Gambar 1.
Bentangalam glasial adalah bentangalam yang terbentuk
oleh aktivitas es atau gletser. gletser adalah massa es dan tubuh
es yang terbentuk karena rekristalisasi dari salju dan lelehan air
yang secara keseluruhan atau sebagian teletak dalam suatu lahan
dan memberikan kenampakan tersendiri, yaitu suatu bentukan
gerakan. Dan ada beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi
dalam glister yaitu Keadaan daerah , Proses, Endapan yang
terbentuk di tepi perbatasan gletser. Syarat dapat terbentuknya
bentangalam glasial ialah Adanya hasil endapan salju, Terdapat
pada ketinggian diatas < 5000 mdpl. Dan ciri – ciri nya seperti
adanya alur-alur yang arahnya relatif sejajar pada permukaan
batuan sebagai akibat torehan gletser, Adanya es atau salju atau
gletser sebagai agen yang membentuk bentangalamnya. Ada dua
tipe bentangalam glasial seperti :
- Alpine glaciation, yaitu terbentuk pada daerah pegunungan
- Continental glaciations, yaitu bila suatu wilayah yang luas
tertutup gletser.
Gambar 2.
Bentuk lahan asal proses marine dihasilkan oleh aktivitas
gerakan air laut, baik pada tebing curam pantai berpasir, pantai
berkarang maupun pantai berlumpur. Aktivitas marine sering
dipengaruhi aktivitas fluvial sehingga sering disebut sebagai fluvio
– marine. Proses marine mempunyai pengaruh yang sangat aktif
pada daerah pesisir sepanjang pantai. Bentuk lahan asal proses
marine dihasilkan oleh aktivitas/gerakan air laut, baik pada
tebing, pantai berpasir, pantai berkarang, maupun pantai
berlumpur. Gerakan tersebut meliputi pasang surut, naik
turunnya permukaan laut setiap 6 jam 12,5 menit sehingga
interval naik turun memerlukan waktu 12 jam 25 menit. Pasang
surut ini dapat mengerosi pantai apalagi kalu bersama – sama
dengan gelombang/ombak. Arus, aliran air laut yang disebabkan
oleh angin, perbedaan suhu air laut dll. Ombak sesuai dengan
arah angin dapat mengerosi pantai (abrasi).
Gambar 3.
Bentuklahan aeolin adalah bentuklahan yang disebabkan oleh
angin, Di mana dalam proses terjadinya melalui pengikisan,
pengangkutan, dan juga pengendapan. Pengikisan oleh angin
seperti halnya air yang mengalir, adapun sebagai kekuatan untuk
mengikis adalah pasir yang halus. Contoh satuan bentuk lahan ini
antara lain: gumuk pasir barchan, parallel, parabolik, bintang,
lidah, dan transversal. Ciri-ciri dari lahan asal aeolin adalah curah
hujan rendah (Aride( ≤ 250 mm/th dan semi aride( 250-500
mm/th), fluktuasi temperature harian besar (10oC - 40°C), Langit
cerah, penguapan tinggi, dan vegetasi jarang.
Kesimpulan dan Saran
1. Bentuk lahan asal proses marine (M), terjadi akibat proses
laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut.B
entuklahan asal glasial (G), terjadi akibat proses gerakan es
(gletser). Dan bentuk lahan asal proses eolin (E), terjadi
akibat proses angin.
2. Contoh satuan bentuk lahan marine adalah: gisik pantai
(beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan beting gisik (beach
ridge). Contoh satuan bentuklahan glasial antara lain
lembah menggantung dan morine. Dan contoh satuan
bentuklahan aeolin antara lain: gumuk pasir barchan,
parallel, parabolik, bintang, lidah, dan transversal.
Daftar Pustaka
Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Bishop, M.P., L.A. James, J.F. Shroder Jr., and S.J. Walsh. 2012.
Geospatial Technologies and Digital Geomorphological Mapping:
Concepts, Issues and Research. Geomorphology, 137:5–26.
Dibyosaputro, S. (2004). Geomorfologi Dasar. Yogyakarta.
Universitas Gadjah Mada.
Huggett, J. R. (2007). Fundamentals of Geomorphology. Sec. Ed.
Abingdon, Oxon. Routledge Fundamentals of Physical
Geography.
Iskandar, D.W. 2008. Teknik Pemrosesan Citra Digital ASTER Untuk
Kajian Geomorfologi Studi Kasus di Sebagian Daerah Istimewa
Yogyakarta. Bandung: PIT MAPIN XVII.
Lihawa, F. 2009. Pendekatan Geomorfologi Dalam Survei Kejadian
Erosi. Jurnal Pelangi Ilmu. Vol (2) No. 5.
Lobeck A. K. (1989). Geomorphology, New York. Colombia
University.
Noor, D. 2010. Geomorfologi. Bogor: Deepublish.
Rostianingsih S, Ivan, H dan Kartika G. 2004. Pemodelan Peta
Topografi Ke Objek Tiga Dimensi: Jurnal Informatika. Vol.5.
No.4.
Silvia, R. Kartika, G. dan Ivan, H. 2004. Pemodelan Peta Topografi
Ke Objek Tiga Dimensi. Jurnal Informatika.
Suharini, E. dan Palangan, A. (2014). Geomorfologi Gaya, Proses,
dan Bentuklahan. Yogyakarta, Ombak.
Sukandar, Rumidi. 1994. Penampang Geologi. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Madah. Universitas Syiah Kuala. (2016).
Panduan Kurikulum Program Studi Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Tahun 2016-2020.
Banda Aceh. Darussalam. Unsyiah.
Verstappen, H.T. (1983). Applied Geomorphology Geomorphological
Surveys for Environmental Development on.