Anda di halaman 1dari 54

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan zaman, kebutuhan energi semakin meningkat.

Saat ini pemasok utama kebutuhan energi di Indonesia adalah energi fosil

(minyak dan gas bumi), yang mana energi ini tidak dapat diperbarui dan

keberadaannya semakin menipis.

Energi panas bumi menunjuk pada energi panas yang tersimpan dalam

batuan dan fluida yang terkandung di bawah permukaan bumi. Energi panas bumi

telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di Italia sejak tahun 1913 dan di New

Zealand sejak tahun 1958. Meningkatnya kebutuhan akan energi serta

meningkatnya harga minyak, khususnya pada tahun 1973 dan 1979 telah memacu

negara – negara lain termasuk Amerika Serikat untuk mengurangi ketergantungan

mereka pada minyak dengan cara memanfaatkan energi panas bumi. Saat ini

energi panas bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di berbagai negara

termasuk Indonesia, di mana usaha pencarian sumber energi panas bumi pertama

kali dilakukan di daerah Kawah Kamojang pada tahun 1918. Di samping itu fluida

panas bumi juga dapat dimanfaatkan untuk sektor non-listrik antara lain untuk

pemanasan ruangan, pemanasan air, pemanasan rumah kaca, pengeringan hasil

produk pertanian, pemanasan tanah, pengeringan kayu, kertas dan lainnya.

Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya panas bumi terbesar

di dunia berbanding lurus dengan banyaknya gunung api. Seperti diketahui bahwa
2

panas bumi dalam bentuk uap air adalah sumber energi terbarukan yang dapat

digunakan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik.

Di Sulawesi Utara potensi panas bumi mencapai 1700 MW, tapi sampai

saat ini baru dimanfaatkan sekitar 60 MW atau sekitar 3.5%. Prospek panas bumi

ini berkaitan dengan aktivitas gunung berapi yang berada di sekitarnya. Mata air

panas yang muncul ke permukaan mengindikasikan bahwa adanya suatu sistem

panas bumi yang terbentuk di bawah permukaan bumi yang diakibatkan oleh

adanya aktifitas geologi, seperti vulkanisme dan tektonisme yang kemudian

mengakibatkan air dibawah permukaan mengalami pemanasan, kemudian muncul

dipermukaan sebagai mata air panas (Saptadji, 2006)

Di kabupaten Minahasa Utara ditemukan beberapa manifestasi atau

kenampakan panas bumi berupa mata air panas, kolam lumpur, dan tanah beruap.

Salah satu daerah yang memiliki manifestasi panas bumi di Minahasa Utara

adalah desa Wineru yang secara administratif berada di daerah kecamatan

Likupang Timur.

Untuk mengetahui berapa besar potensi panas bumi di suatu daerah perlu

dilakukan evaluasi pada setiap tahap kegiatan, yaitu mulai dari tahap survei

pendahuluan, eksplorasi, peniliaian kelayakan hingga ke tahap eksploitasi dan saat

pemanfaatannya. Pengklasifikasian tipe - tipe fluida sumber mata air panas

bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan dari masing-masing sumber mata air

panas berdasarkan tipe fluidanya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan

analisis dari data kimia fluida panas bumi. Analisis kandungan ion dalam fluida
3

menggunakan Photometer SpectroDirect. Serta analisis gugus fungsi

menggunakan metode Spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infra Red), metode

ini adalah metode spektroskopi inframerah yang dilengkapi dengan transformasi

Fourier untuk analisis spektrumnya (Choirul Anam, dkk. 2007). Metode ini

digunakan karena selain murah serta data yang dihasilkan akurat karena

berdasarkan foto atau gambar serapan gelombang infra merah dari sampel uji dan

spektrum infra merah yang dihasilkan oleh suatu senyawa adalah khas dan oleh

karena itu dapat menyajikan sebuah finger print (sidik jari) untuk senyawa

tersebut. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk memprediksi besar cadangan

energi panas bumi yang terdapat di daerah Wineru dengan menggunakan metode

perbandingan dengan daerah panas bumi Lahendong.

Untuk itu penulis mendapat kesempatan untuk meneliti karakteristik mata

air panas. Dengan judul “KAJIAN TIPE FLUIDA DAN GUGUS FUNGSI

MANIFESTASI PANAS BUMI di DESA WINERU, MINAHASA UTARA

MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI FTIR”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tipe fluida manifestasi panas bumi di desa Wineru?

2. Bagaimana gugus fungsi molekul fluida manifestasi panas bumi desa

Wineru?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tipe fluida manifestasi panas bumi di desa Wineru.

2. Untuk mengetahui gugus fungsi molekul fluida manifestasi panas bumi

desa Wineru.
4

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Metodologi

Penelitian ini bermanfaat dalam studi pendahuluan untuk pemanfaatan

daerah prospek panas bumi, dari penelitian ini kita melakukan studi awal melalui

metode geokimia dan mendapat informasi data tipe fluida dan gugus fungsi

molekul fluida sehingga kita dapat mengetahui pemanfaatan yang tepat dari

sumber daya alam yang terdapat di daerah penelitian desa Wineru, dan dari

metode ini kemudian dapat dilakukan studi lanjut dan dikembangkan

menggunakan metode – metode lain.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bisa menjadi pedoman atau petunjuk bagi peneliti lain yang

ingin menggunakan teori beserta metode penelitian menggunakan diagram ternary

dan spectroscopy ftir dalam mengidentifikasi fluida manifestasi panas bumi.

3. Manfaat Praktis

Pembaca dapat mengetahui tipe fluida, gugus fungsi molekul fluida

manifestasi panas bumi di desa Wineru.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Konsep Panas Bumi

Proses terbentuknya energi panas bumi sangat berkaitan dengan teori

tektonik lempeng yaitu teori yang menjelaskan mengenai fenomena-fenomena

alam yang terjadi seperti gempa bumi, terbentuknya pegunungan, lipatan, palung,

dan juga proses vulkanisme yaitu proses yang berkaitan langsung dengan

geothermal. Berdasarkan penelitian gelombang seismik, para peneliti kebumian

dapat mengetahui struktur bumi dari luar sampai ke dalam, yaitu kerak pada

bagian luar, mantel, dan inti pada bagian paling dalam. Semakin ke dalam bumi

(inti bumi), tekanan dan temperatur akan meningkat. Untuk kita ketahui,

temperatur pada inti bumi berkisar ± 4200 C. Panas yang terdapat pada inti bumi

akan ditransfer ke batuan yang berada di bagian mantel dan kerak bumi. Batuan

yang memiliki titik lebur lebih rendah dari temperatur yang diterima dari inti bumi

akan meleleh dan lelehan dari batuan tersebutlah yang kita kenal dengan magma.

Magma memiliki densitas yang lebih rendah dari batuan, otomatis batuan yang

telah menjadi magma tadi akan mengalir ke permukaan bumi. Jika magma sampai

ke permukaan maka magma tersebut berubah nama dengan sebutan lava (contoh

lava yang sering kita lihat jika terjadi erupsi (letusan) gunung api.

Secara struktur, lapisan bumi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kerak bumi

(crush), selimut (mantle), dan inti bumi (core). Suhu di bagian bawah kerak bumi
6

mencapai 1.100oC. Lapisan kerak bumi dan bagian di bawahnya hingga

kedalaman 100 km dinamakan litosfer. Selimut bumi memiliki tebal mencapai

2.900 km dan merupakan lapisan batuan padat. Suhu di bagian bawah selimut

bumi mencapai 3.000 oC. Inti bumi terdiri dari material cair yang terdapat pada

kedalaman 2900-5200 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang suhunya

mencapai 4.500 oC. Secara universal, setiap penurunan 1 km kedalaman ke perut

bumi temperatur naik sebesar 25 – 30ºC. Atau setiap kedalaman bertambah 100

meter temperatur naik sekitar 2,5 sampai 3ºC. Jadi semakin jauh ke dalam perut

bumi suhu batuan akan makin tinggi. Bila suhu di permukaan bumi adalah 27ºC

maka untuk kedalaman 100 meter suhu bisa mencapai sekitar 29,5ºC.

Pertambahan panas ini disebut gradien geothermal (Saptadji, 2006).

Di dalam kulit bumi, ada kalanya aliran air berada dekat dengan batu-

batuan panas yang temperaturnya bisa mencapai 148°C. Air tersebut tidak

menjadi uap (steam) karena tidak ada kontak dengan udara. Bila air panas tersebut

keluar ke permukaan bumi melalui celah atau retakan di kulit bumi, maka akan

timbul air panas yang biasa disebut dengan hot spring. Air panas alam (hot

spring) ini biasa dimanfaatkan untuk kolam air panas dan banyak pula yang

sekaligus dijadikan tempat wisata.

Apabila air panas alam mengalami kontak dengan udara karena fraktur

atau retakan, maka semburan akan keluar melalui retakan tersebut dalam bentuk

air panas dan uap panas (steam). Air panas dan steam inilah yang kemudian

dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik. Agar energi geotermal

dapat dikonversi menjadi energi listrik, tentunya diperlukan sebuah sistem


7

pembangkitan listrik (power plants). Apabila air panas alam mengalami kontak

dengan udara karena fraktur atau retakan, maka semburan akan keluar melalui

retakan tersebut dalam bentuk air panas dan uap panas (steam). Air panas dan

steam inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga

listrik. Agar energi geotermal dapat dikonversi menjadi energi listrik, tentunya

diperlukan sebuah sistem pembangkitan listrik (power plants). Teknologi yang

digunakan dalam pembangkit listrik ini adalah Dry Steam Power plant, Flash

Steam Power plant, dan Bynary-cycle Power Plant.

2.1.2 Sistem Panas Bumi

Panas Bumi merupakan energi panas yang tersimpan dalam batuan di

bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung di dalamnya. Sistem panas

bumi terdiri dari elemen - elemen yang menyusun sistem tersebut. Elemen -

elemen penting penyusun sistem panas bumi terdiri dari tiga yaitu: adanya sumber

panas, adanya batuan reservoir yang permeabel dan adanya fluida yang membawa

aliran panas. Sumber panas berasal dari panas yang dihasilkan dari instrusi batuan

beku. Batuan reservoir merupakan batuan tempat fluida terakumulasi.

Berdasarkan sumbernya, Ronald DiPippo (2005), mengklasifikasikan

sistem geothermal menjadi empat antara lain: geopressured reservoir, hot dry

rock reservoir, magma reservoir dan hydrothermal reservoir.

a. Sistem Geopressured

Lokasi  reservoir  ini  lebih dalam dari pada reservoir hidrothermal, yaitu

sekitar 2400 m  - 9100 m. Reservoir  ini memiliki kadar garam yang tinggi, tetapi

memiliki temperatur yang rendah. Sistem ini berasosiasi dengan sistem reservoir
8

gas dan minyak yang dalam. Reservoir ini berisi air panas yang mengandung

banyak sekali gas metana sehingga berada pada lingkungan yang gradien

tekanannya lebih besar daripada gradien hidrostatik. Percobaan dalam skala

laboratorium sudah dilakukan yaitu dengan memproduksikan fluida tersebut ke

permukaan, kemudian gas metana dipisahkan dari air panasnya. Gas metana

dibakar untuk memanasi air sehingga meningkatkan harga entalpi air.

b. Sistem Hot Dry Rock

Reservoar ini memiliki kedalaman yang sangat dalam sehingga memiliki

permeabilitas yang tinggi. Sumber panas yang tinggi dalam batuan impermeabel

berasal dari intrusi magma atau gradient geothermalnya. Tidak terdapat fluida

pada batuan yang impermeable. Pemanfaatannya dilakukan dengan cara membor

reservoir ini dengan membuat artificial reservoir (injeksi air dingin pada lapisan

batuan panas yang impermeable), kemudian dilakukan hydraulic fracturing

(rekahan  buatan)  dimana  air diinjeksikan dengan tekanan yang besar sehingga

mengakibatkan rekahan di reservoir.

c. Sistem Magma

Eksploitasi pada reservoir ini sangat berbahaya sehingga belum banyak yang

mengkajinya. Caranya adalah dengan mencari reservoir yang berisi magma pada

kedalaman yang relatif dangkal kemudian mengambil magma tersebut dari sebuah

sumur untuk memanasi heat exchanger.

d. Sistem Hidrothermal

Pada reservoir ini, air berasal dari permukaan yang diperoleh dari air hujan

(natural recharge). Air ini kemudian masuk karena adanya perekahan batuan
9

melalui saluran pori-pori diantara butir-butir batuan. Air tersebut kemudian

terakumulasi di dalam reservoir sampai penuh dan terpanaskan oleh batuan beku

panas (pluton). Pada reservoir yang sudah berisi air, terjadilah arus konveksi

sehingga memanaskan fluida di dalam reservoir.

Dari keempat sistem tersebut, sistem geothermal di Indonesia umumnya

merupakan sistem hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>2250C),

hanya beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (150‐

2250C). Adapun gambaran sistem hidrotermal bisa dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Skema sebuah sistem Hidrotermal yang ideal (Saptadji, 2001)
10

2.1.3 Manifestasi Panas Bumi Di Permukaan

Adanya sumber daya geothermal di bawah permukaan terkadang

ditunjukkan dengan adanya manifestasi permukaan sebagai akibat dari adanya

energi dari dalam bumi yang keluar. Manifestasi permukaan adalah tanda - tanda

alam yang nampak di permukaan tanah sebagai petunjuk awal adanya aktifitas

panas bumi di bawah permukaan bumi. Manifestasi panas bumi ini dapat berupa

tanah hangat (warm ground), permukaan tanah beruap, mata air panas atau

hangat, telaga air panas, fumarole, geyser, kubangan lumpur panas, silika sinter,

batuan yang mengalami alterasi (Saptadji 2001). Karakteristik kondisi

geomorfologi juga menandakan adanya sumberdaya geothermal di dalam

permukaan. Adanya patahan di daerah vulkanisme tua dapat dijadikan indikator

tersebut. Selain itu, besarnya potensi cadangan suatu lapangan panas bumi dapat

digambarkan dengan beberapa parameter reservoir seperti temperatur, tekanan,

dan entalpi yang merepresentasikan energi termal yang terkandung di dalam

fluida reservoir tersebut.

(Gambar 2.2), memperlihatkan jenis-jenis manifestasi panasbumi di

permukaan. Daerah dimana terdapat manifestasi panasbumi di permukaan

biasanya merupakan daerah yang pertama kali dicari dan dikunjungi pada tahap

eksplorasi. Dari karakterisasi manifestasi panasbumi di permukaan serta

kandungan kimia air kita dapat membuat berbagai perkiraan mengenai sistim

panasbumi di bawah permukaan, misalnya mengenai jenis dan temperatur

reservoir.
11

Gambar 2.2 Jenis-jenis manifestasi permukaan (Saptadji 2001)

2.1.4 Pengertian Mata Air Panas

Mata air panas merupakan data air yang mempunyai suhu yang jauh lebih

besar dibandingkan suhu udaranya. Pada daerah yang beriklim tropis seperti di

Indonesia dibandingkan dengan suhu udara dimana mata air panas itu berada

(Surhayadi, 1984).

Gambar 2.3 Mata air panas


12

Komposisi kimia unsur-unsur yang terlarut dalam air tanah dapat dibagi

menjadi dua kelompok yaitu “mayor elemen” dan “minor elemen”. Kelompok

mayor elemen terdiri dari kation Ca2+, Mg2+, Na+, dan K+ serta anion HCO3, CO3,

SO42, Cl dan NO3. Sementara kelompok minor elemen umumnya terdiri dari Fe,

Al, Cu, Hg, PO4, NO2 dan lain-lain.

Sumber panas dari suatu mata air panas dapat disebabkan dari beberapa faktor

yaitu:

 Letak dari massa air tersebut yang berada dekat dengan massa batuan

vulkanik yang masih aktif.

 Keberadaan dari air yang berada jauh dari bumi sehingga massa air

tersebut akan mengalami pemanasan selaras dengan penambahan

kedalaman.

 Adanya proses-proses kimia yang terjadi pada air sehingga mengalami

peningkatan suhu.

 Adanya pergerakan sesar aktif yang kadang-kadang berfungsi sebagai

sumber panas.

Keberadaan mata air panas pada suatu daerah dapat terbentuk oleh dua

sebab yaitu oleh aktivitas tektonik dan vulkanisme (Nicholson, 1993):

 Mata air panas akibat vulkanik aktif dicirikan oleh air panas temperatur

tinggi dengan suhu di atas 1000C, suhunya tetap, dijumpai endapan sinter,

sulfat dan sulfur, memiliki kandungan ion sulfat dan unsur sulfur yang
13

tinggi akibat reaksi oksidasi H2S di atas permukaan tanah dan unsur volatil

magma dari kegiatan vulkanik.

 Mata air panas akibat tektonik aktif, dicirikan oleh air panas temperatur

rendah dengan suhu antar 20-100 0C, dan memiliki unsur sulfat yang lebih

rendah.

2.1.5 Tipe Fluida Mata Air Panas

Tipe fluida ditemukan pada kedelaman di tempat panas bumi dengan

temperatur tinggi pH asam – netral dan klor sebagai anion yang dominan. Tipe

dari fluida dapat ditentukan berdasarkan kandungan unsur kimia yang paling

dominan dijumpai didalam air panas tersebut serta proses-proses fisika yang

terjadi. Berikut ini beberapa tipe fluida dari air panas (Ellis, J. A & Mahon,

J.A .W. 1977), yaitu:

1. Klorida

Tipe air panas ini disebut juga alkali – slorida atau neutrai – klorida, yaitu

tipe pada air fluida pada sistem dengan temperatur tinggi. Daerah yang

mengandung panas, sumber panas dan konsentrasi fluida yang besar dari resevoir

yang dalam serta pada zona permeable. Klorida merupakan anion yang paling

dominan. Unsur lainnya adalah sodium dan potassium (dalam rasio 10: 1), sebagai

kation utama dengan konsentrasi silika (konsentrasi lebih tinggi pada kenaikan

temperatur dikedalaman), boron dan konsentrasi sulfat dan bikarbonat bervariasi.

Kandungan gas adalah hidrogen sulfida dengan pH relatif netral antara pH 5 – 9.


14

2. Sulfat

Tipe air ini disebut juga acid-sulfat water yaitu terbentuk akibat

kondensasi gas - gas geothermal dekat permukaan. Gas – gas bersamaan dengan

uap air dan unsur volatil lainnya terbentuk dalam fluida secara terpisah dengan

tipe air klorida melalui proses pemanasan. Meskipun selalu dijumpai di

permukaan (< 100 meter) air sulfat dapat terpenetrasi lebih dari akibat sesar

melalui sistem panas bumi, kemudian dipanaskan mengakibatkan alterasi pada

batuan dan bercampur dengan fluida flourid. Tipe ini sering dijumpai pada air

yang keruh atau berlumpur. Karena terpisah dari tipe fluida lainnya maka air

dipanaskan pada water table. Sulfat merupakan anion utama yang terbentuk akibat

oksidasi dari hydrogen sulfida, menghasilkan pH sekitar 2,8.

3. Bikarbonat

Tipe air inimerupakan tipe kaya fluida CO2 atau disebut juga neutral

bicarbonate water yang dihasilkan oleh kondensasi uap air dan gas kedalam

poorly – oksigenated sub - surface. Tipe ini merupakan non vulkanogenik dan

sistem temperature tinggi dengan pH mendekati netral akibat reaksi dengan

batuan sekitarnya. Sulfat dihasilkan dalam jumlah tertentu dan sedikit klorid. Tipe

ini dapat terbentuk akibat beberapa proses, yaitu :

 Percampuran air klorida dan sulfat pada kedalaman tertentu

 Air keluar dekat permukaan oksidasi dari H2S dalam air klorid

 Kondensasi magma di dalam bumi

 Evaporasi atau pembentukan mineral sulfur


15

Pada umumnya tipe sulfur kloride terbentuk oleh proses karakteristik dari

tipe ini adalah p H 2-5 dengan kandungan sulfat dan klorid yang seimbang.

4. Dilute klorid – bikarbonat

Tipe ini terbentuk akibat dilusi dari klorida oleh air tanah atau air

bikarbonat mengikuti aliran, biasanya dijumpai pada major upflow zona atau pada

sistem panas bumi bertemperatur tinggi. Klorida merupakan anion yang dominan

dan bikarbonat dalam jumlah tertentu serta pH air 6-8.

Dari hasil analisis kimia, kemudian menjadi parameter di dalam penelitian

tipe mata air panas berdasarkan klasifikasi dari diagaram trilinier, modifikasi dari

(gingenbatch,1988 dalam kusumayudha, 2005)

Gambar 2.4 Diagram Trilinier untuk penentuan tipe mata air panas berdasarkan
kandungan ion klorida, sulfat dan biokarbonat (modifikasi Giggenbach, 1988
dalam Kusumayudha, 2005)
16

2.1.6 Diagram Ternary Plot

Diagram Ternary Plot yang digunakan untuk mengklasifikasi air panas

bumi berdasarkan proporsi relatif ion-ion klorida, silfat dan bikarbonat

(Nicholson, 1993).

Berikut adalah tahapan dan formula yang digunakan dalam menghitung

proporsi masing-masing ion untuk kemudian diplot pada diagram Ternary Plot.

1. Jumlah konsentrasi klorida (ppm), sulfat (ppm) dan bikarbonat (ppm).

∑ Konsentrasi = Cl + SO4 + HCLO3

2. Hitung proporsi relatif dari masing-masing komponen jumlah di atas dalam

persen.

% Cl = (Cl/∑ Konsentrasi) * 100


% SO4 = (SO4/∑ Konsentrasi) * 100
% HCO3 (HCO3/∑ Konsentrasi) * 100

3. Posisi masing-masing mata air pada diagram Ternary Plot. Diagram ini

membantu menentukan sampel dari mata air mana yang paling sasuai untuk

perhitungan.
17

Gambar 2.5 Diagram Ternary (Nicholson, 1993)

2.1.7 Gugus Fungsi Molekul

Senyawa organik adalah suatu senyawa yang atom utamanya terdiri dari

kombinasi atom C, H, O, dan N. atom – atom tersebut berikatan dalam suatu

konformasi unik dan membentuk berbagai senyawa yang memiliki sifat dan

fungsi khusus.

Gugus fungsi adalah suatu kedudukan kereaktifan kimia dalam suatu

molekul satu kelompok senyawa dengan gugus fungsi tertentu menunjukkan

gejala reaksi tersebut, maka dapat dikelompokkan pada pengelompokkan senyawa

(Fessenden, 1986). Berikut beberapa contoh gugus fungsi :

1. Aldehid

Aldehid adalah persenyawaan dimana gugus fungsi karboksil diikat oleh gugus

alkil. Adehid merupakan senyawa yang tersusun dari unsur – unsur karbon,
18

hidrogen dan oksigen yang bisa didapatkan dari oksidasi alkohol primer, klorida,

asam glikol/alkena, hidroformilass (Hart 2003).

2. Alkohol

a. Alkohol Primer : gugus –OH terletak pada atom C primer (atom C yang

mengikat hanya 1 atom C lainnya).

b. Alkohol Sekunder : gugus –OH terletak pada atom C sekunder.

c. Alkohol Tersier : gugus –OH terletak pada atom C tersier.

3. Asam Karboksilat

Turunan hidrokarbon dengan sebuah atom karbon ujung yang mempunyai

ikatan rangkap ke oksigen dan sebuah gugus hidroksil disebut asam karboksilat

yang diturunkan dari hidrokarbon alkana yang mempunyai rumus molekul umum

RCO2H yang menyatakan bahwa terdapat gugus karboksil (Brady, 1994)

4. Hidrokarbon

Hidrokarbon dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar yaitu alkana, alkena,

alkuna, dan hidrokarbon aromatik. Hidrokarbon ada yang bersifat jenuh dan tidak

jenuh. Hidrokarbon juga memiliki struktur dan rumus molekul yang bermacam –

macam sesuai dengan atom karbon yang berikatan pada setiap rangkaiannya

(Brown, 1997)

2.1.8 Analisis FTIR (Fourier Transform Infra Red)


Salah satu jenis spektroskopi adalah spektroskopi infra red (IR).

Spektroskopi ini didasarkan pada vibrasi suatu molekul. Spektroskopi infrared

merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi


19

elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75 – 1.000 μm

atau pada bilangan gelombang 13.000 – 10 cm-1.

Spektroskopi inframerah sangat berguna untuk analisis kualitatif

(identifikasi) dari senyawa organik karena spektrum yang unik yang dihasilkan

oleh setiap organik zat dengan puncak struktural yang sesuai dengan fitur yang

berbeda.

Inframerah merupakan radiasi eletromagnetik dari suatu panjang

gelombang yang lebih panjang dari gelombang tampak tetapi lebih panjang dari

gelombang mikro.

Daerah radiasi sinar infrarmerah terbagi menjadi 3, antara lain

1. Daerah IR dekat (13000-4000 cm-1)

2. Daerah IR tengah (4000-200 cm-1)

3. Daerah IR jauh (200-10 cm-1)

Setiap molekul memiliki harga energi tertentu. Bila suatu senyawa

menyerap energi dari sinar IR maka tingkat energi di dalam molekul itu akan

tereksitasi ketingkatan energi yang lebih tinggi. Sesuai dengan energi yang diserap

maka yang akan terjadi pada molekul itu adalah perubahan energi vibrasi yang

diikuti dengan perubahan energi rotasi. Interaksi ini terjadi dengan syarat adanya

perubahan momen dipol sebagai akibat dari vibrasi.

Setiap senyawa pada keadaan tertentu telah mempunyai tima macam

gerak, yaitu:

1. Gerak Translasi, yaitu perpindahan dari satu titik ke titik lain.

2. Gerak Rotasi, yaitu berputar pada porosnya.


20

3. Gerak vibrasi, yaitu bergetar pada tempatnya.

Metode spektroskopi inframerah ini dapat digunakan untuk

mengidentifikasi suatu senyawa yang belum diketahui, karena spektrum yang

dihasilkan spesifik untuk senyawa tersebut. Daerah serapan spektrum dapat dilihat

pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Daerah serapan senyawa

Ikatan Tipe Senyawa Daerah frekuensi (cm-1)


C–H Alkana 2850-2960
1350-1470
C–H Alkena 3020-3080
675-870
C–H Aromatik 3000-3100
690-995
C–H Alkuna 3300
C=C Alkena 1610-1680
C=C Cincin aromatik 1500-1600
C–O Alkohol, eter, asam 1050-1300
karboksilat, ester
C=O Aldehida, keton, asam 1690-1760
karboksilat, ester
O–H Fenol, monomer alkohol 3590-3650
Alkohol ikatan hidrogen 3200-3600

Monomer asam 3500-3650


karboksilat,
Ikatan hidrogen asam 2500-2700
karboksilat
N–H Amina, amida 3300-3500
NO2 Senyawa Nitro 1500-1570
1300-1370

Gugus fungsi juga merupakan gugus atom yang menjadi ciri khas suatu

golongan senyawa karbon dan menentukan sifat kimianya. Apabila suatu senyawa

karbon mempunyai rumus molekul sama dapat menghasilkan isomer fungsional.

Senyawa- senyawa karbon yang saling berisomer fungsional yaitu: alkohol


21

dengan ester, aldehid dengan keton dan asam karboksilat dengan ester. Isomer

posisi terjadi jika gugus fungsi yang diikat berpindah dari posisi semula.

Sedangkan isomer rangka atau rantai terjadi jika gugus alkil yang diikat pada

rantai induk berpindah dari posisi semula.

2.2 Peneitian Terkait

Pada penelitian ini menggunakan metode geokimia fluida yang adalah

metode yang berguna untuk menganalisis proses lateral dan vertikal dan tren di

system panas bumi, seperti darah dan urin analisis untuk menentukan fungsi dari

organ-organ dalam tubuh manusia. Cairan studi geokimia di lapangan prospek

Panas Bumi Kendalisodo telah dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang

jenis dan karakteristik cairan, untuk memprediksi suhu waduk, dan model bawah

permukaan siklus hidrogeokimia.

Dari analisis cairan geokimia, konstituen yang paling signifikan adalah

HCO3, dan dengan demikian semua cairan diklasifikasikan menjadi air

bikarbonat. Berdasarkan analisis geothermometri, suhu reservoir rata-rata dihitung

sekitar 175oC dan diklasifikasikan ke dalam sistem entalpi menengah.

Pada penelitian terkait yang kedua ini, daerah lapangan panasbumi ZW

terletak pada Provinsi Jawa Barat menunjukkan keadaan geologi yang

memungkinkan untuk terdapatnya sumber daya panas bumi. Posisinya terletak

pada jalur pegunungan api sehingga memungkinkan terbentuknya suatu olume

panas bumi. Pada daerah ini ditemukan manifestasi panas bumi berupa mataair

panas dan olumeter. Kimia fluida di daerah panas bumi mengandung informasi

penting mengenai kondisi reservoir, sehingga dilakukan anilisis kimia fluida


22

untuk menentukan karakteristik geokimia dan potensi sumber daya dari lapangan

panas bumi ZW. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dan analisis dari data kimia fluida panas bumi. Hasil data diperoleh dari

pengambilah 5 contoh air panas dari 12 manifestasi yang muncul disekitar lokasi

penelitian. Contoh air panas yang diambil berasal dari mata air panas Cipayung,

Citeduh, Cibeuning, Siun dan kawah Basah. Berdasarkan hubungan rasio unsur

kimia dan plotting pada diagram segitiga Giggenbach (Giggenbach, 1988)

terhadap suatu volume panas bumi, analisis sifat fisik dan analisis geokimia maka

manifestasi kawah Citeduh, Cipayung, kawah Basah dan Cibeuning berada pada

zona upflow. Sedangkan Mata air Panas Siun berada pada zona outflow.

Kaitan penelitian terkait yang kelima dengan penelitian ini adalah

memiliki metode penelitian yang sama dengan menggunakan alat spektroskopi

FTIR tapi berbeda pada sampel yang diuji.

Berdasarkan dari jurnal – jurnal penelitian terkait yang sudah dibaca oleh

penulis, maka penulis dalam kesempatan ini tertarik untuk melakukan penelitian

di bidang geokimia mengenai tipe fluida dan gugus fungsi molekul fluida.

Tabel 2.2 Daftar jurnal penelitian terkait


NO NAMA PENULIS VOL/NO/EDISI JUDUL
.
1. Yoga Ariwibowo, Heri Vol.33 No.1 Tahun 2012 Studi Geokimia Air
Nurohman Panas Area Prospek
Panas Bumi Gunung
Kendalisodo Kabupaten
Semarang Provinsi Jawa
Tengah.
2. Wirga Zulwidyatama Vol.6 No.2 Tahun 2014 Analisis Geokimia
Fluida Untuk Penentuan
Potensi Sumber Daya
Panas Bumi Lapangan
23

ZW, Kabupaten Garut,


Provinsi Jawa Barat.
NO PENULIS VOL/NO/EDISI JUDUL
.
3. Rahmatul Hidayat, Vol.6 No.2 Tahun 2014 Penentuan Tipe Fluida
Ardian Putra. Sumber Mata Air Panas
di Kecamatan Gunung
Talang, Kabupaten
Solok.
4. Yohanes Brahmo Vol.32 No.3 Tahun 2011 Studi Geokimia Fluida
Emianto, Yoga Panas Bumi Daerah
Ariwibowo Prospek Panas Bumi
Nglimut, G. Ungaran
Kecamatan Limbangan,
Kabupaten Kendal Jawa
Tengah

5. Choirul Anam, Vol.10 No.1 Tahun 2007 Analisis Gugus Fungsi


Sirojudin Pada Sampel Uji,
Bensin dan Spiritus
Menggunakan Metode
Spektroskopi FTIR.

2.3 Kerangka Pemikiran

Dasar pemikiran penelitian ini yaitu di dalam lingkungan sekitar kita

terjadi fenomena – fenomena alam seperti adanya air panas, lumpur panas, tanah

beruap dll. Fenomena – fenomena alam ini menunjukkan adanya suatu sumber

panas di bawah permukaan bumi, yang menandakan bahwa pada daerah tersebut

memiliki potensi panas bumi. Dalam sistem panas bumi terdapat fluida panas, dan

terdapat wadah tempat fluida berkumpul dan terakumulasi yang biasa disebut

reservoir. Reservoir di dalam perut bumi mencapai titik jenuh sehingga mencari

jalan keluaran melalui rekahan – rekahan. Melalui rekahan – rekahan tersebut

muncullah manifestasi permukaan berupa mata air panas.

Dari manifestasi mata air panas ini kita memiliki kesempatan untuk

meneliti potensi panas bumi suatu daerah. Dalam kegiatan eksplorasi panas bumi
24

ada banyak metode yang digunakan, salah satunya adalah metode geokimia.

Dengan metode ini kita dapat mengetahui tipe dan gugus fungsi dari fluida

manifestasi dan memprediksi temperatur reservoir dan untuk mengetahui jenis

pemanfaatan dari potensi panas bumi di daerah penelitian. Kerangka pemikiran

dapat dilihat pada Gambar 2.

RESERVOIR

BATUAN PENUDUNG

(CAP ROCK)

REKAHAN

MANIFESTASI
(MATA AIR PANAS)

ANALISIS TIPE FLUIDA

ANALISIS GUGUS FUNGSI

Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran


25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Secara administratif lokasi penelitian masuk dalam wilayah desa Wineru,

Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara.

Gambar 3.1 Lokasi penelitian desa Wineru, Kabupaten Minahasa Utara

3.2 Alat dan Bahan

Penelitian ini menggunakan alat dan bahan sebagai berikut :

1. Termometer, digunakan untuk mengukur temperatur manifestasi (gambar

terlampir)

2. GPS, digunakan untuk menentukan koordinat UTM manifestasi (gambar

terlampir)
26

3. pH meter, digunakan untuk mengukur tingkat keasaman fluida (gambar

terlampir)

4. Kamera, digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan lapangan (gambar

terlampir)

5. Photometer SpectroDirect, digunakan untuk menganalisa kandungan ion

sulfat dan klorida fluida (gambar terlampir)

6. Spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infra Red), digunakan untuk

menganalisa gugus fungsi fluida (gambar terlampir)

7. Reagen Chloride, Sulphure, Bicarbonate¸digunakan untuk memicu reaksi

ion fluida dalam kegiatan analisa. (gambar terlampir)


27

3.3 Desain Penelitian dan Jenis Penelitian

Rancangan penelitian ini memerlukan tahapan atau langkah penelitian

yang tesusun secara sistematis, agar memperoleh hasil yang baik. Tahapan yang

pertama, saat menemukan masalah, masuk dalam studi literatur sebagai teori dasar

dari penelitian, mempersiapkan peta lokasi penelitian, mempersiapkan alat dan

bahan yang akan digunakan dalam penelitian dan juga keperluan administrasi

berupa ijin untuk melakukan survey di lapangan. Kemudian masuk pada kegiatan

lapangan dimana akan dilakukan pengambilan data parameter fisik yang dapat

diukur dan pengambilan sampel untuk diuji laboraturium. Setelah itu dilakukan

pengolahan data dari hasil analisa laboraturium kita mengambil kesimpulan dari

teori yang kita pelajari. Dari hasil pengolahan data kemudian dengan

menggunakan metode perbandingan data geokimia fluida dengan daerah lapangan

panas bumi yang telah dieksplorasi peneliti memperkirakan besar cadangan energi

panas bumi di desa Wineru. Diagram desain penelitian dapat dilihat pada Gambar

3.2.
28

PERMASALAHAN

PERSIAPAN STUDI LAPANGAN


PENELITIAN

Studi PENGAMBILAN PENGAMBILAN


Literatur DATA FISIS SAMPEL AIR
Persiapan
Alat dan
Temperatur Tipe Fluida

pH Gugus
fungsi

PENENTUAN TIPE FLUIDA DAN GUGUS FUNGSI


FLUIDA

Gambar 3.2 Diagram desain penelitian


29

3.4 Variabel Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah

1. Tipe fluida

2. Gugus fungsi molekul fluida

NO KETERANGAN LOKASI
PARAMETER TITIK MANIFESTASI (KOORDINAT)
1 SUHU MANIFESTASI
2 SUHU UDARA
3 pH
Tabel 3.1 Parameter pengukuran di lapangan

Sampel yang sudah diambil di lapangan kemudian disimpan di dua

wadah. Wadah pertama dibawa ke laboraturium air untuk diuji agar diketahui tipe

fluida dari manifestasi mata air panas tersebut. Kemudian wadah kedua di bawah

ke laboraturium fisika untuk diuji gugus fungsi molekulnya menggunakan alat

FTIR (Fourier Transform Infra Red).

Tabel 3.2 Parameter kandungan kimia fluida hasil analisa Laboraturium

Komposisi
MANIFESTAS TOTAL
Bikarbonat
I Klorida (Cl) Sulfat (SO4) (ppm)
(HCO3)

Tabel 3.3 Parameter frekuensi gelombang dan jenis gugus fungsi fluida hasil
analisis laboraturium

No. Daerah serapan Transmisi Gugus Jenis Senyawa


senyawa (cm-1) (%) Fungsi
1
2
30

3
4
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Berdasarkan Gambar 3.3, kegiatan pertama yang dilakukan adalah

pengukuran langsung temperatur manifestasi, temperatur udara, dan pH air.

Setelah melakukan pengukuran, dilakukan pengambilan sampel dan kemudian

akan dilakukan uji lab. Di dalam penelitian ini penentuan tipe fluida manifestasi

panasbumi daerah penelitian menggunakan diagram ternary dengan cara

mengubah data hasil kandungan ion klorida, sulfat, dan bikarbonat dalam bentuk

persentase, kemudian diplot dalam diagram ternary. Sedangkan untuk

menganalisis gugus fungsi fluida digunakan alat Spektroskopi FTIR.


31

PENGUMPULAN DATA

TEMPERATUR MANIFESTASI

TEMPERATUR UDARA

SAMPEL AIR

UJI LAB

KANDUNGAN Cl, SO4,


GUGUS FUNGI FLUIDA
HCl2

OLAH DATA (PLOTTING


DIAGRAM TERNARY)

PENENTUAN TIPE FLUIDA DAN GUGUS FUNGSI MOLEKUL FLUIDA

Gambar 3.3 Diagram Alir Pengolahan Data


32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tipe Fluida Manifestasi Panas Bumi Desa Wineru

Lokasi manifestasi panas bumi ini terdapat di daerah perkebunan warga

desa Wineru dan berdekatan dengan gardu induk milik PT. PLN (Persero).

Dengan koordinat GPS (N : 0732852) & (E : 0183581). Mata air panas ini

memiliki suhu 71oC dengan suhu udara 31,3oC. Nilai pH fluida pada mata air

panas ini adalah 6,89 atau hampir mendekati normal. Kenampakan fisik mata air

panas desa Wineru adalah : air jernih, tidak berbau, dan terdapat endapan lumpur.

Gambar 4.1 Mata air panas desa Wineru (Maret 2017)


33

Tabel 4.1 Data hasil pengukuran di lapangan

Desa Wineru (N : 0732852) & (E : 0183581)


Temperatur Temperatur pH Keterangan
Udara (To) Manifestasi Manifestasi
31,3 71 6,89 Air jernih, tidak berbau, pH
netral, terdapat endapan sinter
travertin.

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa manifestasi mata air

panas di desa Wineru termasuk kategori mata air panas karena suhu air lebih dari

50oC di mana suhu manifestasi di desa Wineru mencapai suhu 71oC.

Setelah dilakukan pengukuran parameter fisis di lapangan dilakukan

pengambilan sampel fluida untuk dilakukan analisis laboraturium di laboraturium

PT. PLN (Persero) PLTP Lahendong dengan menggunakan alat Photometer

SpectroDirect dan metode titrasi, sehingga diperoleh data hasil pengujian

laboraturium seperti pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Data hasil pengujian kandungan kimia fluida

Komposisi
MANIFESTAS TOTAL
Bikarbonat
I Klorida (Cl) Sulfat (SO4) (ppm)
(HCO3)
Mata Air Panas 4,4 74 622,37 700,77

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa fluida manifestasi di desa

Wineru memiliki kandungan klorida dan sulfat yang sangat rendah tetapi dengan

kandungan bikarbonat yang sangat tinggi.


34

Dalam menentukan tipe fluida mata air panas berdasarkan analisa

geokimia mata air panas peneliti menggunakan klasifikasi diagram Trilinier

berdasarkan kandungan relatif anion klorida, sulfat, dan bikarbonat yang

diperoleh. Langkah pertama adalah menghitung persentase kandungan terlebih

dahulu. Perhitungan mengunakan rumus sebagai berikut:

% ion = (jumlah ion /∑ Konsentrasi) * 100

∑ Konsentrasi = Cl (mg/l) + SO4 (mg/l) + HCO3 (mg/l)

= 4,4 + 74 + 622,37

= 700,77

1. Persentase ion klorida : %Cl = (4,4/700,77) * 100

= 0,0062 * 100

= 0,62 >> Dibulatkan menjadi 1 %

2. Persentase ion sulfat : %SO4 = (74/700,77) * 100

= 0,10 * 100

= 10 %

3. Persentase ion bikarbonat : %HCO3 = (622,37/700,77) * 100

= 0,889 * 100

= 88,9 >> dibulatkan menjadi 89 %


35

Tabel 4.3 Kandungan Cl, SO4, HCO3

DATA KIMIA PRESENTASE (%)


Nama Total Total Tipe
Lokas Cl SO4 HCO3
Air
i
(mg/l) (mg/l) (mg/l) Cl SO4 HCO3

WNR 4,4 74 622,3 700,7 1 10 89 100 HCO


7 7 3

Berdasarkan hasil persentase pada tabel 4.3 dilakukan plotting dalam

diagram ternary, sehingga mendapatkan hasil plot seperti pada gambar 4.2.
36

Gambar 4.2 Diagram Ternary Manifestasi Panas Bumi desa Wineru


(Plotting 1 April 2017)

Dari hasil plotting diagram ternary menunjukkan titik pertemuan berada

pada daerah bikarbonat, yang menunjukkan bahwa tipe fluida manifestasi mata air

panas desa Wineru adalah bikarbonat dengan konsentrasi di dominasi ion HCO 3

yang diduga berasosiasi dengan naikknya fluida panas bumi yang mengandung

gas terutama CO2 kemudian mengalami kondensasi di dalam akuifer dangkal. Hal

ini didukung dengan banyaknya sumber mata air lain yang berdekatan dengan

manifestasi mata air panas di desa Wineru. Nilai pH mendekati normal

dikarenakan reaksi dengan batuan lokal baik pada reservoar dangkal atau selama

proses naik ke permukaan.

Sistem panas bumi di daerah Minahasa Utara yang berada pada

lingkungan vulkanik muda Gunung Duasudara, Gunung Tangkoko, Gunung

Klabat, dan Gunung Mahawu diduga berasosiasi dengan sistem panas bumi

vulkanik. Oleh karena itu yang berperan sebagai heat source atau sumber panas

dalam sistem panas bumi ini adalah batuan vulkanik dan batuan plutonik muda

yang terbentuk pada periode yang sama dengan terbentuknya deretan gunung api

aktif tersebut. Sistem panas bumi yang berada pada deretan pegunungan dengan

kondisi topografi tinggian, maka daerah ini berada pada zona resapan air hujan.

Hal ini didukung pula dengan kondisi sistem kekar serta sesar akibat proses

tektonik yang intensif, maka daerah ini memiliki permeabilitas yang baik.

Telah dilakukan penelitian terdahulu mengenai tipe fluida manifestasi di

desa Tondangow yang dilaksanakan oleh Atika M. Sumule pada tahun 2016 dan
37

didapatkan hasil tipe fluida manifestasi desa Tondangow adalah Bikarbonat.

Perbandingan data persentase kandungan ion fluida manifestasi di desa

Tondangow dan Wineru dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Tabel perbandingan tipe fluida manifestasi desa Wineru dengan
manifestasi desa Tondangow.

Wineru Lahendong
Bikarbonat : 89 % Bikarbonat : 82 %
Sulfat : 10 % Sulfat : 14 %
Klorida : 1 % Klorida : 3 %
Suhu Manifestasi : 70oC Suhu : 87,8oC

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat perbandingan data kimia fluida

manifestasi panas bumi di desa Wineru dengan fluida manifestasi panas bumi di

lapangan panas bumi Lahendong tepatnya di desa Tondangow memiliki tipe yang

sama yaitu tipe Bikarbonat dengan persentase kandungan ion HCO 3, Cl, dan SO4

yang tidak berbeda jauh. Suhu manifestasi di desa Wineru juga memiliki suhu

yang tinggi maka diprediksi pada daerah Minahasa Utara memiliki potensi sumber

daya panas bumi yang cukup besar maka diperlukan survei lebih lanjut

menggunakan metode geofisika agar memperoleh hasil yang lebih rinci dan

akurat.

Berdasarkan hasil pembahasan dapat dilihat bahwa fluida manifestasi mata

air panas di desa Wineru bertipe bikarbonat. Air tipe ini banyak mengandung CO2,

pada sistem yang berasosiasi dengan batuan vulkanik biasanya air bikarbonat

terbentuk pada bagian yang dangkal di tepi lapangan oleh kondensasi uap di

bawah permukaan air tanah. Manifestasi ini terbentuk di zona outflow yang jauh
38

dari reservoir dan fluidanya dipengaruhi oleh meteoric water. Berikut ini ciri –

ciri air bikarbonat :

1. Terbentuk pada daerah pinggir dan dangkal dari sebuah sistem panas

bumi.

2. Terbentuk akibat absorbsi gas CO2 dan kondensasi uap air ke dalam air

tanah.

3. Anion utama adalah HCO3 dan kation utama adalah Na.

4. Kandungan Cl rendah dan SO4 bervariasi.

5. Tidak disarankan menggunakan fluida jenis ini untuk perhitungan dengan

Geothermometer alkali karena akan memberikan hasil yang terlalu tinggi.

Geothermometer yang disarankan adalah geothermometer gas atau SiO.

4.2 Gugus Fungsi Fluida Manifestasi Panas Bumi Desa Wineru

Analisa gugus fungsi fluida manifestasi ini di lakukan bertujuan untuk

memperjelas ikatan atom yang terjadi pada senyawa bikarbonat (HCO3). Analisa

ini menggunakan alat spektofotometer infra merah yaitu Spektroskopi FTIR

(Fourier Transform Infra Red).

Dari hasil analisa laboraturium fisika Universitas Negeri Manado

menggunakan alat Spektroskopi FTIR didapatkan hasil seperti pada Gambar 4.3
39

Gambar 4.3 Hasil analisa Spektroskopi FTIR fluida manifestasi panas bumi desa
Wineru

Peneliti dalam kesempatan ini menggunakan metode Spektrofotometer

FTIR karena metode ini termasuk murah dan cepat, serta spektrum gelombang

infra merah yang dihasilkan senyawa adalah khas dan oleh karena itu dapat

menyajikan sebuah finger print atau sidik jari untuk senyawa yang diuji.

Berdasarkan hasil identifikasi spektrum gelombang diatas hasil analisa daerah

serapan senyawa fluida manifestasi mata air panas desa Wineru dapat dilihat pada

Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Daerah serapan senyawa fluida manifestasi panas bumi desa Wineru

No. Daerah serapan Transmisi Gugus Jenis Senyawa


senyawa (cm-1) (%) Fungsi
1 2069,4 99,032 O–H Alkohol, fenol (ikatan
H)
2 1986 59,638 - -
3 1607,3 60,36 C=C Alkena
4 1559,1 78,124 C=C Aromatik
5 1363,6 100,15 C–H Alkana
40

No. Daerah serapan Transmisi Gugus Jenis Senyawa


senyawa (cm-1) (%) Fungsi
6 1297,4 124,25 C–N Amina
7 1234,8 273,97 C–O Alkohol, eter, asam
karboksilat, ester
8 807, 17 143,29 C–H Alkena, aromatik
9 730 303,4 C–H Alkena, aromatik
10 566,02 419,85 - -

Hasil spektrum gelombang pada tabel di atas di dapatkan penjelasan sebagai

berikut:

1. Bilangan gelombang 2069,4 cm-1 merupakan senyawa Alkohol, fenol

jenis ikatan H dengan gugus fungsi O–H dengan intensitas berubah –

ubah.

2. Bilangan gelombang 1607,3 cm-1 merupakan senyawa Alkena dengan

gugus fungsi C=C dengan intensitas berubah – ubah.

3. Bilangan gelombang 1559,1 cm-1 merupakan senyawa Aromatik dengan

gugus fungsi C=C dengan intensitas berubah – ubah.

4. Bilangan gelombang 1363,6 cm-1 merupakan senyawa Alkana dengan

gugus fungsi C–H dengan intensitas kuat.

5. Bilangan gelombang 1297,4 cm-1 merupakan senyawa Amina dengan

gugus fungsi C–N dengan intensitas kuat.

6. Bilangan gelombang 1234,8 cm-1 merupakan senyawa Alkohol, eter, asam

karboksilat, ester dengan gugus fungsi C–O dengan intensitas kuat.

7. Bilangan gelombang 807,17 cm-1 merupakan senyawa Alkena aromatik

dengan gugus fungsi C–H dengan intensitas kuat.

8. Bilangan gelombang 730 cm-1 merupakan senyawa Alkena aromatik

dengan gugus fungsi C–H dengan intensitas kuat.


41

9. Bilangan gelombang 2069,4 cm-1 dan 566,02 cm-1 tidak teridentifikasi

senyawa serta gugus fungsinya.

Dari hasil identifikasi di atas, tipe fluida bikarbonat manifestasi panas

bumi di desa Wineru memiliki gugus fungsi Alkohol, Alkana, Aromatik dan Eter.

Gugus fungsi alkohol dan eter adalah senyawa karbon yang mengandung

atom oksigen berikatan tunggal. Kedudukan atom oksigen di dalam alkohol dan

eter serupa dengan kedudukan atom oksigen dalam molekul air. Oleh karena itu

dapat dikatakan bahwa struktur alkohol sama dengan struktur air. Satu atom H

pada air merupakan residu hidrokarbon (gugus alkil) pada alkohol. Struktur eter

dikatakan sama dengan struktur air karena kedua atom H pada air merupakan

gugus alkil pada eter.


42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan serta

analisis tipe fluida dan gugus fungsi fluida manifestasi mata air panas di desa

Wineru, maka kesimpulan penelitian ini secara umum yaitu:

1. Tipe fluida manifestasi panas bumi di desa Wineru adalah tipe fluida

Bikarbonat dengan kandungan HCO3 sebesar 622,37 ppm. Kandungan

HCO3 yang tinggi diduga berasosiasi dengan naiknya fluida panas bumi

yang mengandung gas terutama CO2 kemudian mengalami kondensasi di

dalam akuifer dangkal. Hal ini didukung dengan ditemukannya sejumlah

mata air lain yang berdekatan dengan manifestasi mata air panas desa

Wineru. Manifestasi panas bumi di desa Wineru termasuk dalam kategori

mata air panas karena memiliki suhu di atas 50oC yaitu 71oC, berdasarkan

intensitasnya manifestasi ini termasuk kategori Manifestasi Direct

Discharge karena mata air ini secara kontinyu mengeluarkan air fluidanya.

Manifestasi ini memiliki ciri fisik berupa air jernih, tidak berbau, pH

netral, terdapat endapan sinter travertine dengan pH 6,89 atau hampir

mendekati angka normal.

2. Gugus fungsi fluida manifestasi panas bumi di desa Wineru adalah

Alkohol, Alkana, Aromatik, dan Eter.


43

2.2 Saran

Sistem panas bumi di daerah Minahasa Utara berada pada model sistem

panas bumi daerah tinggian (high terrain) yang berasosiasi dengan kegiatan

magmatisme dan vulkanisme. Intensitas aktifitas tektonik yang tinggi juga

memperbanyak pembentukkan daerah – daerah dengan permeabilitas dan

berporositas baik. Banyaknya akuifer dangkal menandai bahwa suplai fluida di

daerah resapan sangat baik. Dari kondisi di atas ini menandai ada sistem panas

bumi yang memiliki potensi besar. Maka disarankan perlu dilakukan penyelidikan

lebih lanjut menggunakan metode geofisika agar mendapatkan hasil yang lebih

rinci.

DAFTAR PUSTAKA

Ariwibowo,Y. dan Emianto, B.Y. (2007) : Studi geokimia fluida panasbumi


daerah prospek panasbumi Nglimut, G. Ungaran Kec. Limbangan, Kab.
Kendal Jawa Tengah. Jurnal Teknik Volume 32. No. 3. Juli 2011.
44

Ariwibowo, Y. (2011) : Prediksi temperatur reservoar panasbumi dengan


menggunakan metoda geotermometer kimia fluida. Jurnal Teknik
Volume 32. No. 3. Tahun 2011.
Brady, J. (1994) : Kimia Universitas. Erlangga, Jakarta.
Brown, T. L. dan Lemey, E. (1997) : Chemistry the Central Science. Printice Hall.
INC, New Jersey.
Anam, C. dan Sirojudin : Analisis gugus fungsi pada sampel uji, Bensin dan
Spiritus menggunakan metode Spektroskopi FTIR. Jurnal Berkala Fisika
Volume 10. No. 1. Tahun 2007.
DiPippo, R. (2005). Geothermal Power Plants: Principles, Applications, Case
Studies and Environmental Impact. Dartmouth, Massachusetts. BH.
Hermawan, D. Widodo, S. dan Mulyadi, E. (2012) : Sistem panas bumi daerah
Candi Umbul-Telomoyo berdasarkan kajian geologi dan geokimia.
Makalah Ilmiah Volume No. 1. Tahun 2012, Pusat Sumber Daya
Geologi.
Ellis, A.J. dan Mahon, W.A.J. (1977) : Geochemistry and Geothermal System,
Academic Press, New York.
Fessenden, R.J. (1986) : Organic Chemistry (Edisi 2), Willard Grant Press
Publisher, USA.
Giggenbach, WF (1988) : Chemical techniques in Geothermal exploration, New
Zealand
Hart, H. (2003) : Kimia Organik, Terjemahan Seminar Setiadi Achmadi,
Erlangga, Jakarta.
Makhrani (2013) : Delineasi model tentatif sistem geothermal dan interpretasi
komprehensif berdasarkan analisis geofisika, geokimia dan geologi.
Jurnal Volume. 3 No. 2. Tahun 2013.
Masella, LP. (2016) : Tipe Fluida Manifestasi Panas Bumi Mata Air Hangat Di
Kelurahan Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Provinsi
Sulawesi Utara. Skripsi Jurusan Fisika FMIPA UNIMA, Minahasa.
Nicholson, K. (1993) : Geothermal Fluids: Chemistry and exploration techniques.
Springer-Verleg, Berlin Heldedeberg.
Hidayat, R. dan Putra, A. (2014) : Penentuan tipe fluida sumber mata air panas di
Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok. Jurnal Ilmu Fisika
Volume 6. No. 2. September 2014.
Saptadji, N. (2001) : Teknik Panas Bumi. Bandung, ITB.
45

Saptadji, N. (2006) : Update on Geothermal Development in Indonesia, Proc.


New Zealand Geothermal Workshop 2006, Auckland, New Zealand.
Saptadji, N. (2008) : Sekilas Tentang Panas Bumi. Bandung, ITB.
Sumule, AM. (2016) : Tipe Fluida Manifestasi Panas Bumi Di Kelurahan
Tondangow Kecamatan Tomohon Selatan Provinsi Sulawesi Utara.
Skripsi Jurusan Fisika FMIPA UNIMA, Minahasa.
Surhayadi. (1984) : Geohidrologi. Universitas Yogyakarta, Yogyakarta.
Zulwidyatama, W. (2014) : Analisis geokimia fluida untuk penentuan potensi
sumberdaya panasbumi lapangan ZW, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa
Barat. Jurnal Vol 6. No. 2. Tahun 2014.

Lampiran 1

Kegiatan pengambilan data di lapangan


46

Gambar 5.1 Pengukuran temperatur udara

Gambar 5.2 Pengambilan sampel fluida

Gambar 5.3 Pengukuran suhu manifestasi

Lampiran 2

Peta Geologi Minahasa Utara


47

Gambar 5.4 Peta geologi Minahasa Utara

Lampiran 3
48

Peta Geologi Lahendong

Gambar 5.5 Peta Geologi Lahendong

Gambar 5.5 Lima surute (garis hitam diarsir) yang terdapat di Indonesia akibat
dinamika tektonikyang terjadi (Setiawan, dkk. 2007)
49

Gambar 5.7 Peta seismotektonik daerah manado dan sekitarnya (Setiawan, dkk.

2007)
50

Lampiran 4

Alat dan Bahan

Gambar 5.8 Termometer

Gambar 5.9 GPS (Global Positioning System).

Gambar 5.10 pH meter.


51

Gambar 5.11 Kamera (google images)

Gambar 5.12 Photometer SpectroDirect

Gambar 5.13 Spektroskopi FTIR


52

Gambar 5.14 Reagen


53

Lampiran 5

Surat isin pengambilan data di Laboraturium PLTP Lahendong


54

Lampiran 6

SK Ujian Hasil Skripsi

Anda mungkin juga menyukai