PENDAHULUAN
1
zona dengan tipe alterasi tertentu, dimana masing – masing tipe alterasi ditandai dengan
asosiasi himpunan mineral yang berbeda (Hedenquist et al., 2000).
Dengan diketahuinya distribusi masing – masing zona tipe alterasi, dapat pula
diketahui zona mineralisasi emas yang terbentuk. Kondisi geologi, khususnya struktur
geologi yang ada, dapat memberikan informasi mengenai orientasi, bentuk, distribusi,
dan permodelan zona alterasi, sekaligus sebagai feeder structure dan mengontrol
mineralisasi di daerah penelitian. Batuan asal, memberikan informasi mengenai host rock
dari alterasi yang terbentuk, dan juga berpengaruh terhadap distribusi zona alterasi dan
mineralisasi bijih di daerah penelitian (Corbett, 2002).
Pada Lapangan Durian, Prospek Bakan, Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara,
terdapat endapan emas epitermal sulfidasi tinggi, yang kini dalam tahap pengembangan
(produksi dan eksplorasi lebih detail, yang meliputi pemetaan, pengambilan data core,
dan data blast hole, untuk mengetahui persebaran, kadar, dan total cadangan endapan
emas epitermal sulfidasi tinggi secara lebih lengkap dan terperinci) oleh PT. J – Resources
Bolaang Mongondow. Penelitian mengenai endapan tersebut, khususnya mengenai
karakteristik endapan secara rinci, masih sangat diperlukan agar diperoleh informasi lebih
detail terhadap pembentukan endapan tersebut terkait dengan kondisi geologi yang ada.
2
I.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, antara lain meliputi :
1. Memberikan gambaran kondisi geologi, alterasi, dan mineralisasi bijih di daerah
penelitian
2. Dihasilkannya peta geologi dan peta zona alterasi daerah penelitian dengan skala
yang lebih besar, yaitu 1:500
3. Memberikan pemahaman mengenai karakteristik alterasi, mineralisasi bijih, dan
genesa endapan epitermal sulfidasi tinggi di daerah penelitian, yang dapat
dijadikan pertimbangan perusahaan untuk mengembangkan proses produksi emas
yang sedang berjalan.
3
I.6.2. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan penelitian ini adalah meliputi :
1. Kontrol kondisi geologi terhadap proses serta distribusi alterasi dan mineralisasi
bijih di daerah penelitian berdasarkan data hasil pemetaan geologi dan persebaran
zona alterasi
2. Karakteristik tipe alterasi beserta mineralisasi bijih dan paragenesa mineral bijih
3. Genesa endapan epitermal sulfidasi tinggi di daerah penelitian berdasarkan data
lapangan, analisis laboratorium, dan data sekunder
: Lokasi penelitian
Gambar 1.1. Lokasi penelitian, pada Peta Dinding Provinsi Sulawesi Utara (Bakosurtanal, 2003).
4
Gambar 1.2. Peta topografi area Pit Durian, PT. J – Resources Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara (atas
ijin dari PT. J – Resources Bolaang Mongondow).
5
merupakan zona volkanik aktif, sedangkan Zona Gorontalo merupakan zona
volkanik purba, dimana keduanya dibatasi oleh sesar berorientasi baratlaut –
tenggara. Zona leher lengan utara Sulawesi memanjang dari Tinombo hingga
Parigi, dimana di bagian utara dibatasi oleh Gunung Ogoamas (2.565 mdpl) dan di
bagian selatan dibatasi oleh Gunung Sidole (2.199 mdpl). Stratigrafi tersier lengan
utara Sulawesi hanya ditemukan pada zona leher lengan utara Sulawesi, yang
tersusun dari batugamping pembawa Assilina, dark shale, dan batuan efusif yang
ditemukan di dekat Donggulu. Di dekat Tinombo, batugamping pembawa Assilina,
Camerina, dan Discocyclina, berinterkalasi dengan batuan partly phyllitic dan
argilaceous, sedangkan produk volkanisme berumur Resen – Kuarter, hanya
ditemukan di Zona Minahasa.
2. Carlile, et al. (1990)
Carlile, et al. (1990), telah melakukan penelitian mengenai busur volkanik
Sulawesi Utara, khususnya mengenai hubungan antara tatanan geologi dan
karakteristik berbagai tipe endapan emas, beserta eksplorasi geokimia regional
(stream sediments, pan concentrates, dan rock float and outcrop) dan hasilnya,
yang telah diterapkan pada busur volkanik Sulawesi Utara. Lengan utara Sulawesi
dan Busur Sangihe dapat dibagi menjadi empat zona berdasarkan litologi dan
struktur geologi yang berperan, yaitu Zona Marisa, yang terbentuk pada lingkungan
ensialik (tepi benua), dan tersusun oleh batuan volkanik dan batuan dasar quartzo
– feldspatic, Zona Gorontalo, Minahasa, dan Zona Sangihe, yang terbentuk pada
lingkungan ensimatik (busur kepulauan), dengan batuan dasar berupa batuan beku
basaltik yang terbentuk di laut, batuan volkanik, serta intrusi andesit dan diorit.
Secara umum, lengan utara Sulawesi tersusun oleh dua sesar, yaitu sesar geser
dekstral berorientasi baratlaut – tenggara dan sesar turun berorientasi barat – timur,
yang berhubungan dengan peristiwa uplift dan downdrop yang berpengaruh
terhadap preservasi dan penghancuran mineralisasi. Terdapat empat jenis
mineralisasi emas di Sulawesi Utara, yaitu emas pada endapan porfiri Cu – Au,
endapan epitermal sulfidasi rendah – tinggi, serta emas pada urat sulfida dan breksi
hidrotermal yang berdekatan dengan kontak intrusi.
3. Kavalieris, et al. (1992)
Kavalieris, et al. (1992) telah melakukan penelitian mengenai hubungan
antara berbagai macam tipe mineralisasi dan tatanan geologi (meliputi kondisi
6
tektonik beserta magmatisme dan volkanisme) di lengan utara Sulawesi. Terdapat
beberapa macam mineralisasi di lengan utara Sulawesi, pertama, adalah porfiri Cu
– Au yang terbentuk akibat magmatisme berumur Miosen Atas hingga Pliosen, oleh
subduksi dangkal di utara Pulau Sulawesi. Mineralisasi tersebut berasosiasi dengan
skarn Cu – Au, pollymetalic vein, dan emas (Au) epitermal sulfidasi tinggi. Kedua,
yaitu porfiri Mo pada leher lengan utara Sulawesi, yang terbentuk setelah terjadinya
tumbukan antara mikrokontinen Sula dengan Sulawesi bagian timur (pada
lingkungan tektonik ekstensi), dan berasosiasi dengan intrusi granit, yang juga
berumur Miosen Atas hingga Pliosen. Selanjutnya, mineralisasi emas (Au)
epitermal sulfidasi tinggi, dimana keterdapatan paling penting adalah pada
Kotamobagu, yang berasosiasi dengan produk volkanisme andesitik dan
diperkirakan terletak pada Kaldera Gunung Moat. Mineralisasi VMS
(Volcanogenic Massive Sulfide) diperkirakan terbentuk pada Oligosen Atas dan
berhubungan dengan magmatisme bawah laut yang berlangsung selama pemisahan
Sulawesi dari Kalimantan. Terdapat pula mineralisasi emas metamorfogenik di
leher lengan utara Sulawesi.
4. Apandi & Bachri (1997)
Apandi & Bachri (1997) telah membuat peta geologi lembar Kotamobagu
skala 1:250.000 edisi ke-2 yang memuat hubungan tiap formasi batuan beserta
anggota formasi yang ada dan urutan formasi berdasarkan umurnya.
5. Idrus, dkk. (2011)
Idrus, dkk. (2011) telah melakukan kajian mengenai potensi dan
metalogenesis endapan bijih hidrotermal, khususnya pada busur magmatik Neogen
Sulawesi bagian barat, dan metamorphic – hosted deposit lengan Sulawesi bagian
tenggara – tengah. Kompleksitas tektonik dan magmatisme di Sulawesi ditandai
dengan keterdapatan berbagai macam tipe deposit mineral bijih, salah satunya
adalah pada busur magmatik Sulawesi Utara – Sangihe, yang merupakan zona yang
memiliki banyak tipe endapan, seperti endapan porfiri Cu – Au, emas (Au)
epitermal, VMS (Volcanogenic Massive Sulfide) tipe Kuroko, skarn, dan sediment
hosted Au tipe Carlin. Endapan emas epitermal sulfidasi tinggi di Busur Sulawesi
Utara dan Sangihe dapat ditemukan di Motomboto, Gunung Simbalang,
Kotamobagu, dan Binebase. Endapan emas epitermal sulfidasi tinggi di
7
Kotamobagu (Prospek Riska) memiliki total cadangan mineral bijih 14,2 MT @ 1,4
g/t Au dan 4,4 g/t Ag, dan tidak berasosiasi dengan mineralisasi porfiri.
6. Hardjana (2012)
Hardjana (2012) membahas secara umum mengenai kondisi geologi,
karakteristik alterasi, mineralisasi bijih, dan estimasi emas di prospek Bakan,
berdasarkan data pemetaan geologi dan alterasi, soil geochemistry, stream sediment
sampling, dan data hasil eksplorasi perusahaan lain, seperti Avocet dan Newmont.
Distrik Bakan didominasi oleh endapan Au – Ag epitermal sulfidasi tinggi dengan
bentuk diseminasi pada alterasi vuggy silica dan silika - alunit, yang berada pada
batuan asal berupa tuf dasitik berumur Pliosen – Pleistosen, yang merupakan bagian
dari Sekuen Bakan. Pembentukan endapan tersebut dipengaruhi oleh sesar konjugat
berorintasi baratlaut – tenggara dan utara-timurlaut – selatan-baratdaya, dengan dip
mendekati vertikal. Pada Prospek Durian, selain sesar – sesar tersebut, juga terdapat
sesar berorientasi timur-timurlaut – baratdaya-barat, yang terbentuk lebih akhir dan
menyebabkan adanya pergeseran dekstral terhadap tubuh bijih (orebody) yang ada.
Umumnya, breksi hidrotermal yang ditemukan di Prospek Camp, Osela, dan
Durian, menjadi tempat kadar bijih yang tinggi ditemukan.
7. Van Leeuwen & Pieters (2012)
Van Leeuwen & Pieters (2012) meneliti Sulawesi secara detail meliputi
kondisi geologi dan berbagai macam tipe endapan di Sulawesi, salah satunya adalah
mengenai endapan Au – Ag Epitermal Sulfidasi Tinggi di Distrik Bakan. Sama
halnya dengan Hardjana (2012), Van Leeuwen & Pieters (2012) berpendapat bahwa
distrik tersebut didominasi oleh sesar konjugat berorientasi baratlaut – tenggara dan
utara-timurlaut – selatan-baratdaya, dengan dip subvertikal, yang diperkirakan
sebagai jalan utama fluida hidrotermal untuk naik dan membentuk zona alterasi
dengan luasan 2,5 x 3,5 km, dimulai dari alterasi vuggy silica (di bagian pusat),
silika – alunit, kaolinit – alunit, dan smektit – ilit, semakin ke arah luar (menjauhi
sesar). Pada distrik tersebut, emas dan perak ditemukan dengan bentuk diseminasi,
yang berasosiasi dengan pirit, dan enargit serta kovelit (pada kedalaman yang lebih
besar). Pengkayaan emas juga terjadi akibat proses supergen, yang dibuktikan
dengan keterdapatan emas yang berasosiasi dengan limonit, goetit, dan supergene
clays pada rongga – rongga batuan (vugs dan cavities).
8
I.7.2. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai geologi dan mineralisasi emas sulfida secara regional di
Prospek Bakan, Sulawesi Utara telah dilakukan oleh Hardjana (2012), yang juga mengacu
pada penelitian Van Leeuwen & Pieters (2012). Hardjana (2012) membahas secara umum
mengenai kondisi geologi, karakteristik alterasi, mineralisasi bijih, dan estimasi emas di
prospek tersebut, berdasarkan data pemetaan geologi dan alterasi (skala 1 : 25.000), soil
geochemistry, stream sediment sampling, dan data hasil eksplorasi perusahaan lain,
seperti Avocet dan Newmont.
Dengan demikian, penelitian yang berjudul “Geologi serta Karakteristik Alterasi
Hidrotermal dan Mineralisasi Bijih pada Endapan Emas Epitermal Sulfidasi Tinggi di
Lapangan Durian, Prospek Bakan, Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara” ini, lebih
difokuskan pada informasi lebih rinci meliputi kondisi geologi pengontrol alterasi
hidrotermal dan mineralisasi bijih, tipe dan distribusi zona alterasi dan mineralisasi bijih
beserta dengan asosiasi himpunan mineralnya, dan genesa endapan epitermal sulfidasi
tinggi (termasuk paragenesa mineral bijih).
Untuk dapat melakukan interpretasi detail terkait fokus tersebut, penelitian ini
dilakukan berdasarkan kombinasi data lapangan (peta geologi dan peta zona alterasi,
dengan skala 1:500), data sekunder, dan hasil analisis laboratorium (analisis petrografi,
mikroskopi bijih, dan analisis data XRD (X-ray Diffraction Analysis)).