Anda di halaman 1dari 30

Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Batuan sedimen karbonat merupakan jenis batuan sedimen yang mengandung unsur
CaCO3 lebih dari 50%. Di Indonesia khususnya pada Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat
daerah yang terbentuk dari batuan sedimen karbonat yang berada di daerah wonosari. Batuan
sedimen karbonat penting dipelajari karena dapat menentukan keterdapatan reservoir dan
korelasi stratigrafi.

Latar belakang acara ekskursi lapangan karbonat tahun 2019 adalah guna
mengaplikasikan materi yang telah di ajarkan selama praktikum sedimentologi oleh asisten
khususnya pada batuan karbonat. Kegiatan ini dilakukan di beberapa tempat di gunung kidul
di antaranya di daerah Girimulyo, Panggang, dan Gunung Kidul. Daerah tersebut termasuk ke
dalam Formasi Wonosari. Formasi ini tersusun dari batugamping bioklastik, Kalkarenit,
dengan ciri struktur terumbu yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Ketebalan
formasi ini sebesar 800 meter. Cadangan bahan galian batugamping pada daerah penelitian
sangat luas dan banyak terdapat pada Formasi Wonosari.

Setelah eskursi lapangan batuan karbonat, diharapkan praktikan mampu memahami


variasi litologi, fasises karbonat, serta lingkungan pengendapan karbonat. Sehingga ilmu yang
dipelajari di laboratorium dapat diaplikasikan di lapangan.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari kegiatan ekskursi lapangan Karbonat adalah :

Praktikan dapat mempelajari batuan karbonat yang tersingkap pada singkapan batuan dan
untuk memahami berbagai metode pengamatan serta guna mengaplikasikan ilmu yang didapat
dari laboratorium maupun kuliah sedimentologi yang berkaitan dengan analisa batuan sedimen
karbonat

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 1
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

Tujuan nya adalah :


1. Praktikan dapat memahami variasi litologi pada batuan karbonat
2. Praktikan dapat mempelajari batuan karbonat, meliputi jenis, klasifikasi, lingkungan
pengendapan, dan proses-proses, atau aspek – aspek lainnya yang membentuk batuan
karbonat yang ditentukan oleh para ahli geologi
3. Praktikan dapat menentukan fasies karbonat dan lingkungan pengendapan
4. Praktikan dapat membuat profil sesuai aturan perlapisan dari yang paling tua hingga
yang paling muda.
5. Memahami Genesa Pembentukan Batuan Karbonat

1.3 BATASAN MASALAH


1. Penelitian dilakukan di formasi oyo-wonosari di cekungan pegunungan selatan
2. Penamaan menggunakan klasifikasi Dunham (1962) dan Embry Klovan (1971)
3. Penentuan fasies menggunakan Luis Pomar (1995)
4. Praktikan dapat mengamati dan mendeskripsikan batuan karbonat.
5. Praktikan dapat menentukan variasi litologi, lingkungan pengendapan, dan fasies
karbonat.
6. Praktikan dapat mengamati dan mendeskripsikan singkapan batuan karbonat di
lapangan untuk dianalisa untuk menentukan lingkungan pengendapan dan sejarah
geologi dari daerah pengamatan

1.4 GEOLOGI REGIONAL


1.4.1 Fisiografi Regional
Wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur secara fisiografi dapat dikelompokkan kedalam lima
zona (van Bemmelen, 1949), dari selatan ke utara: 1. Zona PegununganSelatan 2. Zona Solo 3.
Zona Kendeng 4. Zona Randublatung 5. Zona Rembang

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 2
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

Gambar 1.1.Fisiografi bagian tengah dan timur Pulau Jawa (dikembangkan dari van Bemmelen, 1949).

Daerah Pegunungan Selatan Jawa secara fisiografi termasuk ke dalam jalur pegunungan
selatan Jawa (Bemmelen, 1949), secara tektonik global diperkirakan pada cekungan antar busur
hingga busur vulkanik. Daerah Pegunungan Selatan membujur mulai dari Yogyakarta kearah
timur, Wonosari, Wonogiri, Pacitan menerus ke daerah Malang selatan, lalu ke daerah
Blambangan. Berdasarkan letak yang berada di zona Pegunungan Selatan Jawa Timur, bentang
alam terdiri dari rangkaian pegunungan memanjang relatif barat - timur dan jenis litologi
penyusunnya didominasi oleh material–material volkaniklastik dan daerah studi termasuk
dalam zona “Wonosari Plateau”

Zona Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi tiga subzona, yakni Subzona
Baturagung, Subzona Wonosari dan Subzona Gunung Sewu. Subzona Wonosari merupakan
dataran tinggi (± 190 m) yang terletak di bagian tengah Zona Pegunungan Selatan, yaitu di
daerah Wonosari dan sekitarnya. Dataran ini dibatasi oleh Subzona Baturagung di sebelah barat dan
utara, sedangkan di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Subzona Gunung Sewu.

Subzona Wonosari merupakan dataran tinggi (± 190 m) yang terletak di bagian tengah
Zona Pegunungan Selatan, yaitu di daerah Wonosari dan sekitarnya. Dataran ini dibatasi oleh
Subzona Baturagung di sebelah barat dan utara, sedangkan di sebelah selatan dan timur
berbatasan dengan Subzona Gunung Sewu.

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 3
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

Subzona Gunung Sewu merupakan perbukitan dengan bentang alam karts, yaitu
bentang alam dengan bukit-bukit batugamping membentuk banyak kerucut dengan ketinggian
beberapa puluh meter. Bentang alam karts ini membentang dari pantai Parangtritis di bagian
barat hingga Pacitan di sebelah timur.

1.4.2 Stratigrafi Regional


Pegunungan Selatan secara umum tersusun oleh batuan sedimen volkaniklastik dan batuan
karbonat.
Secara stratigrafi, urutan satuan batuan dari tua ke muda menurut penamaan litostratigrafi
menurut Wartono dan Surono dengan perubahan (1994) adalah:
1. Formasi Wungkal-Gamping : Formasi ini terletak di Gunung Wungkal dan Gunung
Gamping, di Perbukitan Jiwo. Satuan batuan terdiri dari perselingan antara batupasir
dan batulanau serta lensa batugamping. Pada bagian atas, satuan batuan ini berupa napal
pasiran dan lensa batugamping, memiliki ketebalan sekitar 120 meter
2. Formasi Kebo-Butak : Formasi ini disusun pada bagian bawah berupa batupasir berlapis
baik, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat, dengan ketebalan lebih dari
650 meter.Bagian atasnya berupa perselingan batupasir dan batulempung dengan
sisipan tipis tuf asam.
3. Formasi Semilir : Formasi ini berlokasi di Gunung Semilir, sebelah selatan Klaten.
Memiliki ketebalan lebih dari 460 meter. Litologi penyusunnya terdiri dari tuf, tuf
lapili, lapili batuapung, breksi batuapung dan serpih.
4. Formasi Nglanggran : Formasi ini tersusun oleh batuan yang terdiri dari breksi
gunungapi, aglomerat, tuf dan aliran lava andesit-basal dan lava andesit. Breksi
gunungapi dan aglomerat yang mendominasi formasi ini umumnya tidak berlapis. Di
bagian tengah formasi ini, yakni pada breksi gunungapi, ditemukan batugamping
terumbu yang membentuk lensa atau berupa kepingan.
5. Formasi Sambipitu : Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa Sambipitu pada jalan raya
Yogyakarta-Patuk-Wonosari dengan ketebalan mencapai 230 meter. Batuan penyusun
formasi ini di bagian bawah terdiri dari batupasir kasar, kemudian ke atas berangsur
menjadi batupasir halus yang berselang-seling dengan serpih, batulanau dan
batulempung.
6. Formasi Oyo : Formasi ini berada di Sungai Oyo. Penyusun lithologi pada bagian
bawah terdiri oleh tuf dan napal tufan. Sedangkan ke atas didominasi oleh batugamping

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 4
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

berlapis dengan sisipan batulempung karbonatan. Formasi Wonosari : Formasi


tersingkap di daerah Wonosari dan sekitarnya, dengan ketebalan 800 meter. Formasi
ini didominasi oleh batuan karbonat yang terdiri dari batugamping berlapis dan
batugamping terumbu. Sedangkan sebagai sisipan adalah napal, dan sisipan tuff
7. Formasi Kepek : Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Desa Kepek, tersebar di hulu.
Rambatan sebelah barat Wonosari yang membentuk sinklin. Batuan penyusunnya
adalah napal dan batugamping berlapis.
8. Endapan Kuarter : Endapan kuarter pada daerah Sungai Opak merupakan rombakan
batuan yang lebih tua yang terbentuk pada Kala Plistosen hingga masa kini. Terdiri dari
bahan lepas sampai padu lemah, berbutir lempung hingga kerakal

1.5 DASAR TEORI


1.5.1 Pengertian Batuan Sedimen Karbonat

Batuan karbonat merupakan jenis batuan sedimen non silisiklastik. Batuan


didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % tersusun
atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi
langsung (Reijers & 1986), batuan ini terkandung fraksi karbonat yang lebih besar daripada
fraksi non karbonat. Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan
yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari 50
%. Sedangkan batugamping, menurut definisi Reijers & Hsu (1986) adalah batuan yang
mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan karbonat
merupakan batugamping.

1.5.2 Fasies Batuan Karbonat

Menurut Selley (1985, dalam Rizqi Amelia Melati 2011), fasies sedimen merupakan
suatu satuan batuan yang dapat dikenali dan dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas
dasar geometri, litologi, struktur sedimen, fosil, dan pola arus purbanya. Fasies sedimen
merupakan produk dari proses pengendapan batuan sedimen di dalam suatu jenis lingkungan
pengendapannya. Diagnosa lingkungan pengendapan tersebut dapat dilakukan berdasarkan
analisa fasies sedimen, yang merangkum hasil interpretasi dari berbagai data di atas.

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 5
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

Model Fasies Karbonat Menurut Link tahun 1950

Gambar 1.2 Fasies pengendapan Link 1950

a) Fasies Terumbu Belakang : terdiri atas perselingan antara batugamping dan dolomit,
endapan evaporit, pasir serpih
b) Fasies Terumbu Inti : memiliki terumbu yang masif dan berongga, dengan dolomit
dan batugamping yang lapuk berwarna merah kelabu, sering terdapat indikasi adanya
hidrokarbon.
c) Fasies Terumbu Muka : perselingan antara batugamping dan pasir, warna cokelat,
mengandung minyak bumi.

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 6
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

1.5.3 Karakteristik Komponen Batuan Karbonat Mikrofasies

Menurut Tucker (1991) komponen penyusun batugamping dibedakan menjadi non


skeletal grain, skeletal grain, matrix, dan cement.

1) Non Skeletal Grain, terdiri dari :


a. Ooid dan Pisolid
Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk elips yang mempunyai satu atau
lebih struktur lamina yang konsentris

b. Peloid

Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, atau meruncing yang
tersusun oleh micrite dan tanpa struktur internal ukuran dari peloid antara 0,1 -
0,5 mm.

C. Pellet

Pellet merupakan partikel berukuran < 1mm berbentuk spheris atau elips dengan
komposisi CaCO3. Pellet merupakan kotoran organisme.

d. Agregat dan Intraklas

Agregat merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat yang


tersemen bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau tergabung akibat material
organik. Sedangkan intraklas ialah fragmen dari sedimen yang sudah terlitifikasi
atau setengah terlitifikasi

2) Skeletal Grain
butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri dari seluruh mikrofosil,
butiran fosil ataupun pecahan dari fosil-fosil makro. Cangkang ini merupakan
allochem yang umum dijumpai dalam batugamping.

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 7
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

3) Lumpur Karbonat dan Micrite.


Micrite adalah matriks yang biasanya berwarna gelap. hadir sebagai butir yang
sangat halus. Micrite memilliki ukuran butir kurang dari 4 um
4) Semen
Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan mengisi
rongga pori yang terendapkan setelah fragmen dan matriks.

1.5.4 Klasifikasi Batuan Karbonat

a. Klasifikasi Dunham (1962) dan Embry & Kiovan (1971)


Klasifikasi Dunham (1962) dilandaskan oleh tekstur pengendapan batugamping.
Batuan bertekstur mud supported diinterpretasikan terbentuk pada energi rendah karena
Dunham beranggapan lumpur karbonat hanya ada pada lingkungan berarus tenang.
Sebaliknya Dunham berpendapat bahwa batuan dengan fabrik grain supported terbentuk pada
energi gelombang kuat sehingga hanya komponen butiran yang dapat mengendap.

Batugamping dengan kandungan beberapa butir (< 10 %) di dalam matriks. Lumpur


karbonat disebut mudstone, dan bila mudstone tersebut mengandung butiran tidak saling
bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya bila antar butiran saling bersinggungan
disebut packstone atau grainstone, packstone memiliki tekstur grain supported dan biasanya
memiliki matriks mud. Dunham memakai istilah boundstone untuk batugamping dengan
fabrik yang mengindikasikan asal-usul komponen - komponennya yang direkatkan bersama
selama proses deposisi (contohnya : pengendapan lingkungan terumbu).

Embry dan Klovan (1971) mengembangkan klasifikasi Dunham (1962) dengan


membagi batugamping menjadi dua kelompok besar yakni autochtonous limestone dan
allochtonous limestone berupa batugamping yang komponen penyusunnya tidak terikat
secara organis selama proses pengendapan

Sementara Embry dan Klovan (1971) membagi boundstone menjadi tiga kelompok
yakni framestone, bindstone,dan bafflestone, berdasarkan atas komponen utama terumbu
yang berfungsi sebagai perangkap sedimen. Selain itu ditambahkan nama kelompok batuan
yang mengandung komponen berukuran lebih besar dari 2 cm > 10 %.

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 8
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

Gambar 1.3 Klasifikasi Embry & Klovan (Reijers & Hsu, 1986)

Gambar 1.4 Klasifikasi Dunham (1962)

Kelebihan klasifikasi Dunham (1961) dapat gunakan untuk menentukan tingkat


diagenesis karena apabila sparit akan dideskripsi maka hal ini bertujuan untuk menentukan
tingkat diagenesis.

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 9
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 STOPSITE 1
2.1.1 Deskripsi Keadaan Singkapan
Pada tanggal 26 Oktober 2019, Mahasiswa Teknik Geologi Angaktan 2018 melakukan
eskursi lapangan karbonat di daerah Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Berangkat dari kampus 1 pukul 07.50 WIB sampai di stopsite 1 sekitar pukul
08.45 WIB

Formasi pada stopsite 1 ini termasuk dalam formasi Wonosari dengan litologi
batugamping terumbu dan formasi oyo dengan litologi batuan gamping klastik. Litologi
stopsite 1 mengindikasikan pada zaman dulu daerah ini merupakan laut dengan kondisi air laut
dengan arus yang cukup tenang. Pada stopsite ini juga ditemukan pecahan cangkang fosil dan
ditemukan litologi berupa Rudstone (Embry & Klovan, 1962).

2.1.2 Foto Bentang Alam

Foto 2.1 Bentang Alam 1


Cuaca : Cerah
Foto Oleh : Gentur Basunondo
Azimuth : N 1,7

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 10
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

2.1.3 Foto Parameter Singkapan 1

Foto 2.2 Parameter Singkapan 1


Foto oleh Gentur Basunondo
Keterangan:

 Cuaca : Cerah berawan


 Arah kamera : N 1,79
 Parameter
 Tinggi sebenarnya parameter : 170
 Tinggi dalam foto : 15 cm
 Skala :
Tinggi pada gambar: Tinggi Sebenarnya
15 cm : 170 cm
1:11

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 11
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

Jadi, 1 cm dalam gambar sama dengan 11 cm di lapangan

2.1.4 Foto Parameter Litologi 1

Foto 2.3 Parameter Litologi 1


Foto oleh Gentur Basunondo
Framestone (Embry & Klovan, 1962), abu abu, massif

2.1.5 Foto Parameter Litologi 2

Foto 2.4 Parameter Litologi 2


Foto oleh : Gentur Basunondo

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 12
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

Rudstone (Embry&Klovan, 1962), putih, pasir sedang (1/2 – 1/4 mm), agak
membundar, terpilah buruk, didukung oleh butiran, A : litoclast, intetrclast, M : lumpur
karbonat, S : calcite, massif

KESIMPULAN :

Interpretasi Lingkungan Pengendapan

Gambar 2.5 Interpretasi lingkungan pengendapan

Berdasarkan pengamatan litologi yang didapatkan dari setiap lokasi pengamatan dapat
disimpulkan bahwa singkapan pada stopsite 1 terendapakan pada zona Fasies Core reef dan
sebagian reef front

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 13
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

2.2 Stopsite 2

2.2.1 Deskripsi Keadaan Singkapan


Stopsite 2 masih berada pada daerah Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten
Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. tiba pada lokasi pengamatan pada pukul 10.55
WIB setelah menggunakan bis dengan kondisi cuaca cerah berawan. Singkapan ini banyak
ditumbuhi vegetasi. Terdapat perlapisan pada singkapan, singkapan membentang dari timur ke
barat
Pada stopsite ini terdapat singkapan yang memilik beberapa litologi dengan jenis yang
bermacam - macam. Litologi pada stopsite ini diantaranya adalah batugamping tufaan dimana
litologi ini dipengaruhi oleh adanya aktivitas vulkanisme yang pencirinya ialah ditemukannya
mineral hornblende dan kuarsa. Litologi selanjutnya ialah Packstone (Dunham 1962).
Packstone ini terendapkan pada kondisi air laut yang memiliki keadaan gelombang yang
sedang

2.2.2 Foto Bentang Alam

Foto 2.6 Bentang Alam 2


Cuaca : Cerah
Azimuth : N 350 0E
Foto Oleh : Gentur Basunondo

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 14
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

2.2.4 Foto Parameter Litologi 1

Foto 2.7 Parameter Litologi 1


Foto oleh Gentur Basunondo

Tuffaceous packstone. putih. Pasir halus (1/4 – 1/8 mm). membundar. Didukung oleh
pasir. Sortasi baik. A: skeletal, hornblende, tuff M: lumpur karbonat S: calcite

2.2.5 Foto Parameter Litologi 2

Foto 2.8 Parameter Litologi 2

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 15
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

Tuffaceous packstone. putih. Pasir sedang (½ - ¼ mm). membundar. Didukung oleh


pasir. Sortasi baik. A: skeletal, hornblende, tuff M: lumpur karbonat S: calcite

2.2.6 Foto Parameter Litologi 3

Foto 2.9 Parameter Litologi 3


Foto oleh Gentur Basunondo
Tuffaceous packstone. coklat. Pasir sedang (½ - ¼ mm). membundar. Didukung oleh
pasir. Sortasi baik. A: skeletal, hornblende, tuff M: lumpur karbonat S: calcite

2.2.4 Foto Parameter Litologi 4

Foto 2.10 Parameter Litologi 4

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 16
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

Grainstone. coklat. Pasir kasar ( ½ - 2 mm). membundar. Didukung oleh pasir. Sortasi baik.
A: skeletal, hornblende, M: lumpur karbonat S: calcite

KESIMPULAN :

Interpretasi Lingkungan Pengendapan

Gambar 2.11 Interpretasi lingkungan pengendapan

Berdasarkan pengamatan litologi yang didapatkan dari setiap stopsite 2 ini dapat disimpulkan
bahwa singkapan pada stopsite 2 terendapakan pada zona Fasies Fore reef.

2.2.5 Profil Kasar

Gambar 2.3 Profil kasar


Nama : Rais Indra Gunawan
NIM : 111.180.073
Plug : 11 17
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

2.3 Stopsite 3

2.3.1 Deskripsi Keadaan Singkapan 3


Stopsite 3 berada pada daerah Panggang, Kecamatan Gunung Kidul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Tiba di lokasi pengamatan pada pukul 13.11 WIB dengan kondisi cuaca yang
cukup cerah. Singkapan ini berada di pinggir jalan panggang.

Pada stopsite 3 ini terdapat singkapan yang membentang dari utara ke selatan sepanjang
15 m, tinggi singkapan 4 m, terdapat jenis batuan sedimen klastik berupa lapisan batugamping
yang tebal atau dapat disebut juga dengan massive thick bedded limestone. Terdapat lapisan
litologi yang berbeda-beda dan ditemukan adanya encrusting algae. Pada singkapan ini juga
terlihat adanya pecahan cangkang pada singkapan.

2.3.2 Foto Bentang Alam

Foto 2.12 Bentang Alam


Cuaca : Cerah
Azimuth : N 39 0E
Foto Oleh : Gentur Basunondo

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 18
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

2.3.3 Foto Parameter Singkapan 3

Foto 2.13 Parameter Singkapan 3


Foto oleh Gentur Basunondo
Keterangan :

 Cuaca : Cerah berawan


 Arah kamera : N 230°E
 Parameter
 Tinggi sebenarnya parameter : 160 cm
 Tinggi dalam foto : 5 cm

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 19
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

 Skala :
Tinggi pada gambar: Tinggi Sebenarnya
5 cm : 160 cm
1:32
Jadi, 1 cm dalam gambar sama dengan 32 cm di lapangan

2.3.4 Foto Parameter Litologi 1

Foto 2.14 Parameter Litologi 1


Foto oleh Gentur Basunondo
Grainstone. Coklat. Pasir sedang (1/2 – 1/4 mm). membundar. Didukung oleh pasir.
Terpilah baik. A: Pellet M: lempung karbonatan S: calcite

2.3.5 Foto Parameter Litologi 2

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 20
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

Foto 2.15 Parameter Litologi 2


Foto oleh Gnetur Basunondo

Wackestone. Krem. Pasir halus ( 1/4 – 1/8 mm). membundar. Didukung oleh lumpur.
Terpilah baik. A: Pellet M: lempung karbonatan S: calcite
2.3.6 Foto Parameter Litologi 3

Foto 2.16 Parameter Litologi 3


Foto oleh Gentur Basunondo
Grainstone. coklat. Pasir sedang (1/2 – 1/4 mm). membundar. Didukung oleh pasir.
Terpilah baik. A: Pellet M: lempung karbonatan S: calcite

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 21
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

KESIMPULAN
Intrepretasi Lingkungan Pengendapan

Dari data yang di dapat dari lapangan menunjukan lingkungan pengendapan Reef Front
(Link ,1950). Dilihat dari litologi batuannya yang berbutir sedang batu gamping, warnanya dari
gelap hingga terang, tipe butirannya cenderung di dominasi mudstone, dan calcite, adanya
encrusting algae, struktur perlapisannya yang laminar ( berlapis ), dan klastiknya terdiri dari
shale, silt, dan butiran halus siltstone, dan Biota yang detritus.

gambar 2.17. Lingkungan pengendapan menurut Link 1950

2.3.8. Profil Kasar

Gambar 2.18 Interpretasi lingkungan pengendapan

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 22
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

2.4 Stopsite 4

2.4.1 Deskripsi Keadaan Singkapan

Stopsite 4 ini berada pada daerah Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berangkat dari
STA 3 sekitar 35 menit menggunakan bis lalu Tiba di lokasi pengamatan pada pukul 15.13
WIB dengan kondisi cuaca yang cerah. Lokasi terletak 8 Km dari STA 3 membentang dari
timur ke barat singkapan 20 m dengan tinggi 3 m, tidak terdapat vegetasi, singkapan tersusun
oleh batuan sedimen klastik

Morfologi stopsite 4 berupa tebing singkapan. Stopite ini adalah contoh dari proses
pedogenesis batugamping. Susunan ideal pada suatu tubuh batugamping yang sedang dalam
proses pedogenesis ialah sebagai berikut (dari bawah ke atas) :
1. Host Rock : Batugamping murni (jenuh air).
2. Transition : Batugamping yang terubah menjadi soil dikarenakan adanya
pergerakan fluida melalui proses evaporit.
3. Chalky Limestone : Komposisi batugamping mulai berubah menjadi Chalky
Limestone.
4. Nodular Chalky : Bongkah – bongkah CaCO3, dimana dari evaporasi yang
membawa fluida bergerak naik ke atas dan terakumulasi pada lapisan tersebut.
Bongkah – bongkah CaCO3 yang telah berkelompok dan resisten karena memiliki
tingkat jenuh air yang rendah, sehingga CaCO3 tidak dapat bergerak kembali ke atas.
6. Platy Caliche : Lapisan tipis horisontal dikarenakan proses pelarutan secara
lateral sehingga perlapisan batuan terbentuk horisontal.
7. Hardpan : Lapisan tanah paling keras. Terbentuk karena proses evaporasi
secara terus menerus yang membawa material – material kasar yang menyebabkan
terbentuknya lapisan tanah yang keras di bagian paling atas ( tempat terdapatnya
vegetasi).
8. Soil : Lapisan soil yang dicirikan dengan warna coklat dan ditumbuhi
vegetasi. Terbentuknya soil ini dikarenakan karena adanya proses pelapukan pada
Hardpan sehingga pada akhirnya terbentuk soil

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 23
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

2.4.2 Foto Bentang Alam

Gambar 2.19 Bentang Alam

2.4.3 Foto Parameter Singkapan 4

Foto 2.20. Parameter Singkapan 4


Foto oleh Gentur Basunondo

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 24
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

Keterangan:

 Cuaca : Cerah berawan


 Arah kamera : N138°E
 Parameter
 Tinggi sebenarnya parameter : 180 cm
 Tinggi dalam foto : 5 cm
o
 Skala :
Tinggi pada gambar: Tinggi Sebenarnya
5cm : 180 cm
1 : 36
Jadi, 1 cm dalam gambar sama dengan 36 cm di lapangan
2.4.4 profil

Gambar 2.21 Profil kasar


Nama : Rais Indra Gunawan
NIM : 111.180.073
Plug : 11 25
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

2.4.5 INTERPRETASI LINGKUNGAN PENGENDAPAN

Dari stopsite 1 hingga stopsite 3 dapat di simpulkan dari klasifikasi Wilson (1975)
bahwa stopsite tersebut merupakan open sea shelf, foreslope, dan organic build up. Dari
stopsite 1 ditemukan data di lapangan berupa batuan berjenis klastik dan non klastik,
nonklastik yang terbentuk adalah tempat organic build up (Wilson, 1975) dikarenakan
tempat tersebut merupakan tempat yang terbentuk secara organik.Stopsite 2 terdapat pada
zona deep shelf marine (Wilson, 1975), hal ini dikarenakan data yang di temukan di
lapangan merupakan batuan dengan litologi tuffaceous packstone dan non klastik. Hal ini
menunjukan bahwa proses vulkanik telah berkurang dan mulai terbentuk material organik.
Stopsite 3 merupakan foreslope (Wilson, 1975), dikarenakan mulai adanya pecahan
foraminifera yang mengindikasikan jenis batuan sedimen klastik.

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 26
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

2.5 INTERPRETASI SEJARAH GEOLOGI


Formasi wonosari tersusun oleh batu gamping dengan kandungan yang kompleks.
Formasi ini diperkirakan berumur oligo-miosen. Aktivitas vulkanisme yang terjadi pada pulau
jawa menyebabkan penurunan permukaan bumi sehingga sebagian pulau di pulau jawa mulai
tenggelam. Kemudian terjadi aktivitas yang menyebabkan daerah wonosari mulai terangkat
sehingga muka air laut mengalami penurunan.

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 27
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada stopsite 1 dijumpai singkapan batuan Rudstone dan framestone yang terbentuk pada
lingkungan shallow marine yaitu pada zona core reef dan sedikit reef front. Di lingkungan ini
organisme nya beragam karena sinar matahari masih dapat menembus daerah tersebut.
Pada stopsite 2 terdapat suatu singkapan batuan bagian atas singkapan merupakan batuan
nonklastik dan bagian bawah adalah batuan klastik dengan kandungan foraminifera. Pada
tempat ini terdapat unsur tufaan yang menjelaskan bahwa telah berkurangnya aktivitas
vulkanisme sehingga terumbu dapat tumbuh kembali, lapisan memiliki umur miosen yang
ditandai dengan adanya fosil tersebut. Singkapan ini terbentuk pada lingkungan fore reef.
Pada stopsite 3 terjadi progradasi yakni terjadi pengkasaran butir saat semakin ketasa. Lalu
terdapat perkembangan reef kearah laut yang menandakan adanya regeresi/penurunan muka
air laut oleh besar suplai sedimen yang lebih besar dari ruang akomodasi dan kecepatan
penurunan cekungan.
Pada stopsite 4 singkapan terbentuk melalui proses pedogenesa yakni proses pengubahan
batuan menjadi tanah, singkapan yang diamati termasuk kedalam formasi wonosari yang
mengalami uplift ke permukaan lalu mengalami proses pelarutan. Jika diurutkan dari lapisan
paling bawah ke lapisan paling atas yakni : Transisi, Nodular chalky, Nodular, Platty, Hardpan,
dan Soil. Pembentukan platy chaliche dipengaruhi oleh aliran fluida secara horizontal dan
pembentukan nodular dipengaruhi oleh aliran fluida secara vertikal.

3.2 Saran
 Manajemen dan ketepatan waktu harus ditingkatkan.
 Penjelasan pada setiap stopsite oleh asisten dan dosen lebih baik diperjelas
 Pemahaman tentang pendeskripsian batuan karbonat perlu di tingkatkan
 Perbedaan pendapat tiap asisten harus dikurangi karena membingungkan
praktikan
 Panitia medis diharapkan dibentuk pada kegiatan eskursi seperti ini

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 28
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

DAFTAR PUSTAKA

Boggs, Sam. 2009. Petrology of Sedimentary Rocks. New York:


Cambridge University Press

Pomar. 1995. Sea-LeveI Changes, Carbonate Production and Piatform


Architecture: TheLIucmajor PIatform, Mallorca, Spain. Spain: University of the
Balearic Islands

Nichols, Garry. 2009. Sedimentology and Stratigraphy 2nd Edition. Chicester:


John and Wiley, Ltd

Maurice E. Tucker. 2003. Sedimentary Rocks in the Field 3rd Edition. U.K:
John & Wiley, Ltd

Treman, I Wayan. 2014. Geologi Dasar. Graha Ilmu: Yogyakarta

Noor, Djauhari, 2012, Pengantar Geologi, Universitas Pakuan, Bogor, Indonesia

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 29
Lapangan Eskursi Karbonat Sedimentologi 2019

Nama : Rais Indra Gunawan


NIM : 111.180.073
Plug : 11 30

Anda mungkin juga menyukai