BAB I
PENDAHULUAN
Batuan sedimen karbonat merupakan jenis batuan sedimen yang mengandung unsur
CaCO3 lebih dari 50%. Di Indonesia khususnya pada Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat
daerah yang terbentuk dari batuan sedimen karbonat yang berada di daerah wonosari. Batuan
sedimen karbonat penting dipelajari karena dapat menentukan keterdapatan reservoir dan
korelasi stratigrafi.
Latar belakang acara ekskursi lapangan karbonat tahun 2019 adalah guna
mengaplikasikan materi yang telah di ajarkan selama praktikum sedimentologi oleh asisten
khususnya pada batuan karbonat. Kegiatan ini dilakukan di beberapa tempat di gunung kidul
di antaranya di daerah Girimulyo, Panggang, dan Gunung Kidul. Daerah tersebut termasuk ke
dalam Formasi Wonosari. Formasi ini tersusun dari batugamping bioklastik, Kalkarenit,
dengan ciri struktur terumbu yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Ketebalan
formasi ini sebesar 800 meter. Cadangan bahan galian batugamping pada daerah penelitian
sangat luas dan banyak terdapat pada Formasi Wonosari.
Praktikan dapat mempelajari batuan karbonat yang tersingkap pada singkapan batuan dan
untuk memahami berbagai metode pengamatan serta guna mengaplikasikan ilmu yang didapat
dari laboratorium maupun kuliah sedimentologi yang berkaitan dengan analisa batuan sedimen
karbonat
Gambar 1.1.Fisiografi bagian tengah dan timur Pulau Jawa (dikembangkan dari van Bemmelen, 1949).
Daerah Pegunungan Selatan Jawa secara fisiografi termasuk ke dalam jalur pegunungan
selatan Jawa (Bemmelen, 1949), secara tektonik global diperkirakan pada cekungan antar busur
hingga busur vulkanik. Daerah Pegunungan Selatan membujur mulai dari Yogyakarta kearah
timur, Wonosari, Wonogiri, Pacitan menerus ke daerah Malang selatan, lalu ke daerah
Blambangan. Berdasarkan letak yang berada di zona Pegunungan Selatan Jawa Timur, bentang
alam terdiri dari rangkaian pegunungan memanjang relatif barat - timur dan jenis litologi
penyusunnya didominasi oleh material–material volkaniklastik dan daerah studi termasuk
dalam zona “Wonosari Plateau”
Zona Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi tiga subzona, yakni Subzona
Baturagung, Subzona Wonosari dan Subzona Gunung Sewu. Subzona Wonosari merupakan
dataran tinggi (± 190 m) yang terletak di bagian tengah Zona Pegunungan Selatan, yaitu di
daerah Wonosari dan sekitarnya. Dataran ini dibatasi oleh Subzona Baturagung di sebelah barat dan
utara, sedangkan di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Subzona Gunung Sewu.
Subzona Wonosari merupakan dataran tinggi (± 190 m) yang terletak di bagian tengah
Zona Pegunungan Selatan, yaitu di daerah Wonosari dan sekitarnya. Dataran ini dibatasi oleh
Subzona Baturagung di sebelah barat dan utara, sedangkan di sebelah selatan dan timur
berbatasan dengan Subzona Gunung Sewu.
Subzona Gunung Sewu merupakan perbukitan dengan bentang alam karts, yaitu
bentang alam dengan bukit-bukit batugamping membentuk banyak kerucut dengan ketinggian
beberapa puluh meter. Bentang alam karts ini membentang dari pantai Parangtritis di bagian
barat hingga Pacitan di sebelah timur.
Menurut Selley (1985, dalam Rizqi Amelia Melati 2011), fasies sedimen merupakan
suatu satuan batuan yang dapat dikenali dan dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas
dasar geometri, litologi, struktur sedimen, fosil, dan pola arus purbanya. Fasies sedimen
merupakan produk dari proses pengendapan batuan sedimen di dalam suatu jenis lingkungan
pengendapannya. Diagnosa lingkungan pengendapan tersebut dapat dilakukan berdasarkan
analisa fasies sedimen, yang merangkum hasil interpretasi dari berbagai data di atas.
a) Fasies Terumbu Belakang : terdiri atas perselingan antara batugamping dan dolomit,
endapan evaporit, pasir serpih
b) Fasies Terumbu Inti : memiliki terumbu yang masif dan berongga, dengan dolomit
dan batugamping yang lapuk berwarna merah kelabu, sering terdapat indikasi adanya
hidrokarbon.
c) Fasies Terumbu Muka : perselingan antara batugamping dan pasir, warna cokelat,
mengandung minyak bumi.
b. Peloid
Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, atau meruncing yang
tersusun oleh micrite dan tanpa struktur internal ukuran dari peloid antara 0,1 -
0,5 mm.
C. Pellet
Pellet merupakan partikel berukuran < 1mm berbentuk spheris atau elips dengan
komposisi CaCO3. Pellet merupakan kotoran organisme.
2) Skeletal Grain
butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri dari seluruh mikrofosil,
butiran fosil ataupun pecahan dari fosil-fosil makro. Cangkang ini merupakan
allochem yang umum dijumpai dalam batugamping.
Sementara Embry dan Klovan (1971) membagi boundstone menjadi tiga kelompok
yakni framestone, bindstone,dan bafflestone, berdasarkan atas komponen utama terumbu
yang berfungsi sebagai perangkap sedimen. Selain itu ditambahkan nama kelompok batuan
yang mengandung komponen berukuran lebih besar dari 2 cm > 10 %.
Gambar 1.3 Klasifikasi Embry & Klovan (Reijers & Hsu, 1986)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 STOPSITE 1
2.1.1 Deskripsi Keadaan Singkapan
Pada tanggal 26 Oktober 2019, Mahasiswa Teknik Geologi Angaktan 2018 melakukan
eskursi lapangan karbonat di daerah Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Berangkat dari kampus 1 pukul 07.50 WIB sampai di stopsite 1 sekitar pukul
08.45 WIB
Formasi pada stopsite 1 ini termasuk dalam formasi Wonosari dengan litologi
batugamping terumbu dan formasi oyo dengan litologi batuan gamping klastik. Litologi
stopsite 1 mengindikasikan pada zaman dulu daerah ini merupakan laut dengan kondisi air laut
dengan arus yang cukup tenang. Pada stopsite ini juga ditemukan pecahan cangkang fosil dan
ditemukan litologi berupa Rudstone (Embry & Klovan, 1962).
Rudstone (Embry&Klovan, 1962), putih, pasir sedang (1/2 – 1/4 mm), agak
membundar, terpilah buruk, didukung oleh butiran, A : litoclast, intetrclast, M : lumpur
karbonat, S : calcite, massif
KESIMPULAN :
Berdasarkan pengamatan litologi yang didapatkan dari setiap lokasi pengamatan dapat
disimpulkan bahwa singkapan pada stopsite 1 terendapakan pada zona Fasies Core reef dan
sebagian reef front
2.2 Stopsite 2
Tuffaceous packstone. putih. Pasir halus (1/4 – 1/8 mm). membundar. Didukung oleh
pasir. Sortasi baik. A: skeletal, hornblende, tuff M: lumpur karbonat S: calcite
Grainstone. coklat. Pasir kasar ( ½ - 2 mm). membundar. Didukung oleh pasir. Sortasi baik.
A: skeletal, hornblende, M: lumpur karbonat S: calcite
KESIMPULAN :
Berdasarkan pengamatan litologi yang didapatkan dari setiap stopsite 2 ini dapat disimpulkan
bahwa singkapan pada stopsite 2 terendapakan pada zona Fasies Fore reef.
2.3 Stopsite 3
Pada stopsite 3 ini terdapat singkapan yang membentang dari utara ke selatan sepanjang
15 m, tinggi singkapan 4 m, terdapat jenis batuan sedimen klastik berupa lapisan batugamping
yang tebal atau dapat disebut juga dengan massive thick bedded limestone. Terdapat lapisan
litologi yang berbeda-beda dan ditemukan adanya encrusting algae. Pada singkapan ini juga
terlihat adanya pecahan cangkang pada singkapan.
Skala :
Tinggi pada gambar: Tinggi Sebenarnya
5 cm : 160 cm
1:32
Jadi, 1 cm dalam gambar sama dengan 32 cm di lapangan
Wackestone. Krem. Pasir halus ( 1/4 – 1/8 mm). membundar. Didukung oleh lumpur.
Terpilah baik. A: Pellet M: lempung karbonatan S: calcite
2.3.6 Foto Parameter Litologi 3
KESIMPULAN
Intrepretasi Lingkungan Pengendapan
Dari data yang di dapat dari lapangan menunjukan lingkungan pengendapan Reef Front
(Link ,1950). Dilihat dari litologi batuannya yang berbutir sedang batu gamping, warnanya dari
gelap hingga terang, tipe butirannya cenderung di dominasi mudstone, dan calcite, adanya
encrusting algae, struktur perlapisannya yang laminar ( berlapis ), dan klastiknya terdiri dari
shale, silt, dan butiran halus siltstone, dan Biota yang detritus.
2.4 Stopsite 4
Stopsite 4 ini berada pada daerah Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berangkat dari
STA 3 sekitar 35 menit menggunakan bis lalu Tiba di lokasi pengamatan pada pukul 15.13
WIB dengan kondisi cuaca yang cerah. Lokasi terletak 8 Km dari STA 3 membentang dari
timur ke barat singkapan 20 m dengan tinggi 3 m, tidak terdapat vegetasi, singkapan tersusun
oleh batuan sedimen klastik
Morfologi stopsite 4 berupa tebing singkapan. Stopite ini adalah contoh dari proses
pedogenesis batugamping. Susunan ideal pada suatu tubuh batugamping yang sedang dalam
proses pedogenesis ialah sebagai berikut (dari bawah ke atas) :
1. Host Rock : Batugamping murni (jenuh air).
2. Transition : Batugamping yang terubah menjadi soil dikarenakan adanya
pergerakan fluida melalui proses evaporit.
3. Chalky Limestone : Komposisi batugamping mulai berubah menjadi Chalky
Limestone.
4. Nodular Chalky : Bongkah – bongkah CaCO3, dimana dari evaporasi yang
membawa fluida bergerak naik ke atas dan terakumulasi pada lapisan tersebut.
Bongkah – bongkah CaCO3 yang telah berkelompok dan resisten karena memiliki
tingkat jenuh air yang rendah, sehingga CaCO3 tidak dapat bergerak kembali ke atas.
6. Platy Caliche : Lapisan tipis horisontal dikarenakan proses pelarutan secara
lateral sehingga perlapisan batuan terbentuk horisontal.
7. Hardpan : Lapisan tanah paling keras. Terbentuk karena proses evaporasi
secara terus menerus yang membawa material – material kasar yang menyebabkan
terbentuknya lapisan tanah yang keras di bagian paling atas ( tempat terdapatnya
vegetasi).
8. Soil : Lapisan soil yang dicirikan dengan warna coklat dan ditumbuhi
vegetasi. Terbentuknya soil ini dikarenakan karena adanya proses pelapukan pada
Hardpan sehingga pada akhirnya terbentuk soil
Keterangan:
Dari stopsite 1 hingga stopsite 3 dapat di simpulkan dari klasifikasi Wilson (1975)
bahwa stopsite tersebut merupakan open sea shelf, foreslope, dan organic build up. Dari
stopsite 1 ditemukan data di lapangan berupa batuan berjenis klastik dan non klastik,
nonklastik yang terbentuk adalah tempat organic build up (Wilson, 1975) dikarenakan
tempat tersebut merupakan tempat yang terbentuk secara organik.Stopsite 2 terdapat pada
zona deep shelf marine (Wilson, 1975), hal ini dikarenakan data yang di temukan di
lapangan merupakan batuan dengan litologi tuffaceous packstone dan non klastik. Hal ini
menunjukan bahwa proses vulkanik telah berkurang dan mulai terbentuk material organik.
Stopsite 3 merupakan foreslope (Wilson, 1975), dikarenakan mulai adanya pecahan
foraminifera yang mengindikasikan jenis batuan sedimen klastik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada stopsite 1 dijumpai singkapan batuan Rudstone dan framestone yang terbentuk pada
lingkungan shallow marine yaitu pada zona core reef dan sedikit reef front. Di lingkungan ini
organisme nya beragam karena sinar matahari masih dapat menembus daerah tersebut.
Pada stopsite 2 terdapat suatu singkapan batuan bagian atas singkapan merupakan batuan
nonklastik dan bagian bawah adalah batuan klastik dengan kandungan foraminifera. Pada
tempat ini terdapat unsur tufaan yang menjelaskan bahwa telah berkurangnya aktivitas
vulkanisme sehingga terumbu dapat tumbuh kembali, lapisan memiliki umur miosen yang
ditandai dengan adanya fosil tersebut. Singkapan ini terbentuk pada lingkungan fore reef.
Pada stopsite 3 terjadi progradasi yakni terjadi pengkasaran butir saat semakin ketasa. Lalu
terdapat perkembangan reef kearah laut yang menandakan adanya regeresi/penurunan muka
air laut oleh besar suplai sedimen yang lebih besar dari ruang akomodasi dan kecepatan
penurunan cekungan.
Pada stopsite 4 singkapan terbentuk melalui proses pedogenesa yakni proses pengubahan
batuan menjadi tanah, singkapan yang diamati termasuk kedalam formasi wonosari yang
mengalami uplift ke permukaan lalu mengalami proses pelarutan. Jika diurutkan dari lapisan
paling bawah ke lapisan paling atas yakni : Transisi, Nodular chalky, Nodular, Platty, Hardpan,
dan Soil. Pembentukan platy chaliche dipengaruhi oleh aliran fluida secara horizontal dan
pembentukan nodular dipengaruhi oleh aliran fluida secara vertikal.
3.2 Saran
Manajemen dan ketepatan waktu harus ditingkatkan.
Penjelasan pada setiap stopsite oleh asisten dan dosen lebih baik diperjelas
Pemahaman tentang pendeskripsian batuan karbonat perlu di tingkatkan
Perbedaan pendapat tiap asisten harus dikurangi karena membingungkan
praktikan
Panitia medis diharapkan dibentuk pada kegiatan eskursi seperti ini
DAFTAR PUSTAKA
Maurice E. Tucker. 2003. Sedimentary Rocks in the Field 3rd Edition. U.K:
John & Wiley, Ltd