Anda di halaman 1dari 26

BAB II TINJAUAN UMUM

II.1 Profil Perusahaan


ANTAM merupakan perusahaan pertambangan yang terdiversifikasi dan
memiliki integrasi usaha yang berbasis sumberdaya alam. Melalui wilayah operasi
yang tersebar di seluruh Indonesia yang kaya akan bahan mineral, kegiatan
ANTAM mencakup eksplorasi, penambangan, pengolahan serta pemasaran dari
komoditas bijih nikel, feronikel, emas, perak, bauksit dan batubara. ANTAM
memiliki konsumen jangka panjang yang loyal di Eropa dan Asia. Mengingat
luasnya lahan konsesi pertambangan dan besarnya jumlah cadangan dan sumber
daya yang dimiliki, ANTAM membentuk beberapa usaha patungan dengan mitra
internasional untuk dapat memanfaatkan cadangan yang ada menjadi tambang
yang menghasilkan keuntungan.

II.1.1 Nikel di PT Antam Tbk


Sebagian besar estimasi Sumber Daya Mineral dan Bijih Ore dipersiapkan
sesuai dengan peraturan Joint Ore Reserve Committee (JORC) Code of 2012
dengan menggunakan metode geostatistik dan, atau konvensional, ditambah
parameter ekonomi dan pertambangan yang sesuai untuk setiap proyek. Antam
mulai menambang nikel di Pomalaa pada tahun 1968 untuk bijih saprolit dan
limonit.
Saat ini, PT Antam memiliki deposit nikel di Sulawesi Tenggara, Maluku
Utara dan Papua Barat. PT Antam Tbk memiliki total sumberdaya lebih dari 1
milyar ton Nikel dan total cadangan lebih dari 300 juta ton. PT Antam Tbk
memiliki pabrik pengolahan ferronikel di pomalaa dan sedang menyelesaikan
pembangunan pabrik pengolahan ferronikel di Maluku Utara.
Penambangan Konawe Utara juga telah beroperasi sejak 2010, tetapi harus
dihentikan karena adanya peraturan pemerintah mengenai ekspor bahan mentah
(bijih) pada tahun 2014. Pada tahun 2017, peraturan mengenai ekspor bahan
mentah sudah dapat beroperasi kembali karena PT Antam Tbk telah mengantongi
izin ekspor dari pemerintah.

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
II.2 Kesampaian Lokasi

Gambar II.1 Peta Sulawesi dan lokasi Pomalaa

Pomalaa terletak 30 km di bagian selatan dari Kabupaten Kolaka yang


merupakan bagian dari Propinsi Sulawesi Tenggara di Pulau Sulawesi. Letaknya
di pantai timur Teluk Bone. Perjalanan ke lokasi Pomalaa ditempuh ±3 jam
melalui jalur udara/pesawat. Perjalanan ke Pomalaa dapat ditempuh menggunakan
pesawat dari Jakarta menuju Makassar selama ±2.5 jam dan dilanjutkan dari
Makassar menuju Pomalaa ditempuh selama ±45 menit. Sesampainya di bandara
Pomalaa dilanjutkan dengan jalur darat menggunakan kendaraan darat menuju
lokasi tambang Pomalaa dengan waktu tempuh ±45 menit.
Pulau Maniang terletak 15 km ke arah barat Pomalaa dan dapat diakses
dengan perahu selama ±2 jam. Sebagai alternatif, penerbangan terjadwal dari
Ujung Pandang / Makassar terbang setiap hari ke Kendari, yang berjarak sekitar
200 km dari Pomalaa di sisi lain dari semenanjung Sulawesi Tenggara. Ujung
Pandang / Makassar memiliki beberapa jadwal penerbangan harian ke Jakarta.

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
II.2.1 Status IUP dan Tataguna Lahan
Izin Usaha Pertambangan Nikel PT. Antam (Persero) Tbk per tanggal 31
Desember 2014.

Gambar II.2 Peta IUP Pomalaa di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara,


Indonesia.

Ijin Pertambangan di Sitallo dan Tambea telah memperpanjang masa


berlakunya. ANTAM telah memperoleh Kuasa Pertambangan Baru sebelum
tanggal kadaluwarsa/ijin pertambangannya habis.

II.2.2 Iklim dan Curah Hujan


Daerah penambangan nikel PT Antam Tbk memiliki iklim tropis dengan
kelembaban dan temperatur rata-ratarelatif konstan sepanjang tahun, yaitu
berkisar antara 25,80 C - 27,60 C. Secara umum, daerah tersebut termasuk daerah
yang memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Berikut tabel

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
iklim di daerah pomalaa

Gambar II.3 Tabel Iklim Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara

II.3 Geologi
Pulau Sulawesi telah dikenal sebagai salah satu pulau paling kompleks
dalam hal tektonik geologi di wilayah Pasifik barat. Asosiasi batuan dan
perkembangan tektonik di Pomalaa, Tapunopaka, Bahubulu, dan Mandiodo
merupakan bagian dari sabuk Ofiolit Sulawesi Timur (ESO) dan berasosiasi
dengan batuan sedimen.
Ofiolit Sulawesi Timur (ESO) adalah ofiolit tertua di wilayah ini
(awal-akhir zaman Kapur sampai Oligosen) dan sebagian besar merupakan bagian
dari Sulawesi Timur akibat terjadinya akresi pada Oligosen Akhir dan collision
pada Miosen Akhir dengan Banggai Sula (Kadarusman et al., 2004).
Kompleks ofiolit Sulawesi Tenggara adalah kompleks batuan ultramafik
yang terdiri dari batuan peridotit, dunit, hasburgit dan serpentinit. Batuan
ultramafik rata-rata memiliki kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut
terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksen sebagai hasil substitusi
terhadap atom Fe dan Mg. Unsur nikel ini apabila terendapkan atau lebih dikenal
dengan pengayaan unsur nikel (enrichment) maka kadar nikelnya mencapai ≥ 2%.
Proses pembentukan nikel pada batuan ultramafik merupakan akibat dari
perubahan iklim dan aktifitas air tanah yang kaya akan CO 2 sehingga
menghasilkan pelapukan kimia. CO2 yang berasal dari udara dan tumbuhan yang
membusuk akan menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil seperti olivin dan
piroksen yang terdapat pada batuan ultramafik.
Pelapukan kimia pada batuan ultramafik menghasilkan unsur magnesium,

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
besi, nikel yang larut (leached), sedangkan unsur silika cenderung membentuk
koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus. Di dalam larutan tersebut, Fe
teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hidroksida sehingga akan membentuk
mineral-mineral seperti gutit, limonit, dan hematit di bagian atas zona laterit dekat
permukaan. Bersama mineral-mineral ini umumnya ikut serta unsur kobalt (Co)
dalam jumlah kecil. Nikel terlarut (leached) akan terendapkan bersama mineral
silika atau mensubtitusi unsur magnesium (Mg). Kondisi topografi dan
morfologi daerah Sulawesi Tenggara juga memegang peranan penting dalam
pengayaan nikel, karena hubungan antara topografi dan morfologi dengan posisi
muka air tanah, struktur, dan drainase. Zona pengayaan (enrichment) nikel
Sulawesi Tenggara umumnya berada pada topografi upper hill slope, plateau,
atau terrace. Kondisi air tanah yang dangkal dengan banyaknya kekar-kekar
merupakan faktor penyebab dalam proses pelarutan kimia (leaching process) yang
akhirnya membentuk endapan nikel laterit yang cukup tebal.
Pomalaa terdiri dari 4 blok yaitu Tambang Utara, Tambang Tengah,
Tambang Selatan dan Pulau Maniang. Morfologi didominasi oleh perbukitan
dengan ketinggian antara 0-300 diatas permukaan laut dengan arah NE-SW.
Pomalaa merupakan daerah kompleks ultramafik. Batuan penyusun di area
tersebut didominasi oleh kelompok batuan peridotit seperti hasburgit dan dunit
yang merupakan batuan pembawa kandungan nikel. Kemiringan lereng berkisar
3°-15° yang menjadi indikasi pembentukan laterit yang tebal. Ketebalan zona
saprolit yang merupakan tempat pengkayaan endapan nikel kadar tinggi memiliki
ketebalan rata-rata 2 - 7 m dan di beberapa tempat ketebalan zona saprolit hingga
>10 m. Kadar rata-rata nikel sebesar 1.8 - 2.2%. Indikasi mineral pembawa nikel
adalah garnierit, biasanya dijumpai di pemboran pada zona saprolit sebagai tanah
hasil pelapukan danmengisi rekahan batuan.

II.4 Nikel Laterit


II.4.1 Manfaat Nkel
Nikel adalah unsur logam yang tahan karat. Dalam bentuk alaminya nikel
bersifat lunak, namun apabila dipadukan dengan besi, krom dan lainnya akan
membentuk baja yang kuat dan tahan karat.

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
Nikel merupakan logam yang digunakan untuk pembuatan benda-benda
yang banyak digunakan untuk kehidupan manusia sehari-harinya contohnya
adalah sebagai bahan campuran untukstainless steel (besi tahan karat), besi baja,
uang logam, kawat, baterai dan lainnya.

II.4.2 Endapan Nikel Laterit


Endapan nikel laterit merupakan bijih yang dihasilkan dari proses
pelapukan batuan ultrabasa yang ada diatas permukaan bumi. Smith (1992)
mengemukakan bahwa “laterit merupakan regolith atau tubuh batuan yang
mempunyai kandungan Fe yang tinggi dan telah mengalami pelapukan, termasuk
di dalamnya profil endapan material hasil transportasi yang masih tampak batuan
asalnya”.
Sebagian besar endapan laterit mempunyai kandungan logam yang tinggi
dan dapat bernilai ekonomis tinggi, sebagai contoh endapan besi, nikel, mangan
dan bauksit. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa laterit merupakan
suatu material dengan kandungan besi dan alumunium sekunder sebagai hasil
proses pelapukan yang terjadi pada iklim tropis dengan intensitas pelapukan yang
tinggi. Di dalam industri pertambangan, nikel laterit atau proses yang diakibatkan
oleh adanya proses laterisasi sering disebut sebagai nikel sekunder.

II.4.3 Genesa Nikel laterit


Proses pembentukan nikel laterit diawali dari proses pelapukan batuan
ultrabasa, dalam hal ini adalah batuan harzbugit. Batuan ini banyak mengandung
olivin, piroksin, magnesium silikat dan besi, mineral-mineral tersebut tidak stabil
dan mudah mengalami pelapukan.
Faktor kedua sebagai media transportasi Ni yang terpenting adalah air. Air
tanah yang kaya akan CO2, unsur ini berasal dari udara luar dan tumbuhan, akan
mengurai mineral-mineral yang terkandung dalam batuan harzbugit tersebut.
Kandungan olivin, piroksen, magnesium silikat, besi, nikel dan silica akan terurai
dan membentuk suatu larutan, di dalam larutan yang telah terbentuk tersebut, besi
akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida.
Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal ini berupa

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
kekar, maka Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat laun akan
terkumpul di zona air sudah tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus
bedrock (harzbugit). Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan
membentuk mineral garnierite dengan rumus kimia (Ni,Mg)Si4O5(OH)4. Apabila
proses ini berlangsung terus menerus, maka yang akan terjadi adalah proses
pengkayaan supergen (supergen enrichment). Zona pengkayaan supergen ini
terbentuk di zona saprolit. Dalam satu penampang vertical proful laterit dapat juga
terbentuk zona pengkayaan yang lebih dari satu, hal tersebut terjadi karena muka
air tanah yang selalu berubah-ubah, terutama dari perubahan musim.
Dibawah zona pengkayaan supergen terdapat zona mineralisasi primer
yang tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindihan, yang sering
disebut sebagai zona Hipogen, terdapat sebagai batuan induk yaitu batuan
Harzbugit.

II.4.4 Profil Nikel Laterit


Laterit nikel adalah sisa tanah/residu hasil pelapukan yang umumnya
berkembang di batuan ultramafik. Pencucian unsur yang bersifat mobile dalam
batuan ultramafik seperti silika dan magnesium menyebabkan konsentrasi
sisa/residu pada unsur tidak bergerak yang immobile seperti besi, nikel dan
kobalt. Faktor yang mengendalikan laju dan tingkat konsentrasi sisa tersebut
meliputi:
 Komposisi batuan sumber
 Suhu udara
 Kelembaban dan curah hujan
 Tingkat retakan pada batuan sumber
 Morfologi dan bentuklahan
Faktor di atas mempengaruhi proses leaching (pelindian) pada batuan ultramafik
dan meninggalkan sisa unsur yang bersifat immobile seperti unsur Fe/besi dalam
profil laterit, sehingga konsentrasi sisa nikel tersebut tidak berkembang dengan
baik. Faktor-faktor tersebut juga sangat mempengaruhi penentuan pengamatan
endapan laterit pada saat dilakukannya pemetaan geologi, diantaranya komposisi
batuan asal, suhu udara yang panas, kelembaban dan curah hujan, tingkat retakan

10

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
akibat dari pelapukan dan air pada batuan asal yang mengakibatkan pengkayaan
pada zona retakan tersebut yang terisi oleh mineral garnierit, serta morfologi yang
relatif datar dengan kemiringan <15 o. Pengayaan sekunder konsentrat nikel secara
simultan di zona saprolit akan meningkatkan kadar nikel, hal ini terjadi karena
kelarutan nikel relatif tinggi dalam air hujan (bersifat asam) sehingga profil laterit
yang dipengaruhi oleh naik turunnya curah hujan merupakan zona pengayaan
supergen (nikel). Proses pengayaan supergen tersebut dikendalikan oleh pH air
hujan, frekuensi curah hujan, tingkat dan fluktuasi muka air tanah, dan kehadiran
mudahnya magnesium yang larut didalam profil laterit.
Secara umum, jika suatu endapan nikel laterit dilihat secara vertical maka akan
terdapat beberapa komponen utama yaitu:
 Iron Capping, lapisan paling atas dari perlapisan laterit. Kandungan iron
capping didominasi oleh Fe, memiliki warna khas merah tua sampai coklat
kehitaman dan bersifat gembur, serta ketebalan rata-rata dari 0,3 hingga 6
m. Kadar nikel dalam lapisan ini sangatlah rendah sehingga tidak diambil
pada proses penambangan.
 Zona Limonit, lapisan kedua dari perlapisan laterit. Kandungan besi lebih
tinggi dari zona saprolit, memiliki warna merah coklat hingga kuning,
berukuran butir fine grained, serta ketebalan rata-rata 8 hingga 15 m.
Kadar nikel pada lapisan ini bervariasi sehingga dapat diambil pada proses
penambangan apabila blok memiliki kadar nikel diatas cut off grade
 Zona saprolit, merupakan zona pengayaan nikel laterit. Memiliki kadar
nikel relatif paling tinggi sehingga biasanya merupakan zona yang dicari
pada proses penambangan. Memiliki ketebalan 5 hingga 15 m. Memiliki
kadar MgO lebih tinggi dan Fe lebih rendah dibanding zona Limonit.
 Bedrock, merupakan zona paling bawah dari perlapisan laterit yang tidak
terkena pelapukan. Terdiri dari bongkah batuan ultrabasa yaitu harzbugit
atau dunit. Tidak mengandung mineral dengan kadar yang ekonomis untuk
ditambang.
Zona limonit akan berasosiasi dengan oksida mangan dan hidroksida besi,
sedangkan pada zona saprolit, nikel hadir dalam bentuk mineral garnierit dan
silikat magnesium. Endapan Saprolit umumnya lebih kaya nikel dengan nilai

11

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
Ni > 1,5% dan parameter kadar nikel tinggi yaitu kandungan nikel ≥ 1,8%.
II.5 Eksplorasi Nikel
II.5.1 Eksplorasi awal
Eksplorasi awal dilakukan untuk mensortir lokasi-lokasi yang berpotensi
ditambang dengan yang tidak, dengan ketelitian yang lebih kecil dan biasanya
peta-peta yang digunakan adalah peta dengan skala kecil. Studi dilakukan
terhadap data-data berupa peta-peta survey terdahulu, catatan-catatan lama,
laporan temuan dan data pendukung lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan
menentukan lokasi dan melakukan pemboran di beberapa titik dengan spasi yang
relatif jauh.

II.5.2 Eksplorasi detail


Setelah didapat lokasi yang dianggap berpotensi menjadi cadangan, maka
selanjutnya dilakukan eksplorasi detail yakni kegiatan sampling dengan metode
Coring yang lebih teliti, memperkecil spasi dengan cara memperbanyak lubang
bor untuk mendapat data yang lebih detil yakni penyebaran dan ketebalan
cadangan, penyebaran kadar/kualitas secara horizontal dan vertikal.

II.6 Klasifikasi sumberdaya dan cadangan


Endapan mineral merupakan kekayaan alam yang sangat berpengaruh
dalam perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, upaya untuk mengetahui
kuantitas dan kualitas endapan mineral harus selalu diusahakan dengan tingkat
kepastian yang lebih tinggi seiring dengan tahapan eksplorasinya. Semakin lanjut
tahapan eksplorasi maka semakin besar pula tingkat keyakinan akan kuantitas dan
kualitas sumberdaya mineral dan cadangan.
Sumberdaya harus diklasifikasikan agar dapat menjadi cadangan, dan
cadangan harus diklasifikasikan agar dapat melakukan feasibility study untuk
menyatakan endapan tersebut layak ditambang atau tidak.

II.6.1 Klasifikasi Sumberdaya Nikel Berdasarkan KCMI


Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI) menerbitkan sebuah acuan
yang mengacu dari JORC dan Standar Nasional Indonesia, acuan tersebut

12

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
dinamakan sebagai Kode KCMI yang diterbitkan pada tahun 2011. Sumberdaya
nikel diklasifikasikan berdasarkan Kode KCMI (2011) yang mengatakan bahwa
sumberdaya terbagi menjadi tiga tingkatan berdasarkan tingkat keyakinannya
yaitu tereka (inferred), tertunjuk (indicated) dan terukur (measured). Tiga
tingkatan tersebut dibedakan berdasarkan kondisi geologi dan kerapatan data.
Tingkatan sumberdaya tertunjuk dan terukur dapat meningkat menjadi cadangan
terkira dan terbukti, apabila sumberdaya tersebut telah dikaji dan memenuhi
persyaratan dari segi faktor penambangan, metalurgi, ekonomi, pemasaran, legal,
lingkungan, sosial dan pemerintahan.

Gambar II.4 Klasifikasi Sumberdaya menurut KCMI

Klasifikasi sumberdaya nikel menurut Snowden (1996) dapat dibagi


menurut nilai kriging efisiensi (KE) dan kemenerusan variogram. Berdasarkan
nilai kriging efisiensi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
 Terukur (measured) bila suatu blok mempunyai KE> 0.5
 Tertunjuk (indicated) bila suatu blok mempunyai 0.3 ≤ KE ≤ 0.5
 Tereka (inferred) bila suatu blok mempunyai KE < 0.3
Berdasarkan kemenerusan variogram yang berasal dari nilai sill adalah:

13

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
 Terukur (measured) bila jarak antar titik lubang bor pada daerah lingkup
eksplorasi berjarak 1/3 sampai 2/3 sill
 Tertunjuk (indicated) bila jarak antar titik lubang bor pada daerah lingkup
eksplorasi berjarak > 2/3 sill
 Tereka (inferred) bila jarak antar titik lubang bor pada daerah lingkup
eksplorasi berjarak > 3/3 sill
Untuk metode kriging, dapat juga dilakukan klasifikasi menggunakan nilai
Relative Kriging Standard Deviation yang dapat menggambarkan besar error
dari estimasi. RKSD didapat dari rumus:
𝐾𝑠𝑑
𝑅𝐾𝑆𝐷 = 1,96 × ( ) (II.1)
𝑋𝑖

Keterangan:
RKSD= Relative Kriging Standard Deviation
Ksd= Kriging Standard Deviation
Xi= Nilai Estimasi
Dan kriging standar deviasi didapat dari pengakaran kuadrat Kriging
Varians
𝐾𝑠𝑑 = √𝐾𝑟𝑖𝑔𝑉𝑎𝑟 (II.2)

II.7 Statistik
Untuk dapat melakukan estimasi sumberdaya, perlu dilakukan analisa
statistik deskriptif yang menggambarkan data secara umum, menyajikan dan
menginterpretasikan data untuk memastikan kualitas data agar dapat dimodelkan
dengan baik.
Terminologi dan metode statistik telah digunakan dalam penentuan
karakteristikbijih sejak tahun 1945 (Sinclair and Blackwell, 2005). Perhitungan
kadar logamatau perhitungan karakteristik cadangan lainnya berhubungan dengan
bagian-bagian ilmu statistik seperti ukuran tendensi sentral, ukuran dispersi,
bentuk-bentuk fungsi kepadatan peluang, histogram, korelasi sederhana,
autokorelasi,hubungan antar dua kelompok data, dll. Metode statistik yang
tradisional inidigunakan juga dalam prosedur estimasi sumberdaya mineral.
Para ahli statistik berbicara mengenai populasi (yaitu seluruh objek
yangdipelajari, contohnya endapan). Populasi atau deposit ini

14

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
dikarakterisasimenjadi variabel, contohnya kadar, dengan parameter-parameter
yang unik(seperti mean, standar deviasi), dan pola penyebaran nilai-nilai terhadap
mean-nya (probability density function) yang unik pula.
Tujuan dari statistik adalah dapat mengetahui karakteristik atau parameter
populasi endapan dari sampel yang diambil. Sample dalam bidang statistik
diartikan menjadi contoh dari kumpulan nilai individual, dan sample dalam
bidang pertambangan diartikan sebagai sejumlah material/batu yang dianggap
merepresentasikan keadaan sekitarnya dan dapat dianalisis untuk menentukan
kualitas dari endapan tersebut (contohnya kadar).
Di evaluasi penambangan, sampel diambil dan dipilih menggunakan
sebuah pola tertentu dan tidak diambil secara acak. Pola pengambilan sample bisa
sangat berpola dan teratur sampai dengan yang sangat tidak beraturan.

II.7.1 Ukuran Tendensi Sentral


Pengukuran tendensi sentral merupakan tehnik pengelompokan nilai yang
paling umum digunakan dalam ilmu statistik. Ukuran yang sering digunakan
adalah mean (m) yang diperoleh dari persamaan:

(II.3)
Keterangan:
m = Rata-rata populasi
xi=Nilai data
n = Jumlah sampel
Nilai mean atau rata-rata ini juga diartikan sebagai ekspekstasi pengabilan secara
acak dari populasi.
Pada estimasi sumberdaya, contoh kasus yang ditemui adalah
memperkirakan rata-rata kadar dari sebuah populasi kadar, namun sample yang
dianalisa terbatas dan memiliki ukuran sample yang berbeda antar satu sample
dengan lainnya. Contohnya apabila dua sample inti bor memiliki panjang yang
berbeda, mean dari kedua sample tersebut dapat dihitung dengan menentukan
pembobotan mean masing-masing dengan bobot yang proporsional terhadap
volume atau massa sample. Dapat dihitung mean dari kombinasi dua sample

15

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
tersebut dengan persamaan:
(II.4)

Keterangan:
mw = Rata-rata sampel dengan ukuran berbeda
xi = Nilai data
wi= Bobot sampel

Persamaan disebut kondisi takbias yang membuatkombinasi mean kedua


sampel takbias.
Modus adalahdata yang memiliki frekuensi tertinggi dibandingkan dengan
data lainnya, modus dapat dilihat sebagai puncak dari histogram.Modus dapat
digunakan untuk melihat distribusi kompleks dari dua atau lebih sub-populasi
(Sinclair, 1976) dan juga dalam pemahaman tentang pencilan (outliers),
khususnya nilai yang ekstrim tinggi.

II.7.2 Ukuran Dispersi


Dispersi adalah ukuran penyebaran nilai data. Ukuran yang sering
digunakan untuk mengukur penyebaran data adalah variansi, s2, yang
didefinisikan sebagai:

(II.5)
Keterangan :
s2 = Variansi sampel
xi = Nilai data
m = Mean data
n = Jumlah data
Nilai n-1 sering disebut dengan derajat kebebasan. Variansi sampel (s2) digunakan
untuk menaksir variansi populasi (σ2). Pembagi (n-1) digunakan agar s2takbias
jika digunakan untuk menaksir σ2 pada jumlah data yang kecil (n<30).
Akar dari variansi sering disebut standar deviasi, merupakan ukuran dispersi yang
lebih sering digunakan karena satuannya sama dengan variabel, dibandingkan
dengan variansi yang satuannya kuadrat. Jika nilai mean, m, dan nilai dispersi, s,

16

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
telah diperoleh dari n buah data, maka variansi error (disebut juga standard error
of mean, se) dihitung dengan persamaan:

(II.6)
Keterangan
se= Variansi error
s = Dispersi
n = ukuran sampel
artinya jika mean populasi dihitung dari beberapa sampel berukuran n, maka mean
tersebut akan mempunyai dispersi (s) yang ditaksir oleh se.
Pada perhitungan cadangan, sulit membedakan antara variansi dengan
variansi error. Variansi (atau standar deviasi) adalah ukuran penyebaran nilai
sedangkan variansi error (standard error of mean) adalah taksiran rata-rata error
yang dibuat ketika menaksir mean populasi dengan menggunakan ratarata sampel.
Weighted variance diperoleh dengan persamaan:

(II.7)
Keterangan:
sw =Weighted variance
wi = Bobot sampel
xi=Nilai data
mw= Mean
Variansi dari gabungan dua populasi diperoleh dengan persamaan:

(II.8)
12 = Variansi populasi 1
22 = Variansi populasi
m = mean
p = Proporsi populasi 1
dimana m menyatakan mean, subscript 1 dan 2 menyatakan Populasi 1 dan 2
sedangkan p menyatakan proporsi Populasi 1.
Persentil (atau kuantil) adalah nilai di bawah batas proporsi tertentu dari
sebuah data set. Median adalah persenti ke-50. Pada beberapa kasus, persentil

17

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
juga digunakan untuk mengukur penyebaran data. Persentil yang sering
digunakan adalah:
P10, P90 nilai data yang ke 10% dan 90% dari keseluruhan data
P25, P75 nilai data yang ke 25% dan 75% dari keseluruhan data
P50 nilai data yang ke 50% dari keseluruhan data, yaitu median.

II.7.3 Kovariansi
Kovariansi (sxy) adalah ukuran variasi yang terjadi antara dua variabel (x
dan y). Kovariansi dihitung dengan persamaan:

(II.9)
Keterangan:
sxy =Kovariansi
xi = Nilai data variabel x
yi = Nilai data variabel y
mx = Mean variabel x
my = Mean variabel y

Kovariansi akan bernilai positif jika nilai x berbanding lurus dengan nilai y dan
demikian pula sebaliknya. Jika variabel x dan y saling bebas, maka kovariansinya
akan bernilai 0, tetapi tidak berlaku sebaliknya, kovariansi dua variabel bisa
bernilai 0 tetapi variabel tersebut tidak saling bebas.
Skewness adalah kecenderungan terdapatnya ‘ekor’ dari kumpulan data.
Distribusi skewness positif mempunyai ekor di sekitar nilai-nilai yang tinggi,
sedangkan distribusi skewness negatif mempuyai ekor pada nilai-nilai yang
rendah.

18

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
Gambar II.5 Tiga contoh hasil analisis lubang bor yang digambarkan dengan
histogram. Skewness negatif (a), simetris (b) dan skewness positif
(c). Pada gambar (b) disertai dengan kurva normalnya.

Kurtosis adalah ukuran untuk menunjukkan kecenderungan keruncingan


puncak data. Skewness dan kurtosis ini jarang digunakan dalam perhitungan
cadangan secara mendalam. Ukuran ini digunakan untuk menunjukkan apakah
data terdistribusi normal atau tidak. Secara praktis umumnya koefisien korelasi
(CV) digunakan untuk mengetahui tipe distribusi data.
CV= s/m (II.10)
Keterangan:
CV = Koefisien korelasi
s = Dispersi
m = Mean
Jika CV kurang dari 0,5 umumnya lebih mendekati distribusi normal sedangkan
jika lebih dari 0,5 umumnya data terdistribusi dengan skewness.

II.7.4 Histogram
Histogram adalah grafik yang menampilkan frekuensi variabel dalam
interval nilai tertentu (biasanya interval seragam). Bentuk-bentuk distribusi seperti
skewness, dapat langsung terbaca dengan dibuatnya histogram. Demikian juga
dengan ukuran-ukuran kualitatif seperti pemusatan data, adanya satu atau lebih

19

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
modus, dll.
Bentuk dari distribusi data dapat sangat berguna untuk mengetahui
keberadaan error pada data, sampling atau analisis, menentukan kadar dan tonase
di atas cog serta untuk uji statistik lainnya. Histogram adalah sebuah alat yang
biasa dipakai dalam teknik perhitungan sumberdaya dan cadangan untuk
menampilkan informasi-informasi mengenai sampel yang dianalisa.
Interval nilai pada histogram harus dibuat seragam (1/4 atau 1/2 standar
deviasi) dan frekuensi data tidak ditampilkan dalam bentuk angka tetapi dalam
bentuk persentase (dengan tujuan untuk pembandingan histogram jika jumlah data
berbeda). Setiap histogram harus dilengkapi dengan informasi mengenai jumlah
data, interval kelas, mean dan standar deviasi.
Histogram juga dapat menunjukkan pembiasan spasial (lokasi) pada
sekelompok data yang dikarenakan oleh metode sampling yang subyektif.
Pembiasan ini umumnya disebabkan sampel lebih sering diambil pada zonazona
mineralisasi (misalnya urat) sedangkan pada zona kadar rendah cenderung lebih
jarang. Dengan demikian histogram akan cenderung mempunyai skewness negatif.
Hal ini bisa diantisipasi dengan melakukan pengambilan sampel seobyektif
mungkin dan pencatatan informasi sampel selengkap mungkin.

Gambar II.6 Ilustrasi data yang dikelompokkan secara spasial (a). Ukuran sel
paling optimal diperoleh ketika kurva mean terbobot mencapai titik
terendah jika data terkonsentrasi pada daerah kadar tinggi (b),
demikian pula sebaliknya. (Sinclair & Blackwell, 2005).

20

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
Salah satu cara lain untuk menghindari bias spasial ini adalah dengan
memberikan proporsi bobot nilai-nilai kadar sampel terhadap daerah poligon.
Sampel diberi proporsi bobot relatif terhadap jumlah total sampel yang terdapat di
dalam sel (dengan kata lain tiap-tiap sel mempunyai bobot yang sama berapa pun
jumlah data yang terdapat di dalamnya, tetapi bobot masing-masing sampel
bervariasi tergantung berapa banyak data sampel dalam selnya).

II.8 Geostatistik
Geostatistik secara umum bertujuan untuk mengetahui arah umum
kemerusan geologi dan kadar pada suatu badan bijih dengan menggunakan spasial
data 3D.Dalam proses estimasi sumberdaya, setiap blok model akan diestimasi
menggunakan data kadar drillhole/sampel yang ada di sekitar block model
tersebut. Geostatistik adalah analisa spatial correlation untuk mempertimbangkan
faktor jarak terhadap kemiripan/korelasisuatu nilai data dengan data disekitarnya.
Geostatistik adalah penerapan ilmu statistika terhadap spasial antara satu
data dengan lainnya, yang menggunakan prinsip bahwa antara satu data dengan
lainnya saling berhubungan, data dengan spasi lebih kecil memiliki variasi lebih
kecil dan konsep kemenerusan. Sedangkan menurut Oliver and Carol, (2005)
Geostatistik adalah sebuah metode statistik yang dipergunakan untuk dapat
melihat hubungan antar variabel yang diukur pada titik tertentu dengan variabel
yang sama diukur pada titik dengan jarak tertentu dari titik pertama (data spasial)
dan digunakan untuk mengestimasi parameter di tempat yang tidak diketahui
datanya. Sifat khusus dari data spasial ini adalah ketidakbebasan dan
keheterogenan. Ketidakbebasan disebabkan oleh perhitungan galat pengamatan
dan hasil penelitian di sebuah titik ditentukan oleh titik lainnya disekitarnya.
Keheterogenan disebabkan oleh adanya perbedaan wilayah.

II.8.1 Variogram
Variogram merupakan alat dalam geostatistik yang berupa grafik untuk
menunjukkan variasispasial antara data yang diukur. Apabila dipetakan
pengukuran kadar sebuah endapan, maka akan didapat bahwa titik yang
mengandung kadar tinggi akan berkumpul dengan titik dengan kadar tinggi pula

21

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
disekitarnya, dan titik dengan kadar rendah akan berada disekitar titik kadar
rendah lainnya. Perbedaan data tersebut dapat dituangkan dalam suatu grafik
variogram sebagai fungsi jarak. (Suprajitno, 2005) menyatakan sebagai berikut:
-nilai variogram disekitar titik awal mencerminkan kontinuitas lokal dan
variabilitas dari data acak yang dimiliki.
-nilai variogram untuk jarak (h) yang besar memiliki sifat konstan, bila
mencapai nilai konstan dinamakan sill.
-Jarak (h) pada nilai variogram mencapai nilai sill disebut range.
Menurut arah pencarian variogram, variogram terbagi menjadi dua jenis
yaitu variogram omni directional dan directional. Variogram omni directional
mencari pasangan data ke segala arah secara horizontal, sedangkan variogram
directional membutuhkan arah azimuth tertentu untuk mencari pasangan data.
Penggunaan variogram omni directional digunakan apabila mineral memiliki
kemenerusan isotrop, artinya menerus sama besar ke segala arah. Secara
variogram, isotrop artinya memiliki range yang sama besar untuk segala arah
azimuthnya. Variogram directional digunakan apabila mineral memiliki
kemenerusan anisotrop, yang artinya memiliki jarak kemenerusan yang
berbeda-beda setiap azimuthnya.

Gambar II.7 Kemenerusan isotrop (a) dan anisotrop (b)

II.8.2 Variogram Eksperimental


Variogram eksperimental atau semivariogram dibuat dengan memplot
besar rata-rata variasi data pada sumbu y terhadap fungsi jarak pada sumbu x.
Diperoleh secara matematis dengan persamaan sebagai berikut:

22

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
𝑁
Σ𝑖=1 (𝑋𝑖 − 𝑋(𝑖+ℎ) )2
𝛾(ℎ)=
2𝑁
(II.11)
Keterangan:
(h) = Nilai variogram pada interval h
Xi = Nilai data di titik i
N = Jumlah pasangan data
Untuk dapat membuat variogram eksperimental diperlukan
pengaturan-pengaturan untuk pencarian data yakni; lag (jarak antar data), number
of lags (jumlah lag), azimuth, dip, lag tolerance, angle tolerancedan bandwith.lag
adalah interval jarak h pada data, disesuaikan dengan jarak antar sampel. Number
of lags adalah berapa kali jumlah pencarian sepanjang lag hingga pencarian
berhenti (lag x number of lag = panjang pencarian). Lag tolerance adalah panjang
toleransi untuk lag sehingga data dengan kesalahan posisi yang relatif kecil tetap
dapat tercakup kedalam perhitungan variogram. Angle tolerance adalah toleransi
terhadap kesalahan sudut pencarian. Bandwith adalah lebar maksimal dari angle
tolerance.

23

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
sumber: http://geostatisticslessons.com/
Gambar II.8 Pencarian Variogram

II.8.3 Variogram model

Gambar II.9 Jenis-jenis Variogram model

a) Spherical
3ℎ ℎ 3
𝐶𝑜 + 𝐶 [(2𝑎) − (2𝑎) ] , 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 ℎ ≤ 𝑎
𝛾 (ℎ ) = { (II.12)
𝐶𝑜 + 𝐶 , 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 ℎ > 𝑎
Keterangan:

24

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
h = jarak antar sampel
Co+C = Sill
a = Range

b) Exponential

𝛾 (ℎ) = 𝐶𝑜 + 𝐶 [1 − 𝑒𝑥𝑝 (− )] (II.13)
𝑎

Keterangan:
h = jarak antar sampel
Co+C = Sill
a = Range

c) Gaussian
ℎ 2
𝛾 (ℎ) = 𝐶𝑜 + 𝐶 [1 − 𝑒𝑥𝑝 (− 𝑎) ] (II.14)

Keterangan:
h = jarak antar sampel
Co+C = Sill
a = Range

Variogram harus dimodelkan untuk mendefinisikan dan memasukkan


model matematis sebagai alat untuk melakukan proses estimasi, dan akan
memberitahu variabilitas antar dua titik sampel dalam spasi tiga dimensi.
Variogram dapat memiliki nilai yang berbeda untuk setiap arah yang berbeda
(anisotropi).

II.8.4 Fitting variogram model


Fitting variogram adalah kegiatan menyesuaikan bentuk variogram model
agar menyesuaikan titik variogram. Tujuan dari Fitting Variogram adalah
mendapatkan nilai-nilai sebagai berikut:
 Sill (Co+C),adalah titik jenuh dimana data/sampel yang didapatkan tidak
mempunyai korelasi.
 Range (a),adalah titik jarak dimana variogram masih memiliki korelasi.

25

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
Nugget effect, secara teori, nilai awal semivariogram adalah nol. ketika
lagmendekati nol nilai semivariogram disebut sebagai nugget.
 Nugget Variance (Co), mewakili variasi pada jarak (lag) yang sangat kecil,
terrmasuk erordalam pengukuran.

Gambar II.10 Nilai yang terkandung dalam semivariogram

Berikut beberapa pedoman untuk melakukan Fitting Variogram:


 Variogram yang mempunyai pasangan sampel yang sangat sedikit agar
diabaikan.
 Nugget Variance (Co) didapat dari perpotongan garis tangensial dari
beberapa titik pertama variogram dengan sumbu Y.
 Sill (Co+C) kira-kira sama dengan atau mendekati varians populasi. Garis
tangensial diatas akan memotong garis sill pada jarak 2/3 a, Sehingga
selanjutnya dapat dihitung harga dari a.
 Interpretasi Nugget Variance untuk variogram dengan sudut toleransi 180
(variogram Omni Directional) akan sangat membantu untuk
memperkirakan besarnya Nugget Variance.
 Nugget Variance diambil dari beberapa variogram dalam berbagai arah.
Dalam semua variogram, best spherical line sebaiknya lebih mendekati
variogram yang mempunyai pasangan sampel yang cukup.

II.8.5 Cross Validation


Setelah Variogram dimodelkan, perlu dilakukan validasi terhadap model

26

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
variogram yang dibuat untuk dapat memenuhi kaidah BLUE pada kriging yang
berarti estimasinya linear dan tak bias, bertujuan untuk dapat melihat besar error
dari model variogram tersebut. Error yang kecil diharapkan untuk menghasilkan
estimasi yang lebih optimal.
Cross validation dilakukan dengan meniadakan sebuah titik untuk
sementara dan titik tersebut diestimasikan nilainya menggunakan titik data
disekitarnya, dan pertimbangan estimasi yang didapat dari model variogram,
dilakukan pada semua titik data. Hasilnya akan diplot terhadap kurva linear X=Y,
True Value atau nilai asli pada sumbu X dan Estimated Value atau nilai estimasi
pada sumbu Y.

II.8.6 Kriging
Kriging adalah metode estimasi yang menggunakan variogram model
sebagai pertimbangan estimasinya, mengestimasi nilai dari sebuah titik atau blok
sebagai kombinasi linear dari nilai sample yang berada disekitar titik yang akan
dilakukan estimasi. Kriging adalah sebuah teknik interpolasi untuk mencari nilai
dugaan pada kasus data yang memiliki spasial. Kriging terbagi menjadi dua jenis
yaitu Simple Kriging dan Ordinary Kriging.
Kriging dinyatakan sebagai BLUE, singkatan dari Best Linear Unbiased
Estimator, artinya kriging memiliki nilai dugaan linear dan tidak berbias,
memiliki ragam minimum sehingga dinyatakan sebagai metode estimasi terbaik.
Persamaan kriging sebagai berikut:
𝜆1 . 𝛾 (𝑋1 , 𝑋1 ) + 𝜆2 . 𝛾 (𝑋1 , 𝑋2 ) + ⋯ + 𝜆𝑘 . 𝛾 (𝑋1 , 𝑋𝑘 ) + 𝜇 = 𝛾(𝑋0 , 𝑋1 )
𝜆1 . 𝛾 (𝑋1 , 𝑋2 ) + 𝜆2 . 𝛾 (𝑋2 , 𝑋2 ) + ⋯ + 𝜆𝑘 . 𝛾 (𝑋2 , 𝑋𝑘 ) + 𝜇 = 𝛾(𝑋0 , 𝑋2 )
𝜆1 . 𝛾 (𝑋1 , 𝑋3 ) + 𝜆2 . 𝛾 (𝑋3 , 𝑋2 ) + ⋯ + 𝜆𝑘 . 𝛾 (𝑋3 , 𝑋𝑘 ) + 𝜇 = 𝛾(𝑋0 , 𝑋3 )
𝜆1 + 𝜆2 + ⋯ + 𝜆𝑘 + 0 = 1 (II.13)
Kemudian persamaan tersebut dibuat dalam bentuk matriks:
𝑊 × 𝐴=𝐵
𝛾 (𝑋1 , 𝑋1 ) 𝛾(𝑋1 , 𝑋2 ) ⋯ 𝛾(𝑋1 , 𝑋𝑘 ) 1 𝜆1 𝛾(𝑋0 , 𝑋1 )
𝛾 (𝑋2 , 𝑋1 ) 𝛾 (𝑋2 , 𝑋2 ) ⋯ 𝛾 (𝑋2 , 𝑋𝑘 ) 1 𝜆 2 𝛾 (𝑋0 , 𝑋2 )
⋮ ⋮ ⋱ ⋮ ⋮ × ⋮ = ⋮ (II.14)
𝛾(𝑋𝑘 , 𝑋1 ) 𝛾 (𝑋𝑘 , 𝑋2 ) ⋯ 𝛾 (𝑋𝑘 , 𝑋𝑘 ) 1 𝜆𝑘 𝛾 (𝑋0 , 𝑋𝑘 )
[ 1 1 ⋯ 1 0] [ 𝜇 ] [ 1 ]
Elemen W dan B berasal dari persamaan spasial covariance atau

27

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
variogram model. Selanjutnya untuk mendapatkan bobot kriging, dibuat
persamaan berikut:
𝐴 = 𝑊 −1 𝐵 (II.15)
Hasil dari estimasi yang disebut tidak bias adalah hasil estimasi yang
memiliki hasil tidak berpihak pada satu sisi. Dapat dipastikan estimasi tidak bias
dengan cross validation.

II.9 Inverse Distance Squared (IDS)


IDS adalah metode estimasi yang menaksir data menggunakan
pembobotan kualitas terhadap jarak data pada setiap titiknya,teknik estimasi ini
didasarkan pada jarak antar titik data yang menggambarkan ruang tiga dimensi
danletak blok yang diestimasi terhadap letak titik data disekitarnya.
Metode inverse distance squared (IDS) ini biasanya digunakan dalam
industri pertambangan karena mudah untuk digunakan. Terdapat beberapa
pengertian mengenai inverse distance squared yang telah diungkapkan oleh para
ahli dan orang-orang yang meneliti dengan menggunakan metode tersebut. Dimana
menurut NCGIA (national centre for Geographic Information and Analysis) tahung
1997, Inverse Distance merupakan metode deterministic yang sederhana dengan
mempertimbangkan titik di sekitarnya. Metode inverse distance ini merupakan
sebuah teknik interpolasi yang sering digunakan, karena relatif mudah untuk
diprogram, mudah dimengerti dan memberikan hasil yang cukup akurat.
Inverse distance squared sesuai dengan namanya yaitu kebalikan seperjarak
yang dikuadratkan, dapat dikatakan dalam arti sempit merupakan salah satu dari
teknik interpolasi, yang dimana suatu nilai yang terdekat lebih di titikberatkan
daripada nilai yang lebih jauh. Serta dalam artian luas merupakan suatu metode
deterministic(interpolasi dilakukan berdasarkan perhitungan matematis) secara
sederhana yang hanya berdasarkan pada jarak data yang berada pada pencarian.
Metode bobot seperjarak dikuadratkan ini merupakan suatu metode penentuan
bobot dalam estimasi titik maupun blok. Dimana titik-titik data terdekat dengan
titik estimasi akan memberikan bobot (pengaruh) terbesar dalam proses estimasi.
Sebaliknya titik data terjauh akan memberikan bobot terkecil.

28

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra
Kerugian dari metode ini adalah nilai hasil interpolasi terbatas pada nilai
yang ada pada data sample dan ukuran radius pencarian yang digunakan. Dengan
kata lain, karena metode ini menggunakan rata-rata dari data sampel sehingga
nilainya tidak bisa lebih kecil dari minimum dan tidak bisa lebih besar dari
maksimum. Jadi, pundak bukit atau lembah terdalam tidak dapat ditampilkan dari
hasil interpolasi model ini. Untuk mendapatkan hasil yang baik, sampel data yang
digunakan harus rapat yang berhubungan dengan variasi lokal. Jika samplenya
agak jarang dan tidak merata, kemungkinan besar hasilnya tidak sesuai dengan
yang diinginkan.
Adapun rumus perhitungan untuk dapat mengestimasi suatu nilai dengan
menggunakan metode inverse distance squared dapat diuraikan sebagai berikut:
Rumus umum estimasi:
𝑛
𝐸 = Σ𝑖=1 𝑊𝑖 𝑋𝑖 (II.16)
Rumus Inverse Distance Squared (IDS)
𝑋𝑖
Σ𝑛
𝑖=1 2
𝑑𝑖
𝐸= 1 (II.17)
Σ𝑛
𝑖=1 𝑑2
𝑖

Keterangan:
E = Titik yang akan diestimasi
n = Jumlah data yang diestimasi
i = Titik data
Wi = Bobot yang diberikan pada titik i
Xi = Nilai data pada titik i
Untuk mendapatkan nilai pembobotan, digunakan persamaan faktor
pembobotan sebagai berikut:
1
𝑑2
𝑖
𝑊𝑖 = 1 (II.18)
Σ𝑛
𝑖=1 𝑑2
𝑖

Keterangan:
Wi = Bobot yang diberikan pada titik i
𝑑𝑖2 = Jarak antar titik data i terhadap titik estimasi

29

Kajian estimasi selektif sumberdaya nikel dengan metode IDS dan ORDINARY KRIGING di
PT ANTAN TBK UNIT GEOMIN POMALAA KOLAKA, Sulawesi Tenggara
Muh Dindra Rahmadwiputra

Anda mungkin juga menyukai