Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Study geomorfologi merupakan studi yang menitik beratkan pada
bentukanlahan penyusun konfigurasi permukaan bumi. Sedangkan konfigurasi
permukaan bumi merupakan pencerminan dari intraksi proses endogen dan eksogen.
Kofigurasi permukaan bumi yang dibentuk oleh pross-proses endogen merupakan
unit geomorfologi yang bersifat kontruksional, yang dipengaruhi oleh faktor-
faktor geologi dan topografi.
Kondisi geologi yang bervariasi di setiap wilayah, juga memiliki peran yang
sangat besar bagi terbentuknya suatu bentukan lahan di wilayah tersebut. Hal ini
terkait dengan dikemukakannya konsep-konsep geomorfologi oleh Thornbury,
(1958), yang salah satu konsepnya menyatakan Geologic Structure is a dominant
contol factor in the evolution of landforms and is reflected in them. (struktur geoligi
merupakan factor pengontrol yang dominan didalam evolusi bentuk lahan dan
struktur geologi dicerminkan oleh bentuklahan).
Permukaan bumi yang senantiasa mengalami perubahan bantuk dari waktu-
kewaktu swbagai akibat dari proses geomorfologi , baik yang bersasl dari
dalam bumi (endogen), maupun proses geomorfologi yang berasal dari luar bumi
(eksogen). Peoses endogen tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan
struktur geologi antara lain berupa stuktur horizontal, lipatan, sesar atau blok,
struktur volkan, dan pegunungan kompleks.
Sedangkan factor topografi yang menekankan pada relief muka bumi terbentuk
setelah terjadinya proses geomorfologi tersebut, sehingga menghasilkan kenampakan
bentang alam atau bentuklahan yang beragam akibat perubahan bentuk permukaan
bumi. Proses tersebut menyangkut semua perubahan baik fisik maupun kimia yang
terjadi di permukaan bumi oleh semua tenaga yang ditimbulakan oleh medium alami
yang berada di permukaan bumi temasuk di atmosfer, atau sering disebut tenaga-
tenaga geomorfologis.
Tidak ada tempat di muka bumi ini yang tidak mengalami proses
geomorfologi, termasuk pulau Bali sendiri. Bali merupakan salah satu nama pulau
yang terletak di gugusan pulau-pulau sunda kecil. Secara astronomis pulau Bali
terletak pada 8o3’40 – 8o50’48’’ Lintang Selatan dan 114o25’40 – 115o42’40’’ Bujur
Timur (peta bali,). Sedangkan secara geografis pulau Bali terletak diantara pulau
Jawa di sebelah barat yang diabatasi oleh Selat Bali, dan pulau Lombok di sebelah
timur yang dibatasi oleh Selat Lombok. Sedangkan di sebelah utara dibatasi oleh
Laut Bali, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.
Secara administrasi Pulau bali termasuk daerah administratif provinsi Bali,
yang terbagi menjadi delapan kabupaten dan satu kota madya, yaitu kabupaten
Jemberana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem, Bangli, Buleleng,
Kota Madya Denpasar, yang juga merupakan ibukota dari provinsi. Selain Pulau
Bali, Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulaiu kecil lainnya, yaitu Pulau Nusa
Penida, Nusa Lembongan,Nusa Ceningan di wilayah kabupaten Klungkung. Pulau
Serangan di wilayah Kota Denpasar, dan pulau Menjangan di wilayah Kabupaten
Buleleng.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar blakang diatas dapat diatrik rumusan masalah
1.2.1. Bagaimana kondisi geologi pulau bali?
1.2.2. Bagaimana kondisi geomorfologis pulau Bali?

1.3. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penulis dapat menyajikan tujuan,
yaitu:
1.3.1. Mengetahui kondisi geologi pulau Bali!
1.3.2. Mengetahui kondisi geomorfologi pulau Bali!

1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu, secara khusu untuk
memenuhi tugas mata kuliah geomorfologi Indonesia yang dibebankan kepada kami.
Dan secara umum makalah ini dapat memberikan gambaran secara umum mengenai
kondisi giologi dan topografi Pulau Bali.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 NUSA TENGGARA TIMUR


II.1 KONDISI GEOLOGI
Nusa tenggara berada diantara bagian timur pulau Jawa dan kepulauan Banda
tediri dari pulau-pulalu kecil dan lembah sungai. Secara fisik, dibagian utara
berbatasan dengan pulau Jawa, bagian timur dibatasi oleh kepulauan Banda, bagian
utara dibatasi oleh laut Floresdan bagian selatan dibatasi oleh Samudra Hindia.
Secara geologi nusa tenggara berada pada busur Banda. Rangkaian pulau ini
dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pada teori lempeng tektonik, deretan
pegunungan di nusa tenggara dibangun tepat di zona subduksi indo-australia pada
kerak samudra dan dapat di interpretasikan kedalaman magmanya kira-kira mencapai
165-200 km sesuai dengan peta tektonik Hamilton (1979). Lempeng tektonik
kepulauan Indonesia terletak di penggabungan tiga lempeng utama diantaranya
lempeng Indo-Australia, Eurasia dan pasifik. Interaksi dari ke tiga lempeng tersebut
menimbulkan kompleks tektonik khususnya di perbatasan lempeng yang terletak di
timur Indonesia.
Sebagian besar busur dari kepulauan Nusa Tenggara dibentuk oleh zona
subduksi dari lempeng Indo-australia yang berada tepat dibawah busur Sunda-Banda
selama diatas kurun waktu tertier yang mana subduksi ini dibentuk didalam busur
volkanik kepulauan Nusa Tenggara. Bagaimanapun juga ada perbedaan-perbedaan
hubungan dari análisis kimia diantara batuan volkanik pada kepulauan Nusa
Tenggara. Busur volkanik pada bagian timur wilayah sunda secara langsung
dibatasi oleh kerak samudra yang keduanya memiliki karakteristik kimia yang
membedakanya dari lava pada bagian barat busur Nusa Tenggara.
Menurut Hamilton dibagian barat barisan pegunungan Nusa Tenggara
dibentuk pada massa Senozoic. Batuaan Volkanik didalam busur Banda dari
kepulauan Nusa Tenggara yang diketahui lebih tua dari batuan pada awal
miocene, ditemukan pada kedalaman 150 km dibawah zona gempa. Wilayah
seismic di Jawa terbentang pada kedalaman maksimal 600 km ini merupakan
indikasi dari subduksi dari sub-ocean lithosfer milik lempeng Australia.yang terletak
dibawah busur Banda. Pada awal pleistosen di seberang Timor menunjukkan adanya
2.2 NUSA TENGGARA BARAT
Secara terperinci, jenis tanah di Nusa Tenggara Barat terdiri atas tanah
latosol, aluvial coklat, mediteran atau campuran antara jenis-jenis itu. Secara
morfologi, ada tanah dataran, lipatan maupun gabungan keduanya dengan permukaan
yang datar, berbukit, juga bergunung-gunung. Jenis tanah di Pulau Lombok bagian
tengah dan utara umumnya aluvial coklat, dan di bagian selatan latosol. Bagian
tengah pulau berupa tanah datar, di utara berbukit dan di selatan bergunung-gunung.
Jenis tanah yang ada di wilayah kota Mataram sebagian besar dari jenis tanah liat,
tanah liat berpasir dan tufa. Ini akibat endapan kuarter yang berasal dari hasil
pengikisan atas lereng gunung atau sungai yang banyak terdapat di daerah ini,
kemudian diendapkan di wilayah yang letaknya relatif lebih rendah.
Jenis tanah ini mempunyai karakteristik daya penyerapan air yang lambat akibat
kondisi permeabilitas yang rendah. Kondisi ini sebenarnya baik bagi pengembangan
wilayah saluran pertanian atau irigasi, sehingga tanah di kota Mataram berpotensi
sebagai daerah pertanian. Tetapi apabila curah hujan tinggi, kondisi tanah dan
topografi kota Mataram mempunyai potensi sebagai daerah banjir dan genangan.
Khusus di daerah Bima jenis tanah terdiri dari Kompleks aluvial, Regosol, Litosol
dan Mediteran dengan sebaran dapat dilihat pada Tabel 2.
Dari tabel terlihat bahwa penyebaran jenis tanah di wilayah Kabupaten Bima
berturut-turut dari yang terluas adalah sebagai berikut :
Penyebaran Jenis Tanah di Kabupaten Bima
Jenis Tanah Luas (Ha) %
Aluvial 31.464 70.07
Regosol 98.934 22.02
Litosol 179481 40.31
Mediteran 116.064 26.07
Lain-lain 19.307 4.34
Sumber : Bima Dalam Angka 2005

 Litosol
Jenis tanah ini dicirikan oleh kedalaman efektif tanah sangat dangkal dan
langsung berada diatas batuan dan umumnya berada pada daerah
pegunungan/perbukitan dengan kemiringan yang terjal. Untuk pengembangan, faktor
penghambat jenis tanah ini adalah kedalaman efektif tanah yang dangkal dan lereng.
 Mediteran
Jenis tanah ini terbentuk pada wilayah berombak sampai bergelombang, mempunyai
kedalaman efektif relatif dalam, drainase baik dan terbentuk pada itilin mediteran
tekstur halus untuk pengembangan pertanian jenis tanah ini potensial untuk
dikembangkan tanaman perkebunan/tanaman keras.
 Regosol
Tanah ini terbentuk dari batuan induk muda hasil letusan gunung berapi, dicirikan
oleh adanya batuan yang menyebar baik dipermukaan tanah maupun pada lapisan
tanah bagian atas. Tanah Regosol mempunyai drainase tanah sangat cepat sehingga
tidak potensial untuk pengembangan pertanian. Tanah ini dapat meresapkan air
cukup sehingga dapat difungsikan sebagai kawasan lindung untuk resapan air. Di
wilayah Bima tanah Regosol merupakan hasil letusan gunung api Tambora, sehingga
sebarannya sekitar Gunung Tambora.
 Aluvial
Tanah Aluvial merupakan tanah muda hasil endapan. Tanah ini mempunyai sifat
kimia dan fisik relatif baik dari pada ke 3 jenis di atas. Di wilayah Kabupaten Bima
jenis tanah ini menyebar di wilayah sekitar (mulai dari wilayah perlembaban). Dalam
pemanfaatan jenis tanah ini merupakan lahan potensial untuk pengembangan
tanaman pangan. Sebagian besar tanah yang ada di wilayah Kabupaten Bima
tergolong dalam tekstur sedang (77.8 %), Tekstur kasar 21.26 % dan tekstur halus
(0.93 %). Kelas tekstur dalam pemanfaatan lahan sangat berhubungan erat dengan
drainase tanah dimana untuk tekstur kasar sangat tidak sesuai untuk tanaman yang
memerlukan banyak air (padi sawah). Berdasarkan kedalaman efektifnya tanah di
wilayah Kabupaten Bima 58.44 % di atas 60 cm, 30,39 % mempunyai kedalaman
efektif antara 0-30 %. Dengan demikian, berdasarkan kedalaman efektifnya tanah
yang baik untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian adalah sebesar 58.44 %.
2.3 BALI
1. Kondisi Geologi pulau Bali

Gambar : Citra pulau Bali


Kondisi geologi regional Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan
selama kala Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang
disisipi oleh batu gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan oleh batu gamping
yang kemudian membentuk Formasi Selatan. Di jalur yang berbatasan dengan tepi
utaranya terjadi pengendapan sedimen yang lebih halus. Pada akhir kala Pliosen,
seluruh daerah pengendapan itu muncul di atas permukaan laut. Bersamaan dengan
pengangkatan, terjadi pergeseran yang menyebabkan berbagai bagian tersesarkan
satu terhadap yang lainnya. Umumnya sesar ini terbenam oleh bahan batuan organik
atau endapan yang lebih muda. Selama kala Pliosen, di lautan sebelah utara terjadi
endapan berupa bahan yang berasal dari endapan yang kemudian menghasilkan
Formasi Asah. Di barat laut sebagian dari batuan muncul ke atas permukaan laut.
Sementara ini semakin ke barat pengendapan batuan karbonat lebih dominan.
Seluruh jalur itu pada akhir Pliosen terangkat dan tersesarkan.
Kegiatan gunung api lebih banyak terjadi di daratan, yang menghasilkan
gunung api dari barat ke timur. Seiring dengan terjadinya dua kaldera, yaitu mula-
mula kaldera Buyan-Bratan dan kemudian kaldera Batur, Pulau Bali masih
mengalami gerakan yang menyebabkan pengangkatan di bagian utara. Akibatnya,
Formasi Palasari terangkat ke permukaan laut dan Pulau Bali pada umumnya
mempunyai penampang Utara-Selatan yang tidak simetris. Bagian selatan lebih
landai dari bagian Utara. Stratigrafi regional berdasarkan Peta Geologi Bali geologi
Bali tergolong masih muda. Batuan tertua kemungkinan berumur Miosen Tengah.
Menurut Purbohadiwidjoyo, (1974). dan Sandberg, (1909) dalam K.M
Ejasta,(1995), secara geologi pulau bali masih muda, batuan tertua berumur miosen.
Secara garis besar batuan di Bali dapat dibedakan menjadi beberapa satuan yaitu:
1. Formasi Ulakan
Formasi ini merupakan formasi tertua berumur Miosen Atas, terdiri dari stumpuk
batuan yang berkisar dari lava bantal dan breksi basal dengan sisipan gampingan.
Nama formasi Ulakan diambil dari nama kampung Ulakan yang terdapat di
tengah sebaran formasi itu. Bagian atas formas ulakan adalah formasi
Surga terdiri dari tufa, nafal dan batu pasir. Singkapan yang cukup luas terdapat
dibagaian tengah daerah aliran sungai Surga. Disini batuan umumnya miring
kearah selatan atau sedikit menenggara (170-190o) dengan kemiringan lereng
hingga cukup curam (20-50o). singkapan lain berupa jendela terdapat di
baratdaya Pupuan, dengan litologi yang mirip.
2. Formasi Selatan
Formasi ini menempati semenanjung Selatan. Batuannya sebagian besar berupa
batugamping keras. menurut Kadar, (1972) dalam K.M Ejasta, (1995) tebalnya
berkisar 600 meter, dan kemiringa menuju keselatan antara 7-10o . kandungan
fosil yang terdiri dari Lepidocyclina emphalus, Cycloclypeus Sp, Operculina Sp,
menunjukan berumur Miosen. Selain di semananjung selatan, formasi ini juga
menempati Pulau Nusa Penida.
3. Formasi Batuan Gunungapi Pulaki
Klompok batuan ini berumur pliosin, merupakan klompok batuan beku yang
umumnya bersifat basal, terdiri dari lava dan breksi. Sebenarnya terbatas di dekat
Pulaki. Meskipu dipastikan berasal dari gunung api, tetapi pusat erupsinya tidak
lagi dapat dikenali. Di daerah ini terdapat sejumlah kelurusan yang berarah barat-
timur, setidaknya sebagian dapat dihubungkan dengan persesaran. Mata air panas
yang terdapat di kaki pegunungan, pada perbatasan denga jalur datar di utara,
dapat dianggap sebagai salah satu indikasi sisa vulkanisme, dengan panas
mencapai 470 C dan bau belerang agak keras.
4. Formasi Prapatagung
Klompok batuan ini berumur Pliosin, menempati daerah Prapatagung di ujung
barat Pulau Bali. Selai batugamping dalam formasi ini terdapat pula batu pasir
gampingan dan napal.
5. Formasi Asah
Klompok batuan ini brumur Pliosen menyebar dari baratdaya Seririt ke timur
hingga di baratdaya Tejakula. Pada lapisan bawah umumnya terdiri dari breksi yang
beromponen kepingan batuan bersifat basal, lava, obsidian. Batuan ini umumnya
keras karena perekatnya biasanya gampingan. Dibagian atas tedapat lava yang
kerapkali menunjjukan rongga, kadang-kadang memperlihatkan lempengan dan
umunya berbutir halus. Kerpakali Nampak struktur bantal yang menunjukan suasana
pengendapan laut.
6. Formasi batuan gunungapi kuarter bawah
Kwarter di Bali di Dominasi oleh batuan bersal dari kegiatan gunung api.
berdasarkan morfologinya dapat diperkirakan bahwa bagian barat pulau Bali
ditempati oleh bentukan tertua terdiri dari lava, breksi dan tufa. Batuan yang ada
basal, tetapi sebagian terbesar bersifat andesit, semua batuan volkanik tersebut
dirangkum ke dalam Batuan Gunungapi Jemberana. Berdasarkan kedudukannya
terdapat sedimen yang mengalasinya, umur formasi ini adalah kuarter bawah,
seluruhnya merupakan kegiatan gunung api daratan.
Pada daerah Candikusuma sampai Melaya terdapat banyak bukit rendah yang
merupakan trumbu terbentuk pada alas konglomerat dan diatasnya menimbun
longgokan kedalam formasi Palasari, suatu bentukan muda karena pengungkitan
endapan disepanjang tepi laut.
7. Formasi batuan gunungapi kwarter
Kegiaan vulkanis pada kwarter menghasilkan terbentuknya sejumlah kerucut
yang umumnya kini telah tidak aktif lagi. Gunungapi tersebut menghasikan batuan
tufa dan endapan lahar Buyan-Beratan dan Batur, batuan gunungapi Gunung Batur,
batuan gunungapi Gunung Agung, batuan gunungapi Batukaru, lava dari gunung
Pawon dan batuan gunungapi dari kerucut-kerucut subresen Gunung Pohen, Gunung
Sangiang dan gunung Lesung. Gunungapi-gunungapi tersebut dari keseluruhannya
hanya dua yang kini masih aktif yaitu Gunung Agung dan Gunung Batur di dalam
Kaldera Batur.
Stratigrafi regional pulau Bali berdasarkan Peta Geologi Bali menurut Dony
Purnomo, (2010).
Kala Geologi Formasi
Kwarter Endapan aluvium terutama di sepanjang pantai,
tepi Danau Buyan, Bratan, dan Batur
Batuan gunung api dari krucut subresen Gunung Pohen,
Gunung Sangiang, Gunung Lesung
Lava dari Gunung Pawon
Batuan dari gunung api Gunung Batukaru
Batuan gunung api Gunung Agung
Batuan gunung api Gunung Batur
Tufa dari endapan lahar Buyan-Bratan dan Batur
Kwarter bawah Formasi Palasari: konglomerat, batu pasir,
batu gamping terumbu
Batuan gunung api Gunung Sraya
Batuan gunung api Buyan-Bratan Purba dan Batur Purba
Batuan gunung api Jembrana: lava, breksi, dan tufa
dari Gunung Klatakan, Gunung Merbuk, Gunung Patas,
dan batuan yang tergabung
Pliosen Formasi Asah: lava, breksi, tufa batuapung,
dengan isian rekahan bersifat gampingan
Formasi Prapat Agung: batu gamping, batu pasir gampingan,
napal
Batuan gunung api Pulaki: lava dan breksi
Miosen - Pleosen Formasi Selatan: terutama batugamping
Miosen Tengah-Atas Formasi Sorga: tufa, napal, batu pasir
Miosen Bawah-Atas Formasi Ulukan: breksi gunung api, lava, tufa
dengan sisipan batuan gampingan

2.2. Kondisi Topografi Pulau Bali


Topografi yang merupakan studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek
lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebagainya), dan asteroid. Dalam
pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja,
tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan, dan
bahkan kebudayaan lokal. Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan,
model tiga dimensi, dan identifikasi jenis lahan. Penggunaan kata topografi dimulai
sejak zaman Yunani kuno dan berlanjut hingga Romawi kuno, sebagai detail dari
suatu tempat. Kata itu datang dari kata Yunani, topos yang berarti tempat,
dan graphia yang berarti tulisan. Objek dari topografi adalah mengenai posisi suatu
bagian dan secara umum menunjuk pada koordinat secara horizontal seperti garis
lintang dan garis bujur, dan secara vertikal yaitu ketinggian. Mengidentifikasi jenis
lahan juga termasuk bagian dari objek studi ini. Studi topografi dilakukan dengan
berbagai alas an, diantaranya perencanaan militer dan eksflorasi geologi, serta untuk
kebutuhan kontruksi sipil atau pekerjaan umum (Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas).
Secra garis besar kondisi Topografi pulau Bali dapat dibagi menjadi tga zona yaitu
zona Bali selatan, daerah tengah, dan zona bali utara. (Arimuhaimin, 2010)
a. Topografi zone selatan Bali terdiri dari batu gamping yang merupakan plato-
plato yang terbentuk karena pengangkatan dan dataran aluvial pantai yang
banyak terdapat di sekitar Nusa Dua maupun daerah yang terdapat dekat muara-
muara sungai. Pada pantai selatan yang berbatu gamping banyak terbentuk cliff
dan terjadi abrasi membentuk lereng yang sangat curam. Perbukitan kapur
banyak terdapat singkapan batuan gamping terumbu karang yang mengandung
fosil dari formasi palasari. Pantai bertebing terjal, yang terjadi karena abrasi laut
yang sangat kuat sedang batuan induknya breksi vulkanik. Beting gisik dan sand
dunes yang terdapat di pantai selatan Bali.
b. Daerah tengah termasuk vulkanik muda yang terdiri dari gunung Agung, gunung
Batur, gunung Lessung, dan gunung Bratan. Berlereng curam dan banyak
kenampakan danau tektonik seperti danau Batur, Beratan, buyan dan
Tamblingan.
c. Daerah utara Bali berupa aluvial pantai dengan kemirinagan antara 0 – 2%
dengan arah utara selatan. Di bagian selatan terdiri atas perbukitan dengan
ketinggian antara 100-500 meter dengan kemiringan lereng 2-15%. Di daerah
Pulaki terdapat patahan arah timur barat yang telah berisi material aluvium. Ada
juga perbukitan kapur dengan ketinggian 0-500 meter dan kemiringan 15-40%.
Bukit-bukit rendah terdiri dari batuan umur tersier yang berlipat, sering batuan
tersier yang sudah tertutup oleh endapan vulkanik muda tersingkap.

Sedangkan dalam( K.M Ejasta, 1995) topografi Pulau Bali secara garis besar
dapat dibagi menjadi tiga bentukan yaitu dataran aluvial, dataran atau komplek
daerah volkanik, dan daerah batu gamping selatan.
1. Dataran aluvial
Datarn alivial merupakan daerah penimbunan (sedimentasi), dan pada dasarnya
bentuklahan yang disebabkan oleh proses fluvial atau bentuklahan yang terjadi akibat
proses air mengalir baik yang memusat (sungai) maupun oleh aliran permukaan
bebas (overland flow). (Suprapto Dibyosaputro, 1997)
Dataran aluvial di Pulau Bali dapat di bagi menjadi dua, yaitu dataran aluvial
selatan dan dataran alluvial pantai utara.
a. Dataran Alluvial Selatan
Wilayah ini melipti sebagian besar kabupaten Tabanan, Badung, Gianyar, dan
Klungkung, dengan tofografi yang landai sampai datar, terdiri dari endapan material
flovio fulkanik. Karakteristik tanah yang ada lebih banyak dipengaruhi oleh lamanya
material-material volkanis tersebut mengalami pelapukan dan endapan yang terjadi
akibat adanya luapan air sungai yang membawa sedimen disaat banjir maka struktur
endapan pada dataran alluvial berlapis horizontal pada elevasi yang rendah.
Lebih keselatan sekitar Lapangan Terbang Ngurah Rai terdapat dataran sempit
(tombolo), yang menghubungkan datran utama Bali dengan pegunungan kapur
selatan. Tombolo ini terbentuk akibat adanya arus dan ombak kearah darat. Materian
penyusun tombolo ini merupakan endapan marin.
b. Dataran Alluvial Pantai Utara
Wilayah ini membentang disepanjang pantai utara Bali, atau dapat disebutlkan
sebagai jalur dataran aluvial yang sempit. Topografi dataran aluvial utara Bali berupa
aluvial pantai dengan kemirinagan antara 0 – 2% dengan arah utara selatan. Di
bagian selatan terdiri atas perbukitan dengan ketinggian antara 100-500 meter
dengan kemiringan lereng 2-15%. Berdasarka data curah hijan jalur ini termasuk
daerah kering. Pada jalur antara Kubutambahan disebelah timur dan Tukad Gemgem
disebelah barat terdapat benyak meta air, sehingga daerah ini tidak nampakk kering.
Disebelah timur Kubutambahan mata air sudah hampit tidak ada, sering terjadi banjir
yang deras dimusim penghujan. Pada musim kemarau sungai itu kering, dan tidak
dapat digunakan untuk pertanian.
2. Daerah Batu Gamping Selatan
Daerah ini terdapat di semenanjung Bali bagian selatan dan juga Nusa
Penida. Daerah batuan gamping (Bukit Jimbaran dan Nusa Penida) mempunyai
kemiringan lereng landai sampai agak terjal (3 – 50 %) dengan beberapa tempat >30
%, terutama pada tebing-tebing laut, terletak pada ketinggian 0 – 210 meter di atas
permukaan laut. Tingkat erosi permukaan kecil hingga sedang dengan beberapa
tempat merupakan daerah abrasi dan berpotensi gerakan tanah berupa
amblasan. .Pada garis besarnya karakteristik lahan pegununga kapur selatan ini mirip
dengan pegunungan batu gamping barat. Bedanya di bagian selatan terdapat dua
jenis kapur yaitu koral dan marl. Kapur koral berkembang menjadi topografi
berbukit-bukit dengan kemiringan lereng lebih terjal dari marl. Karakteristik lahan
yang lain serupa dengan daerah batu gamping barat.

3. Komplek daerah vulkanik


Vulkanisme ialah peristiwa alam yang berhubungan dengan pembentukan
gunung api, yaitu pergerakan magma di kulit bumi (litosfer) menyusup ke lapisan
lebih atas atau keluar permukaan bumi. Di permukaan bumi ini banyak berbagai
bentukan yang berkaitan dengan vulkanisme, diantaranya gerak tektonik adalah
semua gerak naik dan turun yang menyebabkan perubahan bentuk kulit bumi. Gerak
ini dibedakan menjadi gerak epirogenetik dan gerak orogenetik.
Komplek daerah volkanik di Bali dapat dibagi menjadi empat komplek yaitu:
a. Komplek Vulkanik di Bali Bagian Barat
Wilayah ini meliputi daerah pegunungan mulai dari Gunung Patas kearah barat
sampai dekat Gilimanuk. Puncak-puncak separti gunung kelatakan, gunung sangiang,
gunung Merbuk, dan Gunung Mesehe termasuk didalam unit ini. Jenis batuannya
lava breksi, batu pasir, dan tufa merupakan bahan induk tanah yang terbentuk di
daerah yang bertofografi barat ini.

b. Komplek Gunungapi Buyan - Beratan


Gunung Buyan - Beratan adalah komplek pegunungan di bagian tengah Bali,
dan puncak-puncak gunung yang saat dapat kita lihat seperti membentengi daerah
tersebut merupakan bagian dari gunungapi Beratan Buyan purba. Tetapi karena
proses geomorfologi juga terjadi di sana sepeti terjadinya proses denudasi, sehingga
kenampakannya kini telah berubah dan kaldera gunung beratan buyan kini
kenampakannya tidak sejelas kaldera yang terdapat di Gunung Batur. Daerah ini
mempunyai kemiringan yang landai sampai terjal di beberapa tempat. Daerah ini
berada di dataran tinggi yang subur sehingga lahan di daerah Candikuning dan
Pancesari dominan dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
c. Gunung api Batur
Menurut Kemmerling, (1918) dan Stehn, (1928) dalam I.S.
Sutawidjaja, dkk, (1990). Kaldera Batur merupakan ketel raksasa berukuran 13,8 x
10 km. Kaldera ini tertutup dari segala arah, merupakan salah satu kaldera terbesar
dan terindah di dunia (van Bemmelen, 1949) dalam (I.S. Sutawidjaya, 1990).
Pematang kaldera tingginya berkisar antara 1267 m 2152 m (Puncak G. Abang). Di
dalam Kaldera I terbentuk Kaldera II yang berbentuk melingkar dengan garis tengah
lk. 7 km. Dasar Kaldera II terletak antara 120 - 300 m lebih rendah dari Undak
Kintamani (dasar Kaldera I). Di dalam kaldera tersebut terdapat danau yang
berbentuk bulan sabit yang menempati bagian tenggara yang panjangnya lk. 7,5 km,
lebar maksimum 2,5 km, kelilingnya lk. 22 km, luasnya lk. 16 km 2. Tinggi
permukaan air 1031 m di atas muka laut. Danau tersebut terjadi karena suatu
penurunan dasar (“Slenk”, “graben”). Menurut van Bemmelen (1949) diperkirakan
terbentuk bersamaan dengan pembentukan Kaldera II; menurut Stehn (1926)
terbentuknya kemudian.
Kegiatan purna kaldera ditandai dengan pertumbuhan kerucut G. Batur.
Kegiatan ini sekitar diawali 5000 tahun yang lalu oleh pembentukan kerucut G. Batur
berkomposisi basal sampai andesit basalan. Kawah puncaknya berpindah berarah
timurlaut - baratdaya antara G. Payang dan G. Bunbulan. Sejak tahun 1800 G. Batur
telah meletus sekurang-kurangnya 28 kali, umumnya bersifat efusif (leleran lava) dan
strobolian. leelran lava terbanyak terjadi pada bulan September 1963 menutupi
daerah seluas lk. 5.967.550 m2. Letusan terakhir terjadi 7 Juli 2000, sebanyak 3
kejadian, pusat letusan dari Kawah 1999. Letusan disertai lontaran piroklastik,
seperti pasir, lapili dan bongkah mengendap dengan radius lk. 100 m dari bibir
kawah. Asap letusan mencapai tinggi lk. 300 m di atas bibir kawah. Aktifitas
vulkanik G. Batur purna letusan Juli 2000, berupa kegiatan solfatara di dalam kawah-
kawahnya.

d. Komplek Gunung Agung dan Gunung Seraya


Komplek ini terletak pada bagian timur pulau Bali dengan titik tertinggi
sekaligus titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 m (dpal) dan terakhir meletus
pada Maret 1963. merupakan komplek gunungapi yang cukup luas. Disebelah timur
klungkung terdapat medan lahar yang cukup luas dari hasil letusan gunung Agung.
Timbunan lahar yang sangat luas juga terdapat di lereng utara Gunung Agung, mulai
dari Batudawa disebelah barat Culik, dekat Tianyar. Diantara medan lahar tersebut
terdapat deretan pegunungan yang terbentuk dari aliran lava pada periode erupsi
sebelumnya. Medan lahar berupa batu-batu, krikil campur pasir, aliran lava berupa
masa padat yang besar dari batuan beku berongga, berwarna coklat merah.

Gunung Seraya memiliki karakteristik lahan yang berbeda dengan gunung


Agung. Gunungapi ini sudah tidak aktif pada periode yang cukup lama, sehingga
proses denudasi lebih dominan membentuk lembah-lembah bekas pengikisan yang
sangat dalam. Denudasi yang lanjut ini mengakibatkan solum tanah tipis pada lereng-
lerengnya, sedangkan pada bagian yang agak datar solum tanahnya tebal berwarna
coklat dengan tekstur liat berdebu.

e. Depresi Karangasem
Terdapat disebalah barat daerah Gunung Seraya. Daerah ini lebih hijau
dibandingkan dengan di sekitarnya. Ini disebabkan karena daerah ini mendapat
rembesan air tanah yang keluar dari lapisan-lapisan tanah Gunung Agung, dan
sungai-sungai pada daerah ini tidak kering pada musim kemarau.

f. Gugusan bukit Sidemen


Terdapat di sebelah barat depresi Karangasem, terdiri dari barisan bukit-bukit
yang renadah, dengan tinggi tidak melebihii 800 m. gugusan Bukit Sidemen ini
dipisahkan dengan gunung Gunung Agung oleh sebuah pelana yang dinamakan
Sebetan. Sedangkan material bukit ini terdiri dari lapisasn breksi.
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Kondisi geologi regional Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan
selama kala Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang
disisipi oleh batu gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan oleh batu gamping
yang kemudian membentuk Formasi Selatan.
secara geologi pulau bali masih muda, batuan tertua berumur miosen. Secara garis
besar batuan di Bali dapat dibedakan menjadi beberapa satuan yaitu:
1. Formasi Ulakan
2. Formasi Selatan
3. Formasi Batuan Gunungapi Pulaki
4. Formasi Prapatagung
5. Formasi Asah
6. Formasi batuan gunungapi kuarter bawah
7. Formasi batuan gunungapi kwarter
Sedangkan secra garis besar kondisi pulau Bali dapat dibagi menjadi tiga zona yaitu
zona Bali selatan, daerah tengah, dan zona bali utara.
a. Topografi zone selatan Bali terdiri dari batu gamping yang merupakan plato-
plato yang terbentuk karena pengangkatan dan dataran aluvial pantai yang banyak
terdapat di sekitar Nusa Dua maupun daerah yang terdapat dekat muara-muara
sungai.
b. Daerah tengah termasuk vulkanik muda yang terdiri dari gunung Agung,
gunung Batur, gunung Lessung, dan gunung Bratan
c. Wilayah utara Bali berupa aluvial pantai dan di bagian selatan terdiri atas
perbukitan. Di daerah Pulaki terdapat patahan arah timur barat yang telah berisi
material aluvium. Ada juga perbukitan kapur dengan ketinggian 0-500

3.2.Saran
Adapun saran dari penulis, setelah pembaca membaca makalah ini
diharapkan dapat memahami isi dari makalah ini sehingga kedepannya, pengetahuan
tersebut dapat bermanfaat bagi kita semua kahususnya dalam bidang pendidikan dan
pembangunan yang berwawasan geografi.

Anda mungkin juga menyukai