PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penulis dapat menyajikan tujuan,
yaitu:
1.3.1. Mengetahui kondisi geologi pulau Bali!
1.3.2. Mengetahui kondisi geomorfologi pulau Bali!
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu, secara khusu untuk
memenuhi tugas mata kuliah geomorfologi Indonesia yang dibebankan kepada kami.
Dan secara umum makalah ini dapat memberikan gambaran secara umum mengenai
kondisi giologi dan topografi Pulau Bali.
BAB II
PEMBAHASAN
Litosol
Jenis tanah ini dicirikan oleh kedalaman efektif tanah sangat dangkal dan
langsung berada diatas batuan dan umumnya berada pada daerah
pegunungan/perbukitan dengan kemiringan yang terjal. Untuk pengembangan, faktor
penghambat jenis tanah ini adalah kedalaman efektif tanah yang dangkal dan lereng.
Mediteran
Jenis tanah ini terbentuk pada wilayah berombak sampai bergelombang, mempunyai
kedalaman efektif relatif dalam, drainase baik dan terbentuk pada itilin mediteran
tekstur halus untuk pengembangan pertanian jenis tanah ini potensial untuk
dikembangkan tanaman perkebunan/tanaman keras.
Regosol
Tanah ini terbentuk dari batuan induk muda hasil letusan gunung berapi, dicirikan
oleh adanya batuan yang menyebar baik dipermukaan tanah maupun pada lapisan
tanah bagian atas. Tanah Regosol mempunyai drainase tanah sangat cepat sehingga
tidak potensial untuk pengembangan pertanian. Tanah ini dapat meresapkan air
cukup sehingga dapat difungsikan sebagai kawasan lindung untuk resapan air. Di
wilayah Bima tanah Regosol merupakan hasil letusan gunung api Tambora, sehingga
sebarannya sekitar Gunung Tambora.
Aluvial
Tanah Aluvial merupakan tanah muda hasil endapan. Tanah ini mempunyai sifat
kimia dan fisik relatif baik dari pada ke 3 jenis di atas. Di wilayah Kabupaten Bima
jenis tanah ini menyebar di wilayah sekitar (mulai dari wilayah perlembaban). Dalam
pemanfaatan jenis tanah ini merupakan lahan potensial untuk pengembangan
tanaman pangan. Sebagian besar tanah yang ada di wilayah Kabupaten Bima
tergolong dalam tekstur sedang (77.8 %), Tekstur kasar 21.26 % dan tekstur halus
(0.93 %). Kelas tekstur dalam pemanfaatan lahan sangat berhubungan erat dengan
drainase tanah dimana untuk tekstur kasar sangat tidak sesuai untuk tanaman yang
memerlukan banyak air (padi sawah). Berdasarkan kedalaman efektifnya tanah di
wilayah Kabupaten Bima 58.44 % di atas 60 cm, 30,39 % mempunyai kedalaman
efektif antara 0-30 %. Dengan demikian, berdasarkan kedalaman efektifnya tanah
yang baik untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian adalah sebesar 58.44 %.
2.3 BALI
1. Kondisi Geologi pulau Bali
Sedangkan dalam( K.M Ejasta, 1995) topografi Pulau Bali secara garis besar
dapat dibagi menjadi tiga bentukan yaitu dataran aluvial, dataran atau komplek
daerah volkanik, dan daerah batu gamping selatan.
1. Dataran aluvial
Datarn alivial merupakan daerah penimbunan (sedimentasi), dan pada dasarnya
bentuklahan yang disebabkan oleh proses fluvial atau bentuklahan yang terjadi akibat
proses air mengalir baik yang memusat (sungai) maupun oleh aliran permukaan
bebas (overland flow). (Suprapto Dibyosaputro, 1997)
Dataran aluvial di Pulau Bali dapat di bagi menjadi dua, yaitu dataran aluvial
selatan dan dataran alluvial pantai utara.
a. Dataran Alluvial Selatan
Wilayah ini melipti sebagian besar kabupaten Tabanan, Badung, Gianyar, dan
Klungkung, dengan tofografi yang landai sampai datar, terdiri dari endapan material
flovio fulkanik. Karakteristik tanah yang ada lebih banyak dipengaruhi oleh lamanya
material-material volkanis tersebut mengalami pelapukan dan endapan yang terjadi
akibat adanya luapan air sungai yang membawa sedimen disaat banjir maka struktur
endapan pada dataran alluvial berlapis horizontal pada elevasi yang rendah.
Lebih keselatan sekitar Lapangan Terbang Ngurah Rai terdapat dataran sempit
(tombolo), yang menghubungkan datran utama Bali dengan pegunungan kapur
selatan. Tombolo ini terbentuk akibat adanya arus dan ombak kearah darat. Materian
penyusun tombolo ini merupakan endapan marin.
b. Dataran Alluvial Pantai Utara
Wilayah ini membentang disepanjang pantai utara Bali, atau dapat disebutlkan
sebagai jalur dataran aluvial yang sempit. Topografi dataran aluvial utara Bali berupa
aluvial pantai dengan kemirinagan antara 0 – 2% dengan arah utara selatan. Di
bagian selatan terdiri atas perbukitan dengan ketinggian antara 100-500 meter
dengan kemiringan lereng 2-15%. Berdasarka data curah hijan jalur ini termasuk
daerah kering. Pada jalur antara Kubutambahan disebelah timur dan Tukad Gemgem
disebelah barat terdapat benyak meta air, sehingga daerah ini tidak nampakk kering.
Disebelah timur Kubutambahan mata air sudah hampit tidak ada, sering terjadi banjir
yang deras dimusim penghujan. Pada musim kemarau sungai itu kering, dan tidak
dapat digunakan untuk pertanian.
2. Daerah Batu Gamping Selatan
Daerah ini terdapat di semenanjung Bali bagian selatan dan juga Nusa
Penida. Daerah batuan gamping (Bukit Jimbaran dan Nusa Penida) mempunyai
kemiringan lereng landai sampai agak terjal (3 – 50 %) dengan beberapa tempat >30
%, terutama pada tebing-tebing laut, terletak pada ketinggian 0 – 210 meter di atas
permukaan laut. Tingkat erosi permukaan kecil hingga sedang dengan beberapa
tempat merupakan daerah abrasi dan berpotensi gerakan tanah berupa
amblasan. .Pada garis besarnya karakteristik lahan pegununga kapur selatan ini mirip
dengan pegunungan batu gamping barat. Bedanya di bagian selatan terdapat dua
jenis kapur yaitu koral dan marl. Kapur koral berkembang menjadi topografi
berbukit-bukit dengan kemiringan lereng lebih terjal dari marl. Karakteristik lahan
yang lain serupa dengan daerah batu gamping barat.
e. Depresi Karangasem
Terdapat disebalah barat daerah Gunung Seraya. Daerah ini lebih hijau
dibandingkan dengan di sekitarnya. Ini disebabkan karena daerah ini mendapat
rembesan air tanah yang keluar dari lapisan-lapisan tanah Gunung Agung, dan
sungai-sungai pada daerah ini tidak kering pada musim kemarau.
3.1.Kesimpulan
Kondisi geologi regional Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan
selama kala Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang
disisipi oleh batu gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan oleh batu gamping
yang kemudian membentuk Formasi Selatan.
secara geologi pulau bali masih muda, batuan tertua berumur miosen. Secara garis
besar batuan di Bali dapat dibedakan menjadi beberapa satuan yaitu:
1. Formasi Ulakan
2. Formasi Selatan
3. Formasi Batuan Gunungapi Pulaki
4. Formasi Prapatagung
5. Formasi Asah
6. Formasi batuan gunungapi kuarter bawah
7. Formasi batuan gunungapi kwarter
Sedangkan secra garis besar kondisi pulau Bali dapat dibagi menjadi tiga zona yaitu
zona Bali selatan, daerah tengah, dan zona bali utara.
a. Topografi zone selatan Bali terdiri dari batu gamping yang merupakan plato-
plato yang terbentuk karena pengangkatan dan dataran aluvial pantai yang banyak
terdapat di sekitar Nusa Dua maupun daerah yang terdapat dekat muara-muara
sungai.
b. Daerah tengah termasuk vulkanik muda yang terdiri dari gunung Agung,
gunung Batur, gunung Lessung, dan gunung Bratan
c. Wilayah utara Bali berupa aluvial pantai dan di bagian selatan terdiri atas
perbukitan. Di daerah Pulaki terdapat patahan arah timur barat yang telah berisi
material aluvium. Ada juga perbukitan kapur dengan ketinggian 0-500
3.2.Saran
Adapun saran dari penulis, setelah pembaca membaca makalah ini
diharapkan dapat memahami isi dari makalah ini sehingga kedepannya, pengetahuan
tersebut dapat bermanfaat bagi kita semua kahususnya dalam bidang pendidikan dan
pembangunan yang berwawasan geografi.