Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertambangan merupakan suatu industri yang mengolah sumber daya alam

dengan memproses bahan tambang untuk menghasilkan berbagai produk akhir

yang dibutuhkan umat manusia. Oleh karena itu, bahan tambang merupakan salah

satu ikon yang sangat dibutuhkan oleh dunia saat ini, dimana dengan

berkembangnya zaman bahan tambang merupakan kekayaan alam yang nomor

satu di Indonesia bahkan dunia sekalipun. Kekayaan alam yang terkandung

didalamnya bumi dan air yang biasa disebut dengan bahan-bahan galian, dimana

terkandung dalam pasal 33 ayat 3 tahun UUD 1945 yang berbunyi bahwa bumi,

air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan

dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Amanat UUD 1945

ini merupakan landasan pembangunan pertambangan dan energi untuk

memanfaatkan potensi kekayaan sumber daya alam, mineral dan energi yang

dimiliki secara optimal dalam mendukung pembangunan nasional yang

berkelanjutan.

Negara Indonesia merupakan salah satu negara pemilik pertambangan

terbesar di dunia. Adanya lingkungan pertambangan ini masyarakat Indonesia

selalu berlomba-lomba berada didalamnya, karena pertambangan merupakan

perindustrian yang mendunia dan bagi masyarakat Indonesia yang berkecimpung

di dunia perindustrian pertambangan ini merupakan suatu keberuntungan

1
tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Dimana bahan tambang digolongkan dalam

beberapa jenis tambang diantaranya logam, mineral industri, dan mineral energi,

dengan demikian nilai harga hasil bahan tambang ini sangatlah fantastik maka

dari itu masyarakat khususnya masyarakat Indonesia mempunyai nilai positif

dalam hubungannya dengan dunia industri pertambangan.

Salah satu sumber daya alam yang terdapat di Indonesia adalah galian

industri yaitu batu. Batu adalah suatu benda yang terdiri dari berbagai campuran

mineral yang berasal dari magma. Batuan terdiri dari tiga jenis yaitu:

1. Batuan beku, yaitu batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma

yang berasal dari dalam perut bumi yang naik menuju permukaan dan

membeku dipermukaan menjadi batuan padat.

2. Batuan sedimen yaitu batuan yang terbentuk oleh proses pengendapan

mineral dan partikel-partikel batuan. Pada umumnya batuan sedimen

membentuk susunan yang berlapis-lapis.

3. Batuan metamorf yaitu batuan yang mengalami perubahan dari batuan

induknya, akibat pengaruh temperatur, tekanan, ataupun keduanya serta

larutan yang aktif secara kimia.

Di Indonesia cukup banyak terdapat batuan beku, batuan sedimen, dan

batuan metamorf yang berumur pra tersier sampai quarter sebagai akibat proses

geologi yang telah berlangsung jutaan tahun. Secara keseluruhan menghasilkan

berbagai jumlah bahan galian industri yang cukup banyak, namun secara setempat

2
mempunyai jumlah yang mungkin sangat terbatas. Salah satu contohnya batu

marmer.

Kebutuhan marmer sebagai salah satu material untuk konstruksi bangunan

terus meningkat seiring dengan pembangunan di Indonesia yang dalam

pemenuhan kebutuhannya didatangkan dari luar negeri atau impor (Muhammad

A. dkk.). Untuk mengurangi impor tersebut salah satunya dengan melakukan

peningkatan produksi dalam negeri berupa penambangan yang berlokasi di Desa

Kebutuhjurang, Kecamatan Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa

Tengah berjarak 11 km arah selatan kota Banjarnegara. Sebagai tindak lanjutnya,

maka perlu melakukan pengkajian dalam rangka persiapan penambangan bahan

galian tersebut yang sangat membantu pemerintah daerah untuk memberikan

informasi baik dari segi investor atau peminat lainnya untuk melakukan kegiatan

pemanfaatan potensi bahan galian marmer, sehingga dapat meningkatkan

perekonomian daerah tersebut.

Marmer terbentuk melalui proses metamorfosa dari batugamping akibat

tekanan dan panas yang tinggi menjadikan mineral-mineral yang terkandung

dalam pembentukannya antara 30 60 juta tahun pada zaman Tersier hingga

Kuarter.

Secara regional geologi daerah Kebutuhjurang ini termasuk pada peta

geologi lembar Banjarnegara dan Pekalongan dengan tatanan geologi rumit;

terdiri atas batuan beku intermediet sampai basa, batuan sedimen dan batuan

3
metamorf tercampur akibat proses tektonik membentuk struktur batuan campur

aduk (melange) (Condon, W.H.,dkk.;1996).

Geologi lokal daerah pengkajian terdiri dari batuan sedimen berupa

lempung hitam, breksi andesit, batuan metamorf berupa rijang merah, marmer,

asbes dan serpentin, dan batuan beku berupa andesit dan diorit. Urutan batuan

yang ada di lokasi secara vertikal mulai dari atas ke bawah berurutan batuan

lempung (lapuk), marmer lapuk dan marmer segar.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan seminar geologi ini untuk mempelajari racangan

penambangan marmer di desa Kebutuhjurang, Kecamatan Pagedongan,

Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

Tujuan dari penyusunan seminar ini adalah untuk mengetahui sistem

penambangan marmer Kebutuhjurang menerapkan metode kuari .

1.3 Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam seminar geologi ini, yaitu

membahas mengenai penambangan yang memerlukan suatu rancangan yang

efisien dengan sistem penambangan menerapkan metode kuari.

1.4 Metode Penelitian

Dalam rangka pengkajian suatu rancangan penambangan bahan galian

marmer ini untuk mendapatkan hasil yang memadai perlu penerapan metode

kajian yang tepat dan menyeluruh yaitu pengumpulan data hasil penelitian

4
terdahulu baik berupa laporan, literatur, peta dan informasi lainnya sebagai data

sekunder. Adapun data primernya berupa kegiatan di lokasi yaitu pemetaan

topografi, geologi lokal, hidrologi dan sosial budaya serta pengambilan contoh

batuan untuk dianalisis di laboratorium, kemudian dilakukan analisis/ pengolahan

data dan perancangan tambang serta metoda penambangannya seperti terlihat pada

Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Metodologi rancangan penambangan marmer Desa Kebutuhjurang

1.5 Lokasi Penelitian

Daerah penelitian terletak di Desa Kebutuhjurang, Kecamatan

Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan

Pagedongan terletak diantara7.28o - 7.31o lintang selatan dan diantara 2.40o -

3.47o bujur timur. Luas wilayah Kecamatan Pagedongan adalah seluas 80.55 Km2.

Secara administratif wilayah Kecamatan Pagedongan terletak di sebelah Selatan

Kabupaten Banjarnegara dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

5
- Sebelah Barat : Kecamatan Sigaluh

- Sebelah Utara : Kecamatan Banjarnegara

- Sebelah Timur : Kecamatan Sigaluh

- Sebelah Selatan : Kecamatan Kebumen

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Alam Daerah Penelitian

Gambar 2.1. Peta Geologi Lembar Banjarnegara ( Condon, W.H.,dkk.;1996)

Daerah kebutuhjurang secara administratif terletak di Kecamatan

Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Dengan mengacu

pada peta geologi Lembar Banjarnegara dan Pekalongan, maka daerah penelitian

termasuk dalam Zona Pegunungan Serayu Utara zona selatan yang berelief

curam.

Kondisi fisik wilayah Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat dari aspek

bentukan alam dan topografi, kondisi geologi, kondisi hidrologi atau kondisi air

tanah dan air permukaan serta kondisi klimatologi. Sedangkan jika ditinjau dari

7
bentuk tata alam dan penyebaran geografis, maka kabupaten Banjarnegara dapat

digolongkan dalam tiga wilayah yaitu:

a. Bagian utara, terdiri dari daerah pegunungan Kendeng dengan relief

bergelombang dan curam, bagian ini meliputi wilayah Kecamatan

Kalibening, Karangkobar, Pagentan, Pejawaran, Batur, Madukara,

Banjarmangu dan Punggelan.

b. Bagian tengah, terdiri wilayah dengan relief yang datar merupakan lembah

sungai Serayu yang subur mencakup sebagian wilayah Kecamatan

Banjarnegara, Madukara, Bawang, Purwonegoro, Mandiraja, Purworejo

Klampok, Susukan, Rakit, Wanadadi dan Banjarmangu.

c. Bagian selatan, terdiri dari wilayah dengan relief yang curam merupakan

bagian dari pegunungan Serayu meliputi Kecamatan Banjarnegara,

Bawang, Purwonegoro, Mandiraja Purworejo Klampok dan Susukan.

2.2 Geologi Daerah Penelitian

Mengacu pada pembagian fisiografi Jawa Tengah ( Van Bemmelen 1949),

maka wilayah Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Pagedongan termasuk

dalam Pegunungan Serayu Utara zona selatan. Secara bentukan bentang alam atau

unit geomorfologi daerah sekitar wilayah Banjarnegara. Menurut klasifikasi Van

Zuidam (1983) secara umum dapat dibagi menjadi beberapa satuan geomorfologi,

antara lain berupa: Satuan Geomorfik Fluvial dengan Sub satuan Dataran Banjir,

Satuan Geomorfik Bentukan Struktur, serta Satuan Geomorfik Volkanik dengan

Sub Satuan Geomorfik Endapan Lahar.

8
Susunan stratigrafi daerah Kabupaten Banjarnegara bagian selatan ini

didominasi oleh batuan-batuan berumur Kapur yang terdiri dari Komplek melange

Lok Ulo (KTl), Batuan Terkersikkan (KTm), Batuan Ultrabasa (KTog) dan

grewake (KTs). Formasi atau satuan batuan tersebut berbentuk bongkahan batuan

berbagai ukuran yang tercampur secara tektonik.

Kompleks Luk Ulo (KTl): merupakan melange yang terdiri dari berbagai

bongkahan yang tercampur secara tektonik dalam matriks serpih dan batulanau

gelap yang terkoyakkan. Ukuran bongkah tak seragam dan tersusun dari basal,

rijang hitam dan merah, batuan beku basa dan ultrabasa, sekis dan filit, granit, tufa

tersilisifikasi, batugamping merah dan kelabu. Umumnya bongkahan berbentuk

lonjong. Setiap batas litologi merupakan sentuhan tektonik. Rijang memanjang

searah perlapisan, berselingan dengan batulempung merah, terlipat kuat. Di

beberapa tempat terdapat tanda tanda pelongsoran. Batugamping merah

mengandung radiolaria yang berumur Kapur. Batugamping merah dan rijang

mungkin terendapkan secara biogen di lingkungan laut dalam. Basal umumnya

menjemari dengan rijang dan terdapat sebagai batas tektonik. Granit dan kuarsa

porfiri diduga berasal dari batuan beku. Di bagian yang dikuasai matriks

bongkahan membentuk struktur seperti ikan. Ke arah utara matriks lebih

menonjol. Umur Kapur Akhir Paleosen.

Basa dan Ultrabasa (KTog): gabbro, amfibolit, basal dan serpetinit.

Gabbro berwarna hijau muda, tersingkap di antara napal, setempat batas keduanya

jelas, terdapat sebagai batas tektonik di dalam kompleks Lok Ulo. Basal berupa

lava bantal, teralterasi. Berbatasan dengan basal umumnya berupa sedimen tufaan

9
dan tufa. Serpentinit sebagai sisipan di dalam gabbro dan basal, terdapat sentuhan

dengan sekis atau berbentuk lensa, terbreksikan. Umur Kapur Awal.

Greywacke (KTs): Greywacke dan konglomerat. Greywacke terdapat

sebagai bongkahan atau batas tektonik, berbutir halus kasar, berwarna kelabu tua

kehijauan, lapisan bergradasi, tersusun dari kuarsa, feldspar, kalsit, gelas dan

kepingan batuan, setempat bentuk boudin, di banyak tempat merupakan kepingan

dalam matriks yang menyerpih. Konglomerat polimik. Terendapkan dalam palung

yang mengalami penurunan cepat, bersama dengan batulempung berwarna hitam,

batulanau dan batulumpur sebagai sedimen turbidit. Umur Kapur Akhir Paleosen.

Batuan Terbreksikan (KTm): fragmen batuan sedimen dan batuan

gunungapi teralterasi, granit, porfiri plagioklas kuarsa, gabbro, amfibolit,

serpentinit dan tufa. Terbreksikan, tercampur aduk secara tektonik dan tersesarkan

secara massa di atas batuan sedimen berumur Kapur. Sebagian granit dan porfiri

diduga berasal dari batuan beku dan sebagian lagi berasal dari tufa terkersikkan

dan batuan sedimen yang terkena proses metamorfosis.

Struktur geologi yang berkembang di daerah Kabupaten Banjarnegara ini

antara lain adalah perlipatan, pensesaran, pelurusan, dan pengkekaran yang

melibatkan seluruh batuan berumur Kapur hingga Holosen. Lipatan yang ditemui

mempunyai arah umum baratlaut - tenggara. Jenis sesar berupa sesar naik, sesar

turun, dan sesar geser menganan. Sesar yang ditemui umumnya berarah barat

baratlaut - timur tenggara sampai utara baratlaut - selatan tenggara. Kelurusan

yang sebagian diduga sesar mempunyai pola penyebaran seperti pola sesar dan

10
umumnya mempunyai arah jurus baratlaut - timur tenggara dan baratlaut -

tenggara dengan beberapa timurlaut - baratdaya. Kekar umumnya dijumpai pada

batuan berumur Tersier dan pra-Tersier dan berkembang baik pada batuan

berumur Kapur, yang di beberapa tempat terlihat saling memotong. Pola umum

struktur kompleks melange Lok Ulo berarah Timur Barat dimana blok tektonik

tersusun atas sekis kristalin, filit, marmer, riolit, dasit, batuan mafik dan ultra

mafik, gamping, rijang, serpih silikaan, serpih, batupasir dan konglomerat,

terdapat sebagai keratan tektonik dan sebagai blok fault-bounded. Kompleks ini

ditutupi secara tidak selaras oleh Formasi Karangsambung yang berumur Eosen.

2.3 KLASIFIKASI SUMBER DAYA MINERAL

2.3.1 Klasifikasi sumber daya mineral berdasarkan nilai strategisnya

Berdasarkan kaitannya bahan galian sebagai bahan baku suatu industri,

baik hulu maupun hilir menurut PP No. 27 Tahun 1980 (penjabaran UU No. 11

Tahun 1967), sumber daya mineral dibagi dalam 3 (tiga) kelompok besar yaitu :

1. Bahan galian strategis (Golongan A) Bitumen Cair (BC), Lilin

Bumi (LB), Bitumen Padat (BP), Aspal (A), Antrasit (AT),

Batubara (BB), Uranium (U), Radium (Rd), Thorium (Th), dan

bahan-bahan radioaktif lainnya, Nikel (Co), Cobalt (Co),

Pottasium (Ps).

2. Bahan galian vital (Golongan B)

Besi (Fe), Mangan (Mn), Molibden (Mo), Wolfram (W),

Vanadium (V), Titan (Ti), Bauksit (Al), Tembaga (Cu), Timbal

(Pb), Seng (Zn), Emas (Au), Platina (Pt), Perak (Ag), Air Raksa

11
(Hg), Intan (C), Arsen (Ar), Antimon (An), Bismuth (Bi),

Yatrium (Yi), Rhutenium (Rh), Cesium (Cs), dan logam-logam

langka lainnya, Berilium (Be), Korundum (Ao), Kristal Kuarsa

(Si), Kriolit (Ct), Flourspar (Fs), Barit (Ba), Yodium (I), Brom

(Br), Khlor (Cl), Belerang (S), Gambut (Ga) (berdasarkan

Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.

200/K/20/MPE/1986).

3. Bahan galian yang tidak termasuk keduanya (Golongan C) Nitrat

(No), Fospat (Po), Halit (Nc), Batugaram (Br), Zeolit (Ze), Batu

Permata (Gs), Yarosit (Jr), Leusit (Ft), Oker (Hs), Tawas (Ah),

Pasir Kuarsa (PK), Kaolin (KA), Felspar (NK), Gipsum (Ch),

Bentonit (BC), Batuapung (PU), Tras (DV), Obsidian (GB),

Perlit (PE), Tanah Diatomea (CD), Tanah Serap (TS), Marmer

(MR), Batusabak (BS), Batukapur (BG), Dolomit (CM), Klasit

(CO), Granit (GR), Andesit (AN), Basalt (BS), Trakhit (TR),

Peridotit (PR), Pasir (PS), Pasir-Batu (PA).

2.3.2 Klasifikasi sumber daya mineral berdasarkan jenis komoditasnya

2.3.2.1 Komoditas mineral logam

a. Komoditas Logam dasar (Cu, Pb, Zn, Sb, Bi, Hg, Sn)

b. Komoditas Logam Mulia (Au, Ag, Pt)

c. Komoditas Logam Besi dan Paduan Besi (Fe, Mn, Mo, Cr, Co, Ni, W, V)

d. Komoditas Logam Ringan dan Logam Langka (Al, Be, Li, Mg, Ti, Ta-Nb,

Cd, Ga, In, Y, Th, Zr, U, Re).

12
2.3.2.2 Komoditas mineral non logam

a. Komoditas Mineral Industri (Ls, Do, P, Ca, Ze, Gy, Btn, Dt, Ba, Och/Ya,

S, Asb, Tc, Mi, I)

b. Komoditas Bahan Keramik (Cly, To, Pph, Fl, Ka, Bo, Si, Pe, Na, Tr, Mgs,

Qz)

c. Komoditas Bahan Bangunan (An, Gra, Tra, On, Ma, Dio, Gr, Pu, Ob, Bs,

Bb)

d. Komoditas Batumulia dan Batuhias (Cha, Ch, Q, Op, Ja, Chr, Sil, Gar,

Jad, Agt, Di, Zr, Top).

2.3.2.3 Komoditas batubara dan gambut

a. Komoditas Batubara

b. Komoditas Gambut.

2.3.2.4 Klasifikasi sumber daya mineral berdasarkan tingkat penyelidikannya

Klasifikasi ini didasarkan pada tingkatan penyelidikannya serta dikaitkan

dengan tahapan eksplorasi yang telah dilakukan, sehingga muncul sumber daya

layak dan sumber daya tidak layak.

Menurut klasifikasi ini sumber daya mineral dibedakan menjadi:

1. Sumber daya mineral hipotetik

Adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh

berdasarkan perkiraan pada tahap survei tinjau. Sumber daya mineral ini

merupakan hasil dari tahap paling awal dari suatu kegiatan eksplorasi dari

suatu kegiatan penyelidikan umum.

13
2. Sumber daya mineral tereka

Sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh

berdasarkan hasil tahap prospeksi.

3. Sumber daya mineral terunjuk

Sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh

berdasarkan hasil tahap eksplorasi umum.

4. Sumber daya mineral terukur (measured mineral resource)

Sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh

berdasarkan hasil tahap eksplorasi rinci.

2.3.2.5 Cadangan sumber daya mineral dibagi dua, yaitu:

1. Cadangan terkira

Sumber daya mineral terunjuk dan sebagian sumber daya mineral

terukur yang tingkat keyakinan geologinya masih lebih rendah, yang

berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah

terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomik.

2. Cadangan terbukti

Sumber daya mineral terukur, yang berdasarkan studi kelayakan

tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga

penambangan dapat dilakukan secara ekonomik.

2.3.2.6 Tingkat keyakinan geologi

Tingkat keyakinan geologi, ditentukan oleh 4 tahap eksplorasi, yaitu:

survei tinjau, prospeksi, eksplorasi umum, dan eksplorasi rinci. Kegiatan

dari pertama ke terakhir tersebut menunjukkan makin rincinya

14
penyelidikan, sehingga tingkat keyakinan geologinya makin tinggi dan

tingkat kesalahannya makin rendah.

2.3.2.7 Pengkajian layak tambang

Harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Pengkajian layak tambang meliputi faktor-faktor ekonomi,

penambangan, pemasaran, lingkungan, sosial, dan

hukum/perundang-undangan. Pengkajian layak tambang akan

menentukan apakah sumber daya mineral akan berubah menjadi

cadangan atau tidak.

b. berdasarkan pengkajian ini, bagian sumber daya mineral yang

layak tambang berubah statusnya menjadi cadangan sedangkan

yang belum layak tambang tetap menjadi sumber daya mineral.

2.4 Keadaan Cadangan Marmer Desa Kebutuhjurang

Dari hasil pengamatan singkapan dan data pemboran yang pernah dilakukan di

beberapa tempat di dapatkan urut-urutan endapan batumarmer di Kebutuhjurang

sebagai berikut :

a. Tanah lempung
Merupakan lapisan tanah penutup ( overburden). Sebagian besar areal dan
lapisan ini berwarna merah kecoklatan mempunyai ketebalan mulai dari
beberapa cm sampai 2,50 meter.
b. Marmer lapuk
Merupakan lapisan batumarmer yang terletak paling atas dan di beberapa
tempat tersingkap dipermukaan. Ketebalan lapisan ini bervariasi antara 0,50
- 1,00 meter.

15
c. Marmer segar
Merupakan lapisan batumarmer yang nantinya akan ditambang. Lapisan ini
mempunyai ketebalan 15 - 45 meter dan merupakan jajaran bukit marmer.

2.5 Kualitas Cadangan Marmer Desa Kebutuhjurang

Marmer di daerah Kebutuhjurang merupakan batuan kristalin yang

terbentuk atau terjadi dari hasil proses ubahan (metamorfoses) batugamping dan

termasuk jenis marmer tipe Ordinario. Secara fisik kenampakannya lebih

kompak dan masif dari batugamping itu sendiri dengan porositas lebih kecil

karena adanya proses rekristalisasi. Mineral utamanya kalsit (CaCO3), memiliki

warna putih, putih kehijauan dan tahan terhadap goresan. Marmer putih dan

marmer kehijauan memiliki kesamaan, baik kuat tekan, derajat keausan maupun

ketahanan terhadap goresan. Marmer berwarna kecoklatan terbentuk akibat

adanya pengotor (impurities) mineral pirit (FeS2). Deskripsi petrografis

menunjukkan bahwa sebagian cadangan batumarmer yang ada memiliki butir -

butir kristal CaCO3 nya tidak homogen dan tidak sama besar, ada lapisan butir

kalsit yang halus dan ada pula butir kalsit yang besar-besar dan merupakan urat

dalam batumarmer. Secara makroskopis, marmer ini penuh dengan struktur urat-

urat yang berwarna hijau dan umumnya terdiri atas kristal-kristal kuarsa, feldspar,

klorit dan pirit yang berbutir halus.

Persyaratan khusus untuk standar kualitas marmer yang baik berdasarkan

SII. 0379 - 80 tentang Mutu dan Cara Uji Marmer menyangkut pengujian kuat

tekan, ketahanan arus, daya serap air dan kekekalan bentuk (Departemen

Perindustrian Republik Indonesia, 1980)

16
Dari hasil pengujian contoh marmer, yang dilakukan di laboratorium

Puslitbang tekMIRA, diperoleh data kualitas seperti pada Tabel 3.1.

2.6 Jumlah Cadangan Marmer Desa Kebutuhjurang

Berdarkan hasil pengamatan singkapan yang ada, pembuatan sumur-sumur

uji (tes pit) dan data yang ada pada bekas penggalian maka dapat ditentukan

perkiraan jumlah cadangan marmer dan jumlah tanah penutup untuk daerah

tersebut seluas 7 ha.

Tabel 3.1. Kualitas marmer Desa Kebutuhjurang, KecamatanBanjarnegara, Kabupaten


Banjarnegara. (Sumber : Fauzan, Maman Sarachman, 2006)
Kualitas
Jenis SII
marmer
Pengujian 08779-80
Kebutuhjurang

Kuat tekan 885 800


(kg/cm2)
Ketahanan aus 0,11 0,13
rata-rata
Penyerapan air 0,64 0,75
rata-rata
Kekekalan
bentuk Tidak cacat Tidak cacat

Perhitungan jumlah marmer dan tanah penutup dihitung dari level atau

kontur 300 m sampai pada 260 m di mana pada level 260 m tersebut diperkirakan

merupakan batas akhir penambangan.

17
Dari hasil perhitungan diperoleh total jumlah cadangan marmer sebanyak

1.819.740 m3 dan tanah penutup sebanyak 8.776 m3 (Tabel 3.2).

Tabel 3.2. Perhitungan cadangan marmer Desa Kebutuhjurang, Kabupaten Banjarnegara.


(Sumber : Fauzan, Maman Sarachman, 2006)
Luas Jarak Volume
No Penampang
(m2) (m) (m3)
1 S1 8.712
30 296.130
2 S2 11.030
30 316.770
3 S3 10.088
30 392.925
4 S4 16.107
30 387.210
5 S5 9.707
30 213.675
6 S6 4.538
30 82.470
7 S7 960
30 20.400
8 S8 400
30 28.590
9 S9 1.506
30 81.570
10 S10 3.932
1.819.740

18
2.7 DASAR PEMILIHAN SISTEM PENAMBANGAN

2.7.1 Sistem Penambangan

Dengan perkembangan teknologi, sistem penambangan dibagi dalam tiga

sistem penambangan yaitu:

Tambang terbuka yaitu sistem penambangan yang seluruh kegiatan

penambangannya berhubungan langsung dengan udara luar.

Tambang bawah tanah yaitu sistem penambangan yang aktivitas

penambangannya dibawah permukaan atau di dalam tanah.

Tambang bawah air, dalam penentuan sistem penambangan yang akan

digunakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya

adalah:

- Letak kedalaman endapan apakah dekat dengan permukaan bumi

atau jauh dari permukaan.

- Pertimbangan ekonomis yang tujuannya untuk memperoleh

keuntungan yang maksimal dan relatif aman.

- Pertimbangan teknis

- Pertimbangan Teknologi.

Ketiga sistem penambangan yang telah disebutkan sebelumnya,

mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing serta sesuai dengan

karakteristik dari endapan yang akan ditambang. Khusus dalam penelitian ini akan

dibahas sistem penambangan secara tambang terbuka. Metode penambangan yang

digunakan untuk tambang marmer adalah metode kuari.

19
2.7.2 Faktor yang Menentukan Pemilihan Sistem dan metode

Penambangan

1. Karakteristik spasial endapan

a. Ukuran (dimensi, terutama tinggi/ketebalan)

b. Bentuk (tabular, lensa, massive, tidak beraturan)

c. Kedudukan (kemiringan/dip)

d. Kedalaman

2. Kondisi geologi dan hidrologi

a. mineralogi dan petrografi (sulfida, oksida, dll)

b. komposisi kimia (unsur utama/hasil samping)

c. struktur endapan (lipatan, patahan, intrusi)

d. bidang lemah (kekar, rekahan, belahan, cleat)

e. keseragaman, ubahan, lapukan

f. air tanah dan hidrologi (kejadian, laju aliran,muka airtanah)

3. Sifat-sifat geoteknik (mekanika tanah dan batuan)

a. sifat elastis (kekuatan, modulus elastisitas, poison ratio)

b. perilaku plastis/viscoelastis (aliran, rayapan)

c. kondisi tegangan (asli/modifikasi oleh penambangan)

d. konsolidasi, kompaksi, dan kompetensi

e. sifat fisik lainnya (BJ, porositas, permeabilitas)

4. Pertimbangan Ekonomi

a. cadangan (tonase dan kadar)

b. tingkat produksi (output per unit waktu)

20
c. jangka waktu penambangan (periode operasi)

d. produkstivitas

e. biaya penambangan

5. Faktor teknologi

a. perolehan penambangan (mining recovery)

b. dilusi penambangan (mining dilition)

c. fleksibilitas metode terhadap perubahan situasi

d. selektifitas metode untuk membedakan bijih & limbah

e. konsentrasi/distribusi pekerjaan

f. modal, tenaga kerja, dan intensitas mekanisasi

6. Masalah lingkungan

a. kontrol lahan untuk menjaga integritas bukaan

b. subsidence

c. kontrol udara (ventilasi, panas, kelembaban)

d. ketenaga kerjaan (rekruitmen, training, kesehatan & keselamatan,

permukiman & masyarakat sekitar).

Keuntungan tambang terbuka antara lain :

1. Kondisi kerja lebih baik karena langsung berhubungan dengan udara luar.

2. Pengawasan dan pengamatan lebih mudah.

3. Alat-alat besar lebih leluasa digunakan.

4. Pemakaian bahan peledak lebih efisien karena segala jenis bahan peledak

dapat digunakan.

5. Ongkos operasi penambangan lebih murah.

21
Kerugian tambang terbuka :

1. Pekerjaan dipengaruhi langsung oleh cuaca sehingga pada musim hujan

efisiensi kerjanya menurun.

2. Dalamnya penggalian tambang terbatas.

3. Adanya persoalan pembuangan over burden.

4. Pencemaran relatif besar.

2.7.3 Tambang Terbuka

Suatu sistem penambangan dimana seluruh aktivitas kerjanya

berhubungan langsung dengan atmosfir atau udara luar. Klasifikasi penambangan

terbuka pertama sekali dikembangkan oleh Peele (1941), Young (1946), Lewis

dan Clark (1964) yang merupakan dasar klasifikasi penambangan terbuka. Dasar

klasifikasi ini merupakan kombinasi atas pertimbangan dari; ruang atau tempat

keterdapatan deposit, geologi dan faktor geoteknik. Kemudian klasifikasi ini

berkembang lagi dengan pengaturan klasifikasi metoda penambangan bawah

tanah dan penambang batubara (Morrison dan Russel, 1973 ; Boshkov dan

Wright, 1973 ; Thomas,1978; Nicholas, 1981 ; Hamrin 1982).

Berdasarkan material yang ditambang, tambang terbuka dapat dibagi menjadi :

1. Open Pit/Open Cut/Open Cast/Open Mine

Adalah cara-cara penambangan terbuka yang dilakukan untuk menggali

endapan-endapan bijih metal seperti endapan bijih nikel, endapan bijih besi,

endapan bijih tembaga, dan sebagainya. Bentuk tambang berdasarkan letak

endpan bijih itu sendiri ada 2 (dua) macam, yaitu:

22
a. Open pit, merupakan bentuk penambangan untuk endapan bijih yang

terletak pada suatu daerah yang datar atau lembah. Dengan demikian

medan kerja digali ke arah bawah sehingga akan membentuk semacam

cekungan atau pit.

b. Open cast / open mine / open cut, merupakan bentuk penambangan untuk

endapan bijiih yang terletak pada lereng bukit. Dengan demikian medan

kerja digali dari arah bawah ke atas atau sebaliknya (side hill type). Bentuk

tambang dapat pula melingkari bukit, hal tersebut tergantung dari letak

endapan penambangan yang diinginkan.

Perbedaan antara open pit dengan open cut/open mine/open cast dicirikan

oleh arah penggalian/arah penambangan. Disebut open pit apabila

penambangannya dilakukan dari permukaan yang relatif mendatar menuju

ke arah bawah dimana endapan bijih tersebut berada. Disebut open

cut/open atau cast/open mine apabila penggalian endapan bijih dilakukan

pada suatu lereng bukit. Jadi penerapan open pit atau open cut sangat

tergantung pada letak atau bentuk endapan bijih yang akan ditambang.

Perbedaan open pit dan open cast juga dilihat dari pemindahan tanah

penutupnya. Pada open pit tanah penutup dikupas dan dipindahkan ke

suatu daerah pembuangan yang tidak ada endapan di bawahnya, sedangkan

pada open cast tanah penutup tidak dibuang ke daerah pembuangan, tetapi

dibuang ke daerah bekas tambang yang berbatasan. Cara pengangkutan

pada open pit/open cut/open cast/open mine tergantung dari kedalaman

23
endapan dan topografinya. Pada dasarnya cara pengangkutannya ada 2

(dua) macam, yaitu :

a. Cara konvensional atau cara langsung, yaitu hasil galian atau peledakan

diangkut oleh truck / belt conveyor / mine car / skip dump type rail cars,

dan sebagainya, langsung dari tempat penggalian ke tempat dumping

dengan menelusuri tebing-tebing sepanjang bukit.

b. Cara inkonvensional atau cara tak langsung adalah cara pengangkutan

hasil galian / peledakan ke tempat dumping dengan menggunakan cara

kombinasi alat-alat angkut. Misalnya dari permuka/medan kerja (front) ke

tempat crusher digunakan truk, dan selanjutnya melalui ore pass ke

loading point; dari sini diangkut ke ore bin dengan memakai belt

conveyor, dan akhirnya diangkut ke luar tambang dengan cage.

Contoh :

Tambang nikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara,

mineralnya garnierite.

Tambang nikel di Soroako, Sulawesi Tengah,

mineralnya garnierite.

Tambang aluminium di Kijang, P.Bintan, mineralnya gibbsite,

lochmite, dispore (bauxite).

Tambang tembaga di Estberg, Irian Jaya mineralnya chalcopyrite,

cuprite.

Tambang Mangan di Tasikmalaya, Karangnunggal mineralnya

psilomelane, pyrolusite.

24
2. Quary

Adalah cara-cara penambangan terbuka yang dilakukan untuk menggali

endapan-endapan bahan galian industri atau mineral industri, seperti batu marmer,

batu granit, batu andesit, batu gamping, dll. Bentuk tambang berdasarkan letak

endapan bahan galian industri itu sendiri ada 2 (dua) macam, yaitu:

1. Side hill type, merupakan bentuk penambangan untuk batuan atau bahan

galian industri yang terletak dilereng-lereng bukit. Medan kerja dibuat

mengikuti arah lereng-lereng bukit itu dengan 2 (dua) kemungkinan, yaitu:

a. Jalan Masuk Spiral

Bila seluruh lereng bukit itu akan digali dari atas ke bawah, maka

medan kerja dapat dibuat melingkar bukit dengan jalan masuk

(access road) berbentuk spiral.

b. Jalan Masuk Langsung

Jika hanya sebagian lereng bukit saja yang akan di tambang atau

bentuk bukit itu memanjang, maka medan kerja dibuat memanjang

pula dengan jalan masuk dari salah satu sisisnya atau dari depan

yang disebut straight ramp.

Keuntungan side hill type ini ialah:

Dapat diusahakan adanya cara penirisan alamiah dengan membuat medan

kerja sedikit miring ke arah luar dan di tepi jalan masuk dibuatkan saluran

air.

25
Alat-angkut bermuatan bergerak ke arah bawah yang berarti mendapat

bantuan gaya gravitasi.Dengan demikian waktu pengangkutannya (cycle

time) menjadi lebih singkat.

Kerugiannya adalah:

Material penutup harus dikupas dan dibuang sekaligus sebelum

penambangan dilakukan, berarti diperlukan modal yang besar untuk

mengongkosi pengupasan material penutup.

Karena jalan masuknya miring, kalau pengemudi-pengemudi alat-alat

angkut kurang hati-hati karena ingin dapat premi produksi, maka hal ini

akan dapat menyebabkan kecelakaan, terutama pada jalan masuk yang

berbentuk spiral.

2. Pit type, merupakan bentuk penambangan untuk batuan atau bahan galian

industri yang terletak pada suatu daerah yang mendatar. Dengan demikian

medan kerja harus digali ke arah bawah sehingga akan membentuk kerja

atau cekungan (pit). Bentuk medan kerja atau cekungan tersebut ada 2

(dua) kemungkinan, yaitu:

a. Kalau bentuk endapan kurang lebih bulat atau lonjong (oval), maka

medan kerja dan jalan masuk dibuat berbentuk spiral.

b. Bila bentuk endapan kurang lebih empat persegi panjang atau bujur

sangkar, maka medan kerjapun di buat seperti bentuk-bentuk tersebut

di atas dengan jalan masuk dari sisi yang disebut straight ramp atau

berbentuk switch back.

26
3. Strip Mine

Strip Mine adalah cara-cara penambangan terbuka yang dialakukan untuk

endapan-endapan yang letaknya mendatar atau sedikit miring. Yang harus

diperhitungkan dalam penambangan cara ini adalah nisbah penguapan (stripping

ratio) dari endapan yang akan ditambang, yaitu perbandingan banyaknya volume

tanah penutup (m3 atau BCM) yang harus dikupas untuk mendapatkan 1 ton

endapan. Cara ini sering diterapkan pada penambangan batubara, atau endapan

garam-garam.

4. Alluvial Mine

Adalah tambang terbuka yang diterapkan untuk menambang endapan-

endapan alluvial, misalnya tambang bijih timah, pasir besi, emas dll.

Contoh :

1. Tambang timah di P. Bangka, Belitung, Singkep, Karimun; mineral :

cassiterite.

2. Tambang bijih besi di Cilacap; mineral : magnetite, hematite, ilmenite.

3. Tambang intan di Martapura; mineral : intan.

2.7.4 Tambang Bawah Tanah

Tambang bawah tanah mengacu pada metode pengambilan bahan mineral

yang dilakukan dengan membuat terowongan menuju lokasi mineral tersebut.

Berbagai macam logam bisa diambil melalui metode ini seperti emas, tembaga,

seng, nikel, dan timbal. Karena letak cadangan yang umumnya berada jauh

27
dibawah tanah, jalan masuk perlu dibuat untuk mencapai lokasi cadangan. Jalan

masuk dapat dibedakan menjadi beberapa macam:

Ramp, jalan masuk ini berbentuk spiral atau melingkar mulai dari

permukaan tanah menuju kedalaman yang dimaksud. Ramp biasanya

digunakan untuk jalan kendaraan atau alat-alat berat menuju dan dari

bawah tanah.

Shaft, yang berupa lubang tegak (vertikal) yang digali dari permukaan

menuju cadangan mineral. Shaft ini kemudian dipasangi semacam lift

yang dapat difungsikan mengangkut orang, alat, atau bijih.

Adit, yaitu terowongan mendatar (horisontal) yang umumnya dibuat disisi

bukit atau pegunungan menuju ke lokasi bijih.

Ada dua tahap utama dalam metode tambang bawah tanah: development

(pengembangan) dan production (produksi). Pada tahap development, semua yang

digali adalah batuan tak berharga. Tahap development termasuk pembuatan jalan

masuk dan penggalian fasilitas-fasilitas bawah tanah lain. Sedangkan tahap

production adalah pekerjaan menggali sumber bijih itu sendiri. Tempat bijih

digali disebut stope (lombong). Disini uang mulai bisa dihasilkan.

Dengan semua pekerjaan yang dilakukan di bawah tanah dengan panjang

terowongan yang mencapai ribuan meter, maka diperlukan usaha khusus untuk

mengalirkan udara ke semua sudut terowongan. Pekerjaan ini menjadi tugas tim

ventilasi tambang.

Selain mensuplai jumlah oksigen yang cukup, ventilasi juga mesti

memastikan agar semua udara kotor hasil pembuangan alat-alat diesel dan gas

28
beracun yang ditimbulkan oleh peledakan bisa segera dibuang keluar. Untuk

memaksa agar udara mengalir ke terowongan, digunakanlah fan (kipas) raksasa

dengan berbagai ukuran dan teknik pemasangan.

Untuk menjaga kestabilan terowongan diperlukan pula penyangga-

penyangga terowongan. Berbagai metode penyanggaan (ground support) telah

dikembangkan. Penyanggaan yang optimal akan mendukung kelangsungan

kinerja dan juga keselamatan semua pekerja.

Gambar 2.2. Guide To Underground Mining Methods and applications


Sumber: H. Hamrin 1980

2.8 RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN

Rancangan teknis penambangan merupakan bagian dari suatu perencanaan

tambang. Rancangan penambangan ini merupakan program penambangan yang

akan dikerjakan dan telah diberikan batas-batas dan aturan tegas yang harus

dipenuhi dalam setiap aktivitasnya sebagai bagian dari keseluruhan perencanaan

tambang tersebut. Setelah menganalisa dasar dari pemilihan sistem penambangan,

29
maka dibuat suatu rancangan penambangan atau teknis pelaksanaan penambangan

tersebut. Analisa yang dibuat berupa metode penambangan yang akan diterapkan.

2.8.1 Persiapan Penambangan

Persiapan penambangan merupakan kegiatan pendahuluan dari aktivitas

penambangan. Persiapan penambangan ini berupa pembersihan areal yang

akan ditambang, pembuatan jalan tambang, penanganan masalah air dan

pengupasan tanah penutup. Pembersihan lahan adalah suatu pekerjaan

tahap awal pada kegiatan penambangan. Pembersihan lahan ini dilakukan

untuk menyingkirkan pepohonan dan semak belukar yang tubuh di sekitar

areal penambangan dan mempersiapkan akses masuk ke tambang atau

pembuatan jalan angkut. Penanganan masalah air tambang mencakup

pembuatan saluran, sumuran, dan kolam pengendapan. Dimensi saluran,

sumuran dan kolam pengendapan harus dibuat sesuai dengan debit air

yang ada sehingga air tambang tidak langsung mengalir ke air bebas yang

dapat menimbulkan masalah lingkungan. Pekerjaan pengupasan yang

dilakukan pada tanah penutup, biasanya dilakukan bersama-sama dengan

proses pembersihan lahan dengan menggunakan alat bulldoser. Pekerjaan

ini dimulai dari tepat yang lebih tinggi, dan tanah penutup didorong ke

bawah ke arah yang lebih rendah sehingga alat dapat bekerja dengan

bantuan gaya gravitasi.

30
2.9 JENIS DAN PROSES TEBENTUKNYA BATU MARMER

Batu Marmer Termasuk Jenis Batuan Malihan, pada kalangan umum

(secara komersial) nama lain batu marmer adalah batu pualam. Batu marmer

termasuk jenis batuan hasil proses metamorfosa atau malihan dari batuan asalnya

yaitu batugamping (batu kapur). Pengaruh temperatur dan tekanan yang

dihasilkan oleh gaya endogen akan menyebabkan terjadinya kristalisasi kembali

pada batuan tersebut membentuk berbagai struktur foliasi mapun non foliasi.

Berdasarkan distribusi warnanya, batu marmer terbagi atas 2 jenis yaitu

batu marmer putih dan batu marmer berwarna. Batu marmer putih dihasilkan dari

metamorfosa batu kapur murni dan batu kapur dolomit. Sedangkan batu marmer

yang berwarna berasal dari metamorfosa batu kapur tidak murni. Distribusi

warnanya tergantung dari alam dan inpuritis yang dikandungnya.

Marmer merupakan bahan galian yang sudah sangat dikenal oleh

masyarakat luas, bahkan cukup gencar pula muncul ke permukaan yang

menimbulkan sensasi pencarian marmer yang dapat tembus cahaya dengan harga

penawaran sangat menggiurkan, walaupun hanya sebatas orang-perorang dan

diliputi misteri, hobi dan aspek mistik lainnya.

2.9.1 Deskripsi, Tekstur, dan Ciri-Ciri Batu Marmer

Marmer mempunyai sruktur yang kompak, gugusan kristalnya relatif sama

dengan tekstur halus sampai agak kasar. Marmer umumnya tersusun oleh mineral

kalsit dengan kandungan mineral minor lainya adalah kuarsa, mika, klorit,

tremolit, dan silikat lainnya seperti graphit, hematit, dan limonit. Nilai komersil

31
marmer bergantung kepada warna dan tekstur. Marmer yang berkualitas sangat

tinggi adalah berwarna putih sangat jernih, sebab kandungan kalsitnya lebih besar

dari 90 %. Marmer yang berwarna abu-abu dihasilkan dari kandungan grapit pada

batuan tersebut, pink dan merah akibat adanya kandungan hematit, kuning dan

krem sebagai pengaruh dari kandungan limonit.

Marmer juga dicirikan pula oleh gores arah jurus dan lapisan grapit atau

silikat gelapnya. Berdasarkan besar butirnya, tekstur berkisar dari halus hingga

kasar. Sifat sifat lainnya yang berpengaruh terhadap kualitas marmer adalah

porositas, kekuatan regangan dan kekuatan terhadap cuaca.

2.9.2 Jenis Batu Marmer

Jenis-jenis batuan marmer pada umumnya dibedakan berdasarkan warna,

teksur, dan komposisi mineral. Jenis batuan marmer yang terkenal yaitu "Statuary

Marble" bertekstur halus bersih putih; "Architectural Marble", warna tekstur,

mutu dan kekuatannya bagus; "Ornamental Marble" yang warnanya indah; "Onix

Marble" jernih yang terdiri dari material organik dan kalsit; "Cipolin Marble"

yang banyak mengandung mika dan talk; "Ruin Marble" teksturnya halus dengan

bentuk kristal tidak teratur; "Breccia Marble" teksturnya kasar dan persegi; "Shell

Marble" yang terdiri dari fosil-fosil.

Secara komersial batu marmer dikenal juga dengan 2 tipe, yaitu tipe

marmer lokal dan tipe marmer impor. Batu marmer lokal pada umumnya

berwarna terang, sedangkan yang impor warnanya agak gelap, seperti warna

coklat. Tetapi, tidak berarti seluruh marmer impor berwarna gelap. Karena

32
marmer yang asal Cina juga memiliki warna yang hampir sama dengan marmer

lokal, seperti warna krem.

Secara fisik akan nampak jelas dari aspek pori-porinya, dimana marmer

impor memiliki pori-pori yang rapat sedangkan marmer lokal kurang rapat. untuk

mengetahui pori-pori marmer tersebut rapat atau tidak, cukup dengan

menyiramkan air pada bagian atas marmer, dan jika meninggalkan bekas basah

walau telah dilap dengan kain kering, berarti pori-pori marmer tersebut besar.

Selain tipe marmer lokal dan non lokal, marmer atau batu pualam biasa

juga dikategorikan kepada dua penampilan yaitu tipe ordinario dan tipe staturio.

Tipe ordinario biasanya digunakan untuk pembuatan tempat mandi, meja-meja

toilt, lanati, dinding dan sebagainya, sedangka tipe staturio sering dipakai untuk

seni pahat dan patung.

2.9.3 Proses Terbentuknya Batu Marmer

Batu marmer atau dikenal pula dengan sebutan batu pualam merupakan

batuan hasil proses metamorfosa atau malihan dari batuan asalnya yaitu

batukapur. Proses terbentuknya batu marmer sangat dipengaruhi oleh temperatur

dan tekanan yang menyebabkan terjadinya kristalisasi kembali pada batuan

tersebut sehingga membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi.

Akibat rekristalisasi akan menghilangkan struktur asal batuan, tetapi juga

akan membentuk tekstur baru dan keteraturan butir. Pembentukan batuan marmer

di Indonesia yang terjadi sekitar 30-60 juta tahun yang lalu atau berumur Kwarter

hingga Tersier.

33
2.9.4 Manfaat atau Kegunaan Batu Marmer

Sebagai bahan galian yang mempunyai nilai jual tinggi karena rona yang

sangat indah, artistik, dan aspek kuat tekan dan geser yang tinggi menjadikan

bahan galian ini mempunyai pangsa pasar yang relatif tinggi hingga pada pasar

menengah. Penggunaan marmer biasanya untuk meja, tegel, hiasan dinding,

perlengkapan rumah tangga sepeti guci, lampu hias dan lain sebagainya. Untuk

tegel, dinding dan meja memerlukan diameter yang besar dan kualitas yang sangat

baik dalam artian sedikit sekali adanya retakan dan kandungan mineral bijihnya,

sehingga akan menimbulkan kesan dingin walaupun kena sinar matahari

sekalipun.

Sejak zaman dahulu, marmer sudah memiliki pasar yang baik, sehingga

perburuan ke lokasi-lokasi penghasil marmerpun cukup tinggi. Italia merupakan

negara pengahasil marmer yang sangat terkenal di dunia, walaupun pada

kenyataannya bahanbaku marmer itu sendiri bukan asli dari Italia tetapi dari

negara-negara lainnya yang dimasukan terlebih dahulu ke Italia. Marmer dari luar

tersebut diproses terlebih dahulu di Italia yang kemudian dikemas sedemikian

rupa dan dipasarkan dengan merek Italia.

Pasar marmer atau batu pualam yang sempat kandas saat krisis melanda

kini mulai membaik. Meski dari kualitas pengolahan marmer lokal masih kalah

dengan polesan produk impor, namun dari sisi penjualan marmer lokal lebih baik.

Produk lokal dengan impor memang tidak beda jauh seperti dari segi ornamen.

Namun, harga marmer lokal lebih murah dibanding dengan yang impor. Oleh

karena itu rata-rata konsumen menyukai produk lokal karena selain lebih murah

34
ornamen yang disuguhkan juga hampir sama. Jika belum cukup jeli, sulit untuk

membedakan antara marmer lokal dan impor.

2.10 TAMBANG MARMER

Untuk mengetahui besarnya cadangan suatu tubuh marmer maka biasanya

dilakukan eksplorasi geofisika agar diketahui baik penyebaran horizontal maupun

vertikal, kemudian dibuat sumur uji dan pemboran untuk mengetahui ketebalan

lapisan. Untuk mengetahui kualitas marmer di suatu lokasi maka diambil sampel

yang diuji di laboratorium baik fisika maupun kimia, secara mikroskopis.

Sebelum keluar teknologi baru, penambangan marmer dilakukan dengan 2

tahapan yaitu:

1. Land clearing (pengupasan), yaitu kegiatan pengupasan lapisan tanah

dengan menggunakan buldoser dan ekskavator menggali tanah yang menutupi

tubuh batuan guna menyiapkan kegiatan penambangan.

2. Kegiatan produksi, yaitu proses pengolahan, pemboran, pemahatan, dan

seleksi tiap blok dan mengangkutnya ke lokasi pengolahan selanjutnya.

Biasanya pemboran dilakukan dengan mengebor vertikal sampai kedalaman 110

cm pada sisi panjang dengan ukuran 260 cm dan sisi lebar (mendatar) sebesar

135cm Sedangkan pemahatan mendatar dimaksudkan untuk melepas blok dengan

ukuran standar 260 x 110 x 135 cm. Kegiatan tersebut dibantu dengan alat

angkat/tarik, alat dorong serta alat angkut. Setelah muncul teknologi baru yaitu

dengan menggunakan alat pengerat bermata diamond, maka segala kegiatan

eksploitasi dilakukan di lokasi marmer tersebut berada. Untuk tahap awal

35
dilakukan pengolahan diameter batu yang akan dibelah dan dipotong, selanjutnya

dibor sampai kedalam tertentu lalu dilakukan pengeratan tersebut.

Pengolahan merupakan proses kegiatan memperhalus produk hingga

menjadi produk yang siap dipasrkan. Adapaun kegiatan tersebut adalah sebagai

berikut:

Untuk yang masih menggunakan teknologi lama maka blok batu pualam

berukuran ( 260 x 100 x 135 ) cm digergaji menjadi lempengan-lempengan

dengan ketebalan rata-rata 2 cm. Lempengan batu pualam tersebut kemudian

dipotong menjadi barang setengah jadi, sesuai ukuran-ukuran standar pesanan.

Barang setengah jadi tersebut kemudian digerinda dua tahap dan kemudian

disempurnakan atau ditambal dan dipoles pada lapisan-lapisan yang berlubang

hingga akan dihasilkan marmer yang mengkilap.

Potensi:

Marmer akan selalu berasosiasi keberadaanya dengan batugamping. Setiap

ada batu marmer akan selalu ada batugamping, walaupun tidak setiap ada

batugamping akan ada marmer. Karena keberadaan marmer berhubungan dengan

proses gaya endogen yang mempengaruhinya baik berupa tekanan maupun

perubahan temperatur yang tinggi. Di Indonesia penyebaran marmer tersebut

cukup banyak.

Perkembangan dan Proses

Marmer pada saat ini masih merupakan barang mewah, kecuali

untuk ukuran yang kecil-kecil sebagai souvenir. Marmer atau batu pualam yang

mengkilap biasanya dijadikan salah satu ciri fisik kemewahan sebuah bangunan

36
dan rumah. Kemewahan marmer belum ada yang menandingi karena kualitasnya

yang baik dibandingkan produk lantai atau dinding dari bahan lain. Dilihat dari

sisi pembiayaan, membuat lantai dari marmer harus menyiapkan dana yang tidak

sedikit. Hanya orang yang memiliki dana berlebih saja yang mampu membelinya,

guna menghiasi gedung atau rumah mewah mereka.

Perkembangan yang sangat mencolok adalah dari segi penambangannya,

karena saat ini telah lebih simple yaitu dengan menggunakan teknologi mutakhir.

Sedangkan prospek ke depan untuk marmer masih dalam pangsa pasar yang

masih terbatas dikalangan menengah sampai kalangan atas, kecuali hanya untuk

souvenir yang kecil kecil saja masih dapat dijangkau oleh kalangan menengah

ke bawah.

Beberapa perusahaan yang bergerak di bidang eksploitasi marmer adalah:


1. PT. Dwi Tunggal Marmer Indah
2. PT. Gramer
3. PT. Multi Marmer Alam
4. PT. Pusaka Marmer Indahraya
5. PT. Citatah Marble, PT. Gramaron
Beberapa lokasi tambang marmer sudah dieksploitasi, misalnya daerah

Citatah di Jawa Barat oleh PT. Kurnia, PT. Bakri Prima Moramo

telah meeksploitasi tahap uji coba di Kecamatan Moramo Kendari, Kec, Wolo,

Kecamatan Kasusua, dam Pulau Kbaena Buton dengan kapasitas produksi

tambang 90 m3/bulan dan kapasitas pabrik = 1.500 m2/bulan. PT Citatah Tbk

(dikenal dengan PT Citatah Industri Marmer Tbk) bergerak dalam bidang

penambangan dan prosesing marmer, yang beroperasi di Citatah dan Sukabumi

(Jawa Barat) dan Maros dan Pangkep (Sulawesi Selatan).

37
Anak perusahaan PT Quarindah Ekamaju Marmer (QEM), yang diakuisisi

pada bulan Januari 1996, yang mengelola pabrik Pangkep, sedangkan dua anak

perusahaan penjual lainnya Quarindah Citatah (Malaysia) Sdn. Bhd di Kuala

Lumpur dan UGM Citatah Inc., Amerika Serikat yang mengelola penjualan di

pasar utama regional dan Amerika Serikat. PT. Citatah telah melakukan

eksploitasi di Pangkep Sulawesi Selatan dengan kapasitas terpasang pada tahun

2000 adalah 480.000 meter persegi, ubin 960.000 m2. Sedangkan di Bandung

Jawa Barat produk lempengan sebesar 60.000 m2, dan ubin 300.000 m2, di

Karawang, Jawa Barat sebanyak 396.000 m2 lempengan tiap tahun.

Pada tahun 1998 kapasitas pabrik di perusahaan mencapai 425,000

m2 termasuk 223,000 m2 lempengan dan 202,000 m2 ubin. Pabrik kedua dibangun

di Pangkep untuk melengkapi enam pemotongan ubin pararel dan line penggosok,

sedangkan pabrik yang asli disusun kembali kedalam dua line prosesing

lempengan. Dengan kapasitas output 130,000 per bulan. Pangkep saat ini

merupakan pusat produksi utama bagi perusahaan.

Perkembangan harga marmer di Indonesia, baik yang berasal dari lokasl

maupun impor adal marmer lokal yang berasal dari Bandung, Tulung Agung,

Bandar Lampung, dan Ujung Pandang, untuk tiap meter perseginya dijual dengan

kisaran harga Rp 150.000 Rp 250.000. Sementara produk impor, yang berasal

dari Italia, Cina, India, dan Benua Afrika dijual dengan harga termurah Rp

400.000 per m2 dan tertinggi adalah di atas Rp 1 juta, tergantung pada motifnya

serta kehalusan proses pemolesan akhir.

38
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.1 Metode Penambangan

Metode penambangan marmer yang direncanakan adalah kuari

dengan sistem berjenjang. Untuk melaksanakan pembongkaran marmer

dilakukan dengan cara pemboran dan penggergajian; ukuran jenjang

sebagai berikut :

- Tinggi jenjang = 1,50 meter

- Panjang jenjang min = 9,60 meter

- Lebar jenjang = 5,60 meter

- Kemiringan jenjang = 90

Tahapan kegiatan selanjutnya meliputi persiapan penambangan, operasi

penambangan dan penggergajian. Kegiatan operasi penambangan akan dimulai

dari level 300 meter diatas permukaan laut selanjutnya dipotong level demi level

bergerak ke arah bawah. Dalam kegiatan pembongkaran marmer direncanakan

secara kombinasi kerja antara kawat gergaji dengan pemboran dan pemajian.

Sasaran atau target produksi yang diinginkan disesuaikan dengan

kemampuan dan jumlah peralatan yang tersedia, yaitu direncanakan untuk kuari

lebih kurang 20,16 m3 atau 4 bongkah marmer dengan ukuran 2,40 m x 1,40 m x

1,50 m setiap hari; dimensi bongkah didapat sudah dalam batas ukuran yang

diperlukan oleh peralatan pengolahan. Sasaran produksi tetap seperti tersebut di

39
atas maka daerah penambangan dengan luas 7 Ha dengan jumlah cadangan

sampai kontur 260 sebanyak 1.819.700 m3, mining recovery atau perolehan 70 %,

umur tambang pada lokasi tersebut akan dapat mencapai lebih dari 100 tahun.

Sistem penambangan berupa kuari berjenjang (benching). Marmer

ditambang dengan benching teratur dan tidak mengikuti crack alam. Ini sangat

penting karena jenjang-jenjang harus dijaga agar tetap bersih dan rata, serta semua

level dapat dilalui alat angkut.

3.1.2 Persiapan Penambangan

Pekerjaan persiapan penambangan meliputi kegiatan : pembebasan lahan,

pembuatan jalan tambang, pembersihan lahan, pengupasan tanah penutup,

pembuatan jenjang awal, persiapan sarana penunjang, dan persiapan peralatan.

Kepemilikan lahan yang mengandung marmer di Desa Kebutuhjurang masih

dimiliki penduduk setempat, karena itu untuk mendukung kelancaran kegiatan

penambangan diperlukan pembebasan tanah seluas 7 ha.

3.1.2.1 Pembuatan Jalan Tambang

Pembuatan jalan tambang dimaksudkan untuk membuat jalan yang

menghubungkan lokasi front penambangan dengan lokasi pengolahan

serta jalan keluar dari lokasi penambangan. Jalan tambang di kuari marmer

di desa Kebutuhjurang telah tersedia. Pembersihan lahan atau Land

Clearing merupakan kegiatan pembersihan tempat kerja dari semak-

semak, pepohonan atau sisa pepohonan yang sudah ditebang dan

diperkirakan dapat mengganggu kegiatan penambangan. Seluruh

pekerjaan pembersihan lahan dilakukan sebelum kegiatan pekerjaan

40
pengupasan lapisan tanah penutup; atau dilakukan bersamaan artinya

bagian daerah yang telah dilakukan pembersihan dapat segera dilakukan

pekerjaan pengupasan tanah penutup, sementara pekerjaan pembersihan

lahan tetap harus dilaksanakan di tempat lain. Vegetasi daerah perbukitan

Karang Gemantung yang akan ditambang hanya ditumbuhi tanaman

semak - semak dan ilalang serta beberapa pohon kecil, bahkan di beberapa

lokasi bekas penggalian tidak dijumpai adanya pohon - pohon kecuali

semak dan rumput. Untuk membersihkan daerah yang direncanakan akan

ditambang 7 ha, pembersihan lahan dapat dilaksanakan secara manual

(dengan menggunakan tenaga manusia) dan diperlukan waktu selama 10

hari dengan jumlah tenaga kerja 5 orang per hari.

3.1.2.2 Pengupasan Tanah Penutup

Pengupasan tanah penutup untuk mendapatkan daerah kerja yang

mendukung kelancaran dan keamanan operasi penambangan. Pengupasan

tanah penutup tidak perlu dilakukan sekaligus untuk daerah yang

ditambang, cukup dilakukan per blok disesuaikan dengan lokasi yang akan

ditambang. Ketebalan tanah penutup bervariasi antara beberapa cm sampai

2,00 meter, maka jumlah tanah penutup yang harus dipindahkan sebanyak

8.776 m3. Pengupasan tanah penutup dilaksanakan secara mekanis dengan

menggunakan bulldozer Cat D7F.

3.1.2.3 Pembongkaran Marmer Lapuk

Kegiatan pembongkaran marmer lapuk tidak termasuk dalam

kegiatan produksi sebab marmer lapuk akan langsung dibuang, sehingga

41
didapatkan medan kerja yang bersih, rata dan siap untuk operasi

penambangan. Pembongkaran dilakukan dengan menggunakan mesin bor

vertikal dan mesin bor horisontal, dengan dimensi blok-blok tertentu untuk

memudahkan dalam pemisahan dari batu induknya.

3.1.2.4 Pembuatan Jenjang Awal

Awal medan penambangan direncanakan dimulai dari kontur atau

ketinggian 300 meter diatas permukaan laut, dilaksanakan sebelum tahap

penambangan atau produksi dimulai. Kegiatan ini dilakukan sebagai

persiapan untuk membuat medan kerja penambangan khususnya untuk

menempatkan peralatan mesin gergaji agar dapat bekerja secara leluasa.

Pembuatan jenjang awal menggunakan pola pembongkaran dengan

pemboran vertikal dan pemboran horisontal berdimensi panjang 12 meter

dan lebar 6 meter (Gambar 3.1).

Gambar 3.1. Kuari marmer dengan jenjang teratur. (Sumber : Fauzan, Maman Sarachman,
2006)

42
Dimensi jenjang awal untuk penambangan marmer dengan kawat gergaji sebagai

berikut :

- Tinggi Jenjang : 1,50 meter

- Lebar Jenjang : 5,60 meter

- Panjang Jenjang : 9,60 meter

3.1.2.5 Bangunan dan Instalasi

Untuk memperlancar operasi penambangan dalam persiapan

penambangan harus dipersiapkan bangunan dan instalasi antara lain :

a) Bangunan Kantor

Bangunan kantor dibuat semi permanen dengan ukuran 6m x 4m

yang disekat menjadi dua bagian.

b) Bangunan Pengolahan dan Stock pile

Bangunan untuk unit pengolahan dibuat semi permanen dengan

atap dari seng. Bangunan pengolahan mempunyai ukuran 10 m x

12 m. Diharapkan dengan luas 120 m2 tersebut sudah cukup

memadai untuk peralatan dan ruang kerja dari unit pengolahan.

Letak bangunan pengolahan sekitar 350 m dari lokasi

penambangan. Lokasi tersebut dipilih dengan pertimbangan:

- Lokasi tersebut merupakan dataran dan saat ini belum

dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu hanya terbatas

untuk perkebunan pisang dan beberapa pohon kelapa.

43
- Letaknya dekat dengan jalan raya sehingga memudahkan

dalam pengiriman produk marmer hasil pengolahan.

Persediaan ditempatkan disebelah bangunan yang juga

merupakan dataran dengan area 30m x 30m.

c) Gudang Alat- alat

Gudang alat -alat berfungsi untuk menyimpan peralatan baik

peralatan untuk penambangan maupun peralatan pengolahan.

Gudang peralatan berukuran panjang 6 meter dan lebar 4 meter.

d) Perumahan atau Mess

Bangunan perumahan berupa mess untuk menampung karyawan

dibuat dua buah mess dengan ukuran 6m x 8m.

e) Rumah Generator

Rumah generator untuk menempatkan generator 100 KVA

mempunyai ukuran 3m x 4m.

f) Kantor Tambang dan Rumah Jaga

Kantor tambang letaknya di lokasi tambang dan dibuat tidak

permanen. Ukuran kantor tambang 3m x 3m, sedangkan rumah

jaga yang ditempatkan di bagian depan berukuran 2m x 3,5m.

g) Persiapan lain-lain

Persiapan lain-lain yang dimaksud disini adalah segala persiapan

yang tidak termasuk dalam persiapan diatas antara lain : persiapan

fasilitas bengkel, tenaga kerja dan fasilitas keselamatan kerja.

44
3.2 PENAMBANGAN

3.2.1 Pembongkaran Marmer

Pembongkaran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara pemboran

rapat disertai pemajian serta cara pemotongan menggunakan kawat gergaji

(Electric Diamond Wire Sawing Plant).

3.2.1.1 Pembongkaran dengan pemboran rapat

Cara ini meliputi tahapan : pembuatan pola, perhitungan jumlah

lubang bor dan pelaksanaan pemboran. Pola pembuatan lubang bor

dimaksudkan menempatkan lubang bor pada jarak tertentu dan kedalaman

tertentu pula, untuk mendapatkan hasil pembongkaran sesuai dengan

ukuran yang diinginkan. Pemboran rapat ini meliputi arah vertikal (tegak)

dan arah horisontal (mendatar), pelaksanaannya dapat bersama sama atau

secara bergantian.

a. Pemboran arah vertikal

Pemboran menggunakan peralatan bor Rock Drill RH 571 - 5L

dibuat dengan dimensi lubang bor:

- kedalaman lubang bor : 1,50 meter

- diameter lubang bor : 3,50 meter

- jarak antar lubang bor : 10 cm

Pembongkaran batuan dengan dimensi tersebut akan menghasilkan

jenjang penambangan dengan ketinggian 1,50 meter. Jumlah alat bor yang

diperlukan untuk pemboran vertikal sesuai dengan sasaran produksi yang

diiginkan sebanyak 3 (tiga) unit.

45
Pembuatan lubang bor vertikal ini untuk membuat bidang pecah
yang lurus pada batuan induk, sebagai sarana pelepasan atau pemisahan
batuan dengan cara pemajian. Batuan dibongkar dalam bentuk blok-blok
marmer dengan ukuran 2,40m x 1,40 mx 1,50m sesuai dengan ukuran pada
unit pengolahan (Gambar 3.2).

b. Pemboran arah horisontal


Pada pelaksanaan pemboran arah horisontal pola pemboran yang
digunakan adalah pemboran rapat tanpa jarak antar lubang bor
menggunakan peralatan bor Rock Drill BBC 24-10, dengan dimensi
lubang bor :
- kedalaman lubang bor : 1,50 meter
- diameter lubang bor : 3,50 centimeter
- jarak antar lubang bor : 0
- jumlah alat bor : 7 unit
Pemboran horisontal ini bertujuan untuk memotong bagian bawah (Under

Cutting) batuan secara mendatar sehingga dalam pelaksanaan pemboran

dilakukan tanpa jarak (Gambar3.2).

PEMBORAN VERTIKAL
2,40 m 2,40 m

1,40 m

1,40 m

TAMPAK ATAS
* Jarak lubang bor 10 cm

46
PEMBORAN HORIZONTAL

1,50m
2,40m 2,40m

TAMPAK DEPAN
* Lubang bor 35 mm

Gambar 3.2 Pola pemboran pada blok batu marmer. (Sumber : Fauzan, Maman
Sarachman, 2006)

a. Jumlah lubang bor

Jumlah lubang bor yang dibuat untuk pembongkaran blok marmer

berukuran tertentu dengan dua bidang bebas (free face).

Persamaan yang digunakan untuk menentukan jumlah lubang bor

(Trisumarnadi, 1983) adalah:

n=L/S

dimana :

n = jumlah lubang bor,buah

L = panjang blok batuan, cm

S = jarak atau spasi antar lubang bor, cm

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan tersebut di

atas, maka untuk ukuran blok marmer dengan ukuran 2,40m x 1,40m x

1,50m diperlukan lubang bor sebanyak 107 buah yang terdiri dari lubang

bor vertikal sebanyak 38 buah dan lubang bor horisontal sebanyak 6 buah.

Analogi dengan perhitungan tersebut diatas maka untuk 4 blok marmer

dengan ukuran 2,40m x 1,40 m x 1,50m atau ukuran total 9,60m x 1,40m x

1,50m lubang bor yang diperlukan seluruhnya sebanyak 412 buah yang

47
terdiri dari lubang bor vertikal sebanyak 138 buah dan lubang bor

horisontal sebanyak 274 buah.

b. Laju pemboran

Laju pemboran adalah kecepatan atau laju rata - rata dari pemboran

termasuk hambatan - hambatan yang terjadi selama rangkaian pengeboran

berlangsung. Di lapangan laju pemboran dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan (Trisumarnadi, 1983):

G dr = H / Ct

dimana :

G dr = laju atau kecepatan pemboran (meter/menit)

H = kedalaman lubang bor (meter)

Ct = cycle time atau waktu untuk satu kali aktivitas pemboran dengan

kedalaman tertentu (menit).

Pada umumnya laju atau kecepatan pemboran vertikal dengan

menggunakan alat bor Rock Drill RH 571-5L pada marmer lebih kurang ;

0.10 m/ menit, sedangkan laju pengeboran horisontal dengan

menggunakan alat bor Rock Drill BBc 24-10 lebih kurang : 0.08 m/menit.

c. Pemajian

Pemajian adalah kegiatan untuk memisahkan blok marmer yang

telah dilakukan pemboran dari batuan induknya. Pemajian dilakukan

dengan menggunakan tenaga manusia untuk memecahkan blok marmer

menjadi blok - blok dengan ukuran yang lebih kecil menurut ukuran yang

diinginkan dalam proses pengolahan. Dalam pelaksanaan pemajian

48
peralatan yang dipergunakan antara lain : palu besi, pasak besi dengan

ukuran 30 cm berdiameter 3 - 5cm dan batangan besi berbentuk pipih

yang berfungsi sebagai pengganjal. Proses pemajian dilakukan tiap dua

lubang bor dan dilakukan secara bersamaan.

3.2.1.2 Pembongkaran marmer dengan penggergajian

Kegiatan pembongkaran blok marmer dengan cara penggergajian meliputi

tahapan sebagai berikut:

a. Pemboran

Sebelum dilakukan penggergajian dengan menggunakan kawat

gergaji terlebih dahulu harus dilakukan pemboran yang berfungsi

untuk membuat jalan bagi kawat gergaji. Pengukuran untuk lubang

bor harus dilakukan dengan cermat sebab kesalahan pengukuran

akan menyebabkan tidak dapat bertemunya lubang bor yang satu

dengan lubang bor lainnya (Gambar 3.3).

A A A A
B B B B

Keterangan :
A : Alat bor
B : Pengendali

Gambar 3.3. Pemboran untuk persiapan penggergajian. (Sumber : Fauzan,


Maman Sarachman, 2006)

49
Pengukuran dapat dilakukan dengan bantuan unting - unting yang digantung pada

tali yang menghubungkan arah lubang bor vertikal dan arah lubang bor horisontal.

Untuk penentuan arah tegak lurus lubang bor vertikal ditentukan dengan bantuan

alat ukur penyipat datar. Pemboran dilakukan dengan ukuran :

- Panjang = 9,60 meter

- lebar = 5,60 meter

- tinggi = 1,50 meter

b. Penggergajian

Setelah lubang bor di kedua sisi batuan saling berpotongan

atau jalan untuk wire atau kawat telah tersedia maka proses

penggergajian dapat segera dilaksanakan. Penggergajian dilakukan

dengan kawat gergaji yang disebut Electric Diamond Wire Sawing

Plant. Jenis gergaji yang dipakai adalah gergaji buatan Italia merk

Marini (MR 45). Sesuai dengan sasaran produksi yang

diinginkan jumlah gergaji yng diperlukan sebanyak 1 (satu) unit.

Kemampuan mesin gergaji ini dapat digunakan untuk

penggergajian arah vertikal maupun horisontal bahkan dapat

digunakan penggergajian arah miring dengan cara mengubah posisi

alat. Sedangkan kawat gergaji dapat diatur panjang pendeknya

tergantung kebutuhan. Pada cara penggergajian arah vertikal, letak

fly wheel dan guide wheel sejajar vertikal, demikian pula pada cara

50
penggergajian arah horisontal, letak fly wheel dan guide wheel

sejajar horisontal (Gambar 3.4).

PENGGERGAJIAN VERTIKAL PENGGERGAJIAN HORISONTAL

Gambar 3.4. Kemampuan gergaji arah vertikal dan horisontal.


(Sumber : Fauzan, Maman Sarachman, 2006)

Roda penggerak gergaji kawat Marini - MR45 dapat berputar 360 derajat

sehingga memungkinkan pemotongan ke segala arah. Dengan kemampuan

tersebut maka gergaji kawat intan dapat memotong dua bidang yang paralel tanpa

harus mengubah posisi.

Penggergajian dilakukan secara bertahap, tahap pertama untuk

menghasiIkan blok batumarmer dengan ukuran 9,60m x 5,60m x 1,50m, tahap

kedua dengan memotong blok tersebut menjadi ukuran 9,60m x 1,40m x 1,50m

dan pemotongan terakhir dilakukan untuk mendapatkan potongan dengan ukuran

2,40m x 1,40m x 1,50m.

c. Pendorongan

Setelah batuan terpotong dan terpisahkan dari batuan induknya

maka tahapan selanjutnya adalah melepas bongkah batuan tersebut

dengan mendorong. Alat pendorong mekanis yang digunakan

51
adalah 1 (satu) unit Titano Jack dengan kemampuan dorong sampai

700 atm.

Untuk dapat merebahkan bongkah marmer tanpa menyebabkan

kehancuran dan keretakan maka diusahakan untuk meredam

tumbukan yang terjadi seperti memasang balok atau tanah pada

tempat robohan bongkah batuan.

3.2.2 Pemuatan dan Pengangkutan

Pemuatan dan pengangkutan di kuari menggunakan peralatan Derick

Crane sebagai alat muat dan truk sebagai alat angkut. Penggunaan crane sebagai

alat muat sangat diperlukan mengingat penambangan dengan sistem berjenjang

dan pengangkatan blok marmer dari permukaan kerja ke atas alat angkut lebih

mudah dan lebih terjamin keamanannya. Selain sebagai alat angkut blok marmer

hasil pembongkaran crane juga berfungsi untuk pemindahan peralatan

pembongkaran batuan.

Jenis derick crane yang direncanakan dipakai untuk adalah Pellegrini tipe

D 20T - 40 dengan daya angkat sampai 30 ton dengan panjang boom 50 meter

sebanyak 2 (dua) unit. Berdasarkan kemampuan dari alat tersebut luas daerah

yang dapat dijangkau seluas 1.640m, sehingga diharapkan perpindahan crane

tersebut setiap 4 sampai 5 tahun.

Dengan sasaran produksi 4 blok marmer ukuran 2,40m x 1,40m x 1,50m

alat angkut yang akan dipakai adalah 1 (satu) unit truk Nissan Diesel CW A 45

52
HDN dengan kapasitas 5,50m sehingga setiap rit dapat diangkut satu blok marmer

atau setiap hari diperlukan empat kali pengangkutan.

3.2.3 Reklamasi

Reklamasi pada lahan pasca penambangan marmer terdiri atas : penataan

lahan, penanaman ulang dan perawatan.

Penataan lahan pasca penambangan meliputi :

Pembenahan lereng bekas tambang

pemindahan tanah penutup untuk dimanfaatkan kembali pada saat

reklamasi dilaksanakan

perataan tanah untuk memudahkan pengolahan lahan berikutnya

pembuatan paritan

Kegiatan revegetasi meliputi kegiatan :

pembuatan lubang tanaman

pemilihan dan penyediaan jenis tanaman yang mudah beradaptasi dengan

kondisi setempat seperti : pohon mangga, melinjo, sukun.

3.2.4 Tenaga Kerja

Sesuai dengan target produksi yang diinginkan, jumlah personil pada


operasi penambangan marmer di Kebutuhjurang terdiri atas :
Manager : 1 orang
Kepala Bagian Tambang : 1 orang
Staf Bagian administrasi : 1 orang
Operator (2 gilir kerja) : 58 orang
Pengemudi : 2 orang
Lain-lain (pembantu) : 2 orang
Satuan Keamanan : 2 orang
Dengan demikian jumlah personil yang diperlukan sebanyak 67 orang.

53
BAB V

KESIMPULAN

Metode penambangan marmer yang direncanakan adalah kuari dengan

sistem berjenjang. Untuk melaksanakan pembongkaran marmer dilakukan dengan

cara pemboran dan penggergajian; ukuran jenjang sebagai berikut :

- Tinggi jenjang = 1,50 meter

- Panjang jenjang min = 9,60 meter

- Lebar jenjang = 5,60 meter

- Kemiringan jenjang = 90

Tahapan kegiatan selanjutnya meliputi persiapan penambangan, operasi

penambangan dan penggergajian. Kegiatan operasi penambangan akan dimulai

dari level 300 meter diatas permukaan laut selanjutnya dipotong level demi level

bergerak ke arah bawah. Dalam kegiatan pembongkaran marmer direncanakan

secara kombinasi kerja antara kawat gergaji dengan pemboran dan pemajian.

Sasaran atau target produksi yang diinginkan disesuaikan dengan

kemampuan dan jumlah peralatan yang tersedia, yaitu direncanakan untuk kuari

lebih kurang 20,16 m3 atau 4 bongkah marmer dengan ukuran 2,40 m x 1,40 m x

1,50 m setiap hari; dimensi bongkah didapat sudah dalam batas ukuran yang

diperlukan oleh peralatan pengolahan. Sasaran produksi tetap seperti tersebut di

atas maka daerah penambangan dengan luas 7 Ha dengan jumlah cadangan

sampai kontur 260 sebanyak 1.819.700 m3, mining recovery atau perolehan 70 %,

umur tambang pada lokasi tersebut akan dapat mencapai lebih dari 100 tahun.

54
Sistem penambangan berupa kuari berjenjang (benching). Marmer

ditambang dengan benching teratur dan tidak mengikuti crack alam. Ini sangat

penting karena jenjang-jenjang harus dijaga agar tetap bersih dan rata, serta semua

level dapat dilalui alat angkut.

55

Anda mungkin juga menyukai