PENDAHULUAN
Prospek dan potensi Sumber Daya Mineral yang cukup banyak. Sesuai Dengan
pula kebutuhan akan sumber daya mineral tersebut. Hal ini menarik perhatian para
daya alam terutama dalam sektor pertambangan yang menjadi tolok ukur sebagai
alam yang tidak dapat diperbaharui dan karena terjadinya suatu endapan bahan
Endapan laterit terbentuk dari hasil pelapukan dari batuan induk dari jenis
kegiatan eksplorasi.
1
PT. Aditha Nikel Indonesia, adalah salah satu perusahaan pertambangan
semakin meningkat, bagi Indonesia nikel merupakan salah satu komoditi tambang
yang utama hingga saat ini masih menjadi komoditi penghasil devisa cukup besar
bagi Negara, sehingga nikel laterit merupakan cadangan yang strategis, khususnya
bagi Negara kita yang mempunyai cadangan nikel laterit yang cukup besar untuk
Atas dasar latar belakang inilah yang mendorong saya untuk melakukan
dalam kerja praktek ini, saya melakukan kegiatan eksplorasi untuk mengetahui
2
I.3 Tujuan Kerja Praktek
Nikel Indonesia.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
Halmahera Timur, Propinsi Maluku Utara. letak geografis wilayah KP, PT. Aditha
Nikel Indonesia berada pada 128020’14” bujur timur dan 00030’31” lintang
selatan. (Lihat gambar II.1). Untuk mencapai lokasi tersebut dapat ditempuh
Ternate – Sofifi
Sofifi – Buli
Sofifi – Buli, dicapai dengan mengunakan kendaraan roda empat dengan waktu
Buli – Maba
Buli – Maba, dicapai dengan mengunakan transportasi darat ( Long Bout ) dengan
Ternate – Buli
Ternate – Buli, dapat dicapai dengan mengunakan pesawat udara dengan waktu
4
Sumber : Peta Administrasi Maluku Utara
5
II.2 Geologi Daerah Penelitian
cebakan sumber daya mineral dan energi kecuali batu bara dan gambut.
Pembentukan bahan galian logam di daerah ini sangat dipengaruhi oleh lempeng
Pasifik yang dikenal sangat kaya membawa endapan bahan galian logam.
Cebakan-cebakan bahan galian logam yang potensial di daerah ini seperti nikel
(Ni), kobal (Co), krom (Cr), tembaga (Cu), emas (Au), perak (Ag) dan mangan
kecil lainnya telah menghasilkan endapan laterit nikel mengandung kobal yang
sangat potensial. Temuan tembaga porfiri di Pulau Bacan dan beberapa indikasi
daerah prospek di Halmahera dan pulau lainnya telah memperkuat dugaan adanya
sabuk tembaga porfiri Pasifik yang membentang mulai dari Amerika bagian barat,
Filipina, Maluku bagian utara, Irian Jaya bagian utara, Papua Nugini sampai
Halmahera dan Pulau Obi erat kaitannya dengan batuan vulkanik di sepanjang
busur Halmahera.
dan batu gamping tersier, batu pasir, dan serpih. Data seismik memperlihatkan
pula keberadaan batuan karbonat Mio-Pliosen dan batuan klastik berbutir halus
6
Batuan induk sebagai sumber nikel di daerah ini umumnya berupa Dunit
dan Harzburgit dimana batuan ini telah mengalami perubahan dan pelapukan yang
intensif. Hal ini ditunjukkan dengan adanya mineral Garnierit, Krisopas dan
proses laterisasinya cukup baik. Penyebaran laterit cukup luas dengan ciri
sedimen tersier di daerah Maluku bagian utara umumnya marin, namun sedimen
II.2.1 Morfologi
II.2.2 Topografi
tersebut merupakan perbukitan yang ditutupi hasil pelapukan batuan dan tumbuh–
7
Sumber Peta Rupa Bumi Indonesia Digital Bakosurtanal Tahun 2009
8
II.2.3 Stratigrafi
ultrabasa yang sebarannya cukup luas. Batuan sedimen berumur kapur (Kd) dan
berumur Paleosen-Eosen (Tped, Tpee, dan Tpe) diendapkan tak selaras di atas
batuan ultrabasa.
dengan itu terbentuk pula batuan karbonat, yaitu batu gamping formasi tutuli
(Tomt). Setelah itu terjadi rumpang dalam pengendapan selama Miosen Bawah
bagian atas sampai yang pliosen. Di atas, terbentuklah cekungan luas yang
Batuan tertua di daerah geologi halmahera barat berupa batuan gunung api
tufaan. Selain itu di bagian utaranya ditemukan pula batuan gunung api kuarter
9
Deretan pulau yang mementuk busur kepulauan gunung api di barat
II.2.4 Litologi
berasal dari pelapukan batuan ultra basa yang lebih dikenal dengan sebutan
endapan bijih nikel laterit : harzburgit merupakan batuan asal penghasil nikel
Olivine itu sendiri mengandung nikel dalam jumlah kecil ± 0,25%, kemudian
pada batuan ultra mafik tersebut antara lain oleh pensesaran, perlipatan, dan
pengkekaran yang terjadi dalam waktu yang cukup lama dan berulang-ulang
residual serta pengkayaan nikel yang tidak mudah larut dan membentuk endapan
nikel (Ni) dan Magnesium (Mg) dalam bentuk garnierite (Ni Mg)3 SiO2 Os (OH)4
pada lapisan saprolit terbentuk pula mineral himatit (Fe2 O3 ) pada lapisan laterit.
kuning kecoklatan berbentuk hitam atau abu-abu putih dengan warna kehijauan
10
Sumber: Pusat Sumber Daya Geologi (Inventarisasi Bahan Galian Hal-Tim)
11
Tampak pula batuan ultra basa pada penelitian ini telah mengalami proses
endapan bijih nikel laterit brecia sangat banyak pula terpengaruh oleh tektonik
yang lemah seperti perakahan, retakan, sesar dan sebagiannya. Pada lapangan
terlihat bahwa banyak rekahan-rekahan kecil yang umumnya telah terisi oleh
beriklim tropis dengan 2 musim yaitu musim hujan dan kemarau. Musim kemarau
hampir terjadi sepanjang tahun. Berdasarkan data curah hujan dari tahun 2010-
2016 yang ada pada lembar lampiran, rata-rata curah hujan pertahun adalah
2812.20 mm, dengan musim hujan antara bulan Mei – Juni dan musim kemarau
antara bulan Agustus – November. Di antara dua musim tersebut terjadi musim
pancaroba. Bila dilihat dengan seksama data curah hujan di daerah penelitian,
maka daerah ini memiliki curah hujan yang sangat tinggi serta menjadi salah satu
12
400
350
300
Intensitas Hujan (mm)
250
200
150
100
50
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Bulan
2012-2016
Fe,Ni,Co dan lain-lain. Pepohonan yang tumbuh di daerah penilitian ini berupa
pohon kaswari dan pohon tunggal serta semak-semak belukar yang menyebar
luas.
13
BAB III
LANDASAN TEORI
menilai suatu endapan mineral. Menurut Dhadar (1980), eksplorasi bahan galian
aktivitas untuk mencari tahu keadaan suatu daerah, ruang ataupun realm yang
adalah mencari tahu tentang keadaan suatu objek geologi yang umumnya berupa
cebakan mineral.
yang ampuh untuk merobohkannya, serta strategi untuk dapat sampai mendekati
14
III.1.2 Tujuan Eksplorasi
sejumlah maksimum dari cebakan mineral ekonomis baru dengan biaya dan waktu
seminimal mungkin (to find and acquire a maximum number of new economic
mineral deposits within a minimum cost and in a minimum time (Baily, 1968
rekomendasi dari tahap awal dari kegiatan pertambangan, yakni setelah tahap
prospeksi yang mempunyai tujuan atau sasaran utuk melokalisasir daerah jalur
mineral. Kegiatan lapangan tahap ini bersifat strategis dimana terus di upayakan
untuk menemukan dan mengetahui bentuk satu dimensi bahan galian yang
ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam
15
eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun
a. Studi Literatur
terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-
catatan lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei.
geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat
galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi,
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka
survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat
dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada,
maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut
sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa
penting.
orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan
16
tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan
tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll. Dengan
demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan).
dan dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan
cara acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika
dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.). Dari kegiatan
mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah
daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak.
Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan
dengan sasaran mengetahui sebaran endapan mineral secara menyeluruh dan pasti
anomali bahan galian dan atau mineralisasi. Dalam tahap ini biasanya pembuatan
17
dibandingkan non logam. Perkiraan sumberdaya sudah dapat dilakukan dengan
sebaran bahan galian dibawah permukaan, membuat peta surface dan mengetahui
kadar rata-rata sebaran mineralisasi pada titik bor. Kegiatn pemboran dilakuaknan
dengan pola teratur (grid pattern) dengan jarak antara titik bor yang satu dengan
yang lainnya 25 – 50 m.
lebih lanjut tentang definisi Eksplorasi.Materi juga diambil dari makalah yang
18
Perencanaan eksplorasi hanya bisa dilakukan jika diketahui beberapa hal
dipakai).
secara detail setiapluas daerah. Di suatu daerah yang terdapat indikasi kuat adanya
1. Kriteria stratigrafi
lapisan stratigrafi. Tugas utama dalam tahap prospeksi yaitu menentukan secara
menentukan luas horison (singkapan horison diikuti sepanjang strike dan dip),
mencari endapan sedimen dan endapan hipogene yang berasosiasi dengan lapisan
19
2. Kriteria litologi
Kriteria litologi terbagi menjadi dua, pada endapan primer dan pada
endapan sekunder. Pada endapan primer, dilihat secara genetik (dari komposisi
endapan placer, litologi batuan sangat penting karena variasi litologi awal yang
3. Kriteria struktur
formasi endapan mineral (seperti perlipatan yang diiringi dengan intrusi). Smirnov
(1957) dalam Kuzvart and Bohmer (1986) membagi struktur mineralisasi menjadi
6 grup, yaitu :
4. Kriteria magmatogenik
20
5. Kriteria geomorfologi
6. Kriteria paleogeografi
lembah.
7. Kriteria paleoklimat
8. Kriteria historis
material yang dapat mengandung logam yang bernilai ekonomis. Suatu endapan
bijih yang ekonomis sering disebut sebagai tubuh bijih (orebody). Kedua istilah
ini (bijih dan tubuh bijih) sering memberikan kerancuan, meskipun masih tetap
digunakan oleh ahli geologi (ekonomi). Mineral bijih dapat diartikan sebagai
21
Mineral industri telah didefinisikan sebagai suatu batuan, mineral atau
bahan alam yang lain yang memiliki nilai ekonomis tinggi, selain mineral bijih,
minyak bumi dan batupermata. Sehingga yang termasuk dalam kategori ini
misalnya asbes, barit, atau oksida atau ikatan kimia yang lain yang dihasilkan dari
mineral yang dapat digunakan untuk industri (pengguna). Ini termasuk granit,
pasir, kerikil, batugamping yang dapat digunakan untuk bahan konstruksi (yang
sering disebut sebagai agregat bahan bangunan), begitu juga mineral-mineral yang
memiliki sifat kimia dan fisika yang khusus, seperti florit, fosfat, kaolinit dan
perlit. Mineral industri sering disebut sebagai mineral bukan logam (non-
pertambangan.
batuan yang diharapkan dapat ditambang dan darinya suatu logam yang bernilai
dapat diekstraksi. Bijih juga didefinisikan sebagai suatu agregat mineral dalam
bentuk padat yang terbentuk secara alamiah, yang dengan keinginan ekonomis
Bahan lain yang dapat diperoleh pada eksploitasi mineral bijih adalah
misalnya pada eksploitasi logam emas pada endapan epitermal dan urat kuarsa
(gemstone).
22
Untuk mengetahui dan menilai ekonomis tidaknya suatu cebakan mineral
dalam mencari adalah asosiasi batuan, dimana setiap jenis batuan akan
seperti :
(Al).
baik untuk intan, nikel (Ni), kobalt (Co), platina (Pt), kromit (Cr) serta
yang relatif tahan terhadap perlapukan seperti timah (kasiterit/SnO2), emas (Au
23
dalam bentuk nugget), perak (Ag), pasir besi (Fe). Sedangkan untuk endapan
Tahapan eksplorasi
tiap endapan mineral untuk mengurangi resiko kegagalan (kerugian) yang lebih
eksplorasi adalah :
a. Efektifitas, yaitu mengenai sasaran dengan metoda dan strategi yang tepat
b. Efisiensi, dengan usaha (biaya dan waktu) yang seminimal mungkin untuk
c. Unsur ekonomi, biaya eksplorasi harus sesuai dengan hasil yang diharapkan
dengan memperhitungkan resiko. Hal ini disebabkan karena lebih tinggi resiko
24
Eksplorasi dapat dibagi menjadi sejumlah tahap yang saling berhubungan
bijih meliputi:
tambang;
25
Khusus kegiatan eksplorasi, beberapa tahapan harus dilakukan
TAHAPAN EKSPLORASI
STUDI PENDAHULUAN
SURVEI TINJAU
Daerah Prospeksi
PROSPEKSI
Daerah Sasaran
EKSPLORASI UMUM
Daerah target
EKSPLORASI RINCI
STUDI KELAYAKAN
(Feasibility Study)
26
Tujuan dari eksplorasiadalah untuk mengidentifikasi ada tidaknyacebakan
mineral bijih primer pada suatu daerah. Pemilihan daerah prospekdidasarkan pada
Tahap pendahuluan ini dapat dibagimenjadi dua tahap, yaitu survei tinjau dan
prospeksi.
pengaruh mineralis.
1. Studi pendahuluan.
menuju ke tempat yang akan diselidiki. Dalam hal ini dilakukan pengumpulan
data-data yang dapat berupa literatur keadaan geologi regional maupun lokal
daerah yang ingin di eksplorasi, studi citra landsat / foto udara, data laboratorium
2. Survei tinjau.
kecil ( 1 : 100.000 –1: 200.000), selain itu terkadang dilakukan pula pengambilan
didapat pada survei tinjau masih bersifat umum, hasil yang didapat digunakan
27
3. Prospeksi.
yang lebih terperinci, peta yang diperlukan berskala (1: 50.000 –1 : 25.000). Pada
tahap ini akan dikumpulkan data mengenai keadaan dan jenis batuan, struktur,
lapangan yang dilakukan secara lebih sistematik.Di tahap ini juga umumnya
4. Eksplorasi umum.
paritan (trench), pembuatan sumur uji (test pit), pengukuran geofisika detail,
mengetahui penyebaran lateral dan vertikal secara umum endapan mineral, juga
5. Eksplorasi rinci/detail.
Eksplorasi rinci dilakukan pada peta dengan skala 1 : 2.000 –1: 200. Pada
tahap ini jugadilakukan pula pemetaan geologi detail bawah permukaan (studi
yang terperinci dan sistematis untuk estimasi cadangan terukur dan perencanaan
penambangan.
28
III.1.6 Pengertian Nikel Laterit.
batuan ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur
nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai
hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni,
Fe dan Mg dapat diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang hampir
proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja
Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal
tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni
haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur
Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama
larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral
akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk
membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau
29
hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap
pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan
seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai
batas pelapukan dan akan diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa
urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan
batuan dasar, iklim, topografi, struktur, waktu dan kondisi lingkungan yang
1. Batuan asal
nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada
batuan ultra basa tersebut: – terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara
batuan lainnya – mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak
30
2. Iklim
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya
besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-
rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada
batuan.
pH larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam
a. Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar
pohon-pohonan
c. Humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana
hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang
lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi
31
4. Struktur
yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini adalah struktur
beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi
air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih
memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif
5. Topografi
beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak
topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run
off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan
kurang intensif
6. Waktu
32
III.1.8 Profil Endapan Nikel Laterit
Profil endapan nikel laterit keseluruhan terdiri dari 4 zona gradsi sebagai
berikut:
1. Iron Capping
Iron capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah.
2. Limonite Layer
Berwarna merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonit soil
menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat
hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral
3. Silika Boxwork
sebagian mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat
mungkin berasal dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat
33
4. Saprolite
saprolitic rims, vein dari endapan garnierite, nickeliferous quartz, mangan dan
pada beberapa kasus terdapat silika boxwork, bentukan dari suatu zona transisi
lapangan biasanya diidentifikasi sebagai kolloidal talc dengan lebih atau kurang
5. Bedrock
Merupakan bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang
lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah
tidak mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama
dengan batuan dasar). Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh
adanya root zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.
34
BAB IV
Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara Kerja Praktek ini dilakukan
untuk memudahkan dan merinci kegiatan yang harus dilakukan demi mencapai
Metode pengambilan data yang digunakan dalam Kerja Praktek ini, adalah
sebagai berikut:
1. Observasi
Kerja.
2. Wawancara
35
3. Dokumentasi
b. Data sekunder, data yang diperloleh dari hasil pengumpulan beberapa daftar
bacaan yang berhubungan dengan permasalahan yang ada, antara lain : lokasi
dan kesampaian daerah, kondisi geologi, iklim dan curah hujan, jurnal terlebih
Data yang sudah diperoleh, akan diolah dengan berpedoman pada landasan
teori pada Bab III dan artikel-artikel terkait serta analisa secara visual di lapangan
36
IV.1.5 Alat Pendukung Kerja Praktek
2. Notebook
4. Alat Tulis
5. Kamera
37
IV.1.6 Bagan Alir Kerja Praktek
Pengambilan Data
Pengolahan Data
pembahasan
kesimpulan
38
4.1.7 JADWAL KEGIATAN KERJA PRAKTEK
Kegiatan
I II III IV I II III IV
Lapangan
Studi Literatur
Praktek
Tiba Dilokasi
Observasi Lapangan
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Praktek
39