Anda di halaman 1dari 13

PERAN GEOMORFOLOGI UNTUK INTEPRETASI GEOLOGI

KELOMPOK 4

Konsep pemetaan geomorfologi yang dikemukakan di bawah ini me - ngacu kepada


sistem yang dikembangkan oleh oleh Verstappen (1967,1968) dan Van Zuidam (1968, 1975)
yang dilandasi pengalaman di wilayah tropis seperti di Indonesia dan Amerika Latin. Sistem
pemetaan geomorfologi harus memenuhi kriteria unsur - unsur geomorfologi, seperti
gambaran bentuk (morfografi), asal - usul / proses terjadinya bentuk (morfogenetik),
penilaian kuantitatif bentuk (morfometri) dan material penyusun.
Dengan mengetahui aspek dari geomorfologi kita dapat melakukan intepretasi
geologi, seperti morfologi untuk intepretasi kelerengan, morfogenesis untuk intepretasi
litologi dan struktur geologi, dan lain-lain.
A. Morfografi
Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuk permukaan bumi atau
arsitektur permukaan bumi. Secara garis besar morfografi dapat dibedakan menjadi
bentuklahan perbukitan/punggungan, pegunungan, atau gunungapi, lembah dan dataran.
Beberapa pendekatan lain untuk pemetaan geomorfologi selain morfografi adalah pola
punggungan, pola pe - ngaliran dan bentuk lereng.
1. Bentuklahan dataran
Dataran adalah bentuklahan (landform) dengan kemiringan lereng 0% sampai 2%,
biasanya digunakan untuk sebutan bentuklahan asal marin (laut), fluvial (sungai), campuran
marin dan fluvial (delta) dan plato.
2. Bentuklahan perbukitan / pegunungan
Bentuklahan perbukitan (hilly landforms) memiliki ketinggian antara 50 meter sampai
500 meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiringan lereng antara 7 % sampai 20 %,
sedangkan bentuklahan pegunungan (mountaineous landforms) memiliki ketinggian lebih
dari 500 meter dan kemiringan lereng lebih dari 20 %. Sebutan perbukitan digunakan
terhadap bentuklahan kubah intrusi (dome landforms of intrusion), bukit rempah gunungapi /
gumuk tefra, koral (karst) dan perbukitan yang dikontrol oleh struktural.
Sebutan pegunungan digunakan terhadap rangkaian bentuklahan yang memiliki
ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan lereng lebih dari 20 %, biasanya merupakan
satu rangkaian dengan bentuklahan gu - nungapi atau akibat kegiatan tektonik yang cukup
kuat, seperti pegunungan Himalaya (di India), pegunungan Alpen (di Eropa) dan Pegunungan
Selatan (di Jawa Barat).
Aspek - aspek geologi yang berhubungan dengan bentuklahan perbukitan dan
pegunungan tersebut antara lain :
a. Perbukitan kubah intrusi, disusun oleh material batuan beku intrusi yang memiliki ciri
khas membentuk pola aliran sentripetal, soliter (terpisah), biasanya terbentuk pada
daerah yang dipengaruhi oleh sesar dan tersebar tidak beraturan.
b. Bentuklahan perbukitan rempah gunungapi (gumuk tefra) disusun oleh material -
material hasil erupsi gunungapi yang berbutir halus sampai bbongkah dengan ciri
khas tidak jauh dari gunungapi se - bagai sumber material. Gumuk tefra terbentuk
karena kegiatan erupsi gunungapai.
c. Bentuklahan perbukitan karst (gamping) disusun oleh material sisa kehidupan
binatang laut (koral), bersifat karbonatan. Ciri khas perbukitan karst membentuk
perbukitan yang berkelompok, membentuk pola pengaliran multi basinal (tiba - tiba
menghilang), terdapat gua - gua dengan stalagtit dan talagmit. Daerah perbukitan
karst mencerminkan jejak lingkungan laut dangkal (25 meter sampai 50 meter),
sehingga garis pantai lama tidak jauh dari kumpulan perbukitan karst tersebut.
Munculnya perbukitan karst disebabkan oleh suatu pengangkatan (tektonik).
d. Bentuklahan perbukitan yang memanjang mencerminkan suatu perbukitan yang
terlipat, sehingga dapat diperkirakan material penyusun berupa batuan sedimen,
seperti batupasir, batulempung dan batulanau atau perselingan batuan sedimen
tersebut. Ciri khas bentuklahan perbukitan terlipat memiliki pola pengaliran paralel
atau rektangular yang berbeda arah, mengikuti lereng sayap dari perbukitan tersebut,
sedangkan puncak dari perbukitan bertindak.
e. Bentuklahan pegunungan terdapat pada suatu rangkaian gu-nungapi, seperti rangkaian
gunungapi Tangkuban Parahu dengan Tampomas terdapat rangkaian pegunungan
Bukit Tunggul, Manglayang dan rangkaian pegunungan di Utara Tanjungsari,
kemudian menyambung dengan Gunungapi Tampomas. Selain rangkaian pegunungan
yang terdapat di sekitar gunungapi, terdapat pula rangkaian pegunungan yang
diakibatkan oleh tektonik, seperti rangkaian Pegunungan Selatan Jawa Barat yang
membentang dari Barat di Teluk Palabuan Ratu (Sukabumi) sampai ke Timur di Teluk
Pangandaran (Ciamis).

3. Bentuklahan gunungapi (vulkanik)


Bentuklahan gunungapi (vilkanik) memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan laut dan memiliki kemiring lereng yang curam (56 % sampai 140 %), dengan ciri
khas memiliki kawah, lubang kepundan dan kerucut kepundan. material yang dapat ditemui
pada bentuklahan vulkanik bagian puncak merupakan material halus sampai sedang (abu
vulkanik / tuf), pada lereng bagian tengah lelehan lava dan lahar serta pada bagian lereng
bawah berupa endapan rempah - rempah gunungapi (tefra).
Terbentuknya gunungapi akibat kegiatan magma yang mendorong dari perut bumi ke
permukaan bumi secara sinambung (terus menerus) dalam kurun waktu yang panjang,
sehingga membentuk kerucut yang menjulang sampai ketinggian tertentu, suatu saat
mengalami erupsi yang cukup hebat mengakibatkan puncak kepundan menjadi tumpul. Pada
gunungapi muda puncak kepundan masih berbentuk kerucut dan erupsi masih terus
berlangsung. Contoh Gunungapi Merapi di Jawa Tengah - Yogyakarta.
4. Lembah
Permukaan bumi yang tertoreh oleh limpasan air permukaan akan membentuk lembah.
Pada awalnya torehan (erosi) limpasan air permukaan berupa erosi permukaan (sheet erosion)
kemudian menjadi erosi alur (riil erosion), erosi parit (gully erosion), lembah (valley) dan
selanjutnya lembah sebagai penampung aliran air menjadi sungai. Limpasan air permukaan
yang masuk ke lembah selalu membawa muatan sedimen hasil dari pengikisan air tersebut
dan selanjutnya sungai membawa muatan sedimen untuk di endapkan pada daerah
(cekungan) tertentu menjadi suatu endapan (sedimen). Secara garis besar jenis - jenis lembah
dapat dibedakan menjadi :
- Jenis lembah U tumpul
- Jenis lembah U tajam
- Jenis lembah V tumpul
- Jenis lembah V tajam.
Jenis lembah U tumpul terjadi pada daerah - daerah yang relatif datar, erosi yang
berlangsung cenderung ke arah lateral (samping) dan erosi ke arah vertikal (dasar sungai)
relatif tidak berlangsung. Erosi ke arah vertikal terhenti, karena telah mencapai batuan dasar
sungai yang relatif keras dibandingkan dengan batuan yang berada di tepi sungai.
Jenis lembah U tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki kemiringan lereng
landai, erosi lateral (ke samping) lebih besar dari pada erosi vertikal (ke arah dasar sungai),
pengumpulan (akumulasi) sedimen berlangsung dari lereng - lereng lembah.
Jenis lembah V tumpul terjadi pada daerah - daerah yang memiliki lereng landai
sampai agak curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai) berlangsung lebih kuat daripada
erosi lateral (ke arah samping) yang disertai dengan erosi dari bagian atas lereng lembah
tersebut dan pengumpulan (akumulasi) endapan (sedimen) terjadi di dasar lembah. Bentuk
lembah V tumpul yang tidak simetris disebabkan oleh perbedaan jenis batuan dan / atau
struktur pada salah satu sisi lembah.

6. Pola punggungan
Pada peta topografi, foto udara atau citra satelit akan tampak pola - pola punggungan
yang berbentuk paralel (sejajar), berbelok atau melingkar. Pola - pola punggungan tersebut
mencerminkan dipengaruhi oleh kekuatan (tenaga) yang mengakibatkan terbentuknya pola
punggungan. Kekuatan (tenaga) tersebut berasal dari dalam bumi yang dikenal sebagai tenaga
endogen, dapat berupa kegiatan pengangkatan atau pensesaran (tektonik).
Pola punggungan paralel dapat diinterpretasikan sebagai suatu perbukitan yang
terlipat, sedangkan pola punggungan berbelok, melingkar atau terpisah dapat
diinterpretasikan sebagai akibat dari suatu pensesaran. Pola - pola punggungan yang terlipat
menunjukkan kerapatan garis kontur yang jarang, sedangkan jika pada salah satu sisi
punggungan tersebut memiliki kerapatn garis kontur yang cukup rapat diinterpretasikan telah
terjadi sesar naik.

7. Pola aliran
Kegiatan erosi dan tektonik yang menghasilkan bentuk - bentuk lembah sebagai
tempat pengaliran air, selanjutnya akan membentuk pola - pola tertentu yang disebut sebagai
pola aliran. Pola aliran ini sangat berhubungan dengan jenis batuan, struktur geologi kondisi
erosi dan sejarah bentuk bumi. Sistem pengaliran yang berkembang pada permukaan bumi
secara regional dikontrol oleh kemiringan lereng, jenis dan ketebalan lapisan batuan, struktur
geologi, jenis dan kerapatan vegetasi serta kondisi iklim.
Pola pengaliran sangat mudah dikenal dari peta topografi atau foto udara, terutama
pada skala yang besar. Percabangan - percabangan dab erosi yang kecil pada permukaan bumi
akan tampak dengan jelas, sedangkan pada skala menengah akan menunjukkan pola yang
menyeluruh sebagai cerminan jenis batuan, struktur geologi dan erosi. Pola pengaliran pada
batuan yang berlapis sangat tergantung pada jenis, sebaran, ketebalan dan bidang perlapisan
batuan serta geologi struktur seperti sesar, kekar, arah dan bentuk perlipatan.
Howard (1967) membedakan pola pengaliran menjadi pola pengaliran dasar dan pola
pengaliran modifikasi. Definisi pola pengaliran yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Pola pengaliran adalah kumpulan dari suatu jaringan pengaliran di suatu daerah
yang dipengaruhi atau tidak dipengaruhi oleh curah hujan, alur pengaliran tetap
pengali. Biasanya pola pengaliran yang demikian disebut sebagai pola pengaliran
permanen (tetap).
2. Pola dasar adalah salah satu sifat yang terbaca dan dapat dipisahkan dari pola dasar
lainnya.
3. Perubahan (modifikasi) pola dasar adalah salah satu perbedaan yang dibuat dari
pola dasar setempat.
Hubungan pola dasar dan pola perubahan (modifikasi) dengan jenis batuan dan
struktur geologi sangat erat, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat ditambah atau
dikurangi.Van der Weg (1968) membuat klasifikasi pola pengaliran menjadi pola erosional,
pola pengendapan dan pola khusus. Pola dendritik (sub dendritik), radial, angular (sub
angular), tralis dan rektangular termasuk pola erosional, sedangkan pola - pola lurus
(elongate) , menga - nyam ( braided), berkelok (meandering), yazoo, rektikular dan pola
dikhotomik termasuk pola pengendapan. Klasifikasi pola khusus dibagi menjadi pola pe-
ngaliran internal seperti pola "sinkhole" pada bentuklahan karst (gamping) dan pola
"palimpset" atau "berbed" untuk daerah yang dianggap khusus.
Morisawa (1985) menyebutkan pengaruh geologi terhadap bentuk sungai dan
jaringannya adalah dinamika struktur geologi, yaitu tektonik aktif dan pasif serta lithologi
(batuan). Kontrol dinamika struktur diantaranya pensesaran, pengangkatan (perlipatan) dan
kegiatan vulkanik yang dapat menyebabkan erosi sungai. Kontrol struktur pasif
mempengaruhi arah dari sistem sungai karena kegiatan tektonik aktif. Sedangkan batuan
dapat mempengaruhi morfologi sungai dan jaringan topologi yang memudahkan terja- dinya
pelapukan dan ketahanan batuan terhadap erosi.
Kontrol struktur terhadap bentuk sungai (Morishawa,1985)
B. Morfometri
Morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari suatu bentuklahan dan merupakan
unsur geomorfologi pendukung yang sangat berarti terhadap morfografi dan morfogenetik.
Penilaian kuantitatif terhadap bentuklahan memberikan penajaman tata nama bentuklahan
dan akan sangat membantu terhadap analisis lahan untuk tujuan tertentu, seperti tingkat erosi,
kestabilan lereng dan menentukan nilai dari kemiringan lereng tersebut.
1. Lereng
Lereng merupakan bagian dari bentuklahan yang dapat memberikan informasi kondisi
- kondisi proses yang berpengaruh terhadap bentuklahan, sehingga dengan memberikan
penilaian terhadap lereng tersebut dapat ditarik kesimpulan dengan tegas tata nama satuan
geomorfologi secara rinci. Ukuran penilaian lereng dapat dilakukan terhadap kemiringan
lereng dan panjang lereng, sehingga tata nama satuan geomorfologi dapat lebih dirinci dan
tujuan - tujuan tertentu, seperti perhitungan tingkat erosi, kestabilan lereng dan perencanaan
wilayah dapat dikaji lebih lanjut.
Ukuran kemiringan lereng yang telah disepakati untuk menilai suatu bentuklahan
adalah sebagai berikut :

Ukuran kemiringan lereng (sumber : Van Zuidam,1985)

Ukuran panjang lereng


2. Perbedaan ketinggian
Perbedaan ketinggian (elevasi) biasanya diukur dari permukaan laut, karena
permukaan laut dianggap sebagai bidang yang memilki angka ke-tinggian (elevasi) nol.
Pentingnya pengenalan perbedaan ketinggian adalah untuk menyatakan keadaan morfografi
dan morfogenetik suatu bentuklahan, seperti perbukitan, pegunungan atau dataran. Hubungan
perbedaan ketinggian dengan unsur morfografi adalah sebagai berikut :
Hubungan ketinggian absolut dengan morfografi
(sumber : Van Zuidam, 1985)

Hubungan kelas relief - kemiringan lereng dan


perbedaan ketinggian. (sumber: Van Zuidam,1985)

Kerapatan aliran (rata - rata jarak percabangan dengan


Ordo pertama aliran, Van Zuidam, 1985)
C. Morfogenetik
Morfogenetik adalah proses / asal - usul terbentuknya permukaan bumi, seperti
bentuklahan perbukitan / pegunungan, bentuklahan lembah atau bentuklahan pedataran.
Proses yang berkembang terhadap pembentukkan permukaan bumi tersebut yaitu proses
eksogen dan proses endogen.
1. Proses eksogen
Proses eksogen adalah proses yang dipengaruhi oleh faktor - faktor dari luar bumi,
seperti iklim, biologi dan artifisial. Proses yang dipengaruhi oleh iklim dikenal sebagai proses
fisika dan proses kimia, sedangkan ptoses yang dipengaruhi oleh biologi biasanya terjadi
akibat dari lebatnya vegetasi, seperti hutan atau semak belukar dan kegiatan binatang. Proses
artifisial lebih banyak disebabkan oleh aktifitas manusia merubah bentuk permukaan bumi
untuk kepentingan kehidupannya.
Tahap perubahan permukaan bumi yang disebabkan oleh proses eksogen diawali
dengan permukaan bumi yang dipengaruhi oleh iklim, seperti hujan, perubahan temperatur
dan angin, sehingga merubah mineral - mineral penyusun batuan secara fisika atau kimia,
sehingga batuan menjadi lapuk dan selanjutnya menjadi tanah. Lapisan permukaan tanah
kemudian dikikis oleh hujan selanjutnya material permukaan tanah yang lepas terhanyutkan
dan diendapkan pada suatu cekungan pengendapan, seperti lembah / sungai atau laut. Secara
garis besar proses eksogen diawali dengan pelapukan batuan, kemudian hasil pelapukan
batuan menjadi tanah dan tanah terkikis (degradasional), terhanyutkan dan pada akhirnya
diendapkan (agradasional).
Kenampakkan proses erosi pada peta topografi atau foto udara ditunjukkan oleh
kerapatan pola aliran, sehingga semakin rapat pola aliran menunjukkan bahwa daerah
tersebut memiliki tingkat erosi yang cukup tinggi atau dapat pula diinterpretasikan bahwa
daerah tersebut disusun oleh batuan yang relatif lunak dengan porositas yang buruk.
Sebaliknya jika kerapatan pola pengaliran renggang, maka dapat diartikan bahwa daerah
tersebut memiliki tingkat erosi yang reltif kecil atau dapat pula diinterpretasikan bahwa
daerah tersebut disusun oleh batuan yang relatif keras dan memiliki porositas yang cukup
baik serta memiliki ketahanan terhadap erosi
2. Proses endogen
Proses endogen adalah proses yang dipengaruhi oleh kekuatan / tenaga dari dalam
kerak bumi, sehingga merubah bentuk permukaan bumi. Proses dari dalam kerak bumi
tersebut antara lain kegiatan tektonik yang menghasilkan patahan (sesar), pengangkatan
(lipatan) dan kekar. Selain kegiatan tektonik, proses kegiatan magma dan gunungapi
(vulkanik) sangat berperan merubah bentuk permukaan bumi, sehingga membentuk
perbukitan intrusi dan gunungapi.
Ciri - ciri proses endogen yang berlangsung di suatu daerah pada peta topografi atau
foto udara adalah sebagai berikut :
a. Bentuklahan perbukitan intrusi :
- Bentuk perbukitan menyerupai kubah dan berpola terpisah (soliter).
- Pola aliran radial sentripetal (menyebar keluar dari titik pusat).
- Bentuk lereng relatif cembung.
- Garis kontur pada peta topografi relatif rapat.
b. Bentuklahan perbukitan struktural :
Perlipatan :
- Bentuk perbukitan memanjang.
- Pola aliran paralel dan rektangular.
- Bentuk lereng hampir lurus dan simetris pada sisi yang berlawanan.
- Garis kontur pada peta topografi relatif renggang.
Patahan (sesar normal dan sesar naik) :
- Bentuk perbukitan tidak menerus dan tidak simetris.
- Pola aliran paralel atau rektangular.
- Bentuk lereng relatif cekung dan tidak simetris pada kedua lereng
yang berlawanan.
- Garis kontur pada peta topografi pada bagian patahan sangat rapat.
Patahan (sesar geser) :
- Bentuk perbukitan berbelok atau tergeser (tidak menerus).
- Pola aliran rektangular.
- Bentuk lereng lurus dan tidak beraturan.
- Garis kontur pada peta topografi renggang sampai rapat.
c. Bentuklahan gunungapi (vulkanik) :
- Bentuk pegunungan kerucut.
- Pola aliran radial pada bagian puncak dan pola aliran pada lereng
tengah sampai lereng bawah lurus (elongate).
- Memiliki kawah dan lubang kepundan.
- Garis kontur pada peta topografi pada bagian puncak relatif rapat,
dan pada bagian lereng tengah sampai lereng bawah agak renggang
sampai renggang

Anda mungkin juga menyukai