Anda di halaman 1dari 143

PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Benyamin Sapiie
Agus H. Harsolumakso

Laboratorium Geologi Dinamik


Program Studi Teknik Geologi
Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral
Institut Teknologi Bandung
2006
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

I
PRINSIP DASAR

PENDAHULUAN

Bumi adalah planet yang sangat dinamis. Beberapa bukti diantaranya adalah peristiwa
terjadinya gempa bumi dan kegiatan gunung berapi yang terjadi di berbagai tempat di penjuru
dunia. Bukti geologi dalam batuan menunjukan bahwa kegiatan ini terjadi terus menerus dalam
sejarah bumi. Aktifitas ini telah berlangsung beratus-ratus juta juta tahun dan memperlihatkan
bukti kedinamisan bumi yang konstan.

Tujuan utama dalam mempelajari geologi struktur dan tektonik adalah merekonstruksi gaya-
gaya yang menyebakan proses perubahan dan evolusi dari muka bumi. Secara umum,
pengertian geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari batuan yang terdeformasi yang
membentuk lapisan atas dari bumi. Kata Struktur berasal dari bahasa latin yang berarti
membangun. Deformasi atau deformation adalah proses yang merubah bentuk atau ukuran
dari batuan dan meninggalkan hasil yang permanen di batuan. Sebagai contoh adalah proses
patahan pada kerak bumi yang dapat menimbulkan timbulnya struktur penyerta dalam batuan
seperti perlipatan, rekahan dan patahan-patahan kecil. . Struktur penyerta ini dapat digunakan
untuk mempelajari perkembangan struktur geologi suatu daerah.

Geologi struktur telah berkembang mulai dari ilmu yang sangat diskriptif menjadi yang lebih
kuantitatif dengan memakai prinsip continuum mechanics untuk mempelajari proses
deformasi dan pembentukan struktur geologi (Twiss dan Moore,1992). Dalam mempelajari
semua ilmu yang ada di dalam geologi struktur akan sangat tergantung pada observasi batuan
yang terdeformasi di lapangan. Observasi ini dapat dilakukan pada berbagai skala, mulai dari
skala singkapan yang besar kilometer, meter, centimeter, hingga millimeter, dan bahkan
sampai mikroskopik. Pengertian akan struktur geologi akan lebih meningkat apabila dalam
penelitiannya dapat mengintegrasikan di semua skala yang ada dibumi kita ini. Tetapi hal
tersebut tidak mungkin dilakukan. Untuk lebih mempertajam arti dan interpretasi, struktur
geologi moderen banyak melakukan percobaan laboratorium maupun simulasi matematika
(Davis dan Reynolds, 1996; Twiss dan Moore,1992 dan Suppe,1985).

Pada umumnya penelitian geologi struktur dan tektonik terkonsentrasi di permukaan atau di
bagian luar kerak bumi. Karakteristik kerak bumi pada umumnya secara langsung atau tidak
langsung diakibatkan oleh pergerakan lithosfir. Pergerakan ini, dinyatakan dalam teori tektonik
lempeng yang juga banyak menjelaskan aktivitas tektonik dibumi saat ini maupun yang tercatat
dalam batuan di cekungan-cekungan laut. Kebanyakan bukti-bukti proses tektonik dan
pergerakan didapatkan di kerak samudra dimana pematang tengah samudra didalam proses
peregangannya menghasilkan materi baru untuk menambah komposisi lithosfir. Namun
demikian umur kerak samudra yang paling tua yang didapatkan adalah 180 juta tahun yang
lalu, sehingga lebih dari 96% sejarah tektonik bumi harus didapatkan dari kerak benua.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Penelitian geologi memperlihatkan bahwa kebanyakan deformasi di kerak benua terjadi pada
arah yang linear yang berasosiasi dengan batasbatas lempeng saat ini (Gambar 1). Dengan
pola-pola struktur di kerak benua yang tua kita dapat mengerti proses tektonik saat ini. Hal ini
juga menyatakan bahwa dalam mempelajari geologi struktur tidak dapat dipisahkan dengan
pemahaman tentang tektonik lempeng.

Gambar 1. Distribusi daratan, batas benua, cekungan laut dalam dan lempeng
tektonik di dunia serta bukti deformasi berdasarkan kegempaan
(modifikasi dari USGS World Topographic map 2003).

UNSUR-UNSUR STRUKTUR GEOLOGI

Secara umum dalam geologi ada tiga jenis struktur geologi yang terobservasi dari lapangan
yaitu: bidang kontak, stuktur primer dan struktur sekunder. Bidang Kontak adalah batas antar
jenis batuan, yang mencerminkan suatu proses geologi. Bidang kontak (Gambar 2) ini dapat
berupa; kontak sedimentasi (normal), ketidakselarasan, kontak intrusi, kontak tektonik berupa
bidang sesar atau zona sesar atau shear zone.

Struktur Primer adalah struktur dalam batuan yang berkembang pada saat atau bersamaan
dengan proses pembentukannya (Gambar 3). Pada umumnya struktur ini merefleksikan kondisi
lokal dari lingkungan pengendapan batuan tersebut. Contohnya bidang perlapisan pada batuan
sedimen struktur sedimen seperti gradded-bedding, cross-bedding, riple marks dan curent riples
pada batupasir. Struktur kekar kolom, ropy dan vesicular (gas vesicle) pada lava (Gambar 2).
Catatan: Struktur primer dalam batuan sedimen akan mengikuti hukum-hukum dasar
sedimentologi, misalnya superposisi dan kesinambungan lateral.

Struktur Sekunder adalah struktur yang terbentuk akibat gaya (force) setelah proses
pembentukan batuan tersebut, baik itu batuan beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Mempelajari proses-proses pembentukan struktur sekunder ini yang akan menjadi fokus utama
didalam geologi struktur. Tetapi untuk beberapa kasus seringkali sangat sulit untuk
membedakan struktur primer dan sekunder, karena adanya unsur interpretasi misalnya pada
saat pembentukan struktur bantal pada lava. Dimana pada saat pembentukannya sebagai suatu
struktur primer mungkin berkaitan dengan suatu proses tektonik regional yang significant.

Struktur sekunder terdiri dari: fractures antara lain joint, shear fractures (kekar gerus),
Slickenlines (gores-garis), vein, fault (sesar), fold (perlipatan), cleavage, foliasi, dan lineasi
(Gambar 4): Struktur-shuktur ini dibedakan berdasarkan geometri, cara terbentuknya, bahan
dasar (rheology) serta kondisi deformasinya. Pembahasan dan pernerian lebih detail untuk
setiap jenis struktur sekunder akan diberikan pada bab-bab selanjutnya. Joint dan shear
fractures (kekar gerus) dicirikan dengan bidang yang planar dan licin yang memotong batuan.
Joint terbentuk oleh gaya regangan diakibatkan oleh stress tektonik dan temperatur. Pada
umumnya di alam joint ditemukan berkelompok dengan spasi (jarak antar joint) yang teratur
dan konsisten (Gambar 4).

Berbeda dengart joint, kekar gerus terbentuk karena proses penggerusan dengan pergerakan
yang hanya sedikit dan sejajar bidang kekar. Kekar gerus banyak ditemukan pada batuan yang
terlipat, tetapi juga umum dihasillcan akiba't dari proses pembebanan tektonik. Sedangkan joint
umum dijumpai di berbagai lingkungan. Gores-garis dihasilkan akibat pentorehan pada bidang
kekar akibat pergerakdn. Pergerakan pada kekar gerus sangat kecil sehingga sukar untuk
diamati oleh mata biasa. Vein terbentuk akibat fluida yang masuk kedalam kekar karena adanya
perubahan tekanan fluida didalam batuan (Gambar 4).

Lipatan adalah struktur yang berbentuk melengkung. Lipatan memiliki bentuk dan ukuran yang
beragam dimana struktur dalamnya seringkali merefleksikan kondisi deformasinya (Gambar
4C-D). Lipatan umumnya terbentuk dalam batuan sedimen yang belum terlitifikasi,
contohnya lipatan longsoran (slump) yang banyak dijumpai pada endapan turbidit.

Sesar adalah suatu bidang yang diskrit atau merupakan suatu zona dimana batuan
bergerak (Gambar 4E-F). Pergerakan sesar menghasilkan berbagai produk termasuk
gouge, cermin sesar dan gores-garis. Dewasa ini banyak study sesar dilakukan terutama
dikonsentrasikan pada sesar aktif untuk mencoba memprediksi bencana gempa bu mi.

Bidang belah (cleavage), foliasi dan lineasi adalah struktur produk dari deformation
tempature dan atau tekanan tinggi. Foliasi adalah bidangbidang planar yang rapat yang
terdiri dari mineral-mineral seperti mika, bidang geser dan pengarahan fragmen kwarsa.
Kelompok khusus dari foliasi adalah bidang belah atau cleavage yang mempunyai
karakter khusus yaitu kalau pecah akan mengikuti bidang belahnya. Bidang belah
terbentuk sebagai respon terhadap deformasi (flattening dan shortening) yang biasanya
berasosiasi dengan perlipatan. Lineasi adalah pengarahan umum dari mineral-mineral
pipih seperti hornblenda, agregat mineral, lipatan-lipatan micro dan gores-garis.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 2. Bidang kontak antar berbagai jenis batuan beku (yang berwarna
putih, abu-abu dan kemerahan) yang saling potong-memotong (A, B, C).
Rekonstruksi balik bidang-bidang kontak tersebut dapat menggambarkan sejarah
proses deformasinya. Foto singkapan granit Lasi, Sumatera Barat.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 3. Struktur primer berupa bidang perlapisan pada batuan sedimen (A-D) yang
memperlihatkan batas lithologi yang merupakan kontrast kekuatan dan sifat batuan. Foto B
memperlihatkan batuan dengan struktur primer berupa struktur sedimen sekuen Bouma
(turbidit) yang dapat digunakan untuk menentukan kedudukan awal batuan (Orginal
Horizontality). E dan F struktur primer pada batuan beku yang berkaitan dengan proses
pembekuan; struktur bantal (E) dan kekar kolom (F).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 4. Struktur sekunder akibat deformasi berupa rekahan, kekar, perlipatan dan
pensesaran skala besar (singkapan) pada batuan sedimen.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

ANALISA DETAIL GEOLOGI STRUKTUR

Untuk memecahkan masalah-masalah geologi struktur yang kompleks digunakan metoda


pemetaan detail unsur geologi struktur. Secara umum yang paling penting dalam mempelajari
struktur geologi adalah geometri dari unsur struktur. Hal ini sangat penting, karena
menyangkut lokasi pembentukannya, karakteristik, orientasi dan juga evolusi dari unsur-unsur
struktur tersebut. Untuk lebih mengerti proses yang terjadi di bumi ini kita perlu mengerti
bagaimana proses pembentukan geometri unsur struktur tersebut, sebagai contoh adalah
struktur lipatan. Sehingga berdasarkan pendekatan geometri analisa geologi struktur dapat
dibagi menjadi tiga yaitu analisa deskriptif, kinematika dan dinamik.

Analisa deskriptif merupakan hasil langsung observasi lapangan, laboratorium untuk


mendeskripsi unsur struktur seperti karakter fisik, orientasi, dll. Sehingga analisa ini sangatlah
penting karena merupakan hasil pengamatan langsung dari lapangan.

Analisa kinematik adalah merekonstruksi pergerakan yang terjadi didalam batuan akibat
proses deformasi. Analisa ini murni berdasarkan pada urutanurutan pembentukan geometri
unsur struktur tanpa didasarkan pada gayagaya penyebabnya. Analisa ini dikenal sebagai
analisa keterakan atau strain analysis.

Deformasi mengakibatkan perubahan bentuk, volume, ukuran maupun pergerakan dari batuan
yang dapat dideskripsi dan dianalisa kinematikanya dari data lapangan. Tetapi bagaimana dan
berapa besar gaya atau stress yang menyebakan pembentukan struktur tersebut merupakan
analisis dinamik.

Analisa dinamik bertujuan menginterpretasi stress pada batuan yang disebabkan oleh proses
deformasi, mendiskripsi arah umum dari gaya yang menyebabkan stress dan mengevaluasi
hubungan antara stress and strain, dan kekuatan batuan.

Konsep yang sangat penting dalam menginterpretasi geologi struktur melalui analisa detail
adalah waktu dan skala. Baik itu dalam konteks skala waktu absolut (waktu geologi) maupun
relatif. Konsep waktu sangatlah penting untuk membuat sejarah deformasi, paling tidak waktu
relatif yang dapat dihasilkan dari bukti potong memotong struktur di lapangan. Contohnya
perlipatan sesar A dipotong oleh sesar B kemudian terpatahkan oleh sesar C. Sehingga urut-
urutan kejadian deformasi adalah A, B, C (lihat Gambar 1). Konsep waktu relatif ini sangat
berguna, apalagi bagi daerah-daerah yang sangat sulit untuk menentukan umur absolutnya
misal kompleks batuan metamorfik.

Mempelajari sejarah deformasi kerak bumi adalah seperti pekerjaan detektif. Dimana semua
bukti yang dihasilkan secara langsung maupun dengan bantuan metoda lain seperti geofisika
harus dianalisa yang intinya, dibandingkan atau dimodelkan baik itu laboratorium
maupun pemodelan numerik. Sehingga dari data ini bisa dihasilkan suatu interpretasi dari
sejarah deformasi dan lingkungan tektonik yang paling logis dan tepat.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

II
ANALISA KINEMATIKA

Analisa kinematika dilakukan setelah analisa deskriptif selesai dikerjakan (lihat Bab I).
Analisa kinematika berhubungan dengan pengenalan dan penggambaran "perubahan"
selama deformasi, yang ditimbulkan oleh pergerakan sebuah benda secara keseluruhan,
atau oleh pergerakan internal di dalam benda tersebut. Apabila sebuah benda dikenai
gaya sehingga lokasi atau posisinya berubah, maka benda tersebut mengalami t ranslasi
(Gambar 2.1.a). Apabila dikenai gaya sehingga orientasinya berubah, maka benda
tersebut mengalami rotasi (Gambar 2.1.b). Apabila dikenai gaya sehingga ukurannya
berubah, maka benda tersebut mengalami dilation (Gambar 2.1.c). Dan apabila dikenai
gaya sehingga bentuknya berubah, maka benda tersebut mengalami distorsi (Gambar
2.1.d). Total deformasi yang terjadi (D) dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari
perubahan-perubahan tersebut di atas :

D = Translasi + Rotasi + Dilation + Distorsi (2-1)

Gambar 2.1. Sebuah benda (C) di tengah gambar (bujursangkar abde)


terdeformasi melalui (A) translasi benda rigid, (B) rotasi benda
rigid, (D) dilation benda non-rigid, dan (E) distorsi benda non-
rigid (Davis dan Reynolds, 1996).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Analisa kinematika adalah rekonstruksi dari pergerakan yang terjadi selama pembentukan
dan deformasi batuan (Davis dan Reynolds, 1996). Analisa kinematika dilakukan pada
semua skala, dari submikroskopik sampai regional. Analisa kinematika dilakukan dengan
hanya memperhatikan perubahan lokasi, orientasi, dan bentuk dan ukuran (strain), yang
terjadi pada batuan, tanpa menginterpretasikan gaya atau tekanan yang menyebabkan
perubahan-perubahan tersebut.

Dalam analisa kinematika, terdapat dua kategori reaksi dan kelakuan benda selama
deformasi, yaitu : (i) rigid dan (ii) non-rigid (Gambar 2.1). Selama deformasi benda rigid
(rigid body deformation), batuan ditranslasikan dan dirotasikan sedemikian rupa sehingga
ukuran dan bentuk awalnya tetap. Gambar 2.1.a dan 2.1.b merupakan contoh skematik
translasi dan rotasi benda rigid, di mana pada deformasi ini tidak terdapat perubahan
konfigurasi titik-titik yang terdapat di dalam kotak abde. Selama deformasi benda non-rigid
(non-rigid body deformation), batuan mengalami perubahan ukuran dan bentuk. Gambar
2.1.c dan 2.1.d merupakan contoh skematik deformasi benda non-rigid (dilation dan
distorsi) yang ditimbulkan oleh perubahan konfigurasi titik-titik di dalam kotak abde.

Pada umumnya, deformasi benda rigid dan deformasi benda non-rigid beroperasi secara
bersamaan. Pergerakan sesar pada umumnya dianggap sebagai pergerakan benda rigid,
tetapi apabila sesar-sesar tersebut terletak berdekatan (membentuk zona) pergerakannya
dapat menghasilkan deformasi benda non-rigid.

TRANSLASI

Selama translasi murni, sebuah tubuh batuan berpindah sedemikian rupa sehingga semua
titik di dalam tubuh batuan tersebut bergerak pada arah yang sejajar dan sama panjang.
Translasi terjadi pada tubuh batuan yang rigid, misalnya pada lapisan-lapisan batuan yang
saling bergeser pada bidang perlapisan ketika mengalami perlipatan (flexural slip) dan pada
pergerakan lempeng-lempeng bumi.

Translasi benda rigid dapat diekspresikan secara tepat dan mudah dalam hubungannya
dengan vektor pergerakan (displacement vector). Dalam hal ini, translasi digambarkan ke
dalam tiga parameter (Ramsay, 1969), yaitu : (i) jarak transport (distance of transport),
dapat berkisar dari skala milimeter sampai ratusan kilometer, (ii) arah transport (direction
of transport), diekspresikan dengan arah (trend) dan penunjaman (plunge) dari garis
pergerakan, dan (iii) polaritas transport (sense of transport). Sebagai contoh, konsep vektor
pergerakan dapat diterapkan untuk menganalisa pergerakan sesar, yaitu dalam penggunaan
vektor slip untuk gores-garis (slickenside). Dengan mengetahui dua buah titik referensi
yang berhimpit sebelum pensesaran, kita dapat menentukan pergerakan relatif sebenarnya
(slip) dan juga besar total pergerakan (net slip) dari sesar tersebut.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

ROTASI

Rotasi merupakan konsep yang sangat penting dan umum terjadi dalam deformasi batuan,
misalnya dalam perlipatan dan pensesaran. Rotasi merupakan operasi benda rigid yang
mengubah posisi titik-titik pada suatu benda, di mana perubahan posisi ini paling mudah
digambarkan dengan menggunakan perputaran pada sumbu-sumbu tertentu. Perubahan
posisi di titik-titik ini digambarkan dengan: (i) orientasi sumbu rotasi (arah dan
penunjaman), (ii) polaritas rotasi (searah atau berlawanan arah dengan perputaran jarum
jam), dan (iii) besarnya rotasi (diukur dengan besaran sudut dalam derajat).

STRAIN

Konsep Umum
Strain dari sebuah benda adalah perubahan ukuran dan bentuk yang dialami oleh benda
tersebut selama deformasi. Strain dapat menghasilkan dilation (perubahan ukuran) atau
distorsi (perubahan bentuk), atau kombinasi dari keduanya. Jarak dan konfigurasi relatif
titik-titik di dalam benda yang telah mengalami strain tidak sama dengan sebelum benda
tersebut mangalami strain. Analisa strain dilakukan untuk menggambarkan perubahan
ukuran dan bentuk yang telah terjadi selama deformasi benda non-rigid, dan
menggambarkan bagaimana setiap garis telah berubah panjang dan orientasi relatifnya.

Strain disebut sebagai homogen jika perubahan ukuran dan bentuk, untuk setiap bagian
kecil benda dan untuk benda secara keseluruhan, sama dan sebanding (Gambar 2.2.a
bagian atas). Agar kondisi homogen ini berlaku, maka strain pada keseluruhan bagian
benda haruslah bersifat sistematik dan seragam. Pada kondisi homogen ini, sebelum dan
sesudah deformasi, permukaan planar tetap planar, garis lurus tetap lurus, dan bidang-
bidang dan garis-garis paralel tetap paralel. Strain disebut sebagai inhomogen jika
perubahan ukuran dan bentuk, untuk setiap bagian kecil benda dan untuk benda secara
keseluruhan, berbeda dan tidak sebanding (Gambar 2.2.a bagian bawah). Pada kondisi
inhomogen ini, sebelum dan sesudah deformasi, permukaan planar menjadi lekuk, garis
lurus menjadi lengkung, dan bidangbidang dan garis-garis paralel pada umumnya menjadi
tidak parallel.

Perbedaan antara strain homogen dan strain inhomogen* yang cukup jelas dapat diamati
pada struktur lipatan (Gambar 2.2.b).

* Istilah lain yang sering digunakan untuk strain homogen dan strain inhomogen adalah deformasi homogen
dan deformasi inhomogen.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Pada pembahasan strain di atas, strain hanya dilihat pada awal dan akhir deformasi, tanpa
memperhatikan keadaan-keadaan strain yang berkembang di antara awal dan akhir
deformasi (selama proses deformasi berlangsung). Konsep yang membahas gerakan
sebuah benda dari keadaan sebelum terdeformasi sampai keadaan akhir deformasi adalah
konsep deformasi progresif (progressive deformation). Penggambaran urutan keadan-
keadaan strain yang dialami oleh sebuah benda selama deformasi progresif akan
menghasilkan strain path, sedangkan hasil akhir dari semua deformasi yang telah dialami
oleh sebuah benda disebut state of strain.

Gambar 2.2. a. Jenis dan distribusi strain dalam deformasi batuan.

b. Strain pada lipatan, daerah H rnerupakan bagian lipatan yang dapat


dianggap mengalami strain homogen, sedangkan daerah I
merupakan bagian yang mengalami strain inhomogen.
(Park, 1989).

Secara konvensional, strain di dalam benda-benda geologi digambarkan dengan


menggunakan strain ellipse. Strain ellipse menggambarkan distorsi (perubahan bentuk)
yang telah diakomodasi oleh benda geologi, dan menggambarkan bagaimana bentuk
lingkaran referensi imajiner berubah sebagai hasil distorsi. Strain ellipse dapat dibedakan
menjadi dua jenis : (i) instantaneous strain ellipse, digunakan untuk menggambarkan
bagaimana sebuah lingkaran dipengaruhi oleh deformasi yang meningkat secara bertahap,
namun pada setiap tahap peningkatannya sangat kecil (ii) finite strain ellipse, digunakan
untuk menggambarkan strain total yang dialami oleh sebuah lingkaran yang telah
terdeformasi. Finite strain ellipse merupakan hasil akhir dari deformasi, dan merupakan
penjumlahan dari semua komponen-komponen peningkatan deformasi.

Perubahan Panjang Garis (Linear Strain)

Terdapat dua parameter yang dapat digunakan untuk menggambarkan perubahan pada
panjang garis : (i) extension (e) dan (ii) stretch (S).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

(2-2)

(2-3)

di mana lo = panjang awal dan lf = panjang akhir setelah deformasi. Nilai e positif disebut
sebagai elongation dan nilai e negatif disebut sebagai shortening. Hubungan antara
extension dan stretch dapat diturunkan sebagai berikut :

(2-4)

Contoh perhitungan perubahan pada panjang garis diberikan pada Gambar 2.3. Dalam
analisa tiga dimensi dan dalam kaitannya dengan strain ellipsoid (akan dibahas pada sub-
bab berikutnya) notasi e dan S ditulis sebagai e n dan Sn, dimana subskrip n menandakan
bahwa e dan S diukur pada arah paralel vektor satuan n.

Extension (e) = (l f - l o) / lo dimana lo = panjang semula dan 1 f, = panjang akhir

e= 8 cm – 5 cm = 0.6
5 cm

Stretch (s) = l f / lo = 8 cm = 1.6


5 cm

Gambar 2.3. Perhitungan perubahan panjang garis (Davis dan


Reynolds, 1996).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Shear Strain

Sebuah benda dapat berubah bentuk tanpa mengalami perubahan volume. Perubahan bentuk
digambarkan dengan_perubahan sudut antara garis - garis yang pada awalnya tegak lurus
(Gambar 2.4). Perubahan sudut ini disebut shear angle (w). Gambaran lengkap dari shear
angle memerlukan konvensi tanda (positif untuk perubahan sudut searah putaran jarum jam,
negatif untuk perubahan sudut berlawanan arah putaran jarum jam) dan besarnya
diekspresikan dalam satuan derajat.

Shear strain (g atau es) didefinisikan sebagai :

γ = tan ψ (2-5a)

Gambar 2.4. Tensor shear strain (es) dan engineering shear strain (g) sebuah garis.
A. Keadaan tidak terdeformasi.
B dan C. Shear strain positif.
D dan E. Shear strain negatif.
F. Tensor shear strain dan engineering shear strain sebagai fungsi dari shear
angle (ψ). (Twiss dan Moores, 1992).
γ biasa disebut sebagai engineering shear strain. Dalam analisa tiga dimensi dan dalam
kaitannya dengan strain ellipsoid (akan dibahas pada sub-bab berikutnya), kita perlu
mendefinisikan besaran bernama tensor shear strain (e s):
es = 0.5 tan ψ (2-5b)
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Perbedaan antara g dan es, di mana es = 0.5ψ, disebabkan karena penggunaan notasi tensor*
dalam Persamaan 2-5b. Untuk dua segmen garis yang pada awalnya saling tegak lurus di
sepanjang arah koordinat positif (Gambar 2.4.a), jika setelah deformasi sudut antara kedua
garis tersebut berkurang maka shear strain dianggap positif (Gambar 2.4.b dan 2.4.c), jika
setelah deformasi sudut antara kedua garis tersebut bertambah maka shear strain dianggap
negatif (Gambar 2,4.d dan 2.4.e). Sebaran nilai ψ dan es adalah nol (sebelum benda
mengalami strain) sampai tak hingga (di mana ψ = 90°) (Gambar 2.4.f).

Finite Strain Ellipse

Pada sebuah elips yang merupakan hasil deformasi homogen dari sebuah lingkaran
(Gambar 2.5.a), garis-garis yang paralel terhadap arah memanjang elips terletak pada arah
di mana extension dan stretch adalah yang terbesar (e1 dan S1). Garis-garis yang paralel
terhadap arah memendek elips terletak pada arah di mana extension dan stretch adalah yang
terkecil (es dan Ss). Garis-garis yang paralel terhadap arah memanjang dan memendek elips
terletak pada arah di mana shear angle dan shear strain sama dengan nol.

Gambar 2.5. a. Sumbu-sumbu utama finite strain ellipse.


b. Sumbu-sumbu utama strain ellipsoid
(Davis dan Reynolds, 1996).

* Pengertian yang utuh mengenai tensor dapat dijumpai pada buku-buku kalkulus lanjut seperti Boas
(1983) : Mathematical Methods in Physical Sciences dan Spiegel (1984) : Analisis Vektor. Twiss dan
Moore (1992) membahas tensor secara singkat dalam bukunya, Structural Geology, pada halaman 145.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Karena keunikan dari garis-garis yang paralel dan tegak lurus terhadap arah memanjang dan
memendek elips, arah-arah ini telah diberikan perhatian khusus dalam analisa strain. Arah-
arah ini disebut sebagai sumbu-sumbu utama dari finite strain ellipse (Gambar 2.5.a). Sumbu
panjang finite strain ellipse, sumbu Sl, mewakili arah dan besar finite stretch maksimum.
Sumbu pendek finite strain ellipse, sumbu S3, mewakili arah dan besar finite stretch
minimum.

Evaluasi Strain dari Garis di dalam Benda

Dalam analisa strain, kita mengevaluasi perubahan panjang dan orientasi relatif dari semua
garis di dalam benda geologi, bukan hanya garis-garis tertentu yang paralel terhadap sumbu-
sumbu utama dari finite strain ellipse. Garnbar 2.6 memperlihatkan contoh evaluasi strain
dari garis L di dalam benda yang mengalami deformasi homogen. Sebelum deformasi
(Gambar 2.6.a) panjang garis L adalah 1.0 unit, sedangkan setelah deformasi (Gambar 2.6.b)
panjang garis L adalah 1.1 unit. Besar stretch dan extension garis L setelah deformasi adalah :
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 2.6. Deformasi dari sebuah lapisan lempung hipotetis yang dikenai gaya
sehingga terdeformasi secara homogen. Garis L dan M dapat digunakan
untuk mamantau strain (Davis dan Reynolds, 1996).

Dalam keadaan sebelum deformasi garis L membentuk sudut Ө = -50°, dengan Sl


(Gambar 2.6.a), sedangkan setelah deformasi garis L membentuk sudut Өd = -26.5°
dengan Sl (Gambar 2.6.b). Perubahan orientasi relatif terhadap Sl ini disebut rotasi
internal.

Shear angle dari garis L dapat diukur langsung dengan terlebih dahulu menentukan
hubungannya dengan garis M, yang sebelum terdeformasi kedua garis tersebut saling
tegak lurus (Gambar 2.6.a). Setelah deformasi, garis L dan M tidak lagi saling tegak
lurus. Shear angle dari garis L adalah -44.5° (Gambar 2.6.b), dan shear strain garis L
setelah deformasi adalah :

γ = tan ψ =tan(-44.5°) = -0.98


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Persamaan-Persamaan Fundamental Strain

Terdapat dua persamaan fundamental yang memungkinkan penentuan linear dan shear
strain untuk setiap garis dengan berbagai orientasi di dalam benda yang mengalami strain.
Penentuan ini dimungkinkan jika Sl, S3, dan Өd (Өd adalah sudut antara garis L dengan Sl,
lihat Gambar 2.6) diketahui. Parameter-parameter baru, yaitu quadratic elongation (λ) dan
reciprocal - quadratic elongation λ’) memainkan peranan penting di dalam persamaan-
persamaan fundamental strain. Parameter-parameter ini didefinisikan sebagai berikut :

(2-6)

(2-7)

Perbandingan antara shear strain dan quadratic elongation (γ/λ) juga merupakan persamaan
yang penting. Persamaan ini menggambarkan perbandingan antara perubahan sudut dan
perubahan panjang yang terjadi. Dua persamaan fundamental strain dituliskan pada dua
persamaan sebagai berikut :

(2-8a)

yang dapat juga ditulis sebagai berikut :

(2-8b)

dan

(2-9a)

Yang dapat juga ditulis sebagai berikut :

(2-9b)
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

di mana

λ1 = quadratic elongation terbesar


λ2 = quadratic elongation terkecil

Pada Gambar 2.6, panjang Sl adalah 1.55 unit dan panjang S3 adalah 0.65 unit sehingga :

Dengan menggunakan Persamaan 2-8b, quadratic elongation untuk garis L dihitung sebagai
berikut :

Dengan menggunakan Persamaan 2-9b, shear strain untuk garis L dihitung sebagai berikut :

Diagram Strain Mohr

Otto Mohr (1882) menemukan bahwa persamaan-persamaan strain di atas dapat diwakili
secara grafis oleh sebuah lingkaran. Diagram strain lingkaran Mohr merupakan konstruksi
grafis persamaan-persamaan strain, yang menggambarkan variasi-variasi sistematik dalam
quadratic elongation dan shear strain secara praktis dan serbaguna.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Sebagai contoh, kita akan membuat diagram Mohr untuk menggambarkan state of strain
yang sama dengan Gambar 2.6.b, di mana λ1 = 2.40 (Sl = 1.55) dan λ3 = 0.42 (S3 = 0.65).
Sebagai tambahan, digambarkan pula sebuah garis referensi A, yang dalam keadaan
terdeformasi menjadi garis Ad (Gambar 2.7.a). Selain membuat diagram Mohr, kita juga
akan menentukan nilai quadratic elongation, shear strain, dan shear angle dari garis Ad.

Gambar 2.7. a. Distorsi garis A menjadi garis Ad sehingga garis Ad berorientasi 15° searah
putaran jarum jam (+) dari Sl (b).
b. Diagram strain lingkaran Mohr memperlihatkan plot garis Ad pada
keseluruhan state of strain.
c. Diagram strain lingkaran Mohr memperlihatkan hubungan geometrisnya
dengan persamaan-persamaan fundamental strain.
(Davis dan Reynolds, 1996).

Diagram strain lingkaran Mohr merupakan diagram dua dimensi yang memiliki dua buah
sumbu : sumbu x mewakili reciprocal quadratic elongation (λ’) dan sumbu y mewakili
perbandingan shear strain dengan quadratic elongation (λ/λ3). Karena λ1 = 2.40 dan λ3 =
0.42, maka λ1’ = 0.42 dan λ3’ = 2.38. Plot nilai λ1’ dan λ3 ’ pada sumbu x, kemudian buat
lingkaran melalui λ1’ dan dengan sumbu x sebagai garis tengahnya (Gambar 2.7.b).
Lingkaran ini adalah lingkaran Mohr untuk strain. Garis lingkaran Mohr untuk strain
merupakan tempat titik-titik yang koordinatnya merupakan pasangan nilai λ’ dan y/ λ.

Pasangan nilai λ’ dan λ1/λ3 untuk garis Ad terletak pada lingkaran Mohr. Letak pasangan
nilai ini pada lingkaran Mohr ditentukan melalui teknik sebagai berikut. Pada diagram fisik
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

(Gambar 2.7.a), garis Ad terletak 15° searah putaran jarum jam dari garis Sl (sudut lancip).
Berdasarkan data ini, pada lingkaran Mohr gambarkan garis radius yang memiliki sudut
2Өd (30°) dengan λ1', diukur searah putaran jarum jam. Perpotongan garis radius ini dengan
garis lingkaran Mohr merupakan pasangan nilai λ’ dan γ/λ untuk garis Ad. Dari pasangan
nilai ini didapatkan :

Shear angle ditentukan dari :

Hubungan antara geometri diagram strain Mohr dengan persamaan-persamaan


fundamental strain dipaparkan pada penjelasan sebagai berikut (Gambar 2.7.c).
Persamaan fundamental strain yang pertama menyatakan bahwa :

(2-8a)

Komponen pertama persamaan 2-8a, merupakan nilai x dari titik tengah lingkaran

Mohr yang nilainya sama dengan panjang OC. Komponen kedua persamaan 2-8a,
merupakan besar radius lingkaran Mohr yang nilainya sama dengan, misalnya, garis CA.
Komponen ketiga persamaan 2-8a, cos2Өd, sama dengan CA'/CA. Subtitusikan ke
persamaan 2-8a, didapatkan :

Penurunan yang sama untuk persamaan strain yang kedua (Persamaan 2-9a) :
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Strain Ellipsoid dan Strain Tensor

Strain homogen mendeformasi sebuah bola menjadi elipsoid yang disebut strain ellipsoid
(Gambar 2.5.a). Dalam keadaan plane strain*, sebuah lingkaran terdeformasi menjadi
strain ellipse (hal ini telah dibahas sebelumnya). Stretch, extension, dan shear strain
memiliki interpretasi geometrik sederhana dalam hubungannya dengan strain ellipsoid.

Strain ellipsoid merupakan sebuah gambaran lengkap dari state of strain pada sebuah
titik. Kita dapat menggambarkan state of strain tersebut jika kita mengetahui extension
dan dua shear strain dari tiga buah segmen garis yang saling tegak lurus pada keadaan
sebelum terdeformasi. Untuk sistem koordinat ortogonal (X l, X 2, X 3), extension dari garis
yang pada awalnya memiliki panjang Ll dan paralel Xl adalah (Gambar 2.8.a) :

Gambar 2.8. Komponen-komponen strain tensor digambarkan secara


geometris. A. Komponen volumetrik dari strain.
B. Komponen shear dari strain.
(Twiss dan Moores, 1992).

di mana subskrip pertama dari e11 menandakan bahwa garis tersebut pada awalnya paralel
Xl, dan subskrip kedua menandakan bahwa perubahan.

* Dalam banyak bagian buku ini, kita hanya akan memandang deformasi dalam dua dimensi dan dalam
keadaan plane strain. Di dalam keadaan plane strain, strain digambarkan secara lengkap oleh perubahan
bentuk dalam sebuah bidang yang memiliki orientasi tertentu pada benda, dan deformasi tidak terjadi pada
arah normal (tegak lurus) bidang tersebut. Selain itu, dalam kondisi plane strain, deformasi yang terjadi
tidak melibatkan perubahan volume (dilation).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

panjang juga paralel Xl. Hubungan yang serupa juga didefinisikan untuk e 22 dan e33 .

Untuk komponen shear dari strain, garis yang pada awalnya paralel Xl, X2 dan X3,
setelah deformasi menjadi paralel x l, x 2 , x 3 (Gambar 2.8.b). Dua komponen shear strain
untuk garis paralel xl adalah e 12 dan e13, di mana :

Pada kedua persamaan di atas, subskrip pertama menandakan bahwa shear strain adalah
untuk garis yang pada awalnya paralel Xl, dan subskrip kedua menandakan bahwa shear
strain ditentukan relatif terhadap sebuah garis yang pada awalnya paralel X2 dan X 3 .
Hubungan yang serupa juga didefinisikan untuk segmen garis yang pada awalnya paralel
X2 (yaitu e21 dan e23 ) dan paralel X 3 (yaitu e 31 dan e 32 ).

Dengan demikian, terdapat sembilan komponen strain. Komponen strain untuk setiap
garis dapat ditulis pada baris terpisah dalam matriks sebagai berikut.

Principal diagonal

Komponen-komponen pada principal diagonal dalam matriks ini memiliki subskrip yang
sama dan merupakan extension (Gambar 2.8.a), sedangkan komponen-komponen di luar
principal diagonal memiliki subskrip yang berbeda dan merupakan shear strain
(Gambar 2.8.a). Matriks komponen-komponen strain ini menggambarkan strain tensor
yang memberikan informasi yang cukup bagi kita untuk menghitung extension dan shear
strain dari sebuah segmen garis dengan orientasi tertentu.

Strain tensor bersifat simetris terhadap principal diagonal karena, misalnya, untuk
pasangan garis yang pada awalnya paralel Xl dan X2 shear angle dari X l terhadap X2 (ψ12)
sama dengan shear angle dari X2 terhadap Xl (e21 ) (Gambar 2.8.b). Karena itu :

sehingga hanya terdapat enam komponen strain yang saling independen. Dengan
demikian, strain merupakan second-rank tensor.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Dalam keadaan plane strain, kita memiliki e21 = e22 = e23 = 0, dan, dari Persamaan 2-13,
didapatkan e21 = e32 = 0. Jika semua komponen yang sama dengan nol untuk keadaan plane
strain dikeluarkan dari Persamaan 2-12, maka plane strain tensor digambarkan dengan hanya
empat komponen, tiga diantaranya saling independen :

Karena itu, untuk menggambarkan keadaan plane strain, kita hanya membutuhkan extension
dan shear strain dari dua garis yang pada awalnya paralel Xl dan X 3 .

Strains dan Stretches Utama (Principal)

Para arah paralel terhadap sumbu-sumbu utama strain ellipsoid, extension dan stretch
merupakan sebuah maksimum, minimaks*, dan minimum yang memiliki hubungan :

Garis-garis tangen (singgung) strain ellipsoid pada titik ujung garis-garis radius utama
memiliki hubungan yang tegak lurus dengan garis-garis radius utama tersebut (Gambar 2.9),
dan hubungan tegak lurus ini hanya didapatkan pada titik ujung garis-garis radius utama
tersebut. Karena garis-garis radius dan tangen ini juga tegak lurus sebelum deformasi, shear
strain untuk garis-garis radius tersebut harus sama dengan nol. Dengan demikian, jika kita
dapat mendesain sebuah sistem koordinat yang sumbu-sumbunya paralel terhadap sumbu-
sumbu utama strain ellipsoid, penggambaran strain tensor akan menjadi lebih sederhana, di
mana extension memiliki nilai-nilai utama dan shear strain sama dengan nol. Pada kondisi ini,
untuk strain dua dan tiga dimensi, didapatkan :
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Hal penting yang harus diingat adalah bahwa secara umum sumbu-sumbu utama strain
tidak paralel dengan sumbu-sumbu utama stress.

Gambar 2.9. Shear strain adalah nol untuk garis-garis yang sejajar dengan sumbu-sumbu
utama strain (Twiss dan Moores,1992).

Perubahan Volume (Dilation) dalam Deformasi

Dalam deformasi, dilation biasanya terjadi bersamaan dengan perubahan bentuk (distorsi).
Apabila dilation tidak diperhitungkan di dalam analisa strain, maka penentuan
perbandingan sumbu-sumbu strain utama menjadi kurang tepat. Dilation disebut juga
sebagai volumetric strain, dan besaran ini dapat digambarkan oleh dua buah parameter :
volumetric stretch (S,) dan volumetric extension (ev) yang didefinisikan sebagai berikut :

di mana V = volume benda sebelum deformasi dan v = volume benda setelah deformasi.
Sebuah balok dengan panjang sisi sebelum deformasi L1, L2, L3 dan panjang sisi setelah
deformasi l1, l2, dan l3 mengalami volumetric stretch sebesar:

Dalam keadaan plane strain S2 = 1 dan e2 = 0, maka didapatkan :

Volumetric stretch dapat diekspresikan dalam bentuk stretch dan extension utama sebagai
berikut :
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Dalam keadaan plane strain S2 = 1 dan e2 = 0, maka didapatkan :

Deformasi dengan volume konstan diberikan oleh persamaan-persamaan sebagai berikut :

Implikasi dari Persamaan 2-20b adalah :

Tingkat-tingkat dilation yang mengiringi distorsi pada batuan dapat divisualisasikan melalui
diagram strain field (Ramsay, 1967) (Gambar 2.10). Diagram ini menggambarkan
klasifikasi struktur berdasarkan karakteristik strain-nya.

Gambar 2.10. Diagram strain field dari Ramsay (1967).

Pemelajaran dan Cara Penentuan Strain pada Batuan


Pendekatan dengan menggunakan geometri lingkaran dan elips dalam menggambarkan
keadaan strain pada batuan didasarkan pada kenyataan bahwa struktur yang pada asalnya
memiliki geometri lingkaran atau bola cukup sering dijumpai pada tipe batuan tertentu.
Contoh dari struktur ini diantaranya : ooid pada batugamping, radiolaria dan foraminifera
pada batugamping dan rijang, dan bintik-bintik ubahan pada batu sabak. Contoh lainnya,
seperti cephalopods, brachiopods, dan kerikil dan kerakal pada konglomerat, juga dapat
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

menjadi indikator strain, walaupun struktur-struktur ini pada awalnya tidak bulat dan
telah memiliki orientasi tertentu sebelum deformasi.

Beberapa struktur tertentu, seperti lipatan dan boudin, juga merekam komponen -
komponen strain. Sebagai contoh, sebuah lapisan kompeten yang berada di dalam matriks
inkompeten akan membentuk berbagai bentuk struktur tergantung dari orientasi lapisan
tersebut terhadap sumbu stretch utama dan juga dari besarnya S2 (Gambar 2.11).

Gambar 2.11. Struktur-struktur yang dapat berkembang pada sebuah lapisan kompeten
di dalam lapisan inkompeten (Twiss dan Moores,1992).

Terdapat tiga metoda untuk memecahkan permasalahan dalam mengkuantifikasi strain.


Metoda pertama adalah dengan menentukan strain ellipsoid untuk setiap bentuk-bentuk
khusus strain yang dapat dikenali (strain markers), untuk kemudian hasilnya dijumlahkan
untuk seluruh area yang dicari. Metoda kedua adalah dengan mengestimasi total
shortening dan elongation berdasarkan evaluasi terhadap geometri lipatan dan sesar, akan
tetapi metoda ini sukar untuk diterapkan secara tiga dimensi. Metoda yang ketiga adalah
dengan mengasumsikan bahwa secara statistik strain untuk area yang luas bersifat
homogen, sehingga deformasi dari semua elemen struktur planar dan linear pada
keseluruhan area bersifat teratur dan merefleksikan orientasi dan besar finite strain total.
Metoda ketiga ini dianggap cara yang paling efektif terutama untuk menentukan strain
pada suatu daer rah yang terdeformasi kuat, dan akan dibahas secara lebih detil pada sub-
bab berikutnya.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Deformasi Pure Shear dan Simple Shear

Selama proses distorsi, sumbu strain ellipsoid biasanya mengalami perubahan orientasi dan
dapat berotasi (Gambar 2.12.a). Rotasi sumbu strain ellipsoid selama deformasi disebut
sebagai rotasi eksternal, dan hal ini berbeda dengan rotasi internal yang merupakan rotasi
relatif garis terhadap sumbu strain ellipsoid (Gambar 2.6).

Jika orientasi sumbu-sumbu utama strain ellipsoid berubah selama proses deformasi,
deformasi tersebut dinamakan noncoaxial strain, dan sering juga disebut sebagai deformasi
simple shear (Gambar 2.12.a). Jika orientasi sumbusumbu utama strain ellipsoid tidak
berubah selama proses deformasi, deformasi tersebut dinamakan coaxial strain, dan sering
juga disebut sebagai deformasi pure shear (Gambar 2.12.b). Berdasarkan gambar 2.12
dapat dilihat bahwa pure shear dan simple shear merupakan dua jenis (anggota) yang
khusus dari plane strain.

Gambar 2.12. Deformasi progresif garis L dan M melalui noncoaxial strain (A) (simple
shear) dan deformasi progresif garis N dan O melalui coaxial strain (A)
(pure shear) (Davis dan Reynolds, 1996).

Dalam praktek analisa strain dari singkapan batuan, seringkali kita tidak dapat menentukan
apakah sebuah deformasi terjadi melalui mekanisme pure shear atau simple shear. Tanpa
informasi mengenai bagaimana strain bertambah, kita hanya dapat menggambarkan finite
strain total (hasil akhir deformasi tersebut). Kunci untuk membedakan pure shear atau
simple shear terletak pada pengertian tentang bagaimana strain bertambah selama
deformasi progresif. Struktur seperti lipatan, boudin, foliasi, dan lineasi, terbentuk sebagai
hasil reaksi batuan terhadap deformasi yang bersifat progresif.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Strain Homogen

Terdapat tiga kasus khusus dalam strain homogen yang dapat dikenali berdasarkan
perbandingan sumbu-sumbu utama strain ellipsoid-nya Pada umumnya, sumbu-
sumbu utama ini tidak sama besar, di mana . Bentuk ketiga strain homogen
yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar 2.13, dan dijelaskan sebagai berikut :

1. Extension pada sumbu simetri di mana strain jenis ini melibatkan


elongation pada sumbu , dan shortening yang sama besar pada semua arah yang tegak
lurus ,. Bentuk strain jenis ini dinamakan prolate atau constrictional (Gambar
2.13.a).

Gambar 2.13. Bentuk elipsoid dalam strain homogen (Park, 1989).

2. Shortening pada sumbu simetri di mana strain jenis ini melibatkan


shortening pada sumbu , dan elongation yang sama besar pada semua arah yang tegak
lurus . Bentuk strain jenis ini dinamakan oblate atau flattening (Gambar 2.13.b).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

3. Plane strain , di mana sumbu strain tidak berubah, elongation


pada arah , dan shortening pada arah (Gambar 2.13.c). Keadaan khusus ini
menjadikan plane strain sebagai jenis istimewa dari triaxial ellipsoid.

Penggambaran Keadaan Strain dan Sejarah Strain

Cara yang paling umum dan mudah untuk menggambarkan dan membandingkan variasi
keadaan strain adalah dengan menggunakan diagram Flinn (Gambar 2.14), di mana
ordinat a dan absis b merupakan perbandingan antara stretch-stretch utama yang
didefinisikan sebagai berikut :

Gambar 2.14. Diagram Flinn untuk menggambarkan strain homogen (Twiss dan
Moores, 1992).

Titik pangkal sumbu-sumbu koordinat diagram Flinn ditentukan pada (1, 1) karena a dan
b tidak dapat bernilai kurang dari 1, sebagaimana dapat diturunkan dari Persamaan 2 -15
dan 2-22. Setiap strain ellipsoid akan terplot sebagai sebuah titik pada diagram Flinn,
untuk kemudian sebuah garis ditarik dari titik pangkal (1, 1) ke titik strain ellipsoid
tersebut. Garis ini memiliki gradien k yang didefinisikan sebagai berikut :
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Nilai k berguna untuk mengklasifikasikan jenis-jenis strain ellipsoid dengan volume


konstan.

Deformasi Homogen dan Inhomogen

Penggambaran apakah sebuah deformasi bersifat homogen atau inhomogen tergantung


pada skala pengamatan. Sebagai contoh, deformasi yang terjadi dalam pembentukan
lipatan pada prinsipnya bersifat inhomogen. Namun kita dapat membagi batuan yang
mengalami lipatan tersebut ke dalam banyak bagian yang volumenya cukup kecil
sehingga deformasi pada setiap bagian tersebut dapat dianggap homogen. Variasi dari
strain lokal homogen itu pada seluruh tubuh batuan yang terlipat akan memberikan
gambaran distribusi strain yang inhomogen.

Variasi skala pengamatan di mana kita dapat menganggap deformasi bersifat homogen
diilustrasikan pada Gambar 2.15. Pada Gambar 2.15.a, tubuh batuan yang terlipat
adalah sepanjang 1 km. Skala keseluruhan blok (kotak) lebih besar dibandingkan dengan
panjang gelombang lipatan, tetapi lebih kecil dibandingkan dengan dimensi jalur
pegunungan lipatan di mana blok berada. Pada skala blok (kotak) ini, deformasi rata-rata
(average deformation) bersifat homogen, sebagaimana diwakili oleh strain ellips di
samping blok (kotak).

Pada skala yang setingkat dengan panjang gelombang lipatan, strain tidak dapat dianggap
homogen (Gambar 2.15.b). Karena itu kita menggambarkan deformasi dalam bentuk
variasi dari strain lokal yang dapat dianggap homogen pada skala, misalnya, 1 meter.
Skala 1 meter ini lebih kecil dibandingkan dengan panjang gelombang lipatan, tetapi
lebih besar dibandingkan dengan ketidakhomogenan strain yang terdapat pada, misalnya,
struktur spaced foliation yang terbentuk akibat perlipatan pada batupasir.

Pada skala yang setingkat dengan spaced foliation (Gambar 2.15.c) di mana strain tidak
dapat dianggap homogen, kita menggambarkan deformasi dalam bentuk variasi dari
strain lokal yang dapat diangap homogen pada skala yang lebih kecil dibandingkan
dengan jarak antara domain foliasi, tetapi lebih besar dibandingkan dengan ukuran butir.
Pada skala yang setingkat dengan ukuran butir (Gambar 2.15.d) di mana strain tidak
dapat dianggap homogen, kita menggambarkan deformasi dalam bentuk variasi dari
strain lokal yang dapat dianggap homogen pada skala yang lebih kecil dibandingkan
dengan ukuran butir, tetapi lebih besar dibandingkan dengan dimensi kisi-kisi kristal
yang membentuk butir tersebut.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Sebagai kesimpulan dari pembahasan di atas, kita dapat menganggap strain sebagai
homogen pada skala yang lebih kecil dibandingkan dengan dimensi struktur di dalam mana
kita ingin menentukan distribusi strain, tetapi skala tersebut lebih besar dibandingkan skala
ketidakhomogenan yang tidak menjadi perhatian kita dan di dalam mana kita ingin merata-
ratakan deformasi.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 2.15. Skala strain homogen dan strain inhomogen (Twiss dan Moores,1992).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

III
ANALISA DINAMIKA

Tujuan analisa dinamika adalah untuk menginterpretasikan stress yang telah menghasilkan
deformasi, untuk menggambarkan asal dan kejadian gaya-gaya yang menghasilkan stress,
dan untuk mengevaluasi hubungan menyeluruh antara stress, strain, dan kekuatan
(strength) batuan. Dalam jangka panjang, yang ingin dapat kita lakukan adalah
merekonstruksi arah dan besar stress yang pernah aktif, berdasarkan struktur dan struktur
mikro yang dihasilkan oleh stress tersebut. Menginterpretasikan dinamika masa lampau
atau paleodynamics sangatlah sukar karena batuan akan bereaksi terhadap stress dalam
berbagai kondisi yang berbeda-beda dari waktu ke waktu. Secara umum, analisa dinamika
seluruhnya adalah tentang hubungan saling mempengaruhi antara stress yang cenderung
untuk mendeformasi, dengan kekuatan batuan yang cenderung untuk menahannya.

GAYA

Definisi dan Satuan

Translasi, rotasi, distorsi, dan dilation adalah reaksi batuan terhadap stress yang dihasilkan
oleh gaya. Gaya secara klasik didefinisikan sebagai sesuatu yang merubah, atau cenderung
untuk merubah, keadaan diam atau keadaan bergerak sebuah benda. Sir Isaac Newton,
melalui hukum gerak pertama, menggambarkan konsep gaya sebagai berikut : sebuah
benda dalam keadaan diam akan tetap diam dan sebuah benda yang bergerak akan tetap
bergerak dengan kecepatan konstan kecuali bila benda tersebut mengalami perubahan gaya
(net force), di mana perubahan gaya ini akan menyebabkan benda mengalami percepatan
(atau perlambatan). Perubahan gaya timbul jika gaya-gaya yang bekerja tidak setimbang.

Di dalam hukum gerak kedua, Sir Isaac Newton mendefinisikan gaya (F) sebagai:

F=ma (3-1)

di mana m=massa dan a=percepatan. Satuan gaya dalam sistem mks adalah Newton (N) =1
kg m s-2, sedangkan dalam sistem cgs satuan gaya adalah dyne =1 g cm s-2. Gaya sebesar 1
N sama dengan gaya sebesar 105 dyne.

Gaya sebagai Vektor


Gaya merupakan besaran vektor sehingga mendeskripsikan gaya tidaklah cukup hanya
dengan besarnya saja (dalam N datau dyne). Arah dari gaya juga harus diperikan. Karena
gaya merupakan besaran vektor, maka gaya dapat dijumlahkan dan dikurangkan dengan
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

menggunakan aljabar vektor. Penggunaan aljabar vektor memungkinkan kita untuk


mengevaluasi apakah gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda setimbang atau tidak.

Jenis-Jenis Gaya

Terdapat dua jenis gaya yang mempengaruhi tubuh batuan dalam geologi (Means, 1976),
yaitu : (i) body force dan (ii) surface force. Body force bekerja pada massa suatu benda,
dan tergantung dari jumlah material di dalam benda tersebut. Body force pada suatu benda
tidak dipengaruhi oleh gaya-gaya yang terdapat pada material di sekeliling benda
tersebut. Contoh body force adalah gaya gravitasi dan gaya elektromagnetik.

Surface force adalah dorongan atau tarikan pada permukaan kontak. Contoh permukaan
kontak adalah sesar yang memisahkan dua tubuh batuan yang bersebelahan, di mana
masing-masing tubuh batuan memberikan aksi terhadap tubuh batuan di sebelahnya.
Namun demikian, permukaan kontak ini dapat bersifat riil ataupun imajiner. Di dalam
geologi, surface force dihasilkan melalui mekanisme pembebanan.

STRESS

Definisi dan Satuan

Body forces dan surface force akibat pembebanan merupakan sebab utama terjadinya
deformasi geologi. Gaya-gaya ini bekerja melalui besaran fisik yang dihasilkannya yang
dikenal sebagai stress. Stress akan mendeformasi batuan apabila kekuatan batuan tersebut
terlewati. Besar stress (σ) merupakan fungsi dari gaya (F) dan luas area (A) pada mana
gaya tersebut bekerja :

Pada keadaan setimbang, gaya-gaya yang bekerja pada tubuh batuan adalah sama besar
pada semua arah. Namun, pada keadaan ini, stress tidak harus setimbang dan pada
umumnya bervariasi tergantung pada permukaan di mana gaya tersebut bekerja. Situasi
ini dicontohkan pada Gambar 3.1. Pada keadaan setimbang, gaya ke arah bawah yang
bekerja pada permukaan A (besarnya diwakili oleh banyaknya anak panah) sama dengan
gaya yang bekerja ke arah atas pada permukaan B. Jika luas area A = 2 x luas area B, maka
besar stress pada permukaan A = 1/2 besar stress pada permukaan B.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 3.1. Gaya yang bekerja pada permukaan A dan B adalah setimbang, namun
stress pada kedua permukaan tersebut tidak sama.

Satuan yang umum digunakan untuk mewakili besar stress adalah : 1 bar = 10 6 dyne = 0.869
atm =1.0197 kg/ cm2 =105 N/ m2 = 105 Pa =14.503 psi.

Contoh soal :
Hitunglah besar stress (σ) yang bekerja pada atap tiang marmer untuk menopang blok granit
yang lebar sisinya = 2 m (lihat Gambar 3.2). Diketahui diameter tiang marmer = 1 m,
percepatan gravitasi (g) = 9.8 m/s2, dan densitas granit (σ) = 2.7 g/cm3 = 2700 kg/m3.

Gambar 3.2. Contoh soal (Davis dan Reynolds, 1966).

Penyelesaian :
Volume blokgranit (V) = 2mx2mx2m = 8m3.
Massa granit (m) = V x σ = 8 m3 x 2700 kg/m3 = 21,600 kg.
Gaya (F) = m x g = 21600 kg x 9.8 m/s2 = 211,680 N.
Luas area atap marmer (A) = σ r2 = 3.14 x (0.5 m)2 = 0.79 m2.
Stress (σ) = F/A = 211,680 N / 0.79 m2 = 267,949 Pa.
Stress yang dihasilkan oleh blok granit cenderung untuk mendeformasi tiang marmer.
Tiang marmer akan terdeformasi secara permanen jika sifat elastiknya terlampaui.

Besar stress berarah vertikal pada sebuah dtik di bawah permukaan bumi merupakan fungsi
dari densitas batuan di atas titik tersebut (σ) dan kedalaman titik tersebut dari permukaan
bumi (h). Stress ini dikenal sebagai lithostatic stress yang besarnya didefinisikan sebagai :
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Jika batuan di atas titik tersebut dapat dianggap homogen (densitasnya dapat dianggap
konstan), maka besar lithostatic stress akan bervariasi hanya terhadap kedalaman.

Pada Persamaan 3-2 kita telah mendefinisikan besar stress pada sebuah area A pada arah
yang sama dengan arah gaya yang menghasilkan stress, sedangkan pada Persamaan 3-3
kita telah mendefinisikan besar lithostatic stress di sebuah titik pada arah vertikal. Apa
yang telah kita sebut sebagai stress di atas sebenarnya lebih tepat jika disebut sebagai traksi
(traction), yaitu gaya per satuan luas yang bekerja pada sebuah permukaan. Stress pada
sebuah titik di dalam benda, dilihat pada saat tertentu, mengacu kepada kumpulan seluruh
traksi yang bekerja pada setiap dan seluruh bidang (untuk seluruh kemungkinan orientasi)
yang melewati titik tersebut*. Berdasarkan definisi ini, stress pada dasarnya tidak cukup
untuk diwakili oleh besaran vektor, namun harus oleh besaran tensort ↑.

Normal Stress dan Shear Stress

Untuk pemahaman tensor stress, kita harus melalui tahap yang melibatkan pembagian
komponen-komponen stress. Pada umumnya, stress tidak tegak lurus terhadap bidang di
mana stress tersebut dihitung (Means, 1976).

Karena itu, pada banyak kasus, sebuah stress dapat dibagi menjadi dua komponen : (i)
normal stress (σn), yaitu komponen yang tegak lurus dengan bidang di mana stress tersebut
dihitung dan (ii) shear stress (σs) komponen yang paralel dengan bidang di mana stress
tersebut dihitung (Gambar 3.3.a).

Normal stress dianggap positif jika bersifat kompresif (berarah ke dalam mendekati
bidang) dan dianggap negatif jika bersifat tensile (berarah keluar menjauhi bidang)
(Gambar 3.3.b). Shear stress dengan pergerakan mengiri dianggap positif sedangkan
shear stress dengan pergerakan menganan dianggap negatif (Gambar 3.3.b).

* Mengikuti buku-buku acuan yang telah ada : Twiss dan Moores (1992) dan Davis dan Reynolds
(1996), pada buku ini traksi akan disebut sebagai stress (disimbolkan dengan σ atau ditulis sebagai :
stress atau stress σ), sedangkan definisi yang digarisbawahi ini akan disebut sebagai tenser stress
(disimbolkan dengan σ (dicetak tebal) atau ditulis sebagai : stress σ).

Pengertian yang utuh mengenai tensor dapat dijumpai pada buku-buku kalkulus lanjut seperti Boas
(1983) : Mathematical Methods in Physical Sciences dan Spicgel (1984) : Analisis Vektor. Twiss
dan Moore (1992) membahas tensor secara singkat dalam bukunya, Structural Geology, pada
halaman 145 .
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 3.3. a. Normal stress dan shear stress.


b. Konvensi tanda untuk normal stress dan shear stress.
(Dimodifikasi dari Davis dan Reynolds, 1966).

Stress Dua Dimensi pada sebuah Titik

Berdasarkan definisi tensor stress di atas, maka kita dapat mengetahui stress pada sebuah
titik di dalam benda jika kita dapat menentukan komponen normal stress dan shear stress
yang bekerja pada seluruh bidang (untuk seluruh kemungkinan orientasi) yang melewati
titik tersebut. Untuk kasus dua dimensi, jika komponen normal stress 'semuanya' bersifat
kompresif atau 'semuanya' bersifat tensile, maka stress (σ) akan mudah dibayangkan karena
dapat digambarkan dengan menggunakan sebuah elips. Jika kita plot semua kemungkinan
stress sebagai pasangan panah yang melalui sebuah titik tertentu, maka titik ujung dari
panah-panah tersebut akan membentuk sebuah elips yang disebut sebagai stress ellipse
(Gambar 3.4.a)*.

* Adalah mungkin bagi kita menjumpai keadaan stress (tensor stress) di mana sebagian normal stress
bersifat kompresif, sedangkan sebagian normal stress lainnya bersifat tensile. Dalam situasi ini, stress
ellipse tidak dapat didefinisikan dan digambarkan.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 3.4. a. Stress ellipse (elips stress).


b. Komponen-komponen principal stress. Principal planes dan principal
coordinates (principal axes).
c. Komponen-komponen stress untuk sistem koordinat umum. Dua subskrip
setelah tanda stress (σ) dijelaskan sebagai berikut. Subskrip pertama
menandakan stress bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu subskrip.
Subskrip kedua menandakan arah stress sejajar dengan sumbu subskrip.
Sebagai contoh: σxx adalah stress yang bekerja pada bidang yang tegak lurus
sumbu x, dengan arah stress sejajar dengan sumbu x. σzx adalah stress yang
bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu z, dengan arah stress sejajar
dengan sumbu x. Stress dengan dua subskrip yang sama merupakan normal
stress, sedangkan stress dengan dua subskrip yang berbeda merupakan shear
stress.
(Twiss dan Moores, 1992).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Pada umumnya stress tidak tegak lurus terhadap bidang di mana dia bekerja, karena itu, pada
banyak kasus, komponen normal stress dan shear stress tidak sama dengan nol. Perkecualian
untuk hal ini adalah untuk stress yang paralel terhadap sumbu panjang dan sumbu pendek
dari elips. Kedua stress ini disebut sebagai principal stresses , dan (Gambar 3.4.a).
Bidang di mana principal stresses bekerja disebut sebagai principal planes, dan sumbu-
sumbu koordinat yang paralel terhadap principal stresses disebut sebagai principal
coordinates atau principal axes (Gambar 3.4.b).

Principal stresses merupakan stress maksimum dan minimum dari semua stress yang bekerja
pada seluruh bidang (untuk seluruh kemungkinan orientasi) yang melewati sebuah titik.
Principal stress tegak lurus terhadap bidang di mana dia bekerja (principal planes), sehingga
komponen shear stress pada principal planes sama dengan nol. Sebagai konvensi, kita
menentukan keduanya memiliki hubungan :

Besar dan orientasi principal stress mendefinisikan secara lengkap stress ellipse Karena itu,
dengan mengetahui besar dan orientasi principal stress kita dapat menentukan stress σ pada
sebuah titik :

Gambar 3.4.c memperlihatkan analisa kesetimbangan mekanis pada sebuah kotak koordinat,
untuk sistem koordinat umum (bukan sistem principal coordinates). Dengan mengetahui
komponen normal stress dan shear stress untuk masing-masing dua bidang yang saling tegak
lurus yang melalui sebuah titik, maka stress σ pada titik tersebut juga dapat ditentukan
dengan komponen-komponen stress sebagai berikut :

Pada Gambar 3.4.c, dengan mensyaratkan bahwa dalam kesetimbangan mekanis percepatan
pada arah sumbu-sumbu koordinat (x dan z) dan percepatan sudut sama dengan nol, maka
akan didapatkan kesamaan sebagai berikut :
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Sehingga dari empat komponen stress σ pada Persamaan 3-5b, hanya 3 komponen yang
independen, yaitu : σxx, σzz dan σxz = -σzx.

Stress Tiga Dimensi pada sebuah Titik

Penggambaran stress σ dalam tiga dimensi didapatkan dengan mengekstrapolasi


penggambaran stress σ dalam dua dimensi yang telah kita lakukan. Jika semua komponen
normal stress memiliki tanda yang sama, stress σ pada sebuah titik digambarkan oleh sebuah
stress ellipsoid (Gambar 3.5.a).

Gambar 3.5. a. Stress ellipsoid.


b. Komponen-komponen principal stress. Principal planes dan principal
coordinates (principal axes).
c. Komponen-komponen stress untuk sistem koordinat umum.
(Twiss dan Moores,1992).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Sumbu panjang, menengah, dan pendek dari stress ellipsoid paralel terhadap principal
coordinate axes, dan berturut-turut mewakili principal stress maksimum ( ), menengah (
), dan minimum ( ), yang secara konvensi ditentukan untuk memiliki hubungan :

Principal stresses merupakan stresses yang bekerja pada tiga bidang yang saling tegak lurus
yang merupakan principal planes. Pada principal planes, shear stress besarnya nol.

Melalui penurunan yang sama dengan yang telah kita lakukan untuk stress σ dua dimensi,
dari Gambar 3.5.b (sistem principal coordinates) dan Gambar 3.5.c (sistem koordinat
umum) dapat dinyatakan bahwa stress ellipsoid, yang mendefinisikan stress σ pada sebuah
titik, digambarkan secara utuh oleh : (i) tiga principal stresses dan orientasinya atau (ii)
komponen-komponen normal stress dan shear stress dari masing-masing tiga buah bidang
yang saling tegak lurus yang ketiganya melalui titik yang dimaksud :

Pada Gambar 3.5.c, dengan mensyaratkan bahwa dalam kesetimbangan mekanis percepatan
pada arah sumbu-sumbu koordinat (x, y, dan z) dan percepatan sudut sama dengan nol, maka
akan didapatkan kesamaan sebagai berikut :

Sehingga dari sembilan komponen stress Q pada Persamaan 3-8, hanya 6 komporieri yang
independen, yaltu : σ xx, σ yy , σ zz, σ xy = -σ yx , σ xz = -σ zx, dan σ yz = -σ zy.

Tensor Stress

Analog dengan penurunan diagram strain Mohr (lihat Bab II) yang menyederhanakan
penggambaran strain ellipse (dalam diagram fisik) ke dalam bentuk lingkaran (dalam
diagram strain Mohr), stress ellipse yang komponen-komponennya diturunkan pada
Persamaan 3-5b dan 3-8b akan lebih mudah dianalisa jika digambarkan dengan diagram
Mohr (diagram Mohr akan dibahas pada sub-bab berikutnya). Karena itu komponen-
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

komponen stress ellipse pada Persamaan 3-5b dan 3-8b disebut juga sebagai komponen-
komponen stress lingkaran Mohr.

Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, stress akan secara lengkap terdefinisikan jika
dipandang sebagai besaran tensor (tensor stress). Komponen-komponen tensor stress
memiliki besar numerik yang sama dengan komponen-komponen stress lingkaran Mohr,
namun tanda dari komponen-komponen tensor stress ditentukan berdasarkan konvensi
yang berbeda. Konvensi tanda komponen-komponen stress lingkaran Mohr telah dijelaskan
sebelumnya (Gambar 3.3), sedangkan komponen-komponen tensor stress dijelaskan pada
Gambar 3.6.

Gambar 3.6. Konvensi tanda untuk komponen - komponen stress tensor. Tanda komponen
stress ditentukan oleh arah komponen traksi yang bekerja pada sisi negatif
permukaan koordinat. Pada diagram B sampai E, masing-masing dari
pasangan komponen traksi yang saling berlawanan dilengkapi dengan
superskrip + atau -, tergantung dari apakah komponen traksi tersebut bekerja
pada permukaan koordinat positif atau negatif (permukaan koordinat positif
dan negatif didefinisikan pada diagram A). Sebagai contoh, pada diagram B,
σ22 dianggap positif karena komponen traksi yang bekerja pada permukaan
koordinat negatif (σ22-) menunjuk ke arah koordinat positif. Pada diagram E,
σ32 danggap negatif karena komponen traksi yang bekerja pada permukaan
koordinat negatif (σ32 -) menunjuk kearah koordinat negatif (Twiss dan
Moores,1992).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 3.6 memperlihatkan bahwa sumbu-sumbu koordinat untuk komponen-komponen


tensor stress adalah xl, x2, dan x3 (bukan x, y, dan z) dan dengan subskrip berupa numerik
(misalnya σ32 bukan σzy). Penandaan yang berbeda ini dilakukan untuk membedakan
komponen-komponen tensor stress dari komponen-komponen stress lingkaran Mohr. Arti
subskrip dan urutannya sama dengan yang telah dijelaskan pada Gambar 3.4.c.
Komponen-komponen tensor stress dituliskan secara teratur dalam bentuk matriks :

Principal diagonal

Principal diagonal

Pada matiks-matriksi di atas, komponen normal stress dituliskan pada principal diagonal,
sedangkan kompnen shear stress dituliskan pada posisi selain principal diagonal. Dengan
menggunakan konvensi tanda tensor (Gambar 3.6), Persamaan 3-9 menjadi :

Ketiga hubungan dalam Persamaan 3-11 ini membuat shear stress pada matriks Persamaan
3-10b menjadi sama besar dan, karena posisi shear stress ini pada matriks bersifat simetris
terhadap principal diagonal, maka matriks tensor stress bersifat simetris*.

Dalam dua dimensi kita hanya memiliki dua arah koordinat, dan biasanya dua arah
koordinat ini kita tentukan pada bidang yang tegak lurus dengan principal stress menengah
xz . Dengan demikian keadaan stress dua dimensi dapat ditentukan hanya oleh dua stress yang
bekerja pada dua bidang koordinat, dan kedua stress tersebut hanya memiliki dua komponen.
Karena itu matriks yang mewakili stress Q dua dimensi pada sebuah titik hanya memiliki
empat komponen, sebagaimana dituliskan pada persamaanpersamaan sebagai berikut :

* Dalam aljabar linier, matriks yang simetris memiliki ciri-ciri yang unik dalam operasi matriks.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Diagram Mohr untuk Stress Dua Dimensi

Stress ellipse menunjukkan bahwa komponen normal stress dan shear stress pada sebuah
bidang harus berubah secara progresif terhadap orientasi bidang tersebut. Hubungan antara
orientasi bidang dan besar normal stress dan shear stress pada bidang tersebut sulit ditentukan
dari stress ellipse. Untuk mempermudah penggambaran hubungan ini, Otto Mohr (1880)
memperkenalkan metoda grafis yang dikenal sebagai diagram Mohr, di mana pada diagram
tersebut sumbu horizontal menggambarkan besar normal stress (σn) sedangkan sumbu
vertikal menggambarkan besar shear stress (σS).

Jika sebuah stress σ diplot pada diagram Mohr, maka komponen normal stress dan shear
stress pada seluruh bidang (untuk seluruh kemungkinan orientasi) yang melewati sebuah titik
akan membentuk sebuah lingkaran yang dikenal sebagai lingkaran Mohr. Pusat ligkaran Mohr
terletak pada sumbu normal stress. Konvensi tanda pada diagram Mohr mengikuti konvensi
dalam penggambaran stress ellips dan stress ellipsoid yang telah dibahas sebelumnya, yaitu :
normal stress kompresif dan shear stress mengiri dianggap positif. Karakter dari lingkaran
Mohr secara jelas memperlihatkan hubungan antara stress σ pada sebuah titik dengan stress σ
pada bidang-bidang yang yang melalui titik tersebut.

Beberapa karakteristik penting dari diagram Mohr dijelaskan sebagai berikut :


1. Diagram Mohr
(i) Diagram Mohr memiliki sumbu-sumbu yang mewakili besar stress. Karena itu, adalah
penting untuk membedakan antara diagram Mohr dengan diagram ruang fisik yang
sumbu-sumbunya merupakan koordinat spasial (jarak dan ruang) (Gambar 3.7.a).
Seringkali penggambaran diagram ruang fisik ini diperlukan.
(ii) Setiap titik di dalam lingkaran Mohr mewakili stress pada sebuah bidang dengan
orientasi yang unik.

2. Principal Stress
(i) Nilai normal stress maksimum dan minimum didefinisikan oleh perpotongan antara
lingkaran Mohr dengan sumbu σn (Gambar 3.7.b). Catat bahwa kedua titik ini
merupakan stress σ satu-satunya pada lingkaran Mohr di mana shear stress sama
dengan nol.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 3.7. Hubungan antara diagram fisik dengan diagram Mohr dua dimensi. Lihat teks
untuk penjelasan (Twiss and Moores,1992).

3. Stress σ dan orientasi bidang

(i) Orientasi sebuah bidang di dalam diagram fisik didefinisikan oleh orientasi garis
normalnya (n, garis yang tegak lurus bidang tersebut) relatif terhadap sumbu-sumbu
koordinat yang diketahui*. Sebagai contoh, sudut σ pada diagram fisik (Gambar
3.7.a) diukur antara sumbu , dan garis normal n dari bidang P. Sudut σ juga

merupakan sudut antara komponen normal stress pada bidang koordinat , dan
komponen normal stress pada bidang (Gambar 3.7.a).

(ii) Sudut yang diukur pada diagram fisik harus digandakan (dikali dengan dua) jika diplot
pada diagram Mohr (bandingkan σ pada Gambar 3.7.a dan Gambar 3.7.b). Rotasi
pengukuran pada kedua diagram memiliki arah yang sama.

* Bedakan antara (i) orientasi bidang berdasarkan orientasi garis normalnya terhadap sebuah sumbu
koordinat dengan (ii) orientasi bidang berdasarkan orientasi bidang tersebut terhadap sebuah sumbu
koordinat. Dalam hal ini kita menggunakan pilihan (i).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

(iii) Komponen normal stress dan shear stress yang bekerja pada bidang
P (di mana pada diagram fisik garis normal n bidang P membentuk sudut σ
terhadap sumbu , (atau ), akan diplot di diagram Mohr pada titik ujung
sebuah garis radius yang membentuk sudut 2σ dari principal stress maksimum (
,0) (Gambar 3.7.b).

Gambar 3.8. Hubungan antara diagram fisik dengan diagram Mohr dua dimensi. Lihat teks
untuk penjelasan (Twiss and Moores,1992).

(iv) Dua buah bidang pada diagram fisik, P dan P' (Gambar 3.8.a), dengan garis normal n
dan n’ yang membentuk sudut pada arah berlawanan jarum jam dengan , sebesar σ
dan σ, pada diagram Mohr akan diplot sebagai titik dan
(Gambar 3.8.b). Sudut yang dibentuk antara dua garis radius yang melalui kedua titik
tersebut adalah 2σ diukur berlawanan arah dengan putaran jarum jam.

(v) Komponen-komponen stress yang terletak pada satu garis diameter pada lingkaran
Mohr, merupakan komponen-komponen yang bekerja pada bidang-bidang yang saling
tegak lurus pada diagram fisik (Gambar 3.9).

4. Bidang-bidang conjugate dari shear stress maksimum


(i) Stresses pada bidang-bidang yang garis normalnya membentuk sudut ± 450 terhadap
principal stress maksimum , (Gambar 3.10.a) akan diplot pada lingkaran Mohr
pada titik - titik yang membentuk garis-garis radius dengan sudut ± 900, diukur dari (

,0) (Gambar 3. 10.b). Pada bidang - bidang ini, nilai absolut dari shear stress
adalah maksimum. Bidang - bidang ini dikenal sebagai bidangbidang conjugate dari
shear stress maksimum.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 3.9. Hubungan antara diagram fisik dengan diagram Mohr dua dimensi. Lihat
teks untuk penjelasan (Twiss and Moores,1992).

Gambar 3.10. Hubungan antara diagram fisik dengan diagram Mohr dua dimensi. Lihat
teks untuk penjelasan (Twiss and Moores, 1992).

5. Invarian skalar dari stress


(i) Besar stress pada sebuah titik secara unik diberikan oleh dua besaran skalar yang
ditentukan oleh (i) posisi titik tengah lingkaran Mohr , yang dikenal sebagai
mean normal stress, dan (ii) radius lingkaran Mohr r, yang besarnya sama dengan
nilai absolut dari shear stress maksimum, . Kedua besaran skalar ini
memiliki hubungan dengan principal stresses sebagai berikut :

untuk sistem principal coordinates.


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

untuk sistem koordinat umum.

dan r disebut sebagai invarian karena untuk setiap himpunan komponen


stress (σ xx, σ xz ), (σ zz , σ zx) yang mendefinisikan stress σ yang sama, besar
nilai kedua skalar tersebut selalu sama.

6. Persamaan-persamaan lingkaran Mohr


(i) Persamaan-persamaan untuk menghitung komponen normal stress dan shear stress
pada bidang yang garis normalnya membentuk sudut σ dengan principal stress ,
dapat ditentukan dengan mudah dari geometri lingkaran Mohr :

(ii) Dari dua persamaan di atas, kita dapat menurunkan sebuah persamaan dalam bentuk
yang lebih kita kenal, yaitu bentuk persamaan lingkaran. Kita tulis kembali
Persamaan 3-14a sebagai :

Kuadratkan kedua sisi Persamaan 3-14a dan 3-14b lalu jumlahkan :

Dari kesamaan trigonometri , didapatkan


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Ubah bentuk komponen kedua pada sisi kanan persamaan di atas (komponen
yang mengandung ) berdasarkan Persamaan 3-15:

Persamaan yang terakhir ini memiliki bentuk (x - a)2 + y2 = r2 yang merupakan


persamaan sebuah lingkaran dengan titik pusat berjarak a pada sumbu x dan
memiliki radius r. Persamaan 3-14a, 3-14b, dan 3-16 merupakan persamaan-
persamaan lingkaran Mohr untuk stress dua dimensi.

Diagram Mohr untuk Stress Tiga Dimensi

Karakteristik diagram Mohr untuk stress tiga dimensi didasari pada persamaan-persamaan
lingkaran Mohr untuk stress dua dimensi (Persamaan 3-14a, 3-14b, dan 3-16), namun kita
harus membentuk kembali persamaan-persamaan tersebut secara lebih umum sehingga
dapat berlaku untuk komponen-komponen stress yang tegak lurus bidang koordinat x1 - x2
dan x2 - x3 . Bentuk umum persamaan-persamaan lingkaran Mohr adalah sebagai berikut :

Untuk (i, j, k) = (1,3,2), (1,2,3), atau (2,3,1) (3-17a)

σk menandakan bahwa sudut σ mengukur rotasi dengan sumbu xk pada bidang σk


dianggap positif jika diukur berlawanan arah dengan putaran jarum jam dari .
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Beberapa karakteristik diagram Mohr untuk stress tiga dimensi berikut ini merupakan
tambahan terhadap sifat-sifat utama lingkaran Mohr tunggal yang telah dibahas sebelumnya
(lihat Sub-Bab Diagram Mohr untuk Stress Dua Dimensi) :
1. Diagram Mohr
(iii) Stress σ tiga dimensi digambarkan pada diagram Mohr sebagai sebuah himpunan tiga
lingkaran Mohr. Setiap lingkaran Mohr ini merupakan sebuah grafik dari komponen -
komponen stress pada bidang-bidang yang paralel terhadap salah satu principal stress
(Gambar 3.11).

Gambar 3.11. Hubungan antara diagram fisik dengan diagram Mohr tiga dimensi. Lihat teks
untuk penjelasan (Twiss and Moores, 1992).

2. Principal Stress
(iii) Ketiga principal stress diplot pada sumbu σn. Masing-masing principal stress
merupakan bagian dari dua lingkaran Mohr.

3. Stress σ dan orientasi bidang


(vi) Bidang yang tidak paralel terhadap salah satu principal axes memiliki garis normal
yang tidak terletak pada salah satu principal planes (Gambar 3.12.a) Dalam diagram
Mohr, komponen-komponen stress pada bidang-bidang seperti ini harus diplot (i) di
dalam lingkaran Mohr yang terbesar dan (ii) di luar dua lingkaran Mohr yang lebih
kecil (di daerah berwarna abu-abu pada Gambar 3.11.b). Gambar 3.12.b
memperlihatkan contoh konstruksi pada diagram Mohr untuk menentukan komponen-
komponen stress dari bidang-bidang seperti ini.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 3.12. Hubungan antara diagram fisik dengan diagram Mohr tiga dimensi. Lihat teks
untuk penjelasan (Twiss and Moores, 1992).

4. Bidang-bidang conjugate dari shear stress maksimum


(ii) Meskipun setiap lingkaran Mohr memiliki nilai absolut maksimum dari shear stress
(Gambar 3.11.b), maksima untuk lingkaran Mohr dan hanya

merupakan maksima untuk bidangbidang yang paralel , dan . Maksima


sebenarnya untuk seluruh bidang (untuk seluruh kemungkinan orientasi) terdapat hanya
pada maksima untuk lingkaran Mohr , (Gambar 3.13.a).

5. Invarian skalar dari stress

(ii) Mean normal stress , untuk diagram Mohr tiga dimensi adalah :

Pada kasus dua dimensi (lingkaran Mohr tunggal) , merupakan pusat lingkaran Mohr,
namun pada kasus tiga dimensi , bukanlah pusat dari ketiga lingkaran Mohr.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 3.13. Hubungan antara diagram fisik dengan diagram Mohr tiga dimensi. Lihat teks
untuk penjelasan (Twiss and Moores, 1992).

Terminologi untuk State of Stress

Sejumlah istilah yang mengacu kepada state of stress khusus telah digunakan di dalam
literatur. State of stress yang khusus ini memiliki karakteristik yang khas, yang dapat
digambarkan secara lebih sederhana dengan menggunakan komponen-komponen tensor stress
dan diagram lingkaran Mohr (Gambar 3.14).

Tekanan hidrostatik (hydrostatic pressure), (Gambar 3.14.a). Semua


principal stress bersifat kompresif dan sama besar. Tidak terdapat shear stress pada semua
kemungkinan bidang, sehingga semua sistem koordinat ortogonal merupakan principal
coordinates. Lingkaran Mohr tergambarkan sebagai sebuah titik pada sumbu σn.

Uniaxial stress. Diagram Mohr untuk tiga dimensi merupakan lingkaran tunggal yang
menyinggung titik asal (origin). Terdapat dua kemungkinan kasus:
1. Uniaxial compression, (Gambar 3.14.b). Satu-staunya stress yang di
berikan adalah sebuah stress kompresif pada satu arah tertentu.

Keadaan stress ini sering digunakan dalam eksperimen kekuatan conto batuan di
laboratorium.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 3.14. Diagram-diagram Mohr untuk keadaan-keadaan stress (state of stress) yang
khusus (Twiss dan Moores, 1992).

2. Uniaxal tension, , (Gambar 3.14.c). Satu-satunya stress yang di


berikan adalah sebuah tensile stress pada satu arah tertentu.
Engineers sering menggunakan keadaan stress ini untuk menguji sifat mekanika dari metal.

Axial compression atau confined compression, (Gambar 3.14.d). Sebuah


uniaxial compression dengan besar ditambahkan pada keadaan stress hidrostatik
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

. Keadaan stress ini sering digunakan dalam percobaan laboratorium untuk


mewakili batuan dalam kondisi temperatur dan tekanan tinggi.

Axial extension, extensional stress, atau extension*, (Gambar 3.14.e).


Sebuah uniaxial tension dengan besar ditambahkan pada keadaan stress hidrostatik
Keadaan stress ini juga digunakan dalam percobaan laboratorium untuk mewakili
batuan dalam kondisi temperatur dan tekanan tinggi.

Triaxial stress, , (Gambar 3.14.f). Semua principal stress memiliki nilai


yang berbeda dan dapat memiliki tanda apapun (negatif maupun positif). Stress σ diplot pada
diagram Mohr sebagai tiga lingkaran yang berbeda.

Pure shear stress atau pure shear*, dan (Gambar 3.14.g). Maksimum
dan minimum dari principal stress memiliki besar yang sama namun berbeda tanda.
Principal stress menengah sama dengan nol. Penamaan keadaan stress ini diberikan karena
pada bidang-bidang shear stress maksimum besar normal stress sama dengan nol.

Deviatoric stress↑(Gambar 3.14.h). Komponen-komponen deviatoric stress ditentukan


dengan mengurangi mean normal stress , dari setiap komponen normal stress dari stress
σ. Deviatoric stress berguna untuk menggambarkan kelakuan material yang bergantung
hanya pada ukuran lingkaran Mohr (ukuran shear stress maksimum), dan tidak bergantung
pada posisi lingkaran Mohr (ukuran tekanan rata-rata)
Differential stress (Gambar 3.14.i). Differential stress Dσ adalah perbedaan antara principal
stress maksimum dan minimum : . Differential stress merupakan besaran skalar
positif dan memiliki nilai sama dengan dua kali nilai shear stress maksimum. Untuk stress
dua dimensi, differential stress merupakan diameter lingkaran Mohr. Dalam keadaan stress
axial compression atau axial extension (Gambar 3.14.d dan 3.14.e), differential stress
merupakan uniaxial stress yang diberikan sebagai tambahan pada stress hidrostatik.

Effective stress (Gambar 3.14.j). Effective stress merupakan hasil pergeseran lingkaran
Mohr ke arah normal stress yang lebih kecil, sebesar tekanan fluida pori (pore fluid
pressure) pf.

* Istilah extension dan pure shear memiliki arti yang berbeda apabila diterapkan untuk strain. Agar tidak
rancu, penggunaan istilah-istilah ini harus selalu diiringi dengan penjelasan apakah istilahistilah ini
digunakan dalam kaitannya dengan stress atau dengan strain.

Istilah deviatoric stress yang digunakan pada buku ini mengacu pada Jaeger dan Cook (1979) dan Twiss
dan Moores (1992). Davis dan Reynolds (1996) menggunakan istilah ini untuk maksud yang berbeda.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

HUBUNGAN STRESS DAN STRAIN MELALUI EKSPERIMEN

Tujuan dan Hambatan

Sebagaimana telah dibahas pada awal bab, tujuan analisa dinamika bukan hanya untuk
menginterpretasikan gaya dan stress dalam deformasi, namun juga untuk mengetahui
hubungan antara stress dan strain. Hubungan antara stress dan strain merupakan obyek
dari reologi, yaitu studi tentang respon batuan terhadap stress (Engelder dan Marshak,
1988). Dalam reologi, pengetahuan yang ingin didapatkan adalah bagaimana litologi
tertentu berkelakuan apabila kepadanya dikenakan gaya dan stress dalam kondisi yang
berbeda-beda dalam temperatur, confining pressure, tekanan fluida pori, laju pembebanan,
dan lain sebagainya. Berdasarkan pengetahuan ini kemudian kita meneliti struktur-struktur
yang berkembang pada batuan yang telah terdeformasi, merekonstruksikan pergerakan
yang menghasilkan struktur tersebut, dan menginterpretasikan kejadian alamiah dari
kondisi dinamik yang berkembang selama deformasi.

Ahli geologi struktur, fisikawan, dan ahli rekayasa telah melakukan studi reologi melalui
pendekatan eksperimental dan teoritis. Dengan mendesain batuan menjadi objek dari gaya
dan stress dalam kondisi yang dapat diatur di laboratorium, kita dapat mengamati (dan
mendeskripsikannya secara matematis) kejadian alamiah dari deformasi dan hubungan-
hubungan khusus antara stress dan strain. Hasil dari pengamatan seperti ini menjadi bahan
dasar untuk menentukan sejumlah parameter fisik di dalam persamaan-persamaan yang
membentuk model-model teoritis.

Sebagai sebuah metoda ilmiah, pendekatan di atas tentunya akan menghasilkan sebuah
kumpulan hukum alam yang menjelaskan tentang hubungan antara stress dan strain untuk
batuan-batuan penyusun kerak bumi. Namun hal ini belum tercapai disebabkan karena
karakter fisika dan kimia dari kerak bumi yang sangat heterogen.

Eksperimen Axial Compression Standar

Sebagai contoh, kita jadikan conto inti batugamping berbentuk silinder berada dalam (i)
confining pressure 28 MPa dan (ii) temperatur ruang, untuk kemudian membebaninya pada
kedua ujungnya dengan laju beban yang cepat*. Kurva beban-pergeseran diperlihatkan pada
Gambar 3.15.a. Kurva ini dapat diubah menjadi diagram stress-strain (Gambar 3.15.b),
yang merupakan tampilan standar eksperimen deformasi batuan.

Garis lurus yang diperlihatkan pada diagram stress-strain menandakan bahwa conto
batugamping berkelakuan elastik, sebagaimana sebuah pegas. Kelakuan elastik dihasilkan
dari kemampuan batuan untuk memulihkan perubahan benda non-rigid yang sangat kecil.
Perubahan ini terjadi melalui perubahan jarak antar atom pada kisi-kisi kristal dari
komponen-komponen mineral batuan tersebut. Pada tahap deformasi elastik tertentu, beban
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

kembah dikurangi menjadi 0 kg, dan observasi terhadap pulihnya conto batugamping ke
bentuk semula memperlihatkan bahwa rute yang ditempuh pada diagram.

* Untuk preparasi conto batuan,teknis dan prosedur eksperimen, dan cara pengukuran stress dan strain
selama eksperimen, dapat dilihat pada Davis dan Reynolds (1996) halaman 123-129.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 3.15. a. Kurva beban-pergeseran.


b. Diagram stress-strain.
c. Loop histerisis.
(Davis dan Reynolds, 1996).

stress-strain tidak sama dengan rute semula (rute membentuk loop) (Gambar 3.15.c).
Karakter seperti ini menandakan terdapatnya kelambatan waktu dalam pemulihan strain
longitudinal (strain yang terjadi pada arah pembebanan). Perlambatan ini dikenal sebagai
histerisis, dan karakter kurva yang diperlihatkannya disebut sebagai loop histerisis.

Jika beban tidak kembali dikurangi menjadi 0 kg, namun malah kita tambah terus
sehingga menambah besar stress, pada keadaan stress-strain tertentu conto batugamping
mulai terdeformasi secara plastis. Setelah keadaan ini, pada dasarnya kelakuan elastik
telah terlampaui, dan strain permanen yang tidak dapat pulih mulai terakumulasi di dalam
conto batugamping. Sebuah bentuk 'kait (hook)' berkembang pada kurva-kurva hasil
eksperimen deformasi batugamping, memperlihatkan bahwa hubungan stress dan strain
telah menyimpang dari garis lurus (Gambar 3.16.a dan 3.16.b). Deformasi plastis
menghasilkan perubahan permanen dalam bentuk benda padat, tanpa benda tersebut
mengalami failure (kerusakan) melalui rupture (pecah atau patah).

Awal deformasi plastis selama eksperimen terjadi ketika kurva beban pergeseran (atau
kurva stress-strain) menyimpang dari garis lurus (kelakuan elastik) dan mulai
melengkung membentuk kurva yang cembung ke atas (Gambar 3.16.a dan 3.16.b). Titik
di mana bentuk grafik ini berubah, yaitu perubahan dari kelakuan elastik ke kelakuan
plastis, disebut sebagai batas elastik (elastic limit), dan nilainya pada sumbu stress
disebut sebagai yield strength.

Jika dalam kondisi eksperimen deformasi ini (confining pressure 28 MPa, temperatur
ruang, dan laju pembebanan cepat) batugamping berkelakuan plastis sempurna, dia akan
mengalir secara kontinu tanpa rupture dengan bertambahnya stress. Namun dalam
eksperimen ini batugamping berkelakuan brittle (getas) di mana sesaat setelah deformasi
plastis tercapai, deformasi dilanjutkan dengan rupture melalui pensesaran (Gambar 3.16).
Pensesaran ditandai oleh berkurangnya stress secara tiba-tiba (Gambar 3.16.c).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 3.16. a. Awal mula deformasi plastis, diikuti dengan rupture, pada kurva beban-
pergeseran.
b. Diagram stress-strain untuk kurva pada a.
c. Pensesaran.
(Davis dan Reynolds, 1996).

Kejadian lain yang dapat terjadi adalah batugamping mengalami true brittle failure di mana
pensesaran terjadi tanpa batugamping mengalami deformasi plastis (bentuk kurva garis
lurus langsung diikuti oleh berkurangnya stress secara tiba-tiba, tanpa melalui bentuk kurva
yang cembung ke atas terlebih dahulu). Batuan dianggap brittle jika besar shortening yang
terjadi sebelum pensesaran adalah kurang dari 5%.

Efek Confining Pressure pada Deformasi Batuan


Jika pada eksperimen di atas kita ubah confining pressure dari 28 MPa menjadi 103 MPa,
kita mendapatkan yield strength yang jauh lebih besar (titik A pada Gambar 3.17), yang
kemudian diikuti oleh deformasi plastis (kurva antara A dan B). Pada eksperimen kali ini,
sebelum kita mencapai beban axial yang lebih besar, sesaat setelah deformasi plastis
terjadi kita hilangkan beban axial menjadi 0 kg (kurva dengan garis putus-putus).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 3.17. Diagram stress-strain hasil eksperimen axial compression pada


batugamping dengan confining pressure 103 MPa (Davis dan
Reynolds, 1996)

dilihat bahwa shortening akibat deformasi elastik terpulihkan secara cepat, namun
shortening akibat deformasi plastis tidak terpulihkan.

Jika beban diperbesar kembali, batugamping kembali berkelakuan seperti benda padat
elastik, namun kali ini batas elastik yang dicapai (titik C) lebih besar dari yield strength
yang pertama (titik A). Bertambah besarnya yield strength ini disebabkan oleh
berubahnya fabric (kemas, struktur internal) dari batuan akibat deformasi plastis yang
telah terjadi sebelumnya. Batugamping dikatakan telah mengalami strain hardening,
sehingga yield stress nya bertambah besar. Penambahan beban lebih lanjut
memperlihatkan bahwa kurva stress-strain membentuk kurva cembung ke atas yang lebih
landai dan lebih lebar (kurva antara C dan E) dibandingkan dengan bentuk kurva sewaktu
eksperimen dilakukan dengan confining stress 28 MPa. Selama deformasi antara titik D
dan E pada kurva, batugamping dikatakan mengalami strain softening karena untuk
peningkatan bertahap dari strain, stress yang diperlukan justru semakin mengecil. Dan
pada akhirnya rupture akibat pensesaran terjadi pada conto batugamping (titik E),
ditandai dengan berkurangnya stress secara tiba-tiba.

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari dua eksperimen axial compression ini
adalah bahwa dengan meningkatnya confining pressure, maka (dengan asumsi bahwa
faktor-faktor lainnya seperti temperatur dan laju pembebanan dapat dianggap konstan) :
1. Batuan menjadi semakin kuat, ditandai oleh meningkatnya yield strength, ultimate
strength, dan rupture strength (Gambar 3.17).
2. Deformasi plastis yang terjadi sebelum pensesaran menjadi semakin besar.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

3. Sudut σ antara bidang sesar dengan sumbu inti batuan menjadi semakin besar.
4. Conto batuan lebih kohesif, berbentuk membulat ke tengah, dan zona rupture lebih
lebar dan disusun oleh bidang-bidang sesar yang menyebar. Sebaliknya, pada eksperimen
dengan confining pressure yang lebih kecil, conto batuan terlihat lebih mudah pecah
(fragile) dengan terbentuknya material berbutir halus di sepanjang sesar, dan zona
rupture yang dibentuk oleh hanya sebuah bidang rekahan (Gambar 3.18).

Berbeda dengan eksperimen sebelumnya (confining pressure 103 MPa) di mana batuan
berkelakuan brittle, pada eksperunen dengan confining pressure 103 MPa ini batuan
berkelakuan semibrittle. Batuan dianggap semibrittle jika besar shortening yang terjadi
sebelum pensesaran adalah antara 5% sampai 10%. Untuk melengkapi kedua eksperimen
di atas, kita lakukan sebuah eksperimen dengan menggunakan confining pressure yang
lebih tinggi, yaitu 207 MPa. Hasil dari ketiga eksperimen diperlihatkan pada Tabel 3.1.
Pada eksperimen dengan confining pressure 207 MPa, batuan dianggap berkelakuan
ductile (lentur) karena besar shortening yang terjadi sebelum pensesaran adalah lebih
besar dari 10%. Jika data pada Tabel 3.1 diplot pada diagram Mohr (Gambar 3.19),
maka akan terlihat bahwa secara proporsional dibutuhkan differential stress (σ1 – σ3) yang
lebih besar untuk menghasilkan rupture apabila confining pressure (σ3) diperbesar.

Kekuatan dan Ductility (Kelenturan) Batuan

Respon mekanis dari batuan terhadap stress berbeda-beda, tergantung dari kondisi deformasi.
Berikut ini akan dipaparkan beberapa variabel yang mempengaruhi reologi dari batuan dalam
eksperimen deformasi bahzan. Litologi. Tabel 3.2 memperlihatkan urutan kekuatan litologi
berdasarkan diagram-diagram stress-strain yang dihasilkan dari uji kompresi batuan pada
kondisi temperatur ruang dan confining pressure kecil. Dalam sebuah urutan litologi yang
berbeda, batuan yang paling mungkin untuk berkelakuan paling ductile jika dikenai stress
biasanya disebut sebagai incompetent, sedangkan batuan yang paling mungkin untuk
berkelakuan brittle biasanya disebut sebagai competent. Kedua istilah ini bersifat relatif,
karena urutan batuan berdasarkan kompetensinya dapat berubah apabila kondisi-kondisi
deformasi (seperti confining pressure, temperatur, laju strain, dan tekanan fluid pori) dirubah.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Tabel 3.1.
Ringkasan hasil eksperimen deformasi batugamping pada kondisi confining pressure 27.6
Mpa, 103 Mpa, dan 207 Mpa (Davis dan Reynolds, 1996).

Gambar 3.19. Diagram stress Mohr memperlihatkan hasil eksperimen axial compression
pada kondisi confining pressure yang berbeda-beda (Davis dan Reynolds,
1996).

Confining pressure dan tekanan fluda pori. Kita telah melihat bahwa bertambahnya
confining pressure pada conto batuan dalam uji kompresi berpengaruh memperbesar
kekuatan dan ductility batuan. Kesimpulan ini dibuktikan kembali oleh percobaan yang
dilakukan pada Batugamping Crow Point (Gambar 3.20). Namun, efek yang memperbesar
ini dapat sebagian atau seluruhnya dikurangi oleh meningkatnya tekanan fluid pori di
dalam batuan (Gambar 3.21). Meningkatnya tekanan fluida pori dapat secara dramatis
mengurangi kekuatan dan ductility batuan. Di dalam cekungan sedimen, misalnya, air yang
terjebak di dalam sedunen pada saat pengendapan dapat tertekan selama penurunan
cekungan, penimbunan, dan kompaksi, akibat pembebanan dari sedimen impermeabel yang
lebih muda di atasnya. Besaran yang mewakili efek bersih dari confining pressure dan
tekanan fluida pori adalah effective stress, yang besarnya sama dengan confining pressure
dikurangi tekanan fluida pori.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Tabel 3.2
Urutan umum dari kekuatan litologi berdasarkan
eksperimen deformasi pada temperatur ruang dan
confining pressure rendah (Davis dan Reynolds, 1996).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 3.20. Diagram stress-strain untuk Batugamping Crow Point pada confining
pressure yang berbeda-beda (Davis dan Reynolds, 1996).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 3.21. Diagram stress-strain yang memperlihatkan pengaruh tekanan fluida pori
pada kekuatan dan ductility batuan (Batupasir Berea). Semua uji
deformasi dilakukan pada confining pressure 200 MPa (Davis dan
Reynolds, 1996).

Temperatur. Meningkatnya temperatur mengurangi kekuatan batuan, dan mempertinggi


ductility. Batuan sedimen bersifat lebih responsif terhadap perubahan temperatur dari pada
batuan beku. Gambar 3.22 memperlihatkan contoh hasil yang biasanya dijumpai dalam
eksperimen yang melibatkan perubahan temperatur. Jika cukup terpanasi, batuan dapat
berkelakuan plastis atau viscous* dalam deformasi, sehingga batuan mengalami strain
permanen yang besar tanpa terjadinya rupture dan kehilangan kohesi.

Gambar 3.22. Diagram stress-strain yang memperlihatkan pengaruh temperatur pada


kekuatan dan ductility batuan (Davis dan Reynolds, 1996).

* Material viscous mengalir jika dikenai differential stress, selemah apapun differential stress tersebut.
berbeda dengan material plastis, material viscous tidak memiliki ambang kekuatan tertentu yang harus
dicapai agar material tersebut mengalir.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Laju strain. Kekuatan batuan di dalam eksperimen defoimasi juga merupakan fungsi dari
laju penerapan stress. Batuan dapat dipaksa untuk terdeformasi secara plastis pada tingkat
stress rendah jika laju pembebanan adalah lambat. Namun dalam prakteknya, eksperimen
deformasi batuan lebih banyak dilakukan dengan mengatur laju strain dibandingkan
dengan mengatur laju pembebanan (Gambar 3.23). Apabila laju strain relatif rendah, besar
stress yang diperlukan untuk menghasilkan deformasi plastis dan failure (kerusakan) akhir
adalah lebih kecil dibandingkan jika laju strain lebih tinggi.

Gambar 3.23. Diagram stress-strain yang memperlihatkan pengaruh laju strain pada
kekuatan dan ductility batuan (Marmer Yule). Semakin tinggi laju strain,
semakin kuat batuan (Davis dan Reynolds, 1996).

Peran waktu dalam deformasi. Waktu memiliki peran penting sebagai variabel yang dapat
mempengaruhi kekuatan batuan. Tanpa mempertimbangkan batasan interval waktu, hasil
eksperimen kekuatan dan ductility batuan akan memiliki nilai yang terbatas dalam
penggunaannya untuk menginterpretasi dan merekonstruksi proses deformasi geologi.

Cacat material (flawvs atau defects) yang telah ada sebelumnya dan ukuran batuan. Cacat
material yang dimaksud di sini mencakup semua skala pengamatan, mulai dari crack
(rekahan mikro), pori batuan, rekahan, sesar, bidang perlapisan, kekar, urat, dan stilolit.
Untuk jenis litologi yang sama, batuan yang mengandung lebih banyak cacat material akan
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

lebih lemah. Lebih jauh lagi, tubuh batuan yang lebih besar akan lebih lemah dibandingkan
dengan tubuh batuan yang lebih kecil. Hal ini sebagian besar disebabkan karena tubuh batuan
yang lebih besar mengandung lebih banyak cacat material. Efek dari perbedaan kandungan
cacat material akan lebih terasa pada deformasi brittle dibandingkan pada deformasi ductile.

MODEL ELASTIK DARI KELAKUAN BATUAN

Telah dibahas sebelumnya, garis lurus yang diperlihatkan pada diagram stress-strain pada
awal deformasi (Gambar 3.15.b dan bagian kurva antara titik asal dan titik A pada Gambar
3.17) menandakan bahwa conto batuan berkelakuan elastik, sebagaimana sebuah pegas.
Persamaan garis lurus yang menggambarkan hubungan proporsional antara stress dan strain
untuk benda elastik dikenal sebagai Hukum Hooke (Gambar 3.24) :

σ=Ee (3-19)

dimana E = modulus Young, E = σ . Nilai E menggambarkan gradient dari garis lurus pada
e
kurva stress-strain.

Gambar 3.24. Gambaran Hukum Hooke : stress (σ) dan strain (e) berhubungan secara
langsung dan linear. Gradien kurva merupakan modulus Young (E).

Dalam kondisi deformasi yang sama, nilai E bervariasi untuk batuan yang berbeda, dan
menggambarkan perbedaan alamiah dalam daya tahan batuan - batuan tersebut terhadap
deformasi elastik. Karena itu, nilai gradien dari garis lurus pada kurva stress-strain merupakan
ukuran stiffness (kepejalan) batuan. Beberapa nilai modulus Young yang sering dijumpai
diperlihatkan pada Tabel 3.3. Semakin besar nilai modulus Young, maka batuan semakin stiff
(pejal). Karena ekstension merupakan besaran tanpa satuan, dari persamaan 3-19 dapat
diturunkan bahwa modulus Young memiliki satuan stress (misalnya MPa). Tanda positif dan
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

negatif pada nilai modulus Young dianalisa melalui penjelasan sederhana : jika stress bersifat
kompresif (positif) maka ekstension (e) akan negatif, sehingga modulus Young menjadi
negatif.

Dalam konteks studi eksperimental, modulus Young dapat dianggap sebagai sebuah
modulus elastik yang menggambarkan berapa besar stress yang diperlukan untuk
memperoleh besar tertentu dari shortening elastik pada arah sumbu panjang inti batuan.
Modulus elastik yang kedua dikenal sebagai rasio Poisson's, disimbolkan dengan v
(diucapkan sebagai nu), yang menggambarkan perbandingan antara strain lateral (e la t )
dengan strain longitudinal (e long ) :

Rasio Poisson's merupakan besaran tanpa satuan. Nilai rasio Poisson's untuk beberapa
batuan diperlihatkan pada Tabe13.4.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

IV
MEKANISME PEMBENTUKAN
REKAHAN DAN PATAHAN

KONSEP DASAR

Kondisi dan mekanisme pembentukan rekahan (fracture) dapat dipelajari dari hasil
percobaan deformasi batuan di laboratorium. Tujuan dalam melakukan percobaan ini
adalah untuk mendapatkan suatu batasan atau hukum pembentukan rekahan. Percobaan
laboratorium pada umumnya dilakukan dalam dua sistem uji, yaitu: (i) uji tensile strength
dan (ii) uji compressive strength (Gambar 4.1). Hasil dari percobaan ini dituangkan dalam
diagram Mohr agar dapat lebih mudah untuk dimengerti secara grafis. Percobaan
dilakukan dalam berbagai kondisi, dan data nilai titik pecahnya batuan (point of failure)
dicatat dan digabungkan dalam sebuah diagram Mohr sehingga membentuk amplop
(envelope of failure). Garis amplop menunjukkan batasan antara daerah stabil dan daerah
tidak stabil untuk jenis batuan tertentu (Gambar 4.2).

Gambar 4.1. Cara pengujian deformasi batuan untuk (A) tensile strength dan (B)
compressive strenght (Davis dan Reynolds, 1996).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 4.2. A. Diagram Mohr untuk mentukan keadaan stress, tanda bintang
menunjukkan harga dimana batuan akan pecah.
B. Data uji deformasi batuan pada beberapa kondisi differential stress
diplot pada diagram Mohr sehingga didapatkan batas pecah (failure
envelope).
(Davis dan Reynolds, 1996).

Percobaan dari deformasi brittle menghasilkan dua jenis fractures; extension fracture (Mode
I) dan shear fracture (Mode II). Dimana kedua jenis fracture ini berbeda dalam hal relatif
orientasi bidangnya terhadap sumbu utama stress minimum (σ3) dan sejajar terhadap sumbu
utama stress (σ1) serta pergerakannya relatif normal terhadap bidang permukaan fracture.
Extension fracture adalah tension fracture apabila stress minimum (σ3) bersifat tensile
seperti dalam kasus uniaxial tension. Shear fracture terbentuk dalam regim kompresi dengan
sudut lebih kecil dari 45° terhadap sumbu utama stress (σ1), serta pergerakannya relatif
sejajar terhadap permukaan fracture.

Kriteria untuk Tension Fractures

Tensile fracture terjadi apabila stress dalam hal ini tensile (stress negatif atau σ3) melewati
atau sama dengan kekuatan regangan atau tensile strength (T0) dari material dalam hal ini
batuan. Dalam diagram Mohr daerah stabil dan tidak stabil untuk tensile fracture disebut
sebagai tension fracture envelope (Gambar 4.3). Amplop (fracture envelope) ini diwakili
oleh garis yang tegak lurus σn (normal stress) dititik T0 yang secara matematis digambarkan
sebagai berikut :

σn = T0

Dimana σn adalah harga normal stress kritis yang diperlukan untuk membuat fracture.
Dalam uniaxial tension σn adalah σ3. Jadi dapat dikatakan dari persamaan di atas bahwa
batuan akan pecah dalam bentuk fracture Mode I (extension) apabila harga stress utama
terkecil (least principal stress) sama atau lebih besar dari kekuatan tensile (T0) dari batuan
tersebut.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Apabila dalam percobaan triaxial test ini dilakukan kombinasi test tension dan kompresi
pada sample batuan, maka akan didapatkan kondisi fracture spesifik yang disebut sebagai
amplop parabola pecahnya batuan (parabolic failure envelope). Hasil experiment dengan
merubah kondisi tekanan (confining pressure) dapatkan bahwa tensile fracture terjadi pada
harga confining pressure (σ1) maksimum 3T0. Tetapi apabila harga confining pressure (σ1)
berkisar 3T0 dan 5T0 maka batuan akan pecah secara kombinasi extension dan shear
(Gambar 4.4). Respon ini dikenal sebagai kondisi tensile transisi atau transitional tensile
behavior (Suppe,1985).

Gambar 4.3. Lingkaran Mohr yang menunjukkan percobaan tensile strength. Tensile
stress, sejajar sumbu contoh batuan, semakin besar sampai pada batas dan pecah.

Gambar 4.4. Lingkaran Mohr menunjukkan harga confining pressure 3 kali lebih besar
dan lebih kecil 5 kali dari pada tensile strength. B. Gambaran deformasi yang membentuk
rekahan berpasangan, sebagian bersifat tensile dan sebagian shear, membentuk sudut lancip
(320).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Geometri dan posisi parabola dari amplop fracture dapat dinyatakan dengan persamaan
matematis yang dikenal dengan the Griffith law of failur yang menggambarkan kondisi
daerah transisi. Dimana persamaannya adalah sebagai berikut:

σc = √4T0σN - T02

σc = harga shear stress kritis yang diperlukan untuk pecah (patah)


T0 = kekuatan tensile
σN = normal stress

Kriteria untuk Shear Fractures

Shear fracture terbentuk dalam kondisi kompresi, untuk mengamati pembentukannya


percobaan deformasi batuan di laboratorium dilakukan secara kompresi. Dimana conto
batuan ditekan/kompresi (σ1) pada harga confining pressure (σ3) yang berbeda-beda.
Hasil percobaan diamati secara grafis dengan menggunakan diagram Mohr (Gambar).

Hukum Fracture Coulomb

Hukum Coulomb adalah hukum pecahnya batuan dalam kondisi kompresi yang
didasarkan pada model mekanika dinamis yang dikembangkan oleh Coulomb (1773) dan
Mohr (1900). Hukum ini menggambarkan hubungan linear antara ketinggian dan
lereng/kecuraman dari amplop fracture untuk batuan dalam kompresi (Gambar 4.5).

σc = σ0 + tan (σ0)

Dimana:
σc = harga shear stress kritis yang diperlukan untuk pecah (patah)
σ0 = cohesive strength
= sudut geser dalam (angle internal friction)
tan = coefficient of internal friction
σN = normal stress

Hukum Coulomb untuk fracture dapat digunakan untuk meramal kondisi dimana suatu
shear fracture akan terbentuk dalam kompresi.

Untuk deformasi pada kondisi tekanan batuan yang tinggi (high confining pressure)
Hukum Coulomb tidak berlaku karena pada kondisi ini batuan tidak bersifat brittle lagi
tetapi lebih bersifat ductile. Hukum yang menggambarkan kondisi deformasi diatas batas
brittle-ductile adalah kriteria von Mises (Gambar 4.6)
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Apabila pada batuan sudah terdapat fracture sebelumnya (preexisting fractures), patahnya
batuan tidak dikontrol oleh harga kohesi maupun kekuatan batuan tetapi oleh daya tahan
geser (frictional resistance) dari rekahan-rekahan yang ada. Hukum yang menggambarkan
kondisi dimana fracture yang ada dalam batuan akan bergerak adalah Byerlee's Law yaitu
modifikasi dari hukum Coulomb, dimana fungsi kohesinya dihilangkan sehimgga persamaan
menjadi

σc = tan (σ0)

Hukum ini menyatakan bahwa stress kritis yang menyebabkan reaktifasi dari fracture yang
telah ada sama dengan koefisien dari daya geser dikalikan dengan normal stress yang bekerja
pada permukaan fracture. Batuan akan pecah pada arah fracture yang telah ada hanya apabila
fracture tersebut mempunyai orientasi, dimana hal ini dapat dengan jelas digambarkan dalam
diagram Mohr (Gambar 4.7).

Gambar 4.5. Hukum pecahnya batuan dari Coulomb, nilai kritis shear stress yang diperlukan
untuk memecahkan batuan adalah sebanding dengan cohesive strength ditambah faktor
normal stress dan koefisien geser batuan.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 4.6. Gambaran yang menunjukkan confining pressure yang tinggi, kriteria pecah
Coulomb tidak berlaku, deformasi berubah menjadi ductile.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 4,7. Diagram Mohr yang menunjukkan batas pecah Coulomb dan sliding
friction. (A) Perbedaan stress cukup besar untuk menyentuh batas sliding friction.
Apabila rekahan yang sudah ada sebelumnya mempunyai sudut 25° terhadap arah tegasan
utama, rekahan akan bergeser dan batuan akan pecah. (C) Bila diasumsikan batuan tidak
pecah dengan penambahan stress diferensial, jumlah rekahan (pada interval di gambar
kanan atas) yang cenderung bergeser makin banyak. (D) Bila diasumsikan dengan stress
diperbesar dan batuan tidak pecah, maka lingkaran stress akan memotong batas pecah
Mohr, maka batuan akan pecah melalui rekahan gerus (shear fractures) dengan sudut
terhadap tegasan utama yang lebih kecil (30°), tidak pernah melampaui interval rekahan
yang sudah ada (7.50 - 420).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

V
KEKAR (JOINTS)

Seperti didiskusi pada bab sebelumnya bahwa berdasarkan geometri ada dua jenis struktur
yang terbentuk yaitu yang continuous dan yang discontinuous. Ada dua jenis struktur
discontinous utama yaitu:

• Sesar/ patahan dimana blok-blok saling bergeser


• Kekar/ joint dimana blok saling terpisah tetapi tidak tergeser

Kekar adalah bidang rekahan yang tidak memperlihatkan pergeseran yang berarti (bagian
masanya masih berhubungan/bergabung). Kekar merupakan gejala yang umum dan sering
dijumpai. Pada umumnya menunjukkan pola sistematik (prefered orientaton) dan seringkali
simetrik. Walaupun demikian, kekar adalah unsur struktur yang sulit dipakai di dalam
interpretasi kondisi "strain" dan "stress" dari proses deformasi yang telah lampau (Gambar
51).

Gambar 51. Pola fractures yang dihasilkan dari percobaan di laboratorium (Mean, 1976)
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Faktor pembatas (untuk analisa kinematik/ dinamik) :


• Sulit ditentukan jenisnya
• Tidak ada/kecil nya sifat pergeseran.
• Sulit menentukan waktu pembentukannya.
• Aktif/ diaktif kan kembali oleh deformasi yang berulang.
• Dapat terbentuk oleh bermacam proses.

Gambar 52. Sistematik joint sets yang berkembang pada batupasir

DEFINISI DAN SIFAT

Kekar adalah bidang planar yang mempunyai kecenderungan gerak pada bidangnya. Dalam
struktur geologi moderen, mekanisme pembentukan kekar didekati dengan teori
pembentukan rekahan berdasarkan failure envelop (didiskusikan pada bab 4). Ada tiga jenis
kekar utama yaitu (Gambar 53):

1. Meregang (dilation) tegaklurus permukaan (Mode 1)


2. Bergeser (shear) sejajar permukaan (Mode 2)
3. Kombinasi dari keduanya (Mode 3)
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 53. Jenis (mode) rekahan pada batuan (Twiss dan Moore,1992)

Secara umum dapat disimpulkan yang termasuk sesar adalah rekahan mode II atau mode III,
sedangkan kekar/ joint adalah rekahan mode I.

KEKAR (JOINTS)

Joint didefinisikan sebagai rekahan atau pecahan batuan yang tidak mengalami pergeseran
hanya peregangan (extension). Jika tidak terisi oleh mineral dinamakan sebagai joint, jika
terisi oleh mineral dinamakan sebagai vein.

Joint sangat umum dan dijumpai disemua batuan terutama didekat permukaan bumi dan
sangat penting karena seringkali berfungsi permukaan yang terkekarkan (pre-fractured
surface). Joint sangat penting untuk berbagai permasalahan geologi seperti:

• Penambangan dan quary


• Civil engineering
• Sirkulasi air tanah
• Hydrothermal fluida dan endapan mineral

Walaupun joints sangat banyak dijumpai dan mempunyai peran yang sangat penting, mereka
sangat sulit untuk dianalisa dengan berbagai ketidakpastian antara lain:

• Umurnya tidak pasti


• Kebanyak dari joints akan tereaktifasi
• Tidak dapat digunakan untuk pengukuran strain
• Mempunyai banyak kemungkinan mekanisme pembentukannya
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

TERMINOLOGI JOINTS

Dari pola penyebarannya :


1. Systematic joints (lurus, sejajar dan seragam) contohnya cleavage
2. Nonsystematic joints

Sistematik joints umumnya dicirikan oleh permukaan yang sangat halus, planar dan
mempunyai spasi yang tetap (Gambar 54). Kebanyakan terdapat dalam bentuk sets yang
sejajar (parallel joints). Joint sets bersifat sistematik untuk daearah yang luas. Joint
systems terdiri dari dua atau lebih joint sets. Joints yang selalu berada diantara dua joint
set dinamakan sebagai cross joints.

Gambar 54. Pola kekar berdasarkan penyebarannya (Twiss dan Moore,1992)

Kebanyakan joint sebenarnya terdiri dari sebuah joint zone yang terbentuk dari "en echelon"
set rekahan (Gambar 55).

Gambar 55. Joint set yang sebenarnya memperlihatkan en echelon geometri


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

MORFOLOGI PERMUKAAN JOINT

Gambar 56. Diagram block yang memperlihatkan morphologi dan permukaan joint
(Twiss dan Moore,1992).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Morfologi ini mengindikasikan bahwa rekahan bergerak dengan sangat cepat. Joints yang
lebih muda hamper selalu berhenti pada joints yang lebih tua dengan sudut yang hampir tegak
lurus (Gambar 57). Hubungan ini dikenal dengan nama Butting relation, dimana hal ini terjadi
dikarenakan joint yang lebih tua berlaku sebagai permukaan bebas tanpa shear stress.

Gambar 57. Morfologi joint yang memperlihatkan arah pergerakan dan hubungan antara joint
yang dikenal sebagai Butting Relation (Allmendinger, 2003).

JENIS KEKAR KHUSUS DAN HUBUNGANNYA DENGAN STRUKTUR

Walaupun kebanyakan joint terbentuk oleh proses tektonik, ada beberapa yang sama sekali
tidak berhubungan dengan proses tersebut. Jenis khusus ini antara lain:
• Kekar lembar (sheet structure) atau exfoliation. Jenis ini sangat umum ditemui pada
batuan granitik. Kekar lembar ini berbentuk tipis, melengkung dan umumnya berlapis
cembung keatas sejajar dengan topografi lokal. Kekar lembar ini makin kedalam akan
bertambah tebal dan jumlahnya makin sedikit dan pada akhirnya hilang pada sekitar
kedalaman 40 m. Kekar lembar umumnya mengalami tekanan gaya kompresi yang
sejajar dengan panjangnya; sumber gaya kompresi sampai saat ini tidak dimengerti.
Secara umum, kekar ini terjadinya berkaitan dengan pelepasan beban gravitasi dari
granit terrain.
• Pecahan-pecahan batuan akibat pertambangan. Dalam penambangan berat dari tutupan
batuan dihilangkan secara tiba-tiba. Hal ini dapat menyebabkan batuan pecah melalui
rekahan secara cepat pada singkapan yang baru. Oleh karena itu dalam penambangan
dalam, setelah pembukaan baru tidak ada seorangpun yang diijinkan masuk untuk
beberapa lama (jam atau hari ) sampai bahayanya terlewati.
• Kekar pendinginan pada batuan volkanik. Proses pembentukannya meliputi kontraksi
thermal ketika batuan mendingin dan mengkerut, berakibat pada pecahnya batuan.
Contohnya kekar kolom pada basalt.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

MAKSIMUM KEDALAMAN UNTUK TENSILE JOINT

Tensile joint yang sebenarnya tanpa ada pergeseran pada bidangnya hanya bisa terjadi pada
bagian bumi yang dangkal. Diagram Mohr dapat memberikan gambaran kedalaman
maksimum untuk pembentukan joint yang sebenarnya.

Gambar 58. Diagram Mohr yang memperlihatkan kondisi rekahan tensile.

Jika kita berasumsi bahwa dekat permukaan bumi s1 vertikal sehingga kita bisa membuat
persamaan stress sebagai fungsi dari kedalaman, kerapatan massa dan tekanan pori:

λ adalah ratio tekanan fluida:


Maksimum kedalaman untuk pembentukan tensile joint adalah:

Selain dalam kondisi tekanan fluida yang sangat tinggi, kedalaman maksimum pembentukan
joints adalah sekitar 6 km dengan kekuatan batuan T o biasanya kurang dari 40 MPa

Veins
Veins terbentuk ketika joints atau rekahan jenis lainya di dalam batuan dengan sedikit
pergeseran terisi oleh mineral yang terbentuk dari fluida. Untuk berbagai alasan veins sangat
berguna untuk mempelajari deformasi lokal maupun regional karena:
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

• Dapat digunakan untuk mengukur besaran strain


• Kebanyakan mengandung mineral yang dapat ditentukan umurnya
• Fluid inclusions yang terdapat dalam mineral dapat digunakan untuk
menentukan temperature dan pressure pemebentukan mineralnya

Selain itu veins dapat mempunyai nilai ekonomi yang tinggi karena banyak endapan mineral
dijumpai dalam bentuk veins (Gambar 59).

Gambar 59. Veins kwarsa yang memperlihat geometri en echelon dan parallel

Analisa Struktur Fibrous Veins


Aspek yang paling berguna dari veins adalah mineral tumbuh dalam bentuk serabut dari
dinding veins, dimana sumbu panjang dari serabutnya sejajar dengan arah dan besaran
peregangan.

Gambar 60. Skematic diagram dari geometri arah perkembangan fibrous veins
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Ada dua jenis fibrous veins dan sangat penting untuk dibedakan sebelum bisa digunakan
dalam menganalisa struktur:
• Syntaxial veins terbentuk ketika veins mempunyai kompisisi yang sama dengan
batuan sampingnya (misalnya calcite vein di batugamping). Mineral yang pertama
akan terkristalisasi pada dinding vein dan berkembang selanjutnya secara bertahap
dari sana. Material selanjutnya ditambah ditengah-tengah vein.
• Antitaxial veins terbentuk ketika vein material berbeda komposisi dengan batuan
samping (misalnya calcite vein dibatuan kwarsit). Material baru selalu ditambah pada
tepi vein.

Gambar 61. Dua jenis fibrous veins dengan masing-masing perkembangannya

Fibrous veins adalah salah satu dari sedikit struktur dialam yang memperlihatkan sejarah
perputaran dari deformasi yang sangat penting dalam mempelajari deformasi simple shear.

Satu hal penting yang harus diingat bahwa serabut tidak terdeformasi. Mereka hanya
berkembang bersamaan dengan deformasi.

En Echelon Sigmoidal Veins

Veins dimana bagian ujungnya berkembang selama deformasi, sehingga semua veins
berkembang menjadi besar juga memberikan informasi sejarah dari perkembangan
deformasi. Ujungnya (tips) selalu berkembang tegak-lurus pada perkembangan dari sumbu
extension. Walaupun bagian utama dari veins mungkin mengalami rotasi selama deformasi
simple shear. Veins ini dinamakan
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

sigmoidal veins atau sering dikenal sebagai "tension gashes" (Gambar59). Vein ini juga
bisa dijumpai sebagi syntaxial atau antitaxial, sehingga dapat memberikan informasi
tambahan.

Perkembangan semua vein jenis ini dalam satu system shear zones adalah sebagai berikut
(Gambar 62):

Gambar 62. Perkembangan sigmoidal veins dalam shear zones

Didalam shear zone, sumbu dari infinitesimal strain ellipse akan selalu berorintasi 45°
terhadap bidangnya. Dikarena ujung dari sigmoid veins selalu berkembang tegak-lurus pada
arah sumbu utama extension, maka orientasi ujungnya akan selalu mempunyai sudut 45°
terhadap batas dari shear zone (Gambar 62). Jika veins berkembang sebagai jenis syntaxial
maka serabutnya pada bagian ujung dan pada bagian ditengah dari vein juga akan
berorientasi 45°.

Joints dan veins mempunyai hubungan erat dengan dengan struktur geologi lainnya terutama
:
• Sesar dan Shear zones
• Perlipatan (Gambar 63)
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 63. Kekar yang terbentuk akibat perlipatan (Twiss dan Moore,1992)

Mempelajari Kekar

Kekar (yang berhubungan dengan struktur) dapat terbentuk pada lingkungan geologi regional
yang berbeda-beda, misalnya :
- pada lapisan yang mendatar
- pada daerah yang terdeformasi kuat - pada batuan plutonik clan volkanik - pada batuan
metamorfik
Perlu ditentukan/ dipisahkan dalam "Domain Struktur", atau dipelajari sebagai "joint sets"/
"Joint system"

Di dalam analisa struktur, struktur kekar diukur ;


- Kedudukan/Orientasi nya
- Kerapatan (densitas) nya
yang kemudian disajikan pada Peta dan Diagram.

• Sasaran Mempelajari Struktur Kekar


- Untuk keperluan Geologi Teknik
- Untuk keperluan Geologi minyak dan Gas
- Untuk keperluan Tata air tanah (Hidrogeologi) - Untuk keperluan Mineralisasi
- Untuk Keilmuan (Analisis Struktur)
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

VI
SESAR

DEFINISI

Sesar atau patahan adalah rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran melalui
bidang rekahnya. Sesar merupakan patahan/rekahan tunggal atau suatu zona pecahan pada
kerak bumi bersamaan dengan terjadinya pergerakan yang cukup besar, paralel dengan rekahan
atau zona pecahan. Suatu permukaan, sisi, atau dinding yang bergeser melewati dinding lain
akan mengakibatkan kerusakan dan bergesernya struktur batuan yang sebelumnya menerus
tepat pada sesar. Maka, sebuah sesar adalah bergesernya struktur batuan yang disebabkan oleh
massa batuan yang slip satu sama lain disepanjang bidang atau zona rekahan. Sesar adalah
patahan/rekahan shear (shear fracture), dan istilah shearing sering kali digunakan sebagai
sinonim untuk pensesaran. Sesar terdapat pada batuan yang paling keras dan kuat, seperti
granit, dan pada batuan yang lebih lunak serta material bumi yang tidak seragam, seperti pasir
dan lempung, sesar terdapat dimana-mana, paling tidak pada beberapa ukuran, sepanjang
bagian kulit terluar bumi yang masih dapat dilihat.

Sesar pertama kali dikenali oleh penambang Eropa, dan ahli geologi di abad 19 menyebutnya
sebagai shoves, traps, heaves, shifts, breaks, throws, rents, dan clefts, sama dengan sesar.
Efek sebuah sesar pada penambangan batubara dan mineral bijih menghasilkan perdebatan
yang membingungkan mengenai penamaan, klasifikasi dan material asal, dan akhirnya pada
waktu geologi dan lingkaran penambangan (lihat Reid dkk.,1913; Gill, 1935,1941; Hill, 1959;
Crowe11,1959).

Joints, rekahan tarikan (tension cracks), dan belahan pada batuan merupakan patahan/rekahan
namun bukan sesar, meskipun mereka dapat memperlihatkan pergerakan yang cukup besar
tegaklurus dengan dinding yang menghasilkan terbukanya dan terpisahnya dinding, tapi tidak
memperlihatkan kesejajaran. Mereka dapat saja menghancurkan kekuatan suatu massa batuan,
namun tidak menghasilkan pergeseran pada strukturnya. Sesar memiliki ukuran lebar yang
bervariasi, dari yang mikroskopik sampai ribuan kaki dan mencapai panjang lebih dari puluhan
atau ratusan mil, beberapa sesar berdimensi kontinen, dipercayai memotong kerak dan
memanjang sampai ke bawah mantel. Pergerakan total sepanjang sesar mungkin dari puluhan
inci sampai ratusan mil dan melibatkan pergerakan massa material kerak sampai mil kubik.
Tingkat sesar pada struktur kerak utama menghasilkan penampakan goresan pada topografi,
seperti fault scarps dan rift valleys, dan khusus bentang darat (landscape), seperti pegunungan
dan cekungan, yang menghasilkan kompleksitas pada dataran geologi yang sederhana,
pergeseran unit litologi kedalam lingkungan anomali dan pensejajaran (juxtaposition) yang
aneh, dan menghancurkan batuan alami dengan cara crushing dan grinding (Gambar 64).
Peran sesar pada bentukan gunung mungkin sangat penting dan paling tidak seringkali penting.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 64. (A) Sesar berskala besar dengan pergeseran berpuluh-puluh kilometer
(B) Sesar berskala kecil dengan pergeseran 60 cm,
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Sesar menghasilkan perangkap bawah tanah yang merupakan reservoar bernilai dari suatu
akumulasi hidrokarbon atau merupakan tempat sirkulasi air (panas atau dingin)
mengendapkan logam bernilai membentuk urat dan bijih.

Dari sudut pandang manusia, sesar menghasilkan kerusakan lingkungan. Sesar menghasilkan
zona lemah, sementara pada zona kuat, batuan keras, menghasilkan celah dan lubang yang
rumit (excavation difficult) yang seringkali berbahaya, bagian atap dan dinding dapat runtuh
mengikuti zona sesar, dan aliran air tanah yang banyak dan tak diinginkan dapat hadir
bersamaan. Pada penambangan, sesar dapat memotong seams dan lodes, merumitkan
eksploitasi dan bahkan menyebabkan kehilangan nilai secara keseluruhan. Pergerakan masa
sekarang di sepanjang sesar aktif segera menyebabkan banyak kerusakan gempa bumi dan
menjadi penyebab pada bencana gempa bumi San Fransisco tahun 1906. Bendungan,
jembatan dan bangunan penting sebaiknya tidak dibangun di dekat atau pada sesar aktif.

Pergerakan sesar dapat terbatas sepanjang patahan/rekahan single planar atau curviplanar
atau dapat terdistribusi pada ruang yang berdekatan, sejajar, patahan/rekahan planar
membentuk zona sesar berlembar (sheeted fault zone). Di sepanjang bidang tipis schistosity
membentuk zona schist (sering juga disebut sebagai zona shear yang kurang tepat sejak
semua tipe zona sesar merupakan zona shear); atau diantara sistem anastomosing curved
fractures membentuk zona patahan/rekahan. Biasanya, sesar menyerupai garis lurus atau
membelok sedikit pada arah pergerakan relatif dari dindingnya, dengan ketidakaturan yang
cenderung disebabkan oleh crush, sobekan atau planed away oleh pergerakan, tapi pada arah
yang lain di bidang sesar seringkali berupa amplitudo dan panjang gelombang merupakan
kenampakan biasa yang terdapat di permukan sesar dan seringkali mengindikasikan arah
pergeseran dinding satu sama lain.

Gambar 65. Tiga jenis sesar berdasarkan morphologinya (Twiss & Moore,1992)
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Suatu sesar dapat berupa Bidang Sesar (Fault Plane), atau rekahan tunggal. Tetapi lebih
sering berupa Jalur Sesar (Fault Zone), yang terdiri dari lebih dari satu sesar. Jalur sesar atau
gerusan (shear), mempunyai dimensi panjang dan lebar yang beragam, dari skala minor atau
sampai puluhan kilometer (Gambar 65). Kekar yang memperlihatkan pergeseran dapat pula
dikatakan sebagai Sesar mikro/minor (Microfault). Rekahan yang cukup besar pada
permukaan akibat regangan, amblesan (subsidence), longsor, yang disebut sebagai fissures,
tidak termasuk dalam definisi sesar. Sesar yang terjadi pada daerah yang cukup dalam, pada
kondisi temperatur dan tekanan tinggi akan berkembang sebagai Jalur Gerusan (Shear zones).

Goresan kecil atau striae, sering terdapat pada pergerakan permukaan, yang mungkin
mengalami penghalusan atau pemolesan menjadi slickensides cermin sesar. Biasanya,
lempung halus lunak dan lengket (gouge) terbuat dari batuan dasar halus dan hancur berasal
dari dinding, membentuk ketebalan puluhan inci sampai puluhan kaki di sepanjang sesar.
Pada saat pergerakan sesar telah sangat intensif dan telah membentuk panas serta friksi,
material dari dinding mengalami crush, resementasi, dan bahkan di beberapa contoh leburan
kadang-kadang membentuk batuan gelas, seringkali banded, mylonites (Gambar 66).

Sepanjang sesar terbuka, fragmen kasar sampai membundar berasal dari dinding membentuk
zona breksiasi. Ruang antara fragmen mungkin tetap terbuka, menyebabkan adanya sirkulasi
air tanah, terisi oleh material dasar yang lebih halus, atau mungkin terisi oleh mineral seperti
kuarsa atau kalsit, hasil presipitasi dari sirkulasi air. Breksi biasanya diisi oleh mineral bijih
dalam konsentrasi yang cukup untuk membentuk cebakan/tubuh mineral bijih yang dapat
dieksploitasi. Sebuah irisan dinding batuan pada zona sesar disebut dengan horse, atau slice,
istilah slice sering digunakan untuk massa batuan berbentuk tabular tipis yang terdapat
diantara sesar yang sejajar.

Dinding batuan sepanjang sesar dapat mengalami patahan/rekahan oleh terbentuknya joint
dan sesar minor, dan struktur dinding batuan, seperti bedding, dapat mengalami
pembengkokan dan terdeformasi membentuk drag folds di sepanjang dinding sesar. Struktur
minor ini berasosiasi dengan pergerakan sesar dan sering bermanfaat dalam penentuan arah
pergerakan utama sesar.

Magnitude dari pergerakan terjadi pada sesar sering direfleksikan oleh kehadiran atau
intensitas dari perkembangan terbentuknya kenampakan internal atau dinding batuan.
Sebaliknya, sesar yang terbentuk oleh pergerakan kecil menghasilkan breksiasi yang intensif,
patahan/rekahan dinding, pembentukan gouge tebal, pergerakan mencapai puluhan mil dapat
memperlihatkan deformasi sangat kecil pada dinding atau pembentukan breksi, gouge, atau
mylonit. Bagian yang terakhir telah terlihat pada batuan yang tersingkap di permukaan dan
pada borehole kecuali bila terdapat petunjuk lain mengenai keterdapatannya, seperti lapisan
terpotong (truncated beds) atau pensejajaran tipe batuan berbeda yang aneh (strange
juxtaposition) atau massa batuan dari umur yang amat berbeda. Secara keseluruhan, sesar,
merupakan zona lemah, tidak cukup tersingkap dengan baik karena pelapukan dan erosi yang
menghancurkan singkapan permukaannya dan menutupnya dengan soil dan alluvium kecuali
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

pada pegunungan tinggi dan sepanjang tebing curam. Sesar, sebagian besar, sangat baik
terlihat pada singkapan buatan seperti pada road cuts, penambangan (mines) atau penggalian
(quarries).

Gambar 66. Sesar dengan zona milonit (A) dan slickensides (B)
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

GEOMETRI SESAR

Untuk vertikal sesar ada dua istilah penting yang digunakan untuk mendeskripsi blok dikedua
bagian sesar. Definisi ini berlaku untuk sesar naik dan sesar normal, adalah sebagai berikut:

• Hangingwall adalah blok yang terletak diatas bidang sesar


• Footwall adalah blok yang terletak dibawah bidang sesar

Gambar 67. Definisi footwall dan hangingwall dari penambangan bawah tanah
(Allmendinger, 2003)

Tiga dimensi geometri bidang sesar dapat sangat bervariasi antara lain:
• Planar, sesar dengan geometri bidang yang lurus
• Listric sesar dengan geometri bidang yang cekung keatas (kemiringan bidang sesar
makin dalam makin berkurang)
• Steepening downward atau cembung keatas (kemiringan bidang sesar makin
dalam makin besar)
• Anastomosing sesar dengan bidang becabang-cabang yang tidak beraturan Secara tiga
dimensi sesar mempunyai permukaan yang tidak beraturan.

Semua sesar akan berhenti oleh salah satu karakteristik dibawah ini:
a) Pegeserannya menjadi nol
b) Dipotong oleh sesar lainnya
c) Memotong permukaan bumi

• Tipline adalah dimana pergeseran sesar menjadi nol, ini adalah garis yang memisahkan
batuan yang bergeser dan yang tidak, atau ujung dari rekahan. Hanya jika memotong
permukaan bumi atau bercabang, tipline adalah loop tertutup.
• Branch line adalah garis dimana sesar berpotongan atau bercabang menjadi sesar lain
• Surface trace adalah garsi perpotongan sesar dengan permukaan bumi
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

PERGESERAN SEMU (APPARENT) DAN SEBENARNYA (SLIP)

Pergeseran satu blok relative terhadap blok lainnya dinamakan sebagai slip vector. Vektor ini
menghubungkan dua titik yang tadinya berhubungan disalah satu sisi dari sesar. Sangatlah
jarang kita bisa mendapatkan object geologi yang sama yang terpotong oleh sesar menjadi dua
bagian. Tetapi informasi bisa didapatkan dari garis-garis atau bentuk-bentuk linear yang
memotong dan telah tergeser sepanjang bidang sesar. Garis ini dikenal sebagai piercing
points. Kebanyakan bentuk-bentuk linear ini di geologi yang terbentuk oleh perpotongan dua
bidang, antara lain:

• Perpotongan antara intrusi (dike) dengan bidang perlapisan


• Perpotongan bidang tertentu diatas dan dibawah ketidakselarasan
• Sumbu lipatan

Tetapi secara umum lebih mudah mengenali bentuk-2 planar yang tergeser oleh sesar. Dimana
dalam kasus ini kita hanya membicarakan separation bukan slip:

Gambar 68. Geometri dan definisi separation pada bidang sesar

Ada banyak kemungkinan slip yang dapat membentuk separation planar yang dapat
diobservasi. Jika hanya melihat bagian atas dari blok, kita akan menginterpretasi sesar tersebut
hanya strike-slip. Jika hanya melihat dari depan sebagai sesar normal. Tetapi, sebenarnya salah
jenis diatas atau kombinasi dari keduanya.

UNSUR-UNSUR PADA STRUKTUR SESAR

Secara umum dapat unsur geometri sesar dapat dibagi menjadi (Gambar 69):

- Bidang sesar - bidang rekahan tempat terjadinya pergeseran, yang kedudukannya dinyatakan
dengan jurus dan kemiringan
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

- Hanging wall - bagian terpatahkan yang berada diatas bidang sesar.


- Foot wall - Bagian terpatahkan yang berada dibawah bidang sesar.
- Throw - besaran pergeseran vertikal pada sesar
- Heave - besaran pergeseran horisontal pada sesar
- Slip - pergeseran relatif sebenarnya

Gambar 69. Komponen geometri pada bidang sesar (Twiss dan Moore,1992)

Berdasarkan definisi diatas jenis dan klasifikasi sesar dapat dibagi menjadi:

Dip Slip
Ada dua jenis sesar yang bisa masuk dalam klasifikasi ini, adalah:

Nomal jika hangingwall relative turun terhadap footwall. Gerakan ini sebagai hasil dari
regangan pada arah horizontal. Berdasarkan stratigrafi ini akan menghasilkan batuan muda
diatas (juxtapose) dengan batuan tua. Dapat diklasifikasi menjadi dia: bersudut kemiringan
tinggi (high-angle dip) > 45° dan rendah (low-angle dip) <45°.

Naik (reverse) jika hangingzuall relative naik terhadap footzvall. Gerakan ini disebabkan
oleh perpendekan (shortening) pada arah horizontal. Berdasarkan stratigrafi ini akan
menghasilkan batuan tua diatas (juxtapose) dengan batuan muda. Dapat diklasifikasi menjadi
dia: bersudut kemiringan tinggi (high-angle dip) > 45° dan rendah (low-angle dip) <45°
atau dikenal sebagai thrust.

Strike-slip

Sesar dikenal sebagai sesar geser, jenis adalah sebagai berikut:


• Sesar geser menganan atau right-lateral (dextral) apabila bidang atau blok yang
didepan kita bergerak kekanan
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

• Sesar geser mengiri atau left-lateral (sinistral) apabila bidang atau blok yang
didepan kita bergerak kekiri
• Oblique slip apabila kombinasi dari kedua gerakan tersebut.

Gambar 70. Klasifikasi sesar berdasarkan seperation


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 71. Klasifikasi sesar berdasarkan slip

SESAR ROTASI

Dalam kasus ini salah satu block terputar terhadap block lainnya. Ini dapat terjadi jika bidang
sesar tidak lurus atau melingkar dimana rotasi terjadi sejajar atau tegak-lurus dengan bidang
sesar. Yang rotasinya tegak-lurus bidang seasr dinamakan sebagai scissors fault atau hinge
fault (Gambar 72).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 72. Pergerakan dari sesar rotasi jenis scissors.

Batuan Sesar

Proses pensesaran menghasilkan batuan dengan tekstur yang khas, dan tesktur tersebut dapat
diklasifikasikan sesuai dengan mekanismenya. Dua mekanisme yang dibicarakan dalam
proses pensesaran adalah fricitional-cataclastic (mekanisme brittle) dan mekanisme crystal-
plastic.

Klasifikasi Sibson

Klasifikasi yang terkenal untuk batuan sesar adalah dari Sibson (1982). Klasifikasi tersebut
mempunyai dua kategori yaitu berfoliasi atau random (Gambar 73):
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 73. Klasikasi dan Distribusi batuan sesar secara vertikal (Twiss dan
Moore,1992).

KONTRAVERSI ISTILAH MILONIT

Definisi milonit (mylonite) sampai saat ini masih mengandung kontraversi, dimana tidak
ada satu definisi umum yang dapat diterima, walaupun kurang tepat satu defini dari batuan
ini umum digunakan. Secara umum dalam literatur ada tiga definisi yang mewakili batuan
ini, yaitu:

• Batuan berbutir sangat halus, berlaminasi dan dihasilkan dari proses microbreksiasi
yang sangat ekstrim serta mengalami proses pengilingan pada bidang sesar pada
saat pergeseran.

• Setiap batuan yang bersifat foliasi dimana butirannya telah diperkecil oleh
mekanisme yang bekerja dalam proses pensesaran.

• Batuan sesar dimana matrixnya telah terdeformasi yang didominasi oleh mekanisme
crystal-plastic, walaupun butiran yang kuat akan terdeformasi oleh proses rekahan
dan hancuran (brittle). Definisi ini yang paling umum digunakan.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Permasalahan dengan definisi ini adalah mereka cenderung genetic dibandingkan deskripsi,
dan kebanyakan tidak memperhitungkan fakta bahwa pada kondisi temperatur dan pressure
yang sama mineral yang berbeda dapat terdeformasi dengan mekanisme yang berbeda-
beda.

PROSES PENSESARAN

Sebuah pertanyaan yang sangar penting adalah "bagaimana memulai sebuah sesar?"
Pengetahuan yang berkaitan proses rangkaian struktur didapatkan dari hasil percobaan shear
mengunakan lempung berlapis (Gambar 74).

Gambar 74. Experiment shear pada lempung berlapis (Riedel,1929).

Hasil percobaan diatas menyimpulkan bahwa strike-slip melibatkan dua proses yaitu:
• Struktur sebelum proses pensesaran (pre-rupture structures)
• Struktur sesudah proses pensesaran (post-rupture structures)

Pre-rupture structures

Gambar 75. Sistem rekahan Riedel yang dihasilkan dari percobaan diatas.

Sudut yang membentuk sintetik dan antitetik shear dikontrol oleh koefisien friksi dalamnya.
Sudut-sudut dan geometry yang dihasilkan menyimpulkan bahwa maksimum kompresi dan
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

sumbu utama pemendekan (shortening) dari strain infinitesimal, keduanya mempunyai


orientasi 45° dengan batas dari zona sesar (shear zone).
Dengan bertambahnya pergeseran, rekahan-2 tersebut akan mengalami rotasi searah jarum jam
(Gambar 75) membentuk sudut yang lebih besar. Karena R'-shear asalnya mempunyai sudut
yang tinggi dengan batas shear zone, mereka akan terotasi lebih cepat dan akan menjadi tidak
aktif lebih cepat juga dibandingkan R-shear. Secara umum, R-shear yang paling umum
didapatkan dalam observasi mungkin karena rekahan ini mempunyai pergeseran yang lebih
besar. Riedel shear akan sangat berguna untuk menentukan arah pergerakan pada zona sesar
brittle.

Rekahan terbuka (extension crack) akan sangat berguna karena untuk kasus tertentu rekahan
ini akan membentuk sudut 45° dengan batas dari zona sesar (Gambar 76).

Gambar 76. A) Orientasi rekahan terhadap zona sesar utama, B) rotasi dari blok didalam
zona sesar menghasil pergerakan yang berlawanan arah dengan sesar utama.

Rupture dan Post-Rupture Structures

Rupture didefinisikan pada proses pensesaran atau proses dimana sesar muncul
dipermukaan. Pada saat rupture, pasangan rekahan baru terbentuk yang dinamakan sebagai
P-shears untuk simetri dari R-shear (Gambar 77). Dimana rekahan ini mempunyai tendensi
untuk bersatu dengan R-shear membentuk zona sesar yang menerus.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 77. Perkembangan rekahan baru dalam sistem zona sesar

MENENTUKAN PERGERAKAN SESAR (SENSE OF SLIP)

Untuk mengerti kinematik dari deformasi sesar, kita harus menentukan pergerakannya (slip).
Vektor slip terdiri dari dua yaitu: (1) orientasi dari garis atau struktur linear dalam blok yang
telah bergerak, (2) arah pergerakan (sense of slip) atau pergerakan relative blok satu dengan
lainnya.

Data geologi biasanya memberikan salah satu dari bukti diatas. Urutan daftar dibawah ini
adalah bentuk struktur yang umum dijumpai dilapangan yang dapat digunakan untuk
menentukan pergerakan sesar.

Orientasi

Untuk sesar Frictional-cataclastic (brittle fault)

• Torehan (grooves), cermin sesar (slickensides), gores garis (slickenlines)

Untuk sesar Crystal Plastic (ductile shear zone)

• Liniasi mineral

Pergerakan (sense of slip)


Untuk sesar Frictional-cataclastic (brittle fault)
• Rekahan Riedel shear, struktur tangga (steps), tool marks, rekahan terisi (sigmoidal gash
fractures), drag fold, curved mineral fibers.

Untuk sesar Crystal Plastic (ductile shear zone)

• Sheath folds, S-C fabrics, asymmetry c-axis, mica fish, asymmetry augen, rekahan dan
mineral yang terotasi.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 78. Analisa pe.rgerakan untuk jenis brittle fault (Allmendinger, 2003)
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 79. Analisa pergerakan untuk jenis brittle fault (Allmendinger, 2003)
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 80. Analisa pergerakan untuk jenis ductile fault (Allmendinger, 2003)
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

PENGENALAN DAN GEJALA UMUM SEBAGAI BUKTI SESAR

Dari peta topografi, foto udara atau citra satelit :


- Berupa kelurusan gawir, bukit, lembah, sungai.
- Pergeseran bentuk morfologi/ geologi (bukit, lembah, sungai, lapisan)

Gambaran fisik di lapangan :


- Kelurusan gawir, bukit, lembah, sungai.
- Gawir dengan Triangular Facet, bentuk segitiga dari muka punggungan akibat terpotong
sesar (terutama pada sesar aktif).
- Mata air panas.
- Kelurusan mata air atau mata air panas
- Hancuran (breksiasi, milonit, gouge)
- Rekahan-rekahan (rekahan gerus, rekahan tarikan)
- Lipatan (minor)
- Bidang sesar dan cermin gores-garisnya (slikencsides, striation, groove)
- Lipatan seretan (drag fold)
- Ketidak teraturan stratigrafi; terpotongnya lapisan, hilang atau berulangnya lapisan atau
kedudukan yang tidak teratur.

Dinamik dan Kinemati Sesar

Perlu diingat bahwa proses pemebentukan sesar dari batuan yang homogen dan tidak ada
rekahan dapat digambarkan oleh lingkaran Mohr (Gambar 81) untuk stress yang menyentuh
kurva pecahnya batuan (failure envelop).

Gambar 81. Diagram Mohr yang memenggambarkan mekanisme pensesaran


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Dalam kondisi dangkal, kurva pecahanya batuan akan mempunyai lereng yang konstan yang
dikenal sebagai Coulomb Failure Criteria (untuk lebih jelas lihat Bab 4) yang hubungan
matematisnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Apa yang digambarkan dalam hubungan diatas adalah, dalam kondisi ini sesar harus
mempunyai sudut terhadap σ1 (Gambar 82). Karena untuk kebanyakan batuan,
maka sesar juga harus terbentuk 30° terhadap maksimum stress, σ1.

Gambar 82. Hubungan antara dan sudut pembentukan sesar .

Lebih jauh lagi lingkaran Mohr memperlihatkan bahwa dalam dua dimensi ada dua
kemungkinan orientasi sesar yang simetris pada σ1 (Gambar 83).

Gambar 83. Conjugate fault dan hubungannya dengan arah .

Fault tersebut dikenal sebagai conjugate fault sets dan sangat umum dijumpai dilapangan.
Interpretasi standart adalah σ1 akan membagi sudut lancip dan σ3 akan membagi dua sudut
tumpul.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Teori Sesar Anderson (1951)

Anderson (1951) menyadari kepentingan dari Coulomb Failure Criteria dan lebih dari itu, ia
menyimpulkan karena permukaan bumi adalah permukaan bebas jadi tidak ada stress yang
bekerja. Sehingga, salah satu dari tiga stress utama akan tegak lurus permukaan bumi karena
sumbu stress utama (principal stress) selalu tegak lurus pada bidang dimana shear stress tidak
bekerja. Dua sumbu utama lainnya pasti akan sejajar permukaan tersebut (Gambar 84).

Gambar 84. Geometri stress yang bekerja disuatu permukaan

Batasan ini memberikan beberapa hubungan khusus antara stress dan geometri sesar, sebagai
berikut:

Gambar 84. Hubungan antara jenis sesar dan stress yang bekerja
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Teori Anderson (1951) telah terbukti kegunaanya tetapi perlu diingat bahwa teori ini bukan
suatu teori yang berlaku umum. Sebagai contoh, teori memprediksi bahwa kita tidak akan
pernah menjumpai sesar normal bersudut rendah dipermukaan bumi, tetapi kenyataannya
bahwa sesar jenis ini banyak dijumpai. Selain itu sesar naik sudut tinggi juga dijumpai
walaupun tidak ada dalam teori.

Ada dua masalah utama yang berkaitan dengan teori Anderson:

• Batuan dialam tidak bersifat homogenous seperti yang digambarkan dalam Coulomb
failure, padaha umumnya selalu mempunyai anisotropy planar. Termasuk bidang
perlapisan, foliasi pada batuan metamorfik, dan rekahan yang sudah ada dalam batuan.
Jika σ2 lebih besar dari 60° pada bidang-2 anisotropy tersebut maka tidak ada masalah,
tetapi bila lebih kecil slip akan terjadi sejajar dengan anisotropy tersebut.
• Secara jelas bahwa Anderson teori berasumsi plane strain, dimana diasumsikan tidak
ada strain yang terjadi dalam arah σ2. Sehingga hanya dua arah sesar yang diprediksi.
Dalam strain tiga dimensi (Gambar 86), akan ada dua pasangan conjugate faults seperti
yang ditunjukan oleh Z. Renches (1987).

Gambar 86. Gambaran geometri strain dalam 3D yang memperlihatkan kemungkinan


terdapat 4 buah sesar bukan dua seperti dalam Anderson (1951).

Anderson teori umumnya terlalu terbatas untuk banyak kasus dipermukaan bumi yang
hampir selalu mempunyai rekahan dengan orientasi yang bermacam-macam. Sehingga pada
ahli geologi struktur mengembangkan berbagai tehnik baru untuk menganalisa populasi
sesar. Ada dua cara untuk mempelajari populasi sesar:
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

1. Memberlakukan data sesar sebagai strain yang dihasilkan dari proses pensesaran,
kinematik analisis
2. Mempelajari populasi sesar dalam bentuk stress yang menyebabkannya atau dinamik
analisis.

Kedua metoda diatas mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-2 dan untuk keduanya
memerlukan data jenis pergerakan dari semua sesar yang akan dianalisa.

Orientasi Sesar dan Stress Trajectories

Hubungan yang praktis antara orientasi sumbu stress dan jenis struktur menurut Anderson
(1951) hanya berlaku dekat permukaan. Dikedalaman banyak faktor yang akan
mempengaruhi orientasi sumbu-2 stress, sehingga mempunyai arah yang bervariasi yang
ternyata juga merupakan orientasi dari sesar. Dalam kondisi tertentu variasi tersebut dapat
untuk menggambarkan stress trajectories yang berhubungan dengan model teoritis seperti
yang dilihat pada Gambar 87.

Gambar 87. Model teoritis berupa stress trajectories (yang berwarna) dan orientasi
sesar normal (garis terputus-putus) sebagai hasil dari pergerakan keatas
dalam dua dimensi (Park, 1989).

Variasi sudut awal sesar mungkin sudah terprediksi bahkan dalam orientasi stress yang
yang sama, dikarenakan meningkatnya efek kebawah dari dalam tekanan batuan
(confining pressure). Perubahan ini diperlihatkan dengan oleh perubahan lereng dari
kurva Mohr failure envelop terutama ketika stress horizontal berubah dari tensional ke
compressional dengan perubahan kedalaman. Walaupun efek ini tidak selalu
menghasilkan bidang sesar yang cekung (listric). Suatu sesar waktu mulai bisa
mempunyai sudut 30° dan bergerak kepermukaan dengan sudut yang relatif sama.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Sesar dan Gempabumi


Ketika batuan tertekan dalam kondisi brittle, efek strain akan bekerja sebelum batuan tersebut
terkekarkan. Perubahaan ini penting untuk digunakan dalam memprediksi gempabumi. Strain
permulaan akan bersifat elastik, tetapi ketika shear stress mencapai harga setengah dari
kekuatan batuan, batuan akan mulai memperlihatkan sedikit deformasi yang bersifat
permanen yang diakibatkan pergerakan dan regangan rekahan kecil dalam zona strain
terbesar dimana pada akhirnya sesar terjadi. Intensitas rekahan ini bertambah ketika
mendekati nilai kekuatan shear. Bukaan dari rekahan menyebabkan peningkatan volume atau
dilation dalam batuan yang berasosiasi dengan peningkatan kandungan fluida ketika air tanah
mengisi rekahan-rekahan tersebut. Peningkatan tekanan fluida mempunyai efek melemahkan
batuan (efective stress).

SESAR NORMAL (Sesar Turun)


Pergerakan di sepanjang sesar dapat seperti pelepasan tegasan dengan memperpanjang kerak
secara horisontal pada arah tegasan normal terkecil dan perpendekan pada arah tegasan
normal terbesar, misalnya pergerakan dapat berupa dip-slip normal saat hangging wall
bergerak relatif turun terhadap footwall, dan sesar dapat berupa sesar normal. Karena arah
vertikal merupakan arah dasar dari bidang gravitasi bumi, suatu sesar dapat menjadi sesar
gravitasi, tapi sesar normal dengan orientasi serupa dapat berasal dari kekuatan lain selain
kekuatan gravitasi. Sesar gravitasi dipercaya oleh kebanyakan ahli geologi sebagai penyebab
dari terbentuknya graben dan rift valley di seluruh dunia, seperti East African Rift, Dead Sea
dan Rhine Graben, dan topografi spesial seperti Basin and Range of Nevada.

Keterdapatan Umum :

- Didaerah dengan keadaan geologi beragam


- Didaerah dengan gejala tektonik tarikan
- Pegunungan lipatan
- Bagian luar suatu jalur orogen
- Bagian puncak kubah atau lipatan
- Sebagai pencerminan diatas permukaan dari gejala sesar yang letaknya lebih dalam.

Sifat-sifat umum:

- Mempunyai kemiringan bidang sesar yang besar (< 45°)


- Terdapat bersejajaran dengan bentuk tangga
- Bidang sesar dengan cermin sesar dan gores garis, agak umum dijumpai
- Terdapat gawir sesar
- Sering memperlihatkan adanya "reverse-drag"
- Terdapatnya "antithetic fault".
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 88. Jenis dan geometri dari sesar normal (extensional fault). A)Intracontinental
extension, model dari Wernicke (1985), B) Geometri dari sesar normal jenis
listric, C) Sesar normal listic dengan geometri flat-ramp, D) Sesar normal
listric dengan struktur geometri collapse, E) Salah satu evolusi dari sesar
normal jenis listric, F) Sesar normal listric yang membentuk "duplex", G)
Sesar normal dengan transfer zone (modifikasi dari Park, 1989).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

SESAR NAIK (Reverse & Thrust)

Pergerakan yang terjadi pada sesar naik melepaskan tegasan dengan cara ekspansi kearah atas
kerak bersamaan dengan pemendekan secara horisontal, pergerakan berupa reverse slip dimana
hanging wall bergerak relatif naik terhadap footwall, dan sesar berupa sesar naik/reverse fault.
Sesar ini telah lama disebut sebagai thrusts, atau lebih spesifik sebagai low-angle thrust faults,
untuk membedakannya dengan up thrust atau high-angle thrusts, yang terbentuk dari rejim
tegasan yang berbeda. Perlipatan biasanya terjadi bersamaan dengan thrust faulting. Sumbu
lipatan berorientasi sejajar terhadap arah sumbu tegasan normal menengah dan sejajar dengan
strike dari thrust fault. Transisi dari lipatan dan thrust diobservasi di berbagai dataran geologi:
suatu lipatan terbalik pada arah tertentu dan sayap yang terbalik tersebut tertarik dan menjadi
rekahan/patahan dan kemudian membentuk thrust.

Keterdapatan umum :

- Daerah dengan pegaruh tekanan pegunungan lipatan yang muda


- Daerah dengan endapan cekungan yang tebal (back-arc basin)

Sifat-sifat dan gejala di lapangan :


1. Kebanyakan sesar naik mempunyai kemiringan bidang sesar <45° sampai mendekati
horizontal atau sering disebut sebagai "low-angle fault"
2. Bidang sesarnya merupakan zona kompleks dan jarang merupakan bidang yang halus
(smooth) dengan jalur sesar kebanyakan berupa garis lengkung.
3. Sesar naik dicirikan oleh pola sesar ganda sub-Parallel fault, dengan bidang sesar
masing-masing searah (subparallel) dengan sumbu lipatan.
4. Adanya batuan yang lebih tua menumpang diatas batuan yang lebih muda.
5. Adanya seretan (drag) akibat dari pergerakan blok-blok sesar yang menunjukkan gerakan
relatif naik.
6. Gejala seretan dan pembentukan sesar-sesar sekunder.
7. Sesar naik umumnya berasosiasi dengan lipatan dan mempunyai hubungan yang erat dengan
pembentukan lipatan. Adapun jenis lipatannya adalah lipatan simetris atau lipatan rebah
dengan posisi bidang sesar pada sayap yang curam.
8. Perulangan dari beberapa lapisan.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 89. Geometri dan Model Sesar Naik (Park, 1989). A) Geometri flatramp, B)
Fault-bend-fold geometri, C) Geometri thrust-fault terimbrikasi dengan
perkembangan kedepan, D) Geometri thrustfault terimbrikasi dengan
perkembangan kebelakang, E) Sesar naik dengan geometri duplex, F) Pop-
up geometri pada thrust system, G) Perkembangan back-thrust system.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

SESAR GESER MENDATAR


(Rifts - Strike Slip - Transcurrent - Wrench - Transversal - Mega Shear)

Pergerakan sepanjang sesar geser terjadi dengan pelepasan tegasan secara lateral pada arah
sumbu tegasan normal terkecil dan pemendekan pada arah sumbu tegasan normal terbesar,
pergerakan yang terjadi berupa strike-slip/pergeseran. Anderson (1951) menamakan sesar ini
sebagai sesar transcurrent/transcurrent fault namun kemudian istilah wrench fault yang
digunakan oleh Kennedy diterima penggunaanya. Flaws dan tear faults merupakan sinonim
yang kurang lebih sama artinya. Lipatan dan thrust diakibatkan oleh suatu bidang tegasan
sebelumnya dan berbeda atau rejim yang sebelumnya membentuk wrench fault. Pada dataran
yang seperti itu, sumbu lipatan dan thrust fault terpotong secara oblique oleh sesar wrench,
sumbu lipatan dan trusts berada pada arah sumbu tegasan normal menengah dari orientasi
tegasan sebelumnya dimana relief tegasan ke arah atas dan tidak berdampingan seperti pada
rejim wrench terakhir. Perubahan rejim tegasan seperti ini biasa terdapat di mountain-built
belts sebagai bentukan orogenic. Contoh luar biasa dari wrench faulting dapat ditemukan di
Northwest Highlands di Skotlandia dan Jura Mountain di Perancis. Sesar Semangko di
Sumatra dan San Andreas Fault di California merupakan wrench fault terbesar di dunia.

Sifat-sifat umum :

1. Panjang, lurus atau lengkung - lebar, sepanjang jejaknya.


2. Kemiringan terjal / curam yang beragam.
3. Lebar, jalur teranyam dengan gouge / mylonit dan gores-garis horizontal.
4. Berukuran panjang dan arahnya hampir lurus - mudah dikenal difoto udara.
5. Sembul dan terban yang tak sistimatis.
6. Lipatan-lipatan seretan yang menunjam dan merencong.
7. Tataan stratigrafi yang saling menindih dan tidak sama.
8. Merupakan jalur peka erosi
9. Yang berukuran besar, mempunyai jumlah pergeseran yang besar : San andreas 500 km
dan Semangko 25-100 km.
10. Diatas permukaan, jalur penggerusan/ pelenturan - lebar beberapa ratus ribu meter.
11. Pembentukan depresi dan pembubungan - pembubungan akibat penyimpangan pada arah
secara merencong.
12. Struktur penyerta; rekahan, lipatan, struktur bentuk bunga (flower structure).

Struktur penyerta pada sesar mendatar

(Secara teoritis terbentuk pada saat yang bersamaan)


- Lipatan merencong (en echelon fold);
- Umumnya yang pertama terbentuk - Sejajar poros panjang elip keterakan
- Jalur sesar-sesar mendatar ; proses yang terjadi di bagian yang dalam, batuan dasar akan
terlibat sesar merambat ke atas melalui sedimen-sedimen tertutup.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Sub Tipe ; a. Parallel


b. Convergent
c. Divergent

- Sesar turun / rekahan tarikan tegak lurus poros lipatan


- Sepasang sesar-sesar mendatar (dextral dan sinistral)

Cara mempelajari Sesar Mendatar :


1. Studi mekanisma gempa
2. Pergeseran bentuk geologi yang teramati
3. Pergeseran dari titik-titik atau bentuk lainnya yang diperoleh dengan cara rekonstruksi
4. Bentuk-bentuk struktur yang pasti diakibatkan oleh gejala sesar mendatar
5. Sifat-sifat jalur sesar yang telah terbukti sebagai diakibatkan oleh sesar mendatar
6. Pencerminan topografi dari gejala sesar mendatar pencerminan
7. Hubungan secara regional yang menunjukkan ke arah sesar mendatar.

Jenis Sesar Mendatar utama :

- Sesar Transform:
Adalah sesar yang tegak yang berakhir secara mendadak pada bentuk struktur lainnya. Sesar
tersebut memotong serta menggeser pematang samudra ; gejala strike - slip hanya terbatas pada
bahagian sesar terdapat diantara kedua pematang itu saja. Sekelompok sesar yang terdapat
dilantai samudra dan tidak terdapat kesamannya di benua. Memotong pematang dan
menggesernya dengan arah mendatar yang berlawanan dengan arah pergeseran pematang
(King P.B,1967).

- Sesar utama di Indonesia


(Sesar Sumatra, Sesar Palu-Koro, Sesar Sorong)

Perbedaan Antara Sesar Transform Sesar Jurus - Mendatar


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Status Sesar

Penyajian struktur sesar dalam peta tergantung dari status (tingkat keabsahannya)
1. Pasti adalah bukti-bukti cukup, arah dan jenis pergeseran dapat ditentukan.
2. Ditafsirkan / Diperkira bukti-bukti cukup, arah dan / atau jenis pergeseran sebenarnya
belum dapat ditentukan.
3. Diduga bukti kurang, gejala ada, belum pasti tentang ada tidaknya
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 90. Geometri dan Model Sesar Geser (Park, 1989). A) Struktur penyerta yang
terbentuk dalam sistem sesar geser menganan, B) Jenis-jenis terminasi sistem
sesar geser, C) Evolusi pembentukan zona sesar geser, D) Jenis morfologi
yang diakibatkan oleh sesar geser, E) Struktur duplex dalam sistem sesar
geser.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Catatan Khusus Teori Pensesaran

Teori Anderson (1951) tentang pensesaran berdasarkan pada perkiraan utama dimana
material yang mengalami tegasan tertentu bersifat homogeneous, suatu kondisi yang sangat
jarang terdapat pada kerak. Inhomogenitas terbentuk dimana-mana, perlapisan, dike dan
rekahan/patahan tua sering terdapat di setiap dataran geologi. Inhomogenitas pada semua
skala sangat universal, pada kenyataannya, ditemukan secara mengejutkan bahwa banyak
sesar memiliki strike, dip, net slip dan pola yang konsisten dengan teori. Kebanyakan sesar
normal memiliki kemiringan 600-650 dan sesar strike slip kemiringannya vertikal. Secara
keseluruhan, terlihat bahwa kebanyakan massa batuan dari litologi dan struktur yang berbeda
bereaksi terhadap tegasan lebih pada bentuk seragam/ sama daripada secara intuitif berasal
dari pemeriksaan variasi litologi dan struktur. Pada massa lain bidang lemah yang belum
tersesarkan memiliki pengaruh pada terbentuknya sesar, dan percobaan telah membuktikan
adanya kejadian ini. Pengecualian lain memerlukan pertimbangan khusus, tapi penjelasan,
meski tidak sempurna, paling tidak telah memuaskan pengetahuan saat ini secara sepintas.
Beberapa sesar yang tidak sesuai dengan harapan teoritis dapat dijelaskan secara mendasar
bahwa deformasi berikutnya atau tilting dari suatu sesar telah terjadi jauh setelah sesar-sesar
tersebut terbentuk. Hal ini bukan merupakan kondisi yang jarang, thrust fault secara khusus
sering terlipat.

Hafner (1951) menjelaskan orientasi lain dari sesar dan slip dengan melawan perkiraan dasar
Anderson (1951) mengenai orientasi bidang tegasan dengan sumbu tegak lurus terhadap
seluruh permukaan kerak dan memiliki intensitas dan orientasi seragam diseluruh massa
kerak. Bidang tegasan secara umum sangat mungkin bervariasi baik pada intensitas maupun
orientasi diseluruh bagian kerak, dan oleh karenanya, sumbu tegasan tidak akan benar-benar
tepat horisontal dan vertikal tetapi akan mengikuti jalur tegasan. Maka, sebagai sumbu
tegasan normal terbesar yang memiliki variasi inklinasi dari horisontal pada bidang tegasan
naik (thrust stress fields), maka kemiringan dari sesar pun akan bervariasi. Hafner telah
mengerjakan beberapa variabel teoritis bidang tegasan dan arah tegasan utama yang dapat
menjelaskan secara baik mengenai inkonsistensi kemiringan, slip atau orientasi dari beberapa
sesar, seperti contohnya upthrust atau reverse fault dengan kemiringan curam.

Tipe sesar lain yang memerlukan penjelasan khusus diantaranya great flat-lying thrust,
overthrust, atau nappe thrust. Pada saat kekuatan dari material membentuk hanging wall
atau blok overthrust (yang mungkin memiliki lebar puluhan mil) dipertimbangkan, maka
sangat jelas bahwa blok yang sangat besar seharusnya tidak tergeser pada ukuran jarak
puluhan mil dikarenakan batuan dari blok tadi secara sederhana tidak cukup kuat untuk
meneruskan kekuatan yang mendorongnya tapi dapat gagal disepanjang beberapa sesar
tambahan, suatu kondisi yang tidak diteliti. Hubbert dan Rubey (1959) telah menyarankan
bahwa kebanyakan dari blok overthrust mungkin telah bergerak pada jarak yang jauh
dikarenakan blok thrust benar-benar terapung secara hidrostatik pada zona tertutup jenuh air
atau lapisan batuan sedimen dan kemudian bergeser atau meluncur diatas blok dasar dengan
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

ringan yang dapat saja tidak mungkin terjadi bila permukaan sesar berada pada kontak
normal. Tekanan pori tinggi bisa terdapat pada bagian kerak lebih dalam secar tidak normal.
Tekanan tinggi itu mengurangi hampir sampai nol dari efektivitas tegasan normal pada
bidang datar. Pengurangan efektivitas tegasan normal pada akhirnya menunjukkan
pengurangan friksi peluncuran (sliding friction) disepanjang permukaan sesar, oleh karena
itu hanya tegasan shearing yang relatif kecil yang dihasilkan dari pergerakan besar. Tipe lain
dari low-angle fault atau nappe yang biasa terdapat dihasilkan dari blok yang meluncur
kebawah dengan lapisan sedimen yang telah terdeformasi dibawah pengaruh gravitasi,
misalnya oleh gravitasi tektonik. Mekanisme dari Hubbert dan Ruby (1959) diterapkan
secara sama/ equal pada variasi pensesaran ini.

Akhirnya, di berbagai daerah pensesaran geser (wrench faulting), telah ditemukan bahwa
sistem dasar dari wrench fault berorientasi pada arah tegasan terbesar berdasarkan pada
teori, tapi pada sesar sekunder lainnya, tidak memiliki orientasi. McKinstry telah
menyarankan mekanisme dari shearing orde kedua untuk menjelaskan perbedaan strike ini,
dan sarannya juga telah diperkuat dalam sistem wrench fault yang lengkap oleh Moody dan
Hill (1956). McKinstry mendalilkan bahwa arah tegasan maksimum sekunder terbentuk
dalam blok yang bergerak. Bidang tegasan sekunder ini pada akhirnya menghasilkan sistem
sesar orde kedua yang baru dan juga suatu arah dari lipatan baru. Pergerakan sepanjang sesar
orde kedua pada akhrinya dapat menciptakan sesar orde ketiga, tapi kebanyakan dari sesar ini
tidak dapat dikenali karena orientasi dan gejala pergerakannya serupa dengan sesar orde
pertama. Pembentukan urutan teratur dari rejim tegasan utama dan sekunder dan berkaitan
dengan sesar tentu saja sangat jarang, kalaupun ada, hal ini disebabkan oleh inhomogenitas
pada kerak.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

VII
LIPATAN (Fold)

DEFINISI

Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai
lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis bidang didalam bahan tersebut.
Lipatan merupakan salah satu tipe struktur geologi yang paling biasa terdapat (Gambar 91).
Ukurannya sangat bervariasi, dan mempengaruhi tipe permukaan batuan yang berbeda:
stratifikasi (marker permukaan yang paling lazom), belahan (cleavage), schistosity, sesar,
joints. Lipatan muncul di beberapa lingkungan geologi yang berbeda tapi merupakan hasil yang
paling tipikal dari deformasi intensif suatu busur orogenik.

Gambar 91. Lipatan skala besar (km-scale fold) ynag meperlihatkan struktur antikilin dan
sinklin.

Lipatan merupakan struktur tiga dimensi, dan setiap lipatan biasanya mempengaruhi banyak
sekali permukaan batuan sehingga bentuk lengkap suatu lipatan bisa sangat kompleks (Gambar
92). Deskripsi sebuah lipatan melibatkan geometri (bentuk, ukuran) dan orientasi, ditentukan
oleh keterangan dari penampakan geometri sampai koordinat geografi. Deskripsi detil suatu
lipatan membutuhkan terminologi kompleks, sehingga yang telah digunakan pada tulisan
sebelumnya kini menjadi tidak memadai (Fleuty, 1964). Secara serupa, teori modern dan
percobaan (Ramsay,1967) telah memperlihatkan bahwa ide-ide terdahulu mengenai
mekanisme pembentukan lipatan merupakan penyederhanaan yang sangat berlebihan.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 92. Berbagai skala dan geometri struktur perlipatan pada batuan.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

KEJADIAN LIPATAN

Pembentukan lipatan dapat dapat terjadi melalui proses:


- Buckling, yaitu karena proses penekanan lateral dari suatu bidang planar. Proses
pelengkungan terjadi pada kedua sisi selama terjadi pemendekan.
- Bending, yaitu karena pengaruh gerakan vertikal pada suatu lapisan, misalnya penurunan
lapisan, pergeseran pada jalur gerus, atau pelengseran suatu masa batuan pada bidang yang
tidak rata.

Lipatan dapat terbentuk karena proses/pengaruh ;

- Tektonik
- Gaya berat (pelengseran)
- Akibat pengaruh-pengaruh setempat ;
- Kompaksi
- Intrusi batuan beku dalam
- Injeksi garam (diapir)

Geometri Lipatan

Lipatan dijumpai dalam berbagai bentuk (geometri), yang disebut sebagai "fold style" dan
ukuran. Variasi geometri lipatan terutama tergantung pada sifat dan keragaman bahan, dan
asal kejadian mekanik pada saat proses perlipatan.

Secara umum terdapat "antiform", bentuk tertutup keatas dan "synform", bentuk tertutup
kebawah. Suatu antiklin adalah bentuk lipatan dengan bagian lapisan tertua pada inti (sisi
cekung permukaan lipatan) sedangkan sinklin dengan bagian termuda pada inti (Gambar 93).

Gambar 93. Dua geometri utama dalam perlipatan


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Kelihatannya tidak ada perbedaan antara antiform dan anticline atau synform da n syncline.
Sebenarnya tidak demikian karena kita dengan mudah bisa mendapatkan antiformal syncline
atau synformal anticline (Gambar 94).

Gambar 94. Terminologi lipatan akan tergantung menghadap kemana.

Lipatan bisa simetri maupun asimetri. Lipatan simetri apabila mempunyai panjang dan dip
yang relatif sama terhadap permukaan yang terlipat. Dalam lipatan asimetri sayap-sayap
tidak mempunyai panjang dan dip yang sama (Gambar 95).

Gambar 95. Klasifikasi lipatan berdasarkan geometri sayap-sayapnya.


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Dalam lipatan asimetri dan lipatan rebah (overturned), konsep arah dan kemiringan menjadi
sangat penting. Ini adalah arah yang lebih pendek dan lebih tegak dari arah sayap2 asimetri
(arah panah pada Gambar 93).

Sejumlah lipatan dengan skala berbeda-beda dapat saling menumpuk membuat apa yang
dinamakan anticlinoria dan synclinoria.

Gambar 96. Geometri perlipatan yang saling menumpuk

Kasus khusus dalam perlipatan yang melibatkan perlapisan miring antara lain:

Gambar 97. Geometri perlipatan khusus Deskripsi Geometri Perlipatan

Konsep yang paling penting adalah hinge, yaitu titik atau zone dari maksimum curvature
(Gambar 98).

Gambar 98. Geometri perlipatan dalam dua dimensi. Amplitude diukur


dari titik terendah ke titik tertinggi.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Dalam tiga dimensi, hinge line bisa lurus tetapi bisa juga melengkung tergantung dari
geometri 3D-perlipatan. Permukaan atau lebih dikenal sebagai bidang sumbu (kasus khusus
dimana hinge lines terletak hanya dalam satu bidang) memuat semua hinge lines (Gambar
99).

Gambar 99. Geometri lipatan dalam tiga dimensi.

Secara praktis, kita mengukur hinge lines dalam bentuk trend dan plunge. Sebenarnya
informasi ini saja belum cukup unutk mengambarkan orientasi perlipatan secara utuh. Lihat
contoh pada Gambar 100, dimana semua lipatan mempunyai hinge lines yang sama, tetapi
geometrinya jelas berbeda. Untuk bisa mendefinisikan orientasi dari perlipatan harus juga
ditentukan strike dan dip dari sumbu lipatan.

Gambar 100. Perlipatan dengan hinge lines sama tetapi geometri sangat berbeda.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Walaupun kebanyakan perlipatan akan digambarkan dalam dua dimensi abaik dalam
penampang maupun peta. Dalam kasus ini yang akan digambarkan adalah proyeksi dari
bidang sumbu atau garis sumbu (axial trace). Yang sebenarnya ini hanya perpotongan antara
bidang sumbu dan bidang proyeksi.

Penamaan Perlipatan berdasarkan Orientasi

Hinge lines terletak pada bidang sumbu, tetapi trendnya hanya akan sejajar pada strike bidang
sumbu kalau hinge line tersebut horizontal. Jika hinge line tidak horizontal maka kita
mengatakan lipatannya menunjam (plunging fold). Nama lipatan berdasarkan orientasinya
diberikan pada gambar dibawah ini:
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 101. Klasifikasi perlipatan berdasarkan orientasi (Twiss dan Moore,1992)


Cara lain untuk mengukur geometri perlipatan adalah mengunakan sudut dalam sayap (in
terlimb angle) seperti yang diperlihatkan dalam gambar dibawah ini:
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 102. Sudut dalam antara sayap-sayap lipatan (interlimb angle)

Dengan konsep ini, deskripsi perlipatan menjadi bertambah lagi:

Gambar 103. Jenis lipatan berdasarkan sudut antar sayap (interlimb angle)
Bentuk lipatan dapat sangat bervariasi, dimana hinge tidak selalu lurus, seperti pada
gambar dibawah ini:
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 104. Berbagai bentuk-bentuk lipatan

Klasifikasi Lipatan Berdasarkan Perlapisan

Salah satu cara untuk mengkuantifikasi bentuk lipatan adalah dengan membuat diagram dip
isogon. Dip isogon adalah garis yang menghubungkan titik dengan kemiringan yang sama
pada sayap lipatan yang berbeda (Gambar 105). Dengan memplot dip isogon, jenis-2
perlipatan dapat dikenali (kelas 1, 2 dan 3).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 105. Klasifikasi bentuk lipatan berdasarkan dip isogon

Klasifikasi Kinematika-Geometri

Lipatan Cylindrical
Lipatan cylindrical adalah dimana permukaannya dapat dibuat atau digambarkan dengan
membuat garis sejajar dalam tiga dimensi. Garis ini akan sejajar dengan hinge line dan
dinamakan sebagai sumbu lipatan. Hanya liparan silinderis (cylindrical) yang mempunyai
sumbu lipatan. Sehingga istilah sumbu lipatan hanya berlaku untuk lipatan jenis ini.

Jika kita melakukan pengukuran bidang perlapisan secara sempurna pada lipatan silinderis
dan plot datanya sebagai lingkaran besar dalam stereonet. Semua lingkaran besar ini akan
berpotongan pada satu titik (β-diagram). Titik in adalah sumbu lipatan. Proyeksi kutub dari
bidang perlapisan akan terletak dalam satu lingkaran besar (π-diagram). Cara praktis ini
digunakan untuk mentest apakah suatu lipatan bersifat silenderis (Gambar 106).

Gambar 106. Cara praktis untuk mengenal lipatan silinderis.


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Ada dua jenis lipatan silinderis:

• Lipatan sejajar (parallel folds), dalam lipatan jenis ini tebal lapisan yang diukur tegak lurus
bidang perlapisan bersifat tetap atau konstan. Sehingga, lipatan sejajar sama dengan jenis
class 1B seperti dijelaskan diatas. Jenis khusus lipatan sejajar antara lain:

a. Lipatan Concetric dimana semua lapisan yang terlipat mempunyai pusat lingkaran
yang sama dan jari-jari lingkaran menurun kearah pusat lingkaran. Jadi, lipatan
concentric menjadi lebih ketat kearah pusat lingkaran dan menjadi lebih membuka
kearah punggungan antiklin dan depresi sinklin. Metoda Busk sebenarnya didasarkan
pada lipatan jenis ini. Lipatan ini akhirny akan menjadi sangat ketat dibagian intinya
dimana terangkat oleh bagian bawahnya (Gambar 107) yang dikenal sebagai
decollement.

Gambar 107. Perkembangan lipatan concentric

b. Lipatan Kink dicirikan oleh sumbu yang sudut dan sayap yang lurus. Lapisan2 tidak
mempunyai satu pusat lingkaran (lihat Gambar 108).

Gambar 108. Jenis lipatan kink

c. Lipatan Similar, dicirikan oleh tebal lapisan yang sejajar dengan sumbu akan tetap,
tetapi tebal pada arah tegak lurus lapisan tidak. Lipatan ini namakan similar karena
setiap lapisan mempunyai lengkungan yang sama. Jenis ini termasuk jenis lipatan
kelas dua.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 109. Jenis lipatan Similar

Lipatan Non-Cylindrical

Permukaan lipatan jenis ini tidak dapat diikuti dengan mengerakan garis sejajar. Secara
praktis artinya bentuk lipatan ini geometrinya berubah sepanjang garis sumbu. Jadi lipatan ini
secara tiga dimensi merupakan bentuk yang kompleks. Jenis khusus lipatan ini adalah:

Lipatan Conical, permukaan lipatan jenis ini adalah kerucut. Dalam kata lain lapisan yang
terlipat berhenti pada sebuah titik dimana sudah tidak terjadi perlipatan lagi (Gambar 110).

Gambar 110. Jenis lipatan Conical

Ada perbedaan yang sangat jelas antara lipatan menunjam dengan lipatan jenis ini.
Padadasrnya lipatan conical tidak terjadi disebelah titik puncak kerucut. Sehingga
perpendekan yang terjadi akibat perlipatan lapisan berubah searah jurus dari bidang sumbu.
Lipatan conical sangat umum dijumpai pada titik akhir (tip line) sebuah sesar.

Lipatan Sheath, jenis ini adalah lipatan khusus yang terbentuk dalam lingkungan strain yang
tinggi seperti shear zones dan milonit (Gambar 111).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 111. Jenis lipatan Sheath

Lipatan Sheath terutama berguna untuk menentukan pergerakan (kinematik) dari shear dalam
zona milonit.

Lipatan Terlipat (Superimposed)

Ada empat jenis lipatan terlipat (Gambar 112):


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Type 0 menghasilkan lipatan yang tidak dapat dibedakan daru perlipatan tunggal. Type 1
membentuk dome dan basin sedangkan Type 2 membentuk boomerang. Type 3 sangat
mudah dikenali dalam penampang.

Model Kinematik Lipatan


Model kinematik perkembangan lipatan dapat dibagi menjadi lima jenis:
1. Pelekungan Gaussian
2. Buckling
3. Shear sejajar lapisan (layer parallel shear)
4. Shear oblique terhadap lapisan
5. Aliran pasif Pure shear

No 1 dan 2 hanya berlaku untuk satu lapisan, sedangkan 3 dan 4 untuk lapisan yang banyak
(multilayers). No 5 khusus untuk perlapisan yang pasif. Semuanya hanya cocok untuk
lipatan cylindrical. Pada dasarnya harus selalu berpikir bahwa model ini tidak berlaku hanya
untuk satu kasus. Karena bisa saja kita dapatkan lipatan dengan model buckling, tetapi
diantara bidangnya terjadi mekanisme shear sejajar lapisan.

PELENGKUNGAN GAUSSIAN

Pelengkungan (curvature) didefinisikan sebagai sebuah garis, C, yang kebalikan dengan


sebuah pelengkungan jari-2, sebagai berikut:

C = 1 / rcurvature

Pada setiap permukaan, bisa dikenali sebuah garis atau sekelompok garis sejajar yang
mempunyai pelengkungan maksimum dan minimum. Keduanya didefinisikan sebagai
pelengkungan utama atau principal curvatures. Hasil perkalian dari pelengkungan
maksimum dan minimum dikenal sebagai Gaussian curvatures, sebuah konstanta yang
mendefinisikan nilai pelengkungan sebuah permukaan, sebagai berikut:

CGauss = CmaxCmin

Persamaan diatas memberikan aspek yang universal sebagai berikut: untuk sebuah
permukaan harga pelengkungan Gaussian akan tetap sebelum dan sesudah deformasi, kecuali
apabila permukaan tersebut mengalami pemendekan dan pemanjangan. Dikarenakan harga
pelengkungan Gaussian mulanya nol, maka harus tetap sama sesudah proses perlipatan.
Berarti melipat pada arah tegak-lurus sumbu tidak mungkin tanpa mendeformasi
permukaannya. Secara umum dapat diartikan bahwa apabila kita melipat lapisan horizontal
pada arah tertentu, akan lebih sulit untuk melipat lagi pada rah ang berlainan.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Karena perlapisan pada mulanya bersifat datar atau hampir datar, maka setelah perlipatan
harga perlengkungan minimum akan nol jika tidak terjadi deformasi secara internal. Dengan
kata lain garis sumbu harus berupa garis lurus. Perlipatan yang memenuhi kriteria ini adalah
perlipatan cylindrical, yang non-cylindrical tidak dikarenakan garis sumbunya (hinge) tidak
berupa garis lurus. Itulah sebabnya kita membedakan antara garis sumbu (hinge) dan sumbu.

BUCKLING

Pelengkungan Buckling berlaku pada perlipatan untuk satu lapisan atau perlapisan yang
mempunyai nilai kekuatan cohesive yang tinggi antar lapisannya.

Gambar 113. Perlipatan model buckling.

Dari gambar diatas terlihat bahwa bagian luar dari pelengkungan menjadi lebih panjang
(A'B'>AB) dan bagian dalam menjadi lebih pendek (C'D'<CD). Ditengahnya akan ada garis
yang mempunyai panjang tetap sebelum dan sesudah perlipatan. Dalam tiga dimensi ini
dinamakan permukaan neutral.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Karena ketebalan lapisan tetap, lipatan jenis ini termasuk perlipatan sejajar atau kelas 1b
(lihat subbab sebelumnya). Oleh karena garis tegak lurus perlapisan tetap, maka tidak terjadi
shear strain yang sejajar perlapisan. Dalam pasangan antiklin dan sinklin, strain maksimum
akan terjadi pada bagian tengah atau inti dari perlipatan dengan harga strain yang nol pada
titik balik sayapnya (Gambar 114).

Gambar 114. Distribusi strain pada perlipatan model Buckling.

Bukti geologi yang paling umum dijumpai pada lapisan2 yang terlipat secara buckling
adalah: vein, boudins, sesar normal dll. (Gambar 115).

Gambar 115. Struktur penyerta untuk perlipatan jenis Buckling.

Shear Sejajar Perlapisan

Ada dua jenis komponen untuk model kinematik perlipatan ini yang hanya dibedakan
oleh tebal perlapisannya.

• Flexural Slip - perlapisan yang terdiri dari berbagai lapisan yang kuat yang mempunyai
ketebalan pasti dengan nilai gaya kohesif yang kecil diantara bidang perlapisannya.
• Flexural Flow - Ketebalan lapisannya sangat tipis sekali.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Pada dasarnya keduanya sama, walaupun pembahasan lebih terkonsentrasi pada mekanisme
flexural slip (Gambar 116).

Gambar 116. Mekanismen Flexural slip pada proses perlipatan

Oleh karena shear yang terjadi sejajar bidang perlapisan, maka salah satu dari dua garis yang
tidak mempunyai harga perpanjangan terukur dan tidak terukur akan sejajar dengan bidang
perlapisan. Maka lapisan tidak berubah panjangannya selam proses deformasi. Slip yang
terjadi antar perlapisan akan tegak lurus dengan sumbu perlipatan seperti bila kita menekuk
buku telepon yang tebal.

Sebagai catatan, arah pergerakan dari shear hanya akan berubah sepanjang garis sumbu,
tetapi akan tetap diantara saya antiklin dan sinklin (Gambar 117).

Gambar 117. Arah shear dari proses flexural slip yang terjadi pada perlipatan

Jika diantara dua perlapisan kompeten yang mengalami proses perlipatan terdapat lapisan
yang bersifat tidak kompeten seperti misalnya serpih atau lempung, maka slip yang terjadi
antara lapisan akan membentuk perlipatan parasit pada bagian sayap-sayap perlipatan yang
besar (Gambar 118).
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 118. Pembentukan perlipatan parasit pada proses perlipatan.


Dikarenakan perlapisan pada perlipatan flexural slip (yang kebalikan dalam kasus flexural
flow) mempunyai ketebalan tertentu, maka sudah pasti didalamnya akan mengalami
deformasi dengan mekanisme yang lain seperti buckling. Jadi mekanisme buckling maupun
flexural slip adalah suatu mekanisme yang umum.

Lipatan Kink (Kink Folds)

Lipatan Kink adalah jenis khusus dari flexural slip dimana garis sumbunya (fold hinges)
mempunyai perlengkungan yang tak terhingga.
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 7.6. Model Geometri Struktur Perlipatan Fault-Propagation Fold


(Suppe, 1985)
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 7.7. Model Geometri Struktur Perlipatan Fault-Bend Fold (Suppe,1985)


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 7.8. Model Struktur Perlipatan Kind-Fold (Twiss dan Moore,1992)


DAFTAR PUSTAKA

Davis, G. H. and Reynolds, S. J., 1996, Structural Geology of Rock and Regions: 2nd edition,
John and Wiley and Sons, Inc., 776 p. Keary, P., and Vine, F. J., 1990, Global
Tectonics; Blackwell Scientific Pub. Lowell, J. D., 1985, Structural Styles in
Petroleum Exploration: OGCI Publication, 480 p.
Means, W. D., 1976, Stress and Strain: Basic Concepts of Continuum Mechanics for
Geologists: Springer - Verlag, New York, 339p.
Mial, D. A., 1984, Principles of Sedimentary Basin Analysis: Springer - Verlag, p. 367-468.
Park, R. G.,1988, Geological Structures and Moving Plates: Blackie, Glasgow and London,
337 p.
Pollard, D. D. and Fletcher, R. C., 2005, Fundamental of Str -uctural Geology, Cambridge
University Press, UK, 500p.
Price, N. J. and Cosgrove, 1990, Analysis of Geological Structures: Cambridge University
press, UK, 502 p.
Sapiie, B. dan Harsolumakso, A., 2005, Diktat kuliah GL-3111, ITB (in press)
Suppe, J.,1985, Principles of Structural Geology: Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New
Jersey, 537p.
Twiss, R. J. and Moores, E. M., 1992, Structural Geology: W. H. Freeman and Company,
New York, 532 p.
Twiss, R. J. and Moores, E. M., 1992, Tectonics: W. H. Freeman and Company, New York,
532 p.

Anda mungkin juga menyukai