Anda di halaman 1dari 7

Distribusi Mineral Industri Indonesia

Oleh:
Muhammad Tidar Wirayudha/NPM 270110140130/Kelas B
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang, Km. 21 Jatinangor
Isi
Indonesia merupakan negara yang berada di zona khatulistiwa sehingga memiliki
iklim tropis yang mendukung proses pelapukan yang sangat intensif. Berdasarkan cara
terbentuknya, bahan tambang dapat dibagi menjadi enam, yaitu:
1. Bahan galian magmatik, bahan galian yang terjadi karena magma dan bertempat di
dalam atau berhubungan serta dekat dengan magma.
2. Bahan galian pematit, bahan galian yang terbentuk di dalam diatrema dan di dalam
bentukan intrusi.
3. Bahan galian hasil pengendapan, bahan galian yang terkosentrasi karena pengendapan
di dasar sungai atau genangan air melalui proses pelarutan atau pun tidak.
4. Bahan galian hasil pengayaan sekunder, bahan galian yang terkonsentrasi karena
proses pelarutan pada batuan hasil pelapukan. Konsentrasi terjadi di tempat asal
batuan itu karena bagian campurannya larut dan terbawa air, atau konsentrasi mineral
terjadi di permukaan air tanah karena mineral itu terbawa ke lapisan yang lebih
rendah setelah dilarutkan dari lapisan batuan di atasnya.
5. Bahan galian hasil metamorfosis kontak, batuan yang sekitar magma yang karena
bersentuhan dengan magma berubah menjadi mineral ekonomik.
6. Bahan galian hidrotermal, resapan magma cair yang membeku di celah-celah struktur
lapisan bumi atau pun pada lapisan yang bersuhu relatif rendah (di bawah 500o C).
Sedangkan secara umum, barang tambang meliputi barang tambang sumber energi,
bahan galian bijih logam, dan bahan galian batuan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 27
tahun 1980, bahan galian tambang di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga golongan
meliputi:

Golongan A, atau bahan tambang strategis. Adalah bahan tambang yang hanya
boleh dimiliki oleh pemerintah. Contohnya antara lain: batubara, minyak bumi,
alumunium, timah putih, besi, dll.

Golongan B, atau bahan tambang vital. Adalah bahan tambang yang dapat
menjamin hajat hidup orang banyak. Contohnya antara lain: emas, perak,
magnesium, seng, wolfram, batu permata, seng, dll.

Golongan C, yaitu bahan tambang yang tidak termasuk ke dalam golongan A


maupun B. Contohnya adalah bahan-bahan industri.

Jenis barang tambang di Indonesia secara umum dapat dibedakan menurut wujud dan
kegunaannya.
Menurut Wujudnya
Barang tambang padat, contohnya emas, perak, tembaga, bijih besi, batubara,
timah, dan bauksit.
Menurut Kegunaannya
1) Barang tambang sumber energi
Barang tambang ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan
industri, jasa, perhubungan dan rumah tangga mulai dari pemanfaatan yang paling
sederhana sampai modern. Contohnya antara lain minyak bumi, gas alam,
batubara, dan uranium.
2) Barang tambang untuk industri.
Barang tambang ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
industri. Contohnya antara lain emas, perak, tembaga, bauksit, pasir kuarsa, fosfat,
dan batu kapur.
Bauksit adalah sumber bijih utama untuk menghasilkan aluminium. Bauksit terdiri
dari campuran antara aluminium hidroksida dan aluminium oksida. Bauksit bermanfaat untuk
industri logam, kimia, dan matulergi. Indonesia memiliki potensi bauksit yang cukup besar
dengan produksi mencapai 1.262.710 ton. Sebagian dari hasil pertambangan bauksit
dimanfaatkan untuk industri dalam negeri dan sebagian lainnya diekspor. Bauksit ditambang
di daerah Riau (Pulau Bintan) dan Kalimantan Barat (Singkawang). Pada dasarnya bauksit
sering ditemukan dalam lapisan datar dan tidak terlalu dalam di bawah permukaan tanah,
bauksit juga lebih mudah dijumpai di hutan biomas sehingga penambangannya sering
mengakibatkan kerusakan yang sangat fatal bagi hutan. Secara kasat mata dapat dilihat
bahwa mineral bauksit berwarna coklat kekuningan, namun jika dilihat dengan dengan
menggunakan mikroskop dalam identifikasi petrografi maka bauksit akan tampak seperti
kristal yang berwarna kehitaman. Secara fisik, bauksit termasuk mineral yang sangat lunak
dengan kekerasan 1-3 skala mohs dimana bauksit juga relatif ringan dengan berat jenis hanya
2,3-2,7 sehingga bauksit mudah patah dan tidak dapat larut dalam air serta sulit terbakar.
Emas umumnya dimanfaatkan untuk perhiasan namun emas juga dapat digunakan
sebagai bidang industri sebagai lapisan untuk perangkat kecil sebagai penghantar listrik pada
beberapa alat elektronik seperti radio, televisi, komputer dan perangkat lain. Emas memiliki
sifat yang tahan terhadap korosi, penghantar panas yang baik dan mendukung sistem
pengiriman data komputer. Berdasarkan data Tekmira ESDM, produksi emas Indonesia pada
tahun 2003 mencapai 141.019 ton. Emas antara lain ditambang di daerah Jawa Barat
(Cikotok dan Pongkor), Papua (Freeport, Timika), Kalimantan Barat (Sambas), Nanggroe
Aceh Darussalam (Meulaboh), Sulawesi Utara (Bolaang Mongondow, Minahasa), Riau
(Logos), dan Bengkulu (Rejang Lebong).
Pasir besi adalah salah satu hasil dari Sumber Daya Alam yang ada di Indonesia dan
merupakan salah satu bahan baku dasar dalam industri besi baja dimana ketersediaannya
dapat dijumpai di daerah pesisir seperti di Cilacap (Jawa Tengah), Sumatra, Lombok,
Yogyakarta, Gunung Tegak (Lampung), Pegunungan Verbeek (Sulawesi Selatan), dan Pulau
Sebuku (Kalimantan Selatan). Selain sebagai bahan baku industri baja, pasir besi juga dapat

dimanfaatkan sebagai bahan baku industri semen dalam pembuatan beton. Pasir besi yang
mempunyai kandungan Fe2O3, SiO2, MgO dan ukuran beton 80-100 mesh berpotensi untuk
digunakan sebagai pengganti semen dalam produksi beton berkinerja tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan manfaat dan kegunaan pasir besi adalah:
o Pemakaian pasir besi sebesar 80 % dari berat pasir total memberikan kuat
tekan maksimum diantara kadar pasir besi yaitu 42,65 MPa dan dapat
meningkatkan kuat tekan sebesar 28,41 % dibandingkan beton normal.
o Pemakaian pasir besi sebesar 80 % dari berat pasir total memberikan kuat
tekan maksimum diantara kadar pasir besi yaitu 3,07 MPa dan meningkatkan
kuat tarik belah sebesar 4,84 % dibandingkan beton normal.
o Pada pasir besi ini meningkatkan kuat tekan dan kuat tarik belah hingga 80 %,
hal ini dimungkinkan karena selain sifat filler juga sifat kimiawi pasir besi
yang mengandung SiO2 sehingga membantu kinerja semen sebagai bahan
pengikat.
Timah adalah logam lembut, lentur, logam putih keperakan. Timah tidak mudah
teroksidasi dan tahan korosi karena dilindungi oleh lapisan oksida. Timah tahan korosi dari
air laut dan air keran yang lembut, dan dapat bereaksi dengan asam kuat. Timah oksida tidak
larut dalam air dan bijih sulit mengalami pelapukan sehingga jumlah timah di tanah dan
perairan alami rendah. Konsentrasi di tanah umumnya antara kisaran 1-4 ppm tetapi beberapa
tanah memiliki kurang 0,1 ppm sedangkan gambut dapat memiliki sebanyak 300 ppm.Timah
dimanfaatkan sebagai bahan baku logam pelapis, solder, cendera mata, dan lain-lain.
Aktivitas penambangan timah terdapat di Sungai Liat (Pulau Bangka), Manggara (Pulau
Belitung), dan Dabo (Pulau Singkep) serta Pulau Karimun.
Pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri atas kristal-kristal silika (SiO2) dan
mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa juga
dikenal dengan nama pasir putih merupakan hasil pelapukan batuan yang mengandung
mineral utama, seperti kuarsa dan feldspar. Hasil pelapukan kemudian tercuci dan terbawa
oleh air atau angin yang terendapkan di tepi-tepi sungai, danau atau laut. Pasir kuarsa
mempunyai komposisi gabungan dari SiO2, Fe2O3, Al2O3, TiO2, CaO, MgO, dan K2O,
berwarna putih bening atau warna lain bergantung pada senyawa pengotornya, kekerasan 7
(skala Mohs), berat jenis 2,65, titik lebur 17150C, bentuk kristal hexagonal, panas sfesifik
0,185, dan konduktivitas panas 12 1000C. Dalam kegiatan industri, penggunaan pasir
kuarsa sudah berkembang meluas, baik langsung sebagai bahan baku utama maupun bahan
ikutan. Sebagai bahan baku utama, misalnya digunakan dalam industri gelas kaca, semen,
tegel, mosaik keramik, bahan baku fero silikon, silikon carbide bahan abrasit (ampelas dan
sand blasting). Sedangkan sebagai bahan ikutan, misal dalam industri cor, industri
perminyakan dan pertambangan, bata tahan api (refraktori), dan lain sebagainya. Cadangan
pasir kuarsa terbesar terdapat di Sumatera Barat, potensi lain terdapat di Kalimantan Barat,
Jawa Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Pulau Bangka dan Belitung.
Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan kandungan
fosfor ekonomis. Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone phosphate of lime
(BPL) atau triphosphate of lime (TPL), atau berdasarkan kandungan P2O5. Fosfat apatit

termasuk fosfat primer karena gugusan oksida fosfatnya terdapat dalam mineral apatit
(Ca10(PO4)6.F2) yang terbentuk selama proses pembekuan magma. Kadang kadang,
endapan fosfat berasosiasi dengan batuan beku alkali kompleks, terutama karbonit kompleks
dan sienit. Fosfat komersil dari mineral apatit adalah kalsium fluo-fosfat dan kloro-fosfat dan
sebagian kecil wavellite, (fosfat aluminium hidros). Sumber lain dalam jumlah sedikit berasal
dari jenis slag, guano, crandallite [CaAl3(PO4)2(OH)5.H2O], dan millisite
(Na,K).CaAl6(PO4)4(OH)9.3H2O. Sifat yang dimiliki adalah warna putih atau putih
kehijauan, hijau, berat jenis 2,81-3,23, dan kekerasan 5 H. Fosfat adalah sumber utama unsur
kalium dan nitrogen yang tidak larut dalam air, tetapi dapat diolah untuk memperoleh produk
fosfat dengan menambahkan asam. Fosfat dipasarkan dengan berbagai kandungan P2O5,
antara 4-42 %. Sementara itu, tingkat uji pupuk fosfat ditentukan oleh jumlah kandungan N
(nitrogen), P (fosfat atau P2O5), dan K (potas cair atau K2O). Fosfat sebagai pupuk alam
tidak cocok untuk tanaman pangan, karena tidak larut dalam air sehingga sulit diserap oleh
akar tanaman pangan. Fosfat untuk pupuk tanaman pangan perlu diolah menjadi pupuk
buatan. Di Indonesia, jumlah cadangan yang telah diselidiki adalah 2,5 juta ton endapan
guano (kadar P2O5= 0,17-43 %). Keterdapatannya di Propinsi Aceh, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan NTT, sedangkan tempat lainnya
adalah Sumatera Utara, Kalimantan, dan Irian Jaya. Di Indonesia, eksplorasi fosfat dimulai
sejak tahun 1919. Umumnya, kondisi endapan fosfat guano yang ada ber-bentuk lensa-lensa,
sehingga untuk penentuan jumlah cadangan, dibuat sumur uji pada kedalaman 2 -5 meter.
Selanjutnya, pengambilan conto untuk analisis kandungan fosfat. Eksplorasi rinci juga dapat
dilakukan dengan pemboran apabila kondisi struktur geologi total diketahui.
Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik,
secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi
secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput,
foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang. Batu kapur
dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung keberadaan
mineral pengotornya. Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur
adalah aragonit (CaCO3), yang merupakan mineral metastable karena pada kurun waktu
tertentu dapat berubah menjadi kalsit (CaCO3). Mineral lainnya yang umum ditemukan
berasosiasi dengan batu kapur atau dolomit, tetapi dalam jumlah kecil adalah Siderit
(FeCO3), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit (MgCO3). Penggunaan batu kapur
sudah beragam diantaranya untuk bahan kaptan, bahan campuran bangunan, industri karet
dan ban, kertas, dan lain-lain. Potensi batu kapur di Indonesia sangat besar dan tersebar
hampir merata di seluruh kepulauan Indonesia. Sebagian besar cadangan batu kapur
Indonesia terdapat di Sumatera Barat.
Perak merupakan logam yang terbentuk dan selalu bersama-sama dengan logam
emas, yang mempunyai warna putih. Mineral-mineral yang terpenting yang mengandung
perak adalah Perak alam (Ag), Argentite (Ag2S), Cerrargyrite (AgCl), Polybasite (Ag16 Sb2
S11), Proustite (Ag2 As S3) dan Pyrargyrite (Ag3 Sb S3). Kebanyakan perak di dunia berasal
dari cebakan hydrothermal yang mengisi rongga-rongga. Kegunaannya adalah untuk
perhiasan, cindera mata, logam campuran, dll. Potensinya selalu berasosiasi dengan logam
lainnya seperti emas dan tembaga
Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal kubik, secara fisik berwarna kuning dan
apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop bijih akan berwarna pink kecoklatan sampai
keabuan. Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi hanya sedikit saja yang
komersial. Pada endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti

oleh kalkosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), kovelit (CuS), dan enargit (Cu3AsS4). Mineral
tembaga utama dalam bentuk deposit oksida adalah krisokola (CuSiO3.2HO), malasit
(Cu2(OH)2CO3), dan azurit (Cu3(OH)2(CO3)2). Deposit tembaga dapat diklasifikasikan
dalam lima tipe, yaitu: deposit porfiri, urat, dan replacement, deposit stratabound dalam
batuan sedimen, deposit masif pada batuan volkanik, deposit tembaga nikel dalam
intrusi/mafik, serta deposit nativ. Umumnya bijih tembaga di Indonesia terbentuk secara
magmatik. Pembentukan endapan magmatik dapat berupa proses hidrotermal atau
metasomatisme. Logam tembaga digunakan secara luas dalam industri peralatan listrik.
Kawat tembaga dan paduan tembaga digunakan dalam pembuatan motor listrik, generator,
kabel transmisi, instalasi listrik rumah dan industri, kendaraan bermotor, konduktor listrik,
kabel dan tabung coaxial, tabung microwave, sakelar, reaktifier transsistor, bidang
telekomunikasi, dan bidang?bidang yang membutuhkan sifat konduktivitas listrik dan panas
yang tinggi, seperti untuk pembuatan tabung?tabung dan klep di pabrik penyulingan.
Meskipun aluminium dapat digunakan untuk tegangan tinggi pada jaringan transmisi, tetapi
tembaga masih memegang peranan penting untuk jaringan bawah tanah dan menguasai pasar
kawat berukuran kecil, peralatan industri yang berhubungan dengan larutan, industri
konstruksi, pesawat terbang dan kapal laut, atap, pipa ledeng, campuran kuningan dengan
perunggu, dekorasi rumah, mesin industri non?elektris, peralatan mesin, pengatur temperatur
ruangan, mesin-mesin pertanian. Potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia terdapat di
Papua. Potensi lainnya menyebar di Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.
Granit merupakan salah satu batuan beku, yang bertekstur granitik dan struktur
holokristalin, serta mempunyai komposisi kimia 70% SiO 2 dan 15% Al2O3, sedangkan
mineral lainnya terdapat dalam jumlah kecil, seperti biotit, muskovit, hornblende, dan
piroksen. Umumnya granit berwarna putih keabuan, Sebagai batu hias warna granit lainnya
adalah merah, merah muda, coklat, abu-abu, biru, hijau, dan hitam, hal ini tergantung pada
komposisi mineralnya. Granit merupakan batuan beku asam plutonik atau terbentuk dan
membeku dalam kerak bumi. Bentuk cebakan yang terjadi dapat berupa dike, sill, atau dalam
bentuk masa yang besar dan tidak beraturan. Batuan lelehan dari granit disebut rhiolit, yang
mempunyai susunan kimia dan mineralogy yang sama dengan granit tetapi tekstur dan
strukturnya berlainan. Granit mempunyai sumber cadangan yang potensial, namun sampai
saai ini belum banyak yang ditambang. Potensi tersebut terdapat di Pulau Sumatera,
Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.
Sebagai mineral silikat pembentuk batuan, felspar mempunyai kerangka struktur
tektosilikat yang menunjukkan 4 (empat) atom oksigen dalam struktur tetraheral SiO2 yang
dipakai juga oleh struktur tetraheral lainnya. Kondisi ini menghasilkan kisi-kisi kristal
seimbang terutama bila ada kation lain yang masuk ke dalam struktur tersebut seperti
penggantian silikon oleh aluminium. Terlepas dari bentuk strukturnya, apakah triklin atau
monoklin, felspar secara kimiawi dibagi menjadi empat kelompok mineral yaitu kalium
felspar (KAlSi3O8), natrium felspar (NaAlSi3O8), kalsium felspar (CaAl2Si2O8) dan
barium felspar (Ba Al2Si2O8) sedangkan secara mineralogi felspar dikelompokkan menjadi
plagioklas dan K-felspar. Plagioklas merupakan seri yang menerus suatu larutan padat
tersusun dari variasi komposisi natrium felspar dan kalsium feldspar. Keberadaan felspar
dalam kerak bumi cukup melimpah. Walaupun demikian untuk keperluan komersial
dibutuhkan felspar yang memiliki kandungan (K2O + Na2O) > 10%. Selain itu, material
pengotor oksida besi, kuarsa, oksida titanium dan pengotor lain yang berasosiasi dengan
felspar diusahakan sesedikit mungkin. Felspar dari alam setelah diolah dapat dimanfaatkan

untuk batu gurinda dan felspar olahan untuk keperluan industri tertentu. Mineral ikutannya
dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri lain sesuai spesifikasi yang ditentukan. Industri
keramik halus dan kaca/gelas merupakan dua industri yang paling banyak mengkonsumsi
felspar olahan, terutama yang memiliki kandungan K 2O tinggi dan CaO rendah. Pesebaran
material ini terdapat hampir di seluruh negeri dengan bentuk endapan berbeda dari satu
daerah dengan daerah yang lain tergantung jenis endapan, primer atau sekunder. Data dari
Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral menunjukkan cadangan terukur (proved),
tereka (probable) dan terindikasi (possible) masing-masing sebesar 271.693, 11.728 dan
56.561 ribu ton.
Gipsum (CaSO4.2H2O) mempunyai kelompok yang terdiri dari gypsum batuan,
gipsit alabaster, satin spar, dan selenit. Gipsum umumnya berwarna putih, namun terdapat
variasi warna lain, seperti warna kuning, abu-abu, merah jingga, dan hitam, hal ini tergantung
mineral pengotor yang berasosiasi dengan gipsum. Gipsum umumnya mempunyai sifat lunak,
pejal, kekerasan 1,5 2 (skala mohs), berat jenis 2,31 2,35, kelarutan dalam air 1,8 gr/l
pada 00C yang meningkat menjadi 2,1 gr/l pada 400C, tapi menurun lagi ketika suhu semakin
tinggi. Gipsum terbentuk dalam kondisi berbagai kemurnian dan ketebalan yang bervariasi.
Gipsum merupakan garam yang pertama kali mengendap akibat proses evaporasi air laut

diikuti oleh anhidrit dan halit, ketika salinitas makin bertambah. Sebagai mineral evaporit,
endapan gypsum berbentuk lapisan di antara batuan-batuan sedimen batugamping, serpih
merah, batupasir, lempung, dan garam batu, serta sering pula berbentuk endapan lensa-lensa
dalam satuan-satuan batuan sedimen. Gipsum dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat
terjadinya (Berry, 1959), yaitu: endapan danau garam, berasosiasi dengan belerang, terbentuk
sekitar fumarol volkanik, efflorescence pada tanah atau goa-goa kapur, tudung kubah garam,
penudung oksida besi (gossan) pada endapan pirit di daerah batugamping.
Peta pesebaran sumber daya alam di Indonesia

Daftar Pustaka
Bachrawi, S. (1984). Mengenal Hasil Tambang Indonesia. Jakarta: PT Bina Aksara.
Irwandy, A. (2007). Perencanaan Tambang Total Sebagai Upaya Penyelesaian
Persoalan Lingkungan Dunia Pertambangan Indonesia. Manado:
Universitas Sam Ratulangi.
Potensi Sumber Daya Tambang di Indonesia. (2016, September 21). Retrieved
from https://www.plengdut.com/potensi-sumber-daya-tambang-diindonesia/174/
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara. (2016,
September 21). Informasi Mineral & Batubara. Retrieved from
http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Potensi.asp
Rudiono. (2016, September 21). Persebaran Barang Tambang di Indonesia dan
Proses Geomorfik. Retrieved from Majalah 1000guru:
http://majalah1000guru.net/2013/10/persebaran-barang-tambangindonesia/
Sudradjat, A. (1999). Teknologi dan Manajemen Sumber daya Mineral. Bandung:
ITB.
Yasindo Abdi Putra Corporation. (2016, September 21). Manfaat dan Kegunaan
Pasir Besi. Retrieved from http://www.yasindogroup.co.id/home/manfaatdan-kegunaan-pasir-besi/

Anda mungkin juga menyukai