Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan dan permintaan akan hasil tambang emas dari tahun ke tahun

semakin mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak terlepas dari adanya

pertumbuhan penduduk, percepatan pembangunan, dan kemajuan teknologi yang

semakin membutuhkan hasil tambang dalam memenuhi tuntutan tersebut. Keadaan

ini harus diimbangi dengan eksplorasi dan penemuan baru cadangan yang

ekonomis.

Indonesia adalah negara dengan potensi sumberdaya mineral yang sangat

besar dan dipandang sebagai salah satu aktor utama industri mineral dunia. Hal

tersebut dikarenakan Indonesia merupakan negara yang terletak dalam gugusan

sabuk gunung api (ring of fire) dengan tatanan tektonik utama berupa subduksi.

Proses subduksi antar lempeng tersebut memicu terjadinya proses magmatisme dan

vulkanisme. Kedua proses inilah yang menjadi dasar dari adanya sistem hidrotermal

yang dapat menghasilkan mineralisasi di suatu daerah.

Menurut Van Leeuwen, et al. (2022), salah satu tipe endapan mineral bijih hasil

proses hidrotermal yang ekonomis di Indonesia bagian timur adalah endapan emas

Porfiri dan Epitermal Sulfidasi Tinggi (Gambar 1.1).

1
2

Gambar 1.1 Persebaran endapan porfiri – epitermal sulfidasi Tinggi Indonesia Bagian
Timur (Van Leeuwen, et al.,2022).

Distrik Bakan adalah lokasi pertambangan yang aktif ditambang. Daerah

penelitian berada di area Main Ridge dan Osela, Distrik Bakan, Desa Motandoi,

Kecamatan Pinolosian Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Provinsi

Sulawesi Utara (Gambar 1.1). Pada Distrik Bakan berkembang endapan epitermal

sulfidasi tinggi, terdapat beberapa area prospek yang diberi nama area Durian,

Osela Utara (atau Osela), Osela Selatan, Villa, Main Ridge, Jalina, Tengkorak,

Gunung Botak, Camp Prospek, dan Waterfall (Hardjana, 2012).

Pada area Main Ridge dan Osela, silisifikasi dan mineralisasi terjadi pada

batuan gunungapi khususnya tuf dasitik, umumnya terbentuk tekstur vuggy,

mineralisasi tersebar secara acak (disseminated), sebagian terkonsentasi di dalam


3

urat halus silika dan urat sulfida terutama pada area Osela. Asosiasi mineral sulfida

berupa pirit, spalerit, dan sedikit tenantit-tetrahidrit, kalkosit dan kovelit,

mengindikasikan terbentuknya endapan epitermal sulfidasi tinggi kedalaman

dangkal pada area Main Ridge. Pada area Osela mineralisasi yang terbentuk berupa

pirit, kalkopirit, enargit-luzonit, dan sedikit tenantit-tetrahidrit, kovelit, dan

kalkosit, yang mencirikan terbentuknya endapan epitermal sulfidasi tinggi

kedalaman dalam. Kadar logam mulia dan dasar pada area Osela relatif lebih tinggi

jika dibandingkan dengan area Main Ridge, hal tersebut konsisten dengan

mineralisasi yang terbentuk pada masing-masing area (Rizqi, 2020).

Pembagian fasies breksi hidrotermal yang ada di daerah penelitian dirasa

perlu untuk dilengkapi untuk analisis dan interpretasi yang komprehensif dari data-

data struktur geologi, litologi, alterasi dan mineralisasi daerah tersebut. Sehingga

diharapkan, didapatkan adanya suatu fakta mengenai hubungan breksi hidrotermal

yang berkembang pada Endapan Sulfidasi Tinggi pada prospek Bakan. Oleh karena

itu, hal ini menimbulkan ketertarikan untuk di teliti lebih lanjut pada prospek

mineralisasi di wilayah pertambangan PT. J Resources Nusantara.

Tuntutan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, semakin minimnya

cadangan terbukti suatu endapan mineral, dan semakin tingginya resiko eksplorasi

dan eksploitasi mineral saat ini, mengharuskan bahwa sumber daya manusia harus

memiliki ilmu, pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman yang tinggi untuk dapat

memenuhi tuntutan tersebut. Dengan kemampuan ini, diharapkan setiap lulusan

teknik geologi dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitas dan

kuantitas eksplorasi dan keberhasilan eksploitasi.


4

Kerja praktek di lapangan secara langsung merupakan sarana bagi mahasiswa

untuk memahami bagaimana ilmu dan pengetahuan yang selama ini didapatkan di

bangku kuliah dapat diaplikasikan di industri serta sebagai langkah awal sehingga

didapatkan pengalaman baik pengalaman akademik maupun non-akademik

sehingga mahasiswa ketika lulus, siap dalam berkontribusi dan berpartisipasi dalam

kegiatan industri.

1.2 Rumusan Masalah

Sebelum melakukan penelitian, dibuat suatu ruang lingkup penelitian yang

diwujudkan dalam rumusan masalah. Berdasarkan rumusan masalah tersebut

diharapkan penelitian ini bisa memfokuskan metode penelitian yang tepat dalam

mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. Permasalahan yang akan dibahas yaitu:

1. Mengidentifikasi jenis litologi yang ada di lapangan penelitian.

2. Mengidentifikasi geomorfologi yang ada di lapangan penelitian.

3. Mengidentifikasi kontrol struktur geologi terhadap keterdapatan

mineralisasi.

4. Mengindentifikasi mineral alterasi dan melakukan analisis susunan

mineral serta mengelompokkannya dalam zonasi alterasi tertentu sehingga

dapat menginterpretasi temperatur dan pH fluida yang berperan dalam

proses mineralisasi.

5. Mengetahui jenis mineral logam yang ada dan menentukan paragenesanya.

6. Mengetahui karakteristik breksi hidrotermal dan hubungannya terhadap

mineralisasi.
5

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian geologi ini adalah untuk memenuhi persyaratan

akademik tingkat Sarjana (S1) pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas

Teknologi Mineral, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi geologi

yang mencakup aspek geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan alterasi

hidrotermal, sehingga dapat ditentukan genesa pembentukan geologi dan

mineralisasi serta mengetahui karakteristik breksi hidrotermal untuk

menentukan zona high grade Au .

1.4 Letak, Luas Dan Kesampaian Daerah

Secara administartif daerah penelitian terletak pada Distrik Bakan, Desa

Motandoi, Kecamatan Pinolosian Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan,

Provinsi Sulawesi Utara (Gambar 1.2).


6

Gambar 1.2 Peta Sulawesi Utara (Peta-hd.com)

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian geologi meliputi geomorfologi, stratigrafi,

struktur geologi, alterasi dan mineralisasi beserta paragenesa keterbentukan alterasi

dan mineralisasi, dan karakteristik breksi hidrotermal.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Pengetahuan dan fakta yang terkuak mengenai kontrol mineralisasi daerah

penelitian.

2. Pengetahuan dan fakta mengenai karakteristik breksi hidrotermal daerah

penelitian
7

3. Data dan fakta yang dihasilkan dari penelitian dapat dimanfaatkan oleh

perusahaan sebagai pertimbangan eksplorasi di daerah penelitian.

1.7 Peneliti Terdahulu

1. Rizqi Faishal Sipatriot dan Andi S. Subandrio, 2020 membahas tentang “

Paragenesis Mineral dan Inklusi Fluida Pada Endapan Epitermal, Area Main

Ridge dan Osela, Distrik Bakan, Sulawesi Utara”. Pada area Main Ridge dan

Osela, silisifikasi dan mineralisasi terjadi pada batuan gunungapi khususnya

tuf dasitik, umumnya terbentuk tekstur vuggy, mineralisasi tersebar secara

acak (disseminated), sebagian terkonsentasi di dalam urat halus silika dan urat

sulfida terutama pada area Osela. Asosiasi mineral sulfida berupa pirit,

spalerit, dan sedikit tenantit-tetrahidrit, kalkosit dan kovelit, mengindikasikan

terbentuknya endapan epitermal sulfidasi tinggi kedalaman dangkal pada area

Main Ridge. Pada area Osela mineralisasi yang terbentuk berupa pirit,

kalkopirit, enargit-luzonit, dan sedikit tenantit-tetrahidrit, kovelit, dan

kalkosit, yang mencirikan terbentuknya endapan epitermal sulfidasi tinggi

kedalaman dalam. Kadar logam mulia dan dasar pada area Osela relatif lebih

tinggi jika dibandingkan dengan area Main Ridge, hal tersebut konsisten

dengan mineralisasi yang terbentuk pada masing masing area.

2. Djauhari Noor, 2017 membahas tentang “Geologi dan Mineralisasi Sulfida

Daerah Duminanga dan Sekitarnya, Kecamatan Bolaang UKI, Kabupaten

Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara”. Tujuan penelitian geologi

dan mineralisasi sulfida di daerah Duminanga dan sekitarnya, Kecamatan


8

Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara

adalah untuk mengetahui tatanan geologi daerah penelitian yang mencakup

geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi dan mineralisasi

sulfida yang terdapat di daerah penelitian. Metodologi penelitian yang dipakai

dalam penelitian dan pemetaan geologi daerah Duminanga dan sekitarnya,

Kecamatan Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ini

meliputi 3 tahap, yaitu: (1). Tahap Studi Literatur; (2). Tahap Pekerjaan

Lapangan; (3). Tahap Pekerjaan Laboratorium dan Studio dan Penulisan

Laporan. Hasil yang dicapai dalam penelitian di daerah Duminanga dan

sekitarnya, Kecamatan Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow

Selatan, Sulawesi Utara adalah sebagai berikut: Geomorfologi daerah

penelitian dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) satuan geomorfologi, yaitu:

(1). Satuan geomorfologi perbukitan gunungapi; (2). Satuan Perbukitan

Batugamping; dan (3). Satuan Dataran Aluvial. Pola aliran sungai yang

terdapat di daerah penelitian berpola dendritik yang dikontrol oleh jenis

litologi yang homogen. Tatanan batuan dari tua ke muda adalah: (1). Satuan

Batuan Breksi, Tufa dan Lava (Batuan Gunungapi Belungala yang berumur

Miosen Awal - Miosen Akhir dan diendapkan pada lingkungan darat;

(2).Satuan Batugamping Terumbu yang diendapkan pada Akhir Plistosen -

Holosen di lingkungan laut dangkal; (3). Satuan Aluvial Sungai merupakan

satuan termuda di daerah penelitian berupa material lepas berukuran lempung

hingga bongkah. Struktur geologi yang terdapat di daerah penelitian berupa

struktur kekar dan sesar. Adapun kekar-kekar yang dijumpai berupa kekar
9

gerus dengan arah umum Baratlaut - Tenggara dan Baratdaya - Timurlaut.

Kekar tarik berarah Utara - Selatan. Struktur patahan yang dijumpai berupa

Sesar Geser Jurus Tangagah-1, Sesar Geser Jurus Tangagah-2; Sesar Geser

Jurus Tangagah-3, Sesar Geser Jurus Dudepo, Sesar Geser Jurus Ponii.

Keseluruhan struktur geologi yang ada terjadi pada kala Pliosen - Plistosen.

Zona ubahan hidrotermal yang terdapat di daerah penelitian dapat

dikelompokan menjadi 2 (dua) zona, yaitu: (1). Zona Ubahan Silisifikasi dan

(2). Zona Ubahan Propilitik. Mineralisasi sulfida yang terdapat di daerah

penelitian bertipe endapan epithermal dan terjadi pada purna magmatik (post-

magmatic) kala Miosen Akhir - Pliosen. Berdasarkan genesa pembentukan

endapan hidrotermal di daerah penelitian merupakan endapan hidrotermal

tipe porphyry Au-Ag.

3. Agus Harjano, Dkk, 2016 membahas tentang “Alterasi Hidrotermal di

Dumoga Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara”. Bolaang

Mongondow terletak di bagian tengah lengan utara Sulawesi yang disusun

oleh busur magmatik berumur Neogen dan berpotensi mengandung mineral-

mineral ekonomis. Hal tersebut yang melatarbelakangi dilakukan penelitian

terhadap potensi sumber daya mineral. Tujuan penelitian adalah untuk

mempelajari alterasi akibat proses hidrotermal serta hubungannya dengan

cebakan emas (Au) berdasarkan kajian di lapangan maupun analisis

laboratorium. Metode yang digunakan dalam penelitian, yaitu kajian literatur,

survei geologi, pengambilan contoh batuan, analisis laboratorium, dan

pengolahan data. Daerah penelitian merupakan kompleks intrusi diorit yang


10

terjadi berulang kali. Andesit, batuan klastika gunung api, dan dasit yang

berumur lebih tua diintrusi oleh kompleks ini. Selanjutnya, tufa dasitik,

batupasir gunung api, dan endapan alluvium diendapkan di atasnya. Terdapat

tiga sesar utama yang telah diukur dan dipetakan, berarah timur laut-barat

daya yang terpotong oleh sesar barat-timur dan terakhir sesar barat laut-

tenggara yang memotong sesar-sesar terdahulu. Alterasi hidrotermal tahap

awal berhubungan dengan keberadaan diorit kuarsa muda yang menunjukkan

tahapan alterasi dari pusatnya potasik sampai propilitik distal. Alterasi

hidrotermal tahap akhir terdiri atas alterasi argilik, argilik lanjut, dan silika-

mineral lempung±magnetit±klorit yang menumpang tindih alterasi tahap

awal. Mineralisasi Cu- Au±Ag di bagian tengah daerah penelitian atau di

daerah Tayap–Kinomaligan sebagian besar berasosiasi dengan diorit kuarsa

muda yang teralterasi potasik dan dipotong oleh urat-urat kuarsa-magnetit-

kalkopirit±bornite yang sejajar dan stockwork.

4. Asri Arifin, 2013 membahas tentang “Tipe Endapan Epitermal Daerah

Prospek Bakan, Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow,

Propinsi Sulawesi Utara”. Daerah penelitian terletak di Daerah Prospek

Bakan, Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow Propinsi

Sulawesi Utara. Daerah Penelitian didominasi oleh batuan yang telah

mengalami alterasi/ubahan hidrotermal kuat. Alterasi hidrotermal yang

berkembang di daerah penelitian ditandai dengan kehadiran kelompok

mineral ubahan seperti kuarsa, alunit, kaolinit, dickit, smectit, illit, klorit,

epidot, kalsit, serisit, halloysit, pyrophillit dan lempung membentuk tipe


11

alterasi silisifikasi, advance argilik, intemedit argilik temperatur tinggi,

intermedit argilik temperatur rendah dan alterasi propilitik. Mineralisasi bijih

seperti pirit, kalkopirit, sphalerit, galena, arsenopirit dan kehadiran mineral

oksida seperti hematit, magnetit dan limonit, yang disertai oleh pola dan

tekstur mineralisasi berupa breksiasi, vuggy, silika masif, banded dan urat

halus serta tekstur pengisian, colloform dan disseminated yang dominan

mendukung bahwa lingkungan sistem mineralisasi daerah penelitian adalah

tipe endapan epitermal sistem sulfidasi tinggi.

Anda mungkin juga menyukai