TINJAUAN PUSTAKA
Nikel merupakan salah satu unsur kimia yang memiliki rumus Ni, terdapat
didalam batuan ultramafik dan batuan sebagai akibat proses magmatisme yang
selanjutnya dikenal dengan nickel sulfida. Nikel tersedia dalam jumlah yang cukup
banyak di dunia, walaupun tidak tersebar secara merata. Bahwa tidak semua daerah di
dunia ini memiliki batuan sumber nikel dengan persentase kadar kandungan nikel yang
sama.
Secara fisik, terdapatnya nikel di Indonesia secara umum merupakan nikel
laterit yang berasal dari pelapukan batuan ultramafik dan memiliki kadar rata-rata nikel
yang relatif lebih tinggi dibanding negara produsen lainnya. Karena sifat lateritik ini,
biaya penambangan menjadi lebih murah dan sangat kompetitif dibanding pada jenis
nikel sulfide yang umumnya berasal dari efek aktifitas magmatis.
Sejalan dengan pergerakan penggunaan dan harga nikel dunia yang akhir-
akhir ini menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu, hal ini merupakan peluang
yang sangat baik bagi PT. HENGJAYA MINERALINDO untuk melakukan
penambangan dengan memproduksi raw material guna melakukan penetrasi pasar
bahkan berupaya langsung kepada end user dari nikel laterit di wilayah konsesi Ijin
Usaha Pertambangan Operasi Produksi PT. HENGJAYA MINERALINDO No.
540.3/SK.001/DESDM/VI/2011 dengan target produksi sebesar 500.000 WMT/bulan
pada lahan seluas 200 Ha.
PT. Hengjaya Mineralindo didirikan di Jakarta pada tahun 2009, PT.
Hengjaya Mineralindo adalah perusahaan penanaman modal Asing (PMA) dengan Nickel
Mine Limited dari Australia yang bergerak di dalam bidang pertambangan Nickel.
Sejalan dengan pergerakan penggunaan dan harga Nickel dunia yang akhir-
akhir ini menunjukan peningkatan, maka ini merupakan peluan bagi PT. Hengjaya
Mineralindo untuk melakukan ekspansi bisnis.
Saat ini total jumlah karyawan PT. Hengjaya Mineralindo berjumlah sekitar
150 orang untuk kantor pusat di Jakarta dan site di Sulawesi tengah. Jumlah karyawan ini
akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya produksi.
Tinjauan Pustaka - 10
Realisasi kerja di tahun 2011 banyak terhambat oleh adanya waktu hujan
dan kondisi prasarana jalan umum yang rusak yang mengakibatkan banyak
kemunduran waktu kedatanagan alat berat maupun alat pendukung kerja di camp site
Tangofa. Adapun pekerjaan di tahun 2011 sebagai tahun yang memiliki kinerja yang
kurang produktif kususnya pada pembangunan prasarana tambang. Sedangkan
pemboran eksplorasi dapat berjalan cukup memuaskan. Rencana kerja pada tahun 2011
hingga 2012 dapat dilihat pada lampiran table di bawah ini.
Tinjauan Pustaka - 11
raw material menjadi barang jadi atau setengah jadi dengan cara membangun pabrik
dengan teknologi yang murah dan ramah lingkungan.
Tinjauan Pustaka - 12
2.2.1 Kondisi Geografis
Adanya beberapa fase tektonik yang terjadi selama dan sesudah proses
penyatuan ketiga Mendala geologi menyebabkan terbentuknya struktur geologi yang
cukup rumit di daerah tersebut. Sesar, lipatan, maupun stuktur geologi lainnya
dihasilkan dalam beberapa generasi yang berbeda. Dimana terjadi struktur struktur
geologi di Sulawesi bagian Timur Selatan dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Tinjauan Pustaka - 13
Gambar 2.2.2.a. Ilustrasi Pergerakan Tektonik yang Menyebabkan Pola Struktur di
Daerah Sulawesi bagian Timur Selatan.
Sesar naik utama yang diamati di daerah ini adalah sesar naik berarah
relatif utara-selatan, termasuk sesar yang memisahkan Mendala Sulawesi Barat dengan
Mendala Sulawesi Timur,yang dalam hal ini lebih dikenal dalam sesar poso, dan juga
sesar naik Wakuli. Disamping itu juga dijumpai zona sesar mendatar besar yang
disebut zona Sesar Palu Koro dengan arah relatif barat laut tenggara, sesar ini
banyak ahli yang menduga masih aktif hingga saat ini. Dari begitu banyaknya
pencacahan yang berbeda-beda terhadap daerah ini, maka lipatan yang terbentuk pun
memberikan bentukan dan pola yang berbedabeda dari lipatan yang tegak hingga ke
lipatan yang relatif lebih landai, bahkan membentuk lipatan rebah, yang membetuk
polapola tertutup hingga terbuka, ada 4 (Empat) generasi pembentukan lipatan
lipatan pada daerah tersebut.
Menurut T.O Simanjuntak, E. Rusmana,1993, bentuk struktur daerah
Tangofa dan Bete-bete kurang lebih berarah Timur Laut Barat Daya. Berdasarkan
data peta regional Lembar Ternate struktur geologi yang terdapat pada daerah
penelitian, yaitu sesar naik. Diperkirakan bahwa sesar naik ini tebentuk sekitar Akhir
Kapur Paleosen pada kontak batuan antara Kompleks Batuan Ultrabasa dan Formasi
Tokala.
Tinjauan Pustaka - 14
Kehadiran struktur geologi di lapangan diindikasikan dengan kenampakan
kekarkekar terdapat pada batuan yang ada (dapat dilihat pada Gambar 5.2.).
Kenampakan kekar pada batuan ini menjadi salah satu faktor intensnya proses
pelapukan pada daerah penelitian.
Tinjauan Pustaka - 15
sedimen, dan endapan aluvium. Susunan batuan yang terdapat di daerah Tangofa dan
Bete-bete terdiri dari :
1. Batuan Beku terdiri dari Kompleks Ultramafic (Ku) : Harzburgite, lezorlite,
wherlite, websterit, serpentinit, dunit, diabas, gabro
2. Batuan Sedimen Formasi Tokala (Trjt): Perselingan batugamping klastika,
batupasir sela wake, serpih, napal, lempung pasiran dan sisipan argilit
3. Aluvium dan Endapan Pantai (Qa) : lempung, pasir, breksi dan kerikil
Daerah Tangofa didominasi oleh Kompleks Batuan Ultrabasa, dimana
kompleks batuan ini termasuk dalam bagian ofiolit. Menurut Hutchison (1983), ofiolit
merupakan kumpulan khusus dari batuan mafik-ultramafik dengan batuan beku sedikit
asam sodium yang berassosiasi dengan batuan sedimen laut dalam. Dalam
perkembangan lengkap ofiolit, maka susunan ideal ofiolit terdiri dari rangkaian
beberapa karakteristik batuan (dapat dilihat pada Gambar 5.4.), yang tersusun dari
bawah ke atas, yaitu :
1. Kompleks ultramafik, terdiri atas : harzburgit, lherzolit, dan dunit, dan biasanya
dengan batuan metamorfik akibat tektonik (umumnya serpentinit)
2. Kompleks gabro, biasanya membentuk lapisan lapisan dengan tekstur kumulus,
terdiri dari peridotit kumulus dan piroksenit dan lebih terubah dibandingkan
dengan kompleks ultramafik
3. Kompleks dike, terdiri atas dike diabas membentuk zona pemisah pada dasar
plagiogranit sampai gabro dan saling bertampalan dengan ekstrusif lava bantal
(kompleks dike tidak selalu hadir)
4. Kompleks vulkanik mafik, umumnya terdiri dari lava bantal
5. Bagian atas dari ofiolit, kemudian berassosiasi dengan batuan sedimen pelagis
yang secara khas meliputi fasies laut dalam seperti rijang, serpih, dan batugamping
mikrit.
Tinjauan Pustaka - 16
Gambar 2.2.3.a. Susunan Ideal Ofiolit pada Lembah Limassol di Bagian Barat Cyprus
(Panayiotou, 1978 dalam Hutchison, 1983)
Tinjauan Pustaka - 17
yang melintasi Wilayah IUP Produksi PT. HENGJAYA MINERALINDO, dapat dilihat
pada Gambar 5.6.
Pada blok-blok tersebut sudah dilakukan pemboran detail dengan grid 100
m 25 m, terdapat singkapan saprolit yang cukup meyakinkan, adanya indikasi
mineral-mineral garnierite yang berkembang ke arah utara dan selebihnya
perkembangan kearah timur, terjadi perubahan kualitas menjadi batuan ultramafik
(serpentinit) yang masih fresh.
Berdasarkan hasil penggalian tespit pada Block B, maka ratarata
kedalaman laterit yang diperoleh antara 3 - 6 m. Lithologi yang didapatkan masih
Ferruginous saprolite. Hal ini disebabkan kondisi batuan peridotit yang
terserpentinisasi memiliki tingkat serpentinisasi yang berbeda-beda sehingga
menghasilkan profil laterite yang bervariasi
Pada umumnya daerah penelitian merupakan silicates laterite dengan
ditandai banyaknya pisolit dan hematite dipermukaan. Keadaan permukaan tanah
seperti ini dapat menghasilkan tespit yang cukup dalam. Keberadaan butiran pisolite
yang melimpah di permukaan merupakan salah satu ciri keberadaan silicates laterite
pada suatu daerah. Berdasarkan kenampakan visual tespit menghasilkan profile limonit
ferruginous saprolite yang cukup bagus, dengan ditandai adanya manganese oxide
dan chromite streaks. Ferruginous saprolite dapat terus berkembang hingga kedalaman
10 11 m.
Gambar 2.3.a. Profil umum pada zona bijih nikel (Waheed, 2005).
Tinjauan Pustaka - 18
bawah bukit dengan relief yang landai. Sedang relief yang terjal endapan semakin
menipis, di samping adanya kecenderungan akumulasi mineral yang berkadar tinggi
dijumpai pada zona-zona retakan, zona sesar dan rekahan pada batuan (Osborne &
Waraspati, 1986).
Tinjauan Pustaka - 19