MAGMATISME GUNUNGAPI
19
20
yang berasal dari dalam bumi. Dalam hal ini dibagi kedalam 7 busur
magmatisme yaitu sebagai berikut:
1. Mid Oceanic Ridge
2. Continental Rift Zone
3. Island Arc
4. Volcanic Arc
5. Back Arc Basin
6. Oceanic Intraplate
7. Continental Intraplate
2. Asimilasi
Merupakan semua proses magmatisme yang menghasilkan sifat
dam komposisi magma atau batuan baru melalui interaksinya dengan
batuan dinding. Proses ini terjadi pada batuan cair (magma) selama
proses perjalanan, yang akan mengalami pemisahan kristal padat dari
larutan magma. Proses asimilasi dan diferensiasi berdampak pada
percampuran magma (magma mixing) di dalam perjalanannya. Proses
asimilasi menyebabkan percampuran masa magma dengan fragmen
batuan dinding membentuk xenolith atau xenokris. Namun proses ini
hanya terbatas pada zona transfer panas yang berada di sekitar masa
magma saja.
Kedua proses tersebut tidak lepas dari proses fraksinasi komposisi kima
larutan magma. Proses fraksinasi adalah pemisahan anatar bagian yang leleh
(liquid) dengan bagian yang telah mengkristal (solid) dalam larutan magma,
sehingga menyisakan material leleh kritis dalam beberapa persen, proses
asimilasi dan differensiasi berdampak pada percampuran magma (magma
mixing) di dalam perjalanannya.
23
Pada Gambar terlihat kurva gradien geotermal yang tidak berbentuk linear
di dalam bumi, tekanan di kedalaman yang lebih besar semakin besar
peningkatannya dibandingkan dengan perubahan tekanan pada kedalaman
yang lebih kecil (<20km). Sebaliknya, peningkatan suhu lebih cepat terjadi
pada kedalaman yang lebih kecil (<30km) dibandingkan dengan perubahan
24
suhu pada kedalaman yang lebih besar (>30km). Dalam gambar tersebut juga
diperlihatkan perubahan kurva proses pelelehan sebagian batuan peridotit
(lempeng samudra) oleh proses penunjaman (subduksi),yaitu peridotit meleleh
pada kondisi kering (tanpa volatil) yang terjadi pada kedalaman >50km, dan
peridotit yang meleleh kaya volatil yang terjadi pada kedalaman <50km.
Pada prinsipnya, magma mulai terbentuk pada suhu di atas 800°C, dengan
kurva pelelehan membentuk garis linear sejalan dengan perubahan tekanan
dan kedalaman (pada Gambar 3.1 diperlihatkan oleh garis putus-putus). Hal
itu dapat terjadi pada lempeng benua, di bawah lempeng benua maupun di
bawah lempeng samudera yang selanjutnya menambah volume magma pada
dapur magma primer (lapisan Gutenberg), lapisan Mohorovick, lapisan
lempeng benua maupun di dekat permukaan. Penambahan volume magma
tersebut dapat terjadi oleh peningkatan suhu (tanpa perubahan tekanan dan
komposisi magma), peningkatan tekanan (tanpa perubahan suhu dan
komposisi magma), dan perubahan komposisi magma oleh penambahan
volatil H2O dan CO2 (tanpa perubahan suhu dan tekanan) yang selalu
berhubungan dengan kegiatan gunungapi (vulkanisme).
1. Peningkatan suhu
Untuk memahami proses pelelehan batuan, maka yang paling
mudah dipahami adalah dengan menambah suhu. Di kehidupan sehari-
hari, kebanyakan benda padat (logam, lilin, dan es) dapat meleleh
dengan meningkatkan suhunya. Proses tersebut dapat dilakukan
melalui pembakaran, serta memindahkan bongkah es dari suhu yang
lebih rendah ke suhu yang lebih tinggi. Begitu pula dengan batuan-
batuan pada suhu yang lebih rendah tidak akan dapat meleleh, dan
akan meleleh ketika terjadi peningkatan atau perubahan suhu. Hal itu
juga akan meningkatan tekanan terhadap batuan tersebut sehingga
dalam titik lelehnya memiliki suhu dan tekanan tertentu. Pada
dasarnya, semakin tinggi suhu lingkungan, semakin tinggi pula
tekanan lingkungan. Semakin ke dalam bumi maka akan semakin
tinggi suhu dan tekanannya karena adanya proses peluruhan radioaktif,
25
unsur dalam batuan dinding yang dilewat magma dan uap air tersebut,
sehingga unsur-unsur yang lepas tersebut memperkaya komposisi
magma. Jika di sepanjang perjalanan magma tidak mengalami
perubahan suhu dan tekanan, maka saat terjadi interaksi antara magma
dengan batuan dinding yang terjadi adalah pelelehan batuan. Magma
mengabrasi bagian-bagian dinding batuan pada dapur magma,
mengerosinya kemudian melelehkannya dan mengubah komposisi
magma. Magma basalan oleh proses pengayaan komposisi tersebut di
sepanjang perjalanannya akan berasimilasi dengan batuan dinding
dapur magma membentuk magma yang lebih bersifat andesitan. Proses
tersebut mulai terjadi pada tubuh batuan yang sangat dekat dengan
zona bagian bawah titik leleh batuan (zona Wadat-Benni Off) hingga di
bagian yang lebih atas pada zona akumulasi magma dalam dapur-dapur
magma.
(transform), oleh dorongan gaya yang berasal dari olakan arus konveksi
magma dalam lapisan astenosfer dibawah kerak bumi. Arus konveksi sendiri
terbentuk oleh sifat magma yang cair-plastis dan bersuhu tnggi (ribuan derajat
celcius) yang bergolak akibat rotasi bumi terhadap matahari. Akibat
pergerakan lempeng samudra dan lempeng benua yang saling mendekat,
timbul gesekan yang sangat kuat sehingga menghasilkan panas dan
melelehkan sebagian lempeng benua yang membentuk magma.
Magma hasil pelelehan batuan sebagian tersebut selanjutnya bercampur
dengan magma asal astenosfer, bergerak melalui rekahan yang dibentuk oleh
gaya-gaya tektonika menuju zona akumulasi magma. Jika ada rekahan yang
menghubungkan zona akumulasi magma dan permukaan bumi, maka akan
terjadi aliran magma hingga permukaan bumi yang membentuk tubuh
gunungapi. Mekanisme keluarnya magma ke permukaan bumi secara divergen
membentuk gunungapi tipe perisai, secara konvergen membentuk gunungapi
tipe magmatik dan secara rifing membentuk gunungapi tipe rifing dan hotspot.
Masing-masing tipe gunungapi yang dibentuk pada masing-masing tatanan
tektonika tersebut berimplikasi pada sifat magmatologi, tipe erupsi dan
intensitas aktivitasnya.
Terjadinya aktivitas gunungapi, manakala ada gerakan magma yang
mencapai permukaan bumi. Magma yang selalu bersifat bergerak mencari
zona lemah untuk pergerakannya. Zona lemah yang terbentuk oleh tektonika,
yang berawal dari dapur magma dan berujung hingga permukaan bumi, akan
dilalui magma secara berulang-ulang dan terus-menerus hingga akhir dari
zona lemah tersebut. Akumulasi magma di permukaan bumi, yang selanjutnya
membeku membentuk batuan ekstrusi, menutup pipa kepundan (rekahan
penghubung dapur magma dan permukaan bumi), hingga menimbulkan
tekanan yang berlebih. Aliran magma secara terus menerus menyebabkan
tekanan pada sumbat kepundan menjadi lemah, yang selanjutnya dapat terjadi
ledakan. Ledakan itulah yang selanjutnya kita kenal sebagai letusan
gunungapi. Jika gerakan magma tidak mampu menjangkau bagian luar kerak
bumi (permukaan), maka tidak dapat membangun tubuh gunungapi. Magma
29
tersebut jika mendingin dan membeku membentuk tubuh batuan beku intrusi
dalam. Intrusi pada lempeng/kerak benua dapat berupa batolit, gabroik pada
kedalaman batial, dioritik pada kedalaman abisal dan granitik pada kedalaman
hipabisal.
Magma yang menjangkau dekat permukaan bumi membentuk intrusi
dangkal, seperti lakolit, lapolit, retas, sill dan korok, proses pergerakannya
biasanya berasosiasi dengan aktivitas gunungapi. Segala peristiwa yang
berhubungan dengan magma yang keluar menuju permukaan bumi melalui
rekahan dalam kerak bumi inilah yang disebut dengan vulkanisme.