakan proses pembentukan doline dan goa-goa bawah tanah,
sedangkan bukit-bukit karst merupakan bentukan sisa/residual dari perkembangan doline.
2. Uvala
Uvala adalah cekungan tertutup yang luas yang terbentuk oleh gabungan dari beberapa danau
doline. Uvala memiliki dasar yang tak teratur yang mencerminkan ketinggian sebelumnya dan
karakteristik dari lereng doline yang telah mengalami degradasi serta lantai dasarnya tidak
serata polje (Whittow, 1984)
3. Polje
Polje adalah ledokan tertutup yang luas dan memanjang yang terbentuk akibat runtuhnya dari
beberapa goa, dan biasanya dasarnya tertutup oleh alluvium.
4. Blind Valley
Blind Valley adalah satu lembah yang mendadak berakhir/ buntu dan sungai yang terdapat
pada lembah tersebut menjadi lenyap di bawah tanah.
b. Bentuk lahan Positif
Pada prinsipnya ada 2 macam Bentuk lahan karst yang positif yaitu kygelkarst dan turmkarst
1. Kygelkarst
Kygelkarst merupakan satu Bentuk lahan karst tropic yang didirikan oleh sejumlah bukit
berbentuk kerucut, yang kadang-kadang dipisahkan oleh cockpit. Cockpit-cockpit inisialing
berhubungan satu sama lain dan terjadi pada suatu garis yang mengikuti pola kekar.
2. Turmkarst
Turmkarst merupakan istilah yang berpadanan dengan menara karst, mogotewill, pepinohill
atau pinnacle karst. Turmkarst merupakan bentuka positif yang merupakan sisa proses
solusional. Menara karst/ tumkarst terdiri atas perbukitan belerang curam atau vertical yang
menjulang tersendiri diantara dataran alluvial.
3. Stalaktit dan Stalakmit
Stalaktit adalah bentukan meruncing yang menghadap ke bawah dan menempel pada langit-
langit goa yang terbentuk akibat akumulasi batuan karbonat yang larut akibat adanya banjir.
Stalakmit hampir mirip dengan stalaktit namun berada di bawah lantai dan menghadap ke
atas. Bentuk lahan asal solusional: Bentuk lahan akibat proses pelarutan pada batuan yang
mudah larut. contoh: bentukan di daerah karst yaitu stalagnit, stalaktit, dolina. Gambar 1.13
Stalaktit dan Stalagnit Gambar 1.14 Gua Harimau Sumatera
I. Bentuk lahan Asal Organik

Merupakan kelompok besar satuan Bentuk lahan yang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas
organisme (flora dan fauna). Contoh satuan Bentuk lahan ini adalah mangrove dan terumbu
karang. Bentukan ini terjadi di dalam lingkungan laut oleh aktivitas organisme endapan batu
gamping cangkang dengan struktur tegar yang tahan terhadap pengaruh gelombang laut pada
ekosistem bahari. Bunaken, Sulawesi Utara yang berbentuk melingkar yang ditandai dengan
adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi Pulau Bunaken,
Spermonde(Sulawesi Selatan), dan hutan bakau di Pohuwato. Gambar 1.15 Pulau Bunaken

J. Bentuk lahan asal Antropogenik


Merupakan Bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas manusia contohnya kota, pelabuhan.
Pelabuhan Paotere merupakan salah satu pelabuhan yang ada di kota Makassar. Bentuk lahan
ini merupakan Bentuk lahan asal antropogenik, karena merupakan aktivitas yang telah
disengaja dan direncanakan untuk membuat Bentuk lahan yang baru dari Bentuk lahan yang
telah ada maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja telah merubah Bentuk
lahan yang telah ada.Contohnya kota, pelabuhan. Gambar 1.16 Bentuk lahan asal
antropogenik (Pelabuhan Paotere)

Anda mungkin juga menyukai