Anda di halaman 1dari 16

PT SAKINAH JAYA ABADI

DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN PENAMBANGAN


BATUAN (SIPB)

BAB II
GEOLOGI DAN ESTIMASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN

1.1 Geologi Lokal

Lokasi penelitian PT Sakinah Jaya Abadi yang berada di Kecamatan


Bunyu termasuk dalam cekungan Tarakan, dimana secara fisiografi, Cekungan
Tarakan meliputi kawasan daratan dan sebagiannya lagi kawasan lepas pantai.
Di bagian utara dibatasi oleh tinggian Semporna yang terletak sedikit di utara
perbatasan Indonesia - Malaysia, di sebelah selatan oleh Punggungan
Mangkalihat yang memisahkan Cekungan Tarakan dengan Cekungan Kutai.
Ke arah barat dari cekungan meliputi kawasan daratan sejauh 60 sampai 100
km dari tepi pantai hingga Tinggian Kucing, ke arah timur batas cekungannya
diketahui melewati kawasan paparan benua dari Laut Sulawesi.

Gambar 2.1
Cekungan Tarakan Kalimantan Utara ( Sumber: Core-Lab G&G
Evaluation Simenggaris Block )

BAB II | 1
PT SAKINAH JAYA ABADI
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN PENAMBANGAN
BATUAN (SIPB)

Ditinjau dari fasies dan lingkungan pengendapannya, Cekungan


Tarakan terbagi menjadi empat sub cekungan, yaitu Tidung Sub-basin,
Tarakan Sub basin, Muara Sub-basin dan Berau Sub-basin.
1. Tidung Sub-basin: Terletak paling utara dan untuk sebagian besar
berkembang didaratan, terisi sedimen berumur Oligosen sampai Miosen
Akhir. Dipisahkan dengan Berau sub-basin di bagian selatan oleh Sekatak
Ridge.
2. Berau Sub-basin: Terletak pada bagian selatandan sebagian besar
berkembang di daratan terisi oleh sedimen berumur Eosen Akhir sampai
Miosen Akhir.
3. Tarakan Sub-basin: Terletak pada bagian tengah dan merupakan sub
cekungan paling muda. Perkembangan paling utara ke arah lepas pantai
dan terisi dengan Formasi Tarakan-Bunyu yang berumur Miosen Akhir.
4. Muara Sub-basin: Merupakan deposenter paling selatan dan
perkembangan sedimennya ke arah lepas pantai di utara Tinggian
Mangkalihat. Dipisahkan dengan Berau sub-basin, di utaranya oleh
Suikerbrood Ridge, yaitu suatu Tinggian yang berarah Barat- Timur.

Diketahui secara regional peta geologi lembar ini dilalui


oleh beberapa formasi batuan dari yang tertua sampai termuda adalah sebagai
berikut :
1. Aluvium (Qa), Terdiri atas lumpur, lanau, pasir, kerikil dank oral.
Merupakan endapan pantai, sungai dan rawa.
2. Formasi Sajau (TQps), Terdiri atas batupasir kuarsa, batulempung,
batulanau, batubara, lignit dan konglomerat. Struktur sedimen berupa
perlapisan silang silur, bioturbasi dan parallel laminasi; mengandung
nodul besi dan fosil kayu; umumnya karbonan. Formas ini berumur Plio-
Plistosen berdasarkan kandungan fosil moluska (Beets, 1950) dan
diendapkan pada lingkungan fluvial sampai delta. Ketebalan formasi ini
sekitar 600 – 2000 meter.

BAB II | 2
PT SAKINAH JAYA ABADI
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN PENAMBANGAN
BATUAN (SIPB)

3. Formasi Sinjin (Tps), Tersusun atas perselingan tufa, breksi tufa,


aglomerat dan lava andesit piroksin. Tufa mengandung bongkah agate dan
obsidian, berstruktur parallel laminasi dan flow banding. Lava andesit
porfiritik dan berstruktur aliran. Formasi Sinjin diperkirakan berumur
Pliosen. Formasi ini terletak tidak selaras di atas formasi Tabul dan
menjemari dengan formasi Sajau bagian bawah. Lokasi tipenya terdapat
di daerah Muara Sekatak dekat perbatasan dengan lembar Tanjung Selor.
4. Formasi Tabul (Tmt), Tersusun atas perselingan batulempung,
batulumpur, batupasir, batugamping dan batubara di bagian atas. Fosil
petunjuk tidak ditemukan kecuali pecahan foraminfera besar
Cycloclypeus sp. dan Operculina sp. yang berumur Miosen Tengah.
Berdasarkan kedudukannya dan adanya pecahan fosil tersebut formasi ini
diperkirakan Miosen Akhir dengan lingkungan pengendapan delta sampai
laut dangkal. Tebal formasi ini diperkirakan 600 meter. Formasi ini
tertindih tidak selaras oleh endapan
gunung api formasi Sinjin.
5. Formasi Meliat (Tmm), Tersusun atas perselingan batupasir,
batulempung dan serpih dengan sisipan batubara. Berstruktur graded
bedding, bioturbasi dan mengandung nodule batugamping. Kandungan
fosil terdiri atas; Globigerina bulloides, Globigerinoides obliquus.
Operculina sp. dan Flosculinella bernensis yang menunjukkan umur
Miosen Tengah (Purnamaningsih, 1990). Formasi ini diduga diendapkan
pada lingkungan laut dangkal sampai delta atau paralik. Tebal formasi ini
sekitar 800 – 1000 meter. Formasi ini ditindih selaras oleh formasi Tabul.
6. Formasi Naintupo (Tomm), Tersusun atas perselingan napal, batupasir
dan batulempung dengan sisipan batugamping dan konglomerat.
Kandungan fosil terdiri dari foraminifera besar dan kecil antara lain;
Lepidocyclina sp., (eulepidina) ephipiodes JONES and CHAPMAN,
Spiroclypeus margartiatus (SCHLUMBERGER), Operculina sp.,
Lepidocyclina sumatrensis BRADY, Cycloclypeus sp., Amphistegina sp.
dan Globigerina cf selli dan Eponides. Formasi ini berumur Oligosen –

BAB II | 3
PT SAKINAH JAYA ABADI
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN PENAMBANGAN
BATUAN (SIPB)

Miosen Awal dan diendapkan di daerah laut dangkal (Purnamaningsih,


1990). Tebal formasi ini sekitar 500 – 700 meter. Lokasi tipenya di daerah
Naintupo, Tidung, Sebuku, Kalimantan Timur. Formasi ini ditindih secara
selaras oleh formasi Meliat.
7. Formasi Jelai (Tomj), Tersusun atas perselingan breksi gunung api dan
tufa dengan sisipan lava andesit. Umurnya tidak diketahui pasti, mungkin
sama dengan formasi Langap fasies vulkanik yang berumur Oligosen –
Miosen yang terendapkan di lingkungan darat. Formasi Jelai menindih
selaras formasi Sembakung. Hubungannya dengan formasi yang lain tidak
diketahui.
8. Formasi Sembakung (Tes), Tersusun atas perselingan batupasir,
batugamping, batulanau, batulempung, serpih dan batugamping
foraminifera. Batupasir berstruktur perlapisan silang silur. Kandungan
fosil foraminifera antara lain; Nummulites sp., Heterostegina sp.,
Fasciolites sp., Globigerina sp. Dan Globorotalia sp. yang menunjukkan
umur Eosen dengan lingkungan pengendapan dekat pantai, laut dangkal
sampai laut dalam (Buchan, 1971). Formasi ini tertindih tak selaras oleh
formasi Naintupo.
9. Formasi Bengara (Mzb), Tersusun atas perselingan batulempung,
batulanau dan serpih sangat keras dengan sisipan tufa yang umumnya
terkersikkan dan setempat termalihkan. Berstruktur parallel laminasi
bergelombang. Formasi ini adalah batuan alas yang berumur Mesozoikum
yang merupakan endapan urbidit distal di laut dalam. Satuan ini ditutupi
secara selaras oleh formasi Sembakung.
10. Sumbat dan Retas (Qpi), Terdiri atas andesit, basal dan dasit. Andesit
porfiritik dengan fenokris plagioklas dan piroksin dalam massa dasar
halus yang mengandung plagioklas, kuarsa, piroksin, hornblende, bijih
dan kaca gunung api; sebagian terkloritkan. Basal berbutir halus –
afanitik. Dasit porfiritik dengan fenikros plagioklas, kuarsa dan muskovit
dalam massa dasar plagioklas dan kuarsa. Terkarbonatkan dan seritisasi.

BAB II | 4
PT SAKINAH JAYA ABADI
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN PENAMBANGAN
BATUAN (SIPB)

Batuan ini
menerobos formasi Sinjin dan diduga berumur Pleistosen.
11. Batuan Terobosan Granitan (Tomi), Terdiri atas granodiorite, tonalit dan
diorite. Granodiorite berbutir sedang – kasar mengandung plagioklas,
kalium feldspar, kuarsa, hornblende, biotit, klorit, kalsit, epidot dan bijih.
Tonalit berbutir sedang – kasar mengandung plagioklas, kuarsa,
hornblende, biotit, klorit, kalsit dan bijih. Batuan ini menerobos formasi
Jelai sehingga di duga berumur Oligosen sampai Miosen Akhir dan
menyebabkan mineralisasi di lembar ini.

Berdasarkan hasil pemetaan geologi, lokasi IUP berada di Formasi


Sajau dimana dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.2
Peta Geologi

1.1.1 Topografi

BAB II | 5
PT SAKINAH JAYA ABADI
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN PENAMBANGAN
BATUAN (SIPB)

Wilayah penyelidikan sebagaian besar merupakan hutan


sekunder dan semak belukar yang menempati morfologi perbukitan
rendah. Sedangkan perkampungan penduduk menempati daerah
bagian selatan dan Sebagian di Tenggara Kecamatan Bunyu. Di
daerah selatan bagian barat wilayah Kecamatan Bunyu dekat dengan
Pelabuhan tidung terdapat lahan dan fasilitas produksi dan pengapalan
minyak bumi dan methanol yang dikelola oleh Pertamina dan PT
Medco Energy.
Selain itu juga ditemukan jalur pipa minyak yang saling
berhubungan antara sumur satu dengan sumur yang lainnya dan juga
dengan tanki terminal minyak. Di sepanjang jalan utama jalur pipa
menuju kea rah Pelabuhan tidung di bagian Barat Daya dari lokasi
penyelidikan terdapat jalur minyak dan gas yang merupakan jalur
utama menuju Pelabuhan pengapalan Pertamina.
Berdasarkan hasil Peta Topografi di daerah Kabupaten
Bulungan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) satuan morfologi, yaitu:
satuan morfologi dataran, satuan morfologi perbukitan bergelombang
dan satuan morfologi perbukitan terisolir (Halim dkk, 2005).
Satuan morfologi dataran tersusun oleh batuan rombakan,
sedimen lepas, endapan pantai dan endapan sungai, kemiringan lereng
<5°, dengan pola aliran sungai anastomatik yang mencerminkan
tingkat erosi dewasa (Halim dkk, 2005).
Satuan morfologi perbukitan bergelombang ditempati oleh
beberapa satuan batuan sedimen yang termasuk dalam Formasi
Meliat, Formasi Tabul dan Formasi Sajau. Daerah ini mempunyai
ketinggian lebih dari 50 meter dpl. Pola aliran sungai yang
berkembang adalah sub dendritik – dendritik, dengan kemiringan
lereng antara 15° – 35° yang mencerminkan tahap erosi muda menuju
dewasa (Halim dkk, 2005).

BAB II | 6
PT SAKINAH JAYA ABADI
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN PENAMBANGAN
BATUAN (SIPB)

Gambar 2.3
Peta Topografi

Gambar 2.4
Model Topografi 3D

BAB II | 7
PT SAKINAH JAYA ABADI
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN PENAMBANGAN
BATUAN (SIPB)

1.1.2 Litologi

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, daerah


penyelidikan tersusun atas batu lempung berwarna abu abu gelap
dengan sisipan pasir berwarna kuning ukuran sedang, berlaminasi.
Bentuk lahan daerah penyelidikan merupakan perbukitan
bergelombang sedang sampai kuat tersebar di daerah penelitian.
Dataran rendah sampai sedang dimana pada daerah rendah terdapat
rawa-rawa pasang surut yang tersebar diadaerah sekitar lokasi
penyelidikan.

1.1.3 Struktur Geologi

Secara fisiografi termasuk dalam cekungan Tarakan yang


terbagi menjadi 3 (tiga) sub cekungan yaitu deposenter Tidung,
Tarakan, dan Berau. Ketiga sub cekungan masing-masing memiliki
system influk sedimentasi yang terpisah.
Konfigurasi tektonik Cekungan Tarakan saat ini merupakan
gambaran hasil aktifitas tektonik Pilo Pleistosen. Unsur-unsur tektonik
utama antara lain :
a. Melange Kaur/Eosen awal jalur Kalimantan Tengah di bagian
barat. Daerah ini tersusun oleh batuan metamorf yang tertektonasi
kuat memperkirakan jalur ini berumur Permo-Karbon atau Jura
Kapur.
b. Semenanjung Sempurno yang membentuk tinggian terletak di
sebelah utara perbatasan Indonesia-Malaysia. Komplek sempurno
termasuk jalur Zulu Arc.
c. Semenanjung Mangkaliat di bagian selatan merupakan tinggian
dengan lapisan sedimen Tersier tipis, memisahkan Cekungan
Tarakan dan Kutai di bagian selatan, kearah timur cekungan,
cekungan Tarakan menyebar melintasi laut Sulawesi menuju

BAB II | 8
PT SAKINAH JAYA ABADI
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN PENAMBANGAN
BATUAN (SIPB)

palung laut Makasar. Batas paling timur dari cekungan Tarakan


tidak dapat ditunjukkan secara jelas.

1.2 Sumber Daya dan Cadangan


Sumberdaya atau resources dapat diartikan sebagai suatu komoditi
mineral potensial yang dapat dieksploitasi. Sedangan cadangan atau reserves
merupakan jumlah kuantitas yang terhitung dari bijih yang ekonomis untuk
ditambang berdasarkan segi teknologi dan kondisi ekonomi serta aspek
lingkungan.
Sumberdaya maupun cadangan dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa macam, dimana kepastian geologi, teknik penambangan dan aspek
perekonomian merupakan kriteria utama dalam pengklasifikasian sumberdaya
maupun cadangan. Beberapa klasifikasi sumberdaya yaitu :
1. Sumberdaya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource)
Merupakan suatu klasifikasi sumberdaya mineral dimana tonase, kadar
kandungan mineral dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan geologi
yang rendah.
2. Sumberdaya Mineral Tertunjuk (Indicated Mineral Resource)
Merupakan sumberdaya mineral dimana tonase, densitas, bentuk,
dimensi, maupun kadar kandungannya dapat diestimasi dengan tingkat
keyakinan geologi yang medium.
3. Sumberdaya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource)
Sumberdaya mineral dimana tonase, densitas, bentuk, dimensi, maupun
kadar kandungan mineralnya dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan
geologi yang tinggi.
Selain dari pengkalisifikasian sumberdaya, cadangan juga dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu :
1. Cadangan Bijih Terkira (Probable Ore Reserve)
Merupakan bagian dari sumberdaya mineral tertunjuk yang ekonomis
untuk ditambang, dan dalam beberapa kondisi juga merupakan bagian
dari sumberdaya terukur.

BAB II | 9
PT SAKINAH JAYA ABADI
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN PENAMBANGAN
BATUAN (SIPB)

2. Cadangan Bijih Terbukti (Proved Ore Reserve)


Merupakan bagian dari sumberdaya mineral terukur yang ekonomis
untuk ditambang.
Beberapa metoda yang bisa digunakan dalam menghitung sumber daya dan
cadangan :
1. Metode Penampang (Cross Section Method)
Metode penampang dilakukan dengan cara membagi tubuh
endapan menjadi beberapa penampang. Dalam metode penampang sendiri
dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode gradual change dan step
change.

Sumber : scribd.com
Gambar 2.5
Pembagian Daerah dengan Metode Penampang

Rumus yang digunakan dalam perhitungan volume blok dan tonase


antara dua penampang, yaitu :

V = [(L1 + L2) / 2] x R

T = V x dr

Dimana : V = Volume blok


L1 = Luas penampang 1
L2 = Luas penampang 2
R = Jarak antara penampang 1 dan 2

BAB II | 10
PT SAKINAH JAYA ABADI
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN PENAMBANGAN
BATUAN (SIPB)

T = Tonase
dr = Berat jenis rata – rata pada penampang 1 dan 2

Metode Penampang Vertikal


Metode penampang vertikal dapat menggambarkan suatu kondisi
dari endapan, bijih, dan tanah penutup (overburden) pada setiap
penampang – penampang vertikal. Perhitungan luas dari masing –
masing elemen tersebut dilakukan pada masing – masing
penampang.
Metode penampang vertikal dilakukan dengan cara sebagai berikut
(Hustrulid, & kutcha 1995) :
 Penentuan lintasan penampang.
 Konstruksi penampang (permukaan, geometri endapan, geometri
pit, serta faktor pembatas lainnya).
 Perhitungan luas masing-masing elemen.
 Pemilihan rumus perhitungan.
 Perhitungan volume dan tonase.
Perhitungan volume dengan menggunakan satu penampang
dapat digunakan japabila diasumsikan bahwa terdapat 1 penampang
yang mempunyai daerah pengaruh hanya terhadap penampang yang
dihitung saja..
Volume yang dihitung merupakan volume pada areal
pengaruh penampang tersebut.

Sumber : http://digilib.itb.ac.id
Gambar 2.6

BAB II | 11
PT SAKINAH JAYA ABADI
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN PENAMBANGAN
BATUAN (SIPB)

Perhitungan Volume Menggunakan Satu Penampang

Rumus perhitungan volume dengan menggunakan satu


penampang adalah:

Keterangan :
A = luas overburden
d1 = jarak pengaruh penampang ke arah 1
d2 = jarak pengaruh penampang ke arah 2
Perhitungan volume dengan menggunakan dua penampang dapat
digunakan apabila diasumsikan bahwa volume yang dihitung pada
areal di antara 2 penampang tersebut. Perlu diperhatikan variasi
(perbedaan) dimensi antara kedua penampang tersebut. Jika tidak
terlalu berbeda, maka dapat menggunakan rumus mean area dan
rumus kerucut terpancung, tetapi apabila perbedaannya terlalu besar
maka dapat digunakan rumus obelisk.

Sumber : http://digilib.itb.ac.id
Gambar 2.7
Perhitungan Volume Menggunakan Dua Penampang

BAB II | 12
PT SAKINAH JAYA ABADI
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN PENAMBANGAN
BATUAN (SIPB)

Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:

Sumber : http://digilib.itb.ac.id
Gambar 2.8
Rumus Mean Area

Sumber : http://digilib.itb.ac.id
Gambar 2.9
Rumus Obelisk

2. Metode Isoline
Metode isoline merupakan metode dalam estimasi sumberdaya
mineral dan cadangan yang dilakukan dengan cara menghitung volume
dengan memanfaatkan kontur.

Sumber : scribd.com
Gambar 2.10
Sketsa Teknik Interpolasi Pada Metode Isoline

BAB II | 13
PT SAKINAH JAYA ABADI
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN PENAMBANGAN
BATUAN (SIPB)

Rumus yang digunakan dalam perhitungan volume blok dan tonase


antara dua kontur, yaitu :
Va - b = [(Ka + Kb) / 2] x R

Ta-b = Va-b x dr

Dimana : Va-b = Volume blok antara kontur atas dan bawah


Ka = Luas kontur atas
Kb = Luas kontur bawah
R = Beda tinggi kontur atas dan bawah
T = Tonase
dr = Berat jenis rata – rata

3. Metode Poligon / Metode Daerah Pengaruh


Metode poligon atau metode daerah pengaruh merupakan metode
estimasi yang dilakukan dengan cara menentukan suatu titik tertentu pada
endapan mineral dengan diekstensikan sejauh setengah jarak dari titik
sekitarnya yang membentuk suatu daerah pengaruh.

Sumber : scribd.com
Gambar 2.11
Metode Poligon

BAB II | 14
PT SAKINAH JAYA ABADI
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN PENAMBANGAN
BATUAN (SIPB)

Rumus yang digunakan dalam perhitungan volume blok dan tonase,


yaitu :

V=Lxt

T=Vxd

Dimana : V = Volume blok


L = Luas daerah pengaruh
t = Ketebalan
T = Tonase
d = Berat jenis rata – rata

1.2.1 Estimasi Sumber Daya


1.2.1.1 Metoda
Metoda yang digunakan adalah Metode Penampang, yaitu
dilakukan dengan cara membuat kontur elevasi endapan pada
daerah penelitian dengan menggunakan metode triangulasi. Elevasi
endapan didapatkan dengan mengurangi elevasi lereng dengan
kedalaman top endapan. Kemudian dibuat penampang dengan
interval sesuai kebutuhan. Semakin rapat pembuatan
penampangmaka semakin teliti data yang didapatkan. Setelah itu
setiap masing – masing penampang dihitung luasnya lalu luas
semua penampang dijumlahkan lalu dihitung tonasenya
berdasarkan berat jenis yang diketahui.

BAB II | 15
PT SAKINAH JAYA ABADI
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN PENAMBANGAN
BATUAN (SIPB)

Gambar 3.12
Pembuatan Kontur

1.2.1.2 Parameter Estimasi

1.2.1.3 Jumlah dan Klasifikasi Sumber Daya

1.2.2 Estimasi Cadangan


1.2.2.1 Metoda
1.2.2.2 Parameter Estimasi
1.2.2.3 Jumlah dan Klasifikasi Sumber Daya

BAB II | 16

Anda mungkin juga menyukai