Anda di halaman 1dari 10

Tugas Praktikum

“Geomorfologi dan Analisis Lansekap, Bentuklahan (Struktural)”

Oleh :
RUTH. S. SARAWAN (202022024)
IMELDA.D.MSEN (202022007)

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERRSITAS PAPUA
MANOKWARI
2023
PENDAHULUAN

Bentuklahan struktural merupakan kenampakan morfologi yang dicirikan oleh topografi


tinggi dan rendah dengan pola khusus. Lokasi penelitian terletak di daerah kemang,
kabupaten Cianjung, Provinsi Jawa Barat dengan petakan 12 km. Penelitian ini bertujuan
untuk mengklasifikasikan dan mengidentifikasi bentuk struktural serta karakteristik morflogi
daerah penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi observasi lapangan
meliputi pengambilan dan pendeskripsian data lapangan, analisis studio meliputi membuatan
peta, serta pengolahan data struktur dan pengamatan morfologi melalui Digital Elevation
Model (DEM). Secara umum daerah penelitian memiliki kenampakan topografi yang cukup
kompleks dikarenakan berkembangnya dua sesar naik orientasi Timurlaut-Baratdaya yang
mengontrol perkembangan morfologi daerah penelitian berdasarkan aspek elevasi tersusun
atas perbuktian, bukti tinggi, dan gunung dengan tingkat elevasi terendah 350 mdpl sampai
tertinggi 1050 mdpl, serta tingkat kelerengan yang relatif miring hingga curam. Pola
pengaliran yang berkembang didaerah penelitian termasuk kedalam tipe pararel dengan arah
relatif utara-selatan. Berdasarkan kumpulan aspek yang telah dihimpun depat
diinterpretasikan bahwa faktor struktural bertanggung jawab besar atas pembentukan kondisi
morfologi daerah penelitian hingga saat ini. Kenampakan morfologi daerah penelitian
berasosiasi dengan dua sesar naik, hal tersebut memantulkan melalui patahan scarp yang
berada di baratlaut daerah penelitian dengan kontur pola kontur yang merapat pada satu sisi
tetapi melebar pada sisi lainnya. Lereng fault scarp yang berada didaerah penelitian memiliki
kemiringan rara-rata 8-13% (miring), dan panjang fault scarp 1,75 km dan 3,479 km.
Pengembagan jangka panjang dalam penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam kajian
geoteknik dan acuan guna penangulangan bahaya longsor.
LANDASAN TEORI

Bentuklahan struktural

Bentuk lahan asal struktural adalah bentuk lahan yang disebabkan oleh adanya tenaga
endogen atau tenaga yang berasal dari dalam Bumi atau tenaga yang berasal dari dalam Bumi
atau biasa disebut proses tektonik. Tenaga dari dalam Bumi ini menyebabkan adanya tekanan
pada lempeng atau kerak Bumi. Tekanan tersebut membuat kulit Bumi terlipat, patah, retak,
dan melengkung. Gaya yang bekerja tersebut akhirnya membentuk suatu bentukan lipatan,
patahan, lengkungan, dan retakan.

Dalam membicarakan bentuk lahan struktural, ada dua macam struktur penting yaitu struktur
geologi dan struktur batuan. Struktur geologi merupakan struktur asli bentuk lahan tersebut.
Sementara itu, struktur batuaan berpengaruh pada perkembangan morfologi sehingga sangat
penting untuk dipelajari dalam geomorfologi. Struktur batuan antara lain mencakup struktur
perlapisan batuan dan materi pembentuk materi batuan.

Keberadaan bentuk lahan struktural muka Bumi memberikan manfaat bagi manusia.
kehadiran pegunungan atau perbukitan patahan memberikan manfaat di berbagai bidang.
Misalnya pada bidang pertambangan, di beberapa kawasan pegunungan atau perbukitan
patahan ditemukan jebakan minyak Bumi melimpah seperti di Kutai Kartanegara
(Kialimantan Timut), Jebakan minyak ditemukan melalui eksplorasi dengan cara seismik.
Selain itu, beberapa bentukan hasil proses struktural menyajikan keunikan relief dan
panorama yang bisa diangkat menjadi destinasi wisata.

Pembentukan Bentuk Lahan Struktural

Lipatan, patahan, lengkugan, dan retakan merupakan beberapa kenampakan yang


diperlihatkan oleh bentuk lahan struktural di permukaan Bumi. Semua bentukan tersebut
dikontrol oleh satu tenaga luar biasa yang berasal dari dalam Bumi yaitu tenaga endogen.
Intensitas dan pergerakan tenaga endogen untuk membentuk keempat kenampakan struktural
tersebut berbeda-beda.
Secara umum dapat dikatakan bahwa, bentuk lahan asal proses struktural terbentuk karena
proses endogen berupa tektonisme dan diatropisme. Proses-proses ini telah menyebabkan
beberapa aktivitas, seperti pengangkatan, penurunan, pelengkungan, pelenturan, dan
pelipatan pada kerak Bumi. Aktivitas-aktivitas tersebut terjadi secara intensif sehingga
terbentuk struktur geologi berupa lipatan, patahan, lengkungan, dan retakan. Seiring
berjalannya waktu, pada permukaan Bumi terbentuklah kenampakan alam seperti gunung,
pegunungan, bukit, lembah, atau jurang. Selain itu, terdapat struktur horizontal yang
merupakan struktur asli sebelum mengalami perubahan. Tahap-tahap pembentukan bentuk
lahan struktural di permukaan Bumi digambarkan dengan diagram berikut ini.

Berdasarkan gerakannya patahan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Patahan normal, arah lempeng batuannya turun mengikuti gaya berat.

2. Patahan naik, arah lempeng batuannya naik berlawanan dengan gaya berat.

3. Patahan geser, arah lempeng batuannya horizontal berlawanan dengan gaya berat.

Ragam Bentuk Lahan Struktural

Kenampakan alam yang dibentuk oleh proses struktural memiliki pemandangan alam luar
biasa seperti patahan bernilai seni tinggi.

Pegunungan atau Perbukitan Lipatan

Pegunungan atau perbukitan lipatan terbentuk karena terlipatnya lapisan batuan dalam kulit
Bumi. Lapisan batuan tersebut terlipat karena gay endogen sangat kuat. Lapisan batuan
terimpit dari sisi berlawanan, pada akhirnya membentuk pegunungan atau perbukitan lipatan.

Bentuk lipatan mempunyai ciri khas. Pegunungan lipatan memiliki lereng terjal dengan
lembah-lembah panjang. Sementara itu, perbukitan lipatan berlereng terjal sampai landai
memiliki kemiringan lembah bervariasi. Jenis-jenis batuan yang terdapat di kawasan
pegunungan atau perbukitan lipatan ialah batuan sedimen, batu gamping, batu lempung, batu
pasir kuarsa, dan gipsum. Pegunungan Kendeng dan Pegunungan Himalaya merupakan dua
contoh pegunungan lipatan di dunia.
Satuan bentuk lahan pada perbukitan lipatan lebih kompleks dibadingkan dengan pegunungan
lipatan. Tiga satuan bentuk lahan yang dimiliki oleh keduanya ialah pegunungan/ perbukitan
antiklinal, pegunungan/ perbukitan sinklinal, dan pegunungan/ perbukitan monoklinal.

Pegunungan/ Perbukitan Antiklinal

Bentuk lahan ini terdiri atas unit-unit punggung lipatan dan sebagian besar didominasi oleh
batuan plastis. Pegunungan/ perbukitan antiklinal merupakan bagian lipatan yang memiliki
posisi lebih tinggi dari lipatan lainnya. Satuan bentuk lahan pegunungan/ perbukitan
antiklinal akan membentuk permukaan Bumi cembung atau menonjol.

Pegunungan/ perbukitan sinklinal terdiri atas lembah-lembah lipatan dan sebagian besar
didominasi oleh batuan plastis. Pegunungan/ perbukitan sinklinal merupakan bagian lipatan
yang memiliki posisi lebih rendah dari lipatan lainnya. Lipatan sinklinal akan membentuk
permukaan Bumi menjadi cekung (lembah). Dalam wilayah luas terkadang dijumpai deretan
pegunungan/ perbukitan antiklinal dan sinklinal berulang-ulang.

Pegunungan/ Perbukitan Monoklinal

Pegunungan lipatan ini terbentuk karena adanya tekanan pada satu titik yang tingginya lebih
dari 500 m. Untuk perbukitan monoklinal adalah perbukitan lipatan yang terjadi karena
adanya tekanan pada satu titik yang tingginya kurang dari 500 m. Bentukan permukaan dari
monoklinal ialah datar-miring-datar.

Pegunungan atau Perbukitan Dome

Pegunungan atau perbukitan dome merupakan pegunungan atau perbukitan tunggal yang
memiliki kemiringan landai. Bentuk lahan ini awalnya terbentuk karena proses struktural,
kemudian diikuti beberapa proses, seperti intrusi garam (diapir), intrusi lakolit, dan intrusi
batuan beku (batolit). Apabila yang bekerja adalah proses intrusi batolit terbentuk kubah yang
besar dan tinggi.

Pegunungan atau perbukitan dome yang berumur muda sering mengalami pengikisan pada
bagian puncaknya. Pada tahapan deawasa, pengikisan pada bagian puncak semakin meluas
dan mendalam. Pengikisan yang intensif terkadang sampai membentuk lembah di bagian
puncaknya. Proses akhir pengikisan pada tahap tua akan membentuk peneplane. Beberapa
satuan bentuk lahan perbukitan dome ialah perbukitan ini dome, cekungan inti dome, dan
flatiron.

Pegunungan atau Perbukitan Blok Sesar

Pegunungan atau perbukitan blok sesar merupakan kumpulan pegnunungan atau perbukitan
yang mengalami berbagai bentuk patahan, seperti sembul atau triangle facet. Di beberapa
wilayah pegunungan atau perbukitan blok sesar terdapat retakan-retakan yang sebagian naik
dan sebagian lainnya turun serta ada pula yang miring. Bidang antara dua blok yang naik dan
turun inilah yang dinamakan sesar. Bidang blok yang menjulang ke atas dinamakan atap sesar
(hanging wall), sedangkan bidang blok yang lebih rendah dinamakan alas sesar (foot wall).
Pada umumnya, kenampakan alam pegunungan atau perbukitan blok sesar seperti balok-
balok yang menjulang tinggi. Materialnya tersusun dari batuan sedimen klastik.

Empat satuan bentuk lahan pegunungan atau perbukitan blok sesar yang sering dijumpai di
dunia ialah gawir sesar, triangular facet, graben, dan sembul.

1. Gawir Sesar

Gawir sesar adalah struktur bidang patahan yang terjal dan memanjang. Satuan bentuk lahan
ini terbentuk akibat adanya gejala sesar baru, kemudaian disertai dengan perpindahan secara
vertikal, jalur yang hancur, dan pelurusan sungai. Gawir sesar memanjang mengikuti zona
sesar, baik zona sesar turun maupun sesar naik.

2. Triangular Facet

Triangular Facet merupakan satuan bentuk lahan struktural yang dicirikan dengan
kenampakan lereng bukit menyerupai jajaran segitiga. Jajaran segitiga tersebut memanjang
lurus dan biasanya bagian depan memiliki topografi relatif datar dengan endapan kipas
aluvial. Bagian ujung yang meruncing sebagai bagian yang paling dekat dengan bidang sesar.
Selain itu, ujung yang meruncing tersebut sering mengalami perombakan material karena
proses pelapukan dan erosi aktif. Di sepanjang lereng bukit segitiga terdapat sejumlah aliran
sungai yang miring.
3. Graben/ Slenk

Graben dikenal dengan istilah slenk (tanah turun). Satuan bentuk lahan struktural ini
merupakan tanah patahan yang turun sehingga permukaannya lebih rendah daripada daerah
sekitarnya. Graben terjadi karena adanya tarikan yang berasal dari dua arah yang
menyebabkan kerak Bumi menjadi turun atau tenggelam. Beberapa nama graben yang
terkenal di dunia ialah Danau Baikal (Rusia), Graben Lambert (Antartika), dan Lembah
Sungai Saguenay (Kanada).

4. Sembul/ Horst

Sembul dikenal dengan istilah horst (tanah naik). Horst merupakan kebalikan dari graben.
Satuan bentuk lahan struktural ini merupakan tanah patahan yang naik sehingga
permukaannya lebih tinggi daripada daerah disekitarnya. Sembul terjadi karena adanya
tekanan yang berasal dari dua arah atau lebih yang akhirnya menyebabkan kerak Bumi
bergerak ke atas. Kenampakan dominan pada satuan bentuk lahan ini ialah adanya sesar yang
disebabkan oleh pergeseran posisi lapisan (diskolasi).

Pegunungan atau Perbukitan Plato

Plato merupakan dataran tinggi dengan struktur horizontal. Pegunungan plato memiliki
ketinggian lebih dari 500 m, sedangkan perbukitan plato memiliki ketinggian kurang dari 500
m. Pada umumnya bentuk lahan plato dikelilingi oleh rangkaian pegunungan bertebing
curam. Plato terbentuk sebagai hasil erosi dan sedimentasi. Selain itu, beberapa plato
merupakan bekas kaldera luas, kemudian tertimbun oleh material dari lereng gunung di
sekitarnya.

Pegunungan plato memiliki beberapa satuan bentuk lahan, yaitu pegunungan plato karbonat,
pegunungan plato sedimen klastik, dan pegunungan plato basal. Beberapa satuan bentuk
lahan perbukitan plato yaitu perbukitan mesa dan perbukitan butte. Kedua perbukitan ini
sering dijumpai di kawasan perbukitan plato berumur tua.

1. Perbukitan Mesa
Perbukitan mesa adalah perbukitan yang memiliki puncak datar (rendah) dengan struktur
horizontal sebagai akibat dari proses erosi. Mesa tampak sebagai perbukitan yang datar dan
liuas.

2. Perbukitan Butte

Perbukitan butte merupakan kebalikan dari perbukitan mesa. Kata butte berasal dari bahasa
Prancis yang memiliki arti bukit kecil. Jadi, perbukitan butte digambarkan sebagai perbukitan

yang memiliki puncak sempit dan lebih tinggi dibandingkan dengan perbukitan mesa.
Beberapa ciri yang dimiliki oleh perbukitan butte ialah sisinya terjal dan curam, biasanya
berada pada iklim kering, serta badan perbukitannya terdapat lapisan-lapisan hasil dari
sedimentasi.

Teras Struktural

Teras struktural tampak sebagai permukaan bertingkat karena proses pengangkatan berulang-
ulang yang terjadi pada masa lampau di suatu tempat. Salah satu bentuk alam dari teras
struktural ialah step fault (tebing bersusun). Teras struktural menempati batuan yang relatif
horizontal dengan perlapisan miring. Bentuk lahan struktural ini berlawanan dengan
perbukitan monoklinal. Bentuk permukaan dari perbukitan mnoklinal ialah datar-miring-
datar, sedangkan teras struktural memiliki bentuk permukaan miring-datar-miring. Pada
awalnya teras struktural berbentuk fault scrap yaitu tebing yang mengalami rekahan (sesar).
Oleh karena terbentuk berulang-ulang maka menghasilkan bentukan step fault. Beberapa
satuan bentuk lahan dari teras struktural ialah teras struktural berbatu gamping, teras
struktural berbatuan sedimen (tanpa batu gamping), dan teras struktural berbatuan beku.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Bentuk lahan struktural terjadi oleh karena adanya proses endogen yang disebut tektonisme
atau diastrofisme. Proses ini meliputi pengangkatan, penurunan, dan pelipatan kerak bumi
sehingga terbentuk struktur geologi: lipatan dan patahan. Selain itu terdapat pula struktur
horizontal yang merupakan struktur asli sebelum mengalami perubahan. Dari struktur pokok
tersebut, selanjutnya dapat di rinci menjadi berbagai bentuk berdasarkan sikap lapisan batuan
dan kemiringannya. Bentuk lahan structural di cirikan oleh adanya pola aliran Trellis yang
tersusun dari sungai-sungai konsekuen, subsekuen, resekuen, dan obsekuen. Bentuk lahan ini
di tentukan oleh tenaga endogen yang menyebabkan terjadinya deformasi perlapisan batuan
dengan menghasilkan struktur lipatan, dan patahan, serta perkembangannya. Bentuk lahan di
cirikan oleh adanya perlapisan batuan yang mempunyai perbedaan ketahanan terhadap erosi.
Akibat adanya tenaga endogen tersebut terjadi deformasi sikap (attitude) perlapisan batuan
yang semula horizontal menjadi miring atau bahkan tegak dan membentuk lipatan. Penentuan
nama suatu bentuk lahan structural pada dasarnya di dasarkan pada sikap perlapisan batuan
(dip dan strike). Dalam berbagai hal, bentuk lahan struktural berhubungan dengan perlapisan
batuan sedimen yang berbeda ketahanannya terhadap erosi. Bentuklahan lahan struktural
pada dasarnya dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yaitu struktur patahan dan lipatan.
Kadang-kadang pola aliran mempunyai nilai untuk struktur geologis yang dapat dilihat dari
citra. Plateau struktural terbentuk pada suatu daerah yang berbatuan berlapis horisontal,
sedang cuesta dan pegunungan monoklinal terdapat dip geologis yang nyata. Batuan berlapis
yang terlipat selalu tercermin secara baik pada bentuklahannya. Skistositas akan berpengaruh
pada bentuklahan pada daerah dengan batuan metamorfik, lebih lanjut patahan dan retakan
mempunyai pengaruh juga pada perkembangan landform. Dalam beberapa kasus, bentuk-
bentuk struktural dipengaruhi oleh proses-proses eksogenitas dari berbagai tipe, sehingga
terbentuklah satuan struktural-denudasional. Struktur-struktur geologi seperti lipatan,
patahan, perlapisan, kekar maupun lineaman (kelurusan) yang dapat diinterpretasi dari foto
udara dan peta geologi merupakan bukti kunci satuan structural.

Anda mungkin juga menyukai