Anda di halaman 1dari 15

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Kupang-Atambua, urutan

stratigrafi Timor dari muda ke tua adalah:

1)Alluvium. Umur Holosen, terdiri dari lumpur, pasir, kerikil,


merupakan material lepas, umumnya berada pada area limpas banjir
dan gosong gosong sungai.

2)Satuan Konglomerat dan Kuarsa. Umur Plistosen, terdiri dari


konglomerat, kerikil, kerakal dan bongkah dengan selingan batupasir
berstruktur silang siur.

3)Satuan Batu Gamping Koral. Umur Plistosen, terdiri dari


batugamping koral, setempat batu gamping terumbu.

4)Formasi Noele. Umur Pliosen sampai Pleistosen, yang selang


seling antara marl dan batu pasir, konglomerat dan tuff, struktur
sedimen yang berupa lapisan berangsur, konvolut, laminasi parallel,
mengandung moluska dan cangkang. Fosil-fosil terdiri dari
Globorotalia truncatulinoides, Globorotalia tosaensis, Globorotalia
tumida, Globorotalia multicamerata, Globorotalia acostaensis,
Globigrinoides extremus, G. fistulosus, Globigerina riveraae,
Pulleniatina obliquiloculata, Sphaeridinella dehiscens yang menutup
selaras di atas Formasi Batu Putih dan yang tertutup tidak selaras
oleh sedimen kuarter di beberapa tempat bagian bawah formasi ini
menjari dengan Formasi Batu Putih.

5)Formasi Batu Putih. Umur Miosen-Pliosen, bagian bawah litologi


terdiri dari Kalsilutit, tuff, sedikit marl dan batu gamping arenit.
Bagian atas terdiri dari kalkarenit, batu pasir, batu pasir marly, silty
marl dan sedikit konglomerat. Fosil-fosil terdiri dari Orbulina
universa, Globigerinoides trilobus, Globigerinoides immturus,
Globoquadrina altispira, Globorotalia scitula, Globigerina sp yang
menjari dengan Formasi Noele dan di bawah kompleks Bobonaro
meskipun tidak dapat dijelaskan secara pasti kedudukannya
berdasarkan pada sedimentasi normal (Van Bemmelen, 1949). Tebal
antara 448-1.100 m dengan lingkung laut pada fore arc.

6)Komplek Bobonaro. Umur Miosen, terdri dari fragmen ukuran


boulder matrik lempung berkandungan foraminifera. Fosil
Globigerinoides unmaturus, G. quadrilobus, G. irregularis, G.
rubber, G. buloides, G. subcretacea, G. cultrate, G. scitula, G.
truncatulinoides, Pulleniatina bulloides, Nonion pompiloides,
Cassidulina laevigata, Ceratobulina pasifica, Uvigerina sp,
Suisllosiomella lepidula, Bulimina aculeate, Astrononion sp,
Hyalinea balthica, Sphaeroidina bulloides, Bollimina inflate,
Bolivina rabusta, Laticarinina panperata, Hoglundina elegans,
Globigerina anqulisuturalis, Globigerina nepenthes, Globorotalia
tumida, Globorotalia altispira. Ketebalan sangat bervariasi,
lingkungan laut dalam, bagian dari Komplek Bobonaro adalah
Melange.

7)Formasi Manamas. Umur Miosen akhir sampai Pliosen awal,


berupa breksi vulkanik massif dengan aliran lava dan interkalasi
kristal tuff, struktur lava bantal, dengan kekar dan retakan yang
intensif. Satuan ini muncul sebagai sungkup di atas batuan ultrabasa,
ketebalan sekitar 1.500 m merupakan hasil vulkanisme bawah laut,
dari hasil datin radiometrik pada contoh batuan menunjukkan umur
5,9-6,2 juta tahun.

8)Formasi Cablaci. Umur Miosen awal, terdiri dari batu gamping


bioklastik, umumnya kristalin, ukuran butir halus sampai kasar,
warna putih keabu-abuan muda, abu-abu kemerahan, berlapis tebal
sampai masih, kandungan foraminifera besar Lepidocyclina yakni
Eulepidma sp, Cycloclypeus sp, Lepidocyclina sp, Nepholepidma sp,
Pararotal ia sp, Amphistegina sp, Planarbulina sp, Textularia sp,
Globigerina sp, Spiroclypeus sp, Miogypsina sp, Operculina sp,
Lithothamiu sp (spesies ganggang). Satuan ini melingkupi secara
tidak selaras Fomasi Wailuli, Formasi Aitutu dan Formasi
Maubisse, tebal ± 600 m, lingkungan endapan laut dangkal.

9)Formasi Noil Toko. Umur Miosen awal, berupa konglomerat, batu


gamping, batu pasir, marl, tuff dan shale. Fosil terdiri dari
Catapsydrax unicova, Globorotalia spp, Operculina sp,
Lepidocyclina verbeeki, Globigerina sellu, G. officinalis, G.
auchitaensis, Lepidocyclina sp, Amphistegina sp, Miogypsina sp
menjari dengan Formasi Cablaci, tebal sekitar 800 m, berupa
endapan laut dangkal. Formasi ini dikenal sebagai ‘Endapan Tersier
Muda’.

10)Satuan Batuan Diorit, Diorit Kuarsa. Umur Eosen, ukuran


kristal halus sampai kasar. Beberapa tempat menunjukkan tekstur
diabasik, hornblende umum ditemui. Piroksen selalu ditemukan
dalam jumlah sedikit; feldspar ortklas dan plagiklas ditemukan
sebagai kristal berukuran sedang, sebagian berubah menjadi serisit,
magnetit dan pirit yang didapat sebagai mineral tambahannya.
Mengintrusi atau sebagai bodi pada Komplek Bobonaro, juga
mengintrusi Komplek Metan dan semua batuan berumur Kapur
sampai Eosen awal.

11)Formasi Metan. Umur Eosen, berupa aglomerat berbentuk butir


sudut menyudut pada matrik tuff. Fosil terdiri dari Alveolina sp,
Nummulites sp, Quinqueloculina sp, Amphistegina sp, algae, yang
tidak selaras di atas Komplek Mutis dan tidak selaras di bawah
Komlek Bobonaro, tebal sekitar 600 m, dan merupakan endapan laut
dangkal.
12)Formasi Haulasi. Umur Paleosen tengah sampai Eosen tengah,
berupa konglmerat greywacke, batu pasir, shale tuffaan dan marl
abu-abu kehijauan berlapis sangat baik. Material vulkanik umum
dijumpai pada formasi ini, terlipat kuat, struktur slump. Fosil terdiri
dari Numulites sp, Fasciolites sp, Operculina sp, Quinqueloculina sp
yang mempunyai kontak tektonik dengan Komplek Mutis, tebal
sekitar 300 m, endapan laut dangkal dan merupakan bagian atas dari
Seri Palelo.

13)Formasi Noni. Umur Kapur Tengah sampai Kapur Akhir, berupa


endapan sediment laut dalam, rijang radiolarian berlapis baik antara
5-15 cm, batu gamping rijangan dan rijang lempungan, terdeformasi
kuat. Fosil adalah berupa Globotruncana sp dan radiolarian, yang
mempunyai kontak tektonik (sungkup) dengan Komplek Mutis, tebal
sekitar 50 m. Formasi ini dahulunya biasa disebut sebagai Seri
Palelo.

14)Formasi Ofu. Umur Kapur Tengah sampai Eosen, berupa


endapan laut dalam terdiri dari kalsilutit merah jambu sampai coklat
kemerahan, marl dan shale dengan interkalasi dari rijang radiolarian
kekuningan, umumnya retak dan terimbrikasi, Fosil terdiri dari
Heterohelix sp, Globotruncana Stuarti, Globorotalia angulata, G.
pseudomenardii, G. elongata, G. Formosa. Hubungan formasi ini
dengan Formasi Noni atau Formasi Haulasi tidak diketahui dengan
pasti, tebal sekitar 2.500 m, dan merupakan endapan laut dalam. Di
daerah Timor Leste dikenal sebagai Batu Gamping Borolalo.

15)Formasi Haulasi dan Noni tak Teruraikan. Umur Kapur


sampai Paleosen. Terdiri dari batuan dari Formasi Haulasi dan
Formasi Noni.
16)Formasi Nakfunu. Umur Kapur awal, merupakan sedimen laut
dalam yang teriri dari rijang radiolarian, siltstone, shale, silty marl,
rijang gampingan dan kalsilutit. Fosil terdiri dari radiolarian,
Dictiomita sp, Spyrocystis sp, dan kemungkinan mempunyai
kesebandingan dengan Formasi Waibau di Timor Leste, tebal sekitar
600 m dan aspek ekonomis adalah berupa batuan mangan dan
feromangan.

17)Formasi Wailuli. Umur Jura. Terdiri dari kalkarenit, serph


lanauan, napal dan greywacke.

18)Formasi Aitutu. Umur Trias Akhir, litologi didominasi oleh


kalsilutit (berlapis) dengan nodul rijang di beberapa tempat,
kalkarenit, batu lanau dan lapisan tipis marl teralterasi. Umumnya
berwarna muda keabu-abuan. Fosil terdiri dari Halobia sp dan
Monotis sp. Ketebalan antara 200-500 m, di lingkungan pengendapan
laut terbuka, tektonik setting di batas lempeng atau continental
margin. Aspek ekonomis adalah berupa rembesan minyak dan gas,
lempung dan lanau bituminous yang merupakan batuan induk dari
hydrocarbon. Satuan ini sebanding denga Seri Kekneno (Anonim,
2009a). Selaras di bawah Formasi Wailluli.

19)Formasi Bisane. Umur Perm, bagian bawah terdiri dari shale abu
abu gelap dengan siltstone, batu pasir dan slate intekalasi. Bagian
atas terdiri dari batu pasir dengan sedikit shale. Fosil terdiri dari
Brachiopoda, crinoid, koral, trilobite, Atomodesma sp, yang tidak
selaras di bawah Kompleks Bobonaro dan Formasi Ofu, tebal sekitar
1.000 m, lingkugan laut dalam, dan merupakan batuan induk dari
hydrocarbon.

20)Formasi Maubise Satuan Batu Gamping. Umur Perm, berupa


batu gamping bioklastik berlapis dan batu gamping terumbu,
mengandung banyak Crinoid, Algae (ganggang), Brachiopda, koral,
Fusulmid sp dan Globella, kontak tektonik dengan Formasi Aileu,
tebal sekitar 500 m, dan merupakan endapan laut dangkal.

21)Formasi Maubise Satuan Lava. Umur Perm, merupakan bagian


bawah dari Formasi Maubise, terdiri dari lava basal.

22)Kompleks Mutis. Umur Pra-Perm, berupa batuan metamorf


berderajat rendah sampai tinggi, termasuk slate filit, sekis, amfibolit
sekis, kuarsit, amfibolit genis dan granulit, Kompleks ini teritrusi
oleh dike diabas, diorite hornblende dan diorite kuarsa. Secara
tektonik menutupi Formasi Aitutu dan tertutupi oleh Formasi
Maubise Perm. Aspek ekonomisnya adalah berupa mineral Krom,
garnierit dan kalkopirit.

23)Formasi Aileu. Umur Perm hingga Jura Akhir. Litologi terdiri


dari sekis, genis, amfibolit, slate, meta batu pasir, batu pasir, batu
lanau, beberapa batuan vulkanik dan batu gamping. Fosil terdiri dari
Crinoid, Buchia sp, Belemnopsis sp. Ketebalan lebih dari 1.000 m,
lingkungan laut dangkal (continental margin).
TRa FORMASI AITUTU - Bagian bawah terdiri dan selang
seling tipis batulanau beraneka warna (merah, coklat, kelabu,
kehijauan) dengan napal dan batugamping. Batupasir kwarsa,
batupasir mikaan, rijang dan batugamping hablur merupakan sisipan
tipis yang terdapat di dalamnya. Di bagian atas terdiri dari pergantian
perlapisan kalsilutit putih agak kekuningan mengandung urat urat
kalsit dengan serpih yang berwarna kelabu. Kalsilutit merupakan
bagian yang terbesar. Singkapannya yang bagus dan luas di Timor
Barat terdapat di Nuaf Kekneno. Karena strukturnya yang rumit
maka ketebalannya sulit diperkirakan, tapi diduga paling sedikit
sekitar 1.000 meter. Bendasarkan banyaknya fosil Halobia sp
terutama pada singkapan batulanau yang berwarna coklat kemerahan
di sekitar kali Mota Menak dan di pegunungan Kekneno, umurnya
diperkirakan Trias Akhir. Formasi ini adalah apa yang disebut
sebagai “Kekneno serie” oleh para ahli Belanda sebelum perang
(Simons,1940). Penamaan Formasi Aitutu mengikuti penamaan yang
diberikan oleh Audley-Charles (1968) untuk satuan sebanding yang
terdapat di Timor Timur.

TKo FORMAS1 OFU - Bagian bawah terdiri dari endapan laut


dalam berupa kalsilutit yang berwanna merah jambu sampai coklat
kemerahan, napal dan serpih dengan sisipan rijang radiolaria yang
berwanna kekuning-kuningan. Rijang bermacam-macam warna
(merah, coklat, jingga dan kuning kehijauan) sering dijumpai dalam
kalsilutit. Bagian atas terdiri dan napal putih berbintik merah jambu,
napal putih dan kalsilutit yang berwarna putih pula. Formasi Ofu
telah mengalami deformasi lanjut dan imbrikasi. Struktur dalam
berupa belah rekahan (fracture cleavage) dan stilolit berkembang
baik dalam kalsilutit. Singkapan bagus formasi ini terdapat di sungai
Siu dan Tuke di dekat desa Ofu. Disebabkan strukturnya yang rumit
dan alas formasi ini tidak tersingkap maka ketebalannya sukar
ditentukan dan diperkinakan lebih dan 2.500 m. Fosil-fosil yang
terdapat dalam formasi ini meliputi Hedbergellae dan tipe planispina,
Heterphelix sp., Globotruncana stuarti (D. Carter, 1974, hubungan
pribadi), Globorotalw angulata, G. pseudomeinardii, G. rex, G. elo-
ngata, G. formosa (P. Siregar, Direktorat Geologi, 1975) yang
semuanya menunjukkan umur Kapur Akhir-Eosen. Nama formasi ini
berasal dan apa yang sebelumnya disebut “Ofu series”
(Wanner,1913). Satuan yang serupa litologinya di Timor Timur
dinamakan Batugamping Borolalo oleh Audley-Chanles (1968).
Hubungmn formasi ini dengan Formasi Noni atau Haulasi masih
merupakan pertanyaan sebab Formasi Ofu ini hanya
tersingkap di daerah Kolbano dan tidak ditemukan kontaknya dengan
formasi-formasi lain yang sebaya atau hampir sebaya.

QTn FORMASI NOELE - napal pasiran berselang seling dengan


batupasir, konglomerat dan sedikit tufa dasit. Perubahan fasies
kearah lateral maupun perubahan litologi kearah ventikal sangat
cepat. Napal, berwarna putih keabu-abuan, pasiran, kadang-kadang
lanauan, banyak mengandung globigerina dan foram pelagos lainnya.
Batupasirnya litos, kadang-kadang menunjukkan perlapisan
bentahap, perlapisan konvolut dan berbutir sedang sampai halus.
Tebal masing-masing perlapisan berkisar antana 10 - 190 cm.
Pecahan-pecahan cangkang moluska umum terdapat dalam batupasir
-ni. Komponen-komponen konglomerat agak membulat sampai
membulat dan umumnya berasal dari rombakan-rombakan batuan
malihan dan batuan yang lebih tua lainnya serta “clay peliets”. Tufa
berwarna putih, bersusunan dasit, berlapis-lapis sejajar dan kadang-
kadang konvolut. Terdapat sebagai sisipan dalam napal. Di lokasi
tipe ketebatan formasi ini sekitar 700 meter. Formasi ini menindih
Formasi Batuputih dan ditindihi secara tidak selaras oleh Ql dan Qac.
Analisa paleontologi yang dilakukan oleh P. Siregar, 1975. dari
Direktorat Geologi antara lain mendapatkan fosil-fosil foram
Globorotalia truncatulinoida d’ORBIGNY, Gl tosaencis
TAKAYANAGI & SAITO, Gl tumida BRADY, Gl. multicamerata
CUSHMAN & JARVIS, Gl acostaecis BLOW Globiterinoides
fistolusus SCHUBERT, Gl extremus BOLLI, Globigerina riveroas
BOLLI & BERMUDEZ, Pulleniatina obliquilata PARKER &
JONES, dan Sphaerodinella dehiscens PARKER & JONES yang
menunjukkan kisaran umur N 18 — N 22, Plio-Plistosen. Istilah
Formasi napal Noel digunakan oleh Kenyon (1974) dan mencakup
“ribbed sandstone series, Upper & Lower grey siltstone” dari Hopper
(1942) dan merupakan bagian atas dari Seri Miosen Atas - Plio -
Plistosennya penulis-penulis Belanda yang lain.

Ql BATUGAMPING KORAL - Umunnya terdiri dari


batugamping koral yang berwarna putih sampai kekuning-kuningan
din kadang-kadang kemerahan serta
batugamping napalan. Setempat-setempat berkembang pula
batugamping terumbu dengan permukaan kasar dan berongga. Di
bagian bawah biasanya menunjukkan perlapisan yang hampir
datar atau terungkit sedikit (3o sampai 5o), sedangkan di bagian atas
perlapisan tersebut tidak terlihat. Satuan ini membentuk topografi
yang agak menonjol berupa bukit memanjang dengan puncak-puncak
yang hampir datar. Singkapan tertinggi didapatkan pada ketinggian
sekitar 1300 meter di atas permukaan laut di sekitar Lakudirun,
sebelah timur Atambua. Fasies batugamping napalan yang terdapat di
dalam satuan ini mengandung fosil-fosil yang berumur Plistosen (N
23) dan kelihatannya saling jari-jemari dengan Qac. Ketebahan
maksimumnya 300 meter seperti yang terukur di pegunungan
Lakaan, daerah Atambua. Sebelumnya adalah apa yang disebut
sebagai “gamping kwarter” oleh para geologiawan Belanda dan di
Timor Timur disebut Baucau Limestone oleh Audley-Charles (1968).

Qac KONGLOMERAT DAN KERAKAL - Endapan klastikakasar


seperti konglomerat, kerikil, kerakal dan bongkah dengan selingan
batupasir berstruktur silangsiur terutama di bagian bawah. Perekatan
oleh kalsit dan limonit agak kuat di bagian bawah dan semakin
berkurang ke bagian atas dan akhirnya berupa endapan lepas di
bagian paling atas. Potongan-potongan tulang binatang bertulang
belakang (vertebrata) ditemukan di dekat desa Mota Oe sebelah
timur Atambua. Endapan ini membentuk undak-undak sungai yang
dibeberapa tempat mencapai
ketinggian 45 meter di atas datum banjir yang sekarang. Para
penyelidik sebelumnya menyebutnya sebagai “undak sungai tua”
sedangkan di Timor Timur dinamakan Ainaro Gravel oleh Audley-
Charles (1968).

Qa ALUVIUM - pasir, kerikil, lerakal yang berasal dari


bermacam-macam batuan, terdapat pada dataran banjir sungai-sungai
besar. Lempung pasiran dan lumpur hitam terdapat di daerah rawa-
nawa dan dataran pantai. Lumpur asin yang tertinggal sesudah peng-
genangan air di musim penghujan diusahakan oleh penduduk
setempat untuk pembuatan garam di musim kemarau.

SATUAN ALOKTON
BATUAN SEDIMEN DAN VULKANIK

TRPml FORMASI MAUBISSE - terdiri dari batugamping


berwarna merah kecoklatan sampai ungu (TRPml) dan lava bantal
(TRPmv) yang kehihatannya saling jari-menjari. Bagian bawah
terdiri dari batugamping pejal betlapis baik, tebal rata-ratanya 10 cm
dengan selingan tipis baturijang. Semakin ke atas perlapisannya men-
jadi samar dan akhirnya merupahan batugamping pejal tidak berlapis.
Tetapi di bagian atas ini masih ditemukan sisipan-sisipan serpih
pasiran berwarna merah jambu sampai kecoklatan, kalsilutit dan
rijang dengan warna serupa. Sisipan serpih tersebut umumnya terisi
kalsit pada rekahan-rekahannya. Lava bantal (TRPmv) terutama
bensusunan basal dan spilit di samping beberapa batuan volkanik
seperti trakit, senit porfir dan andesit leuko. Batuan-batuan tersebut
umumnya telah mengahami ubahan, terutama kloritisasi yang
mengakibatkan batuan berwarna kehijauan; dan sebagian
terserpentinitkan terutama di bagian bawah atau sekeliling bongkah
bantalnya. Celah-celah antara bongkah-bongkah bantal ini biasanya
terisi oleh rijang berwarna coklat kotor. Formasi ini telah mengalami
tektonik lanjut dan mungkin berulang-ulang dan kontaknya dengan
formasi lain adalah kontak tektonik. Ketebalan formasi ini sulit di-
tentukan karena telah rusak. Formasi ini mudah dikenali karena
membentuk bukit atau kelompok bukit yang sangat menonjol. Lebih
terkenal dengan istilah “Fatu” walaupun tidak semua fatu terdiri dan
batugamping. Di Timor Barat, singkapan yang bagus dan mudah
dicapai terdapat di dekat desa Kiupukan, pada Jalan raya antara
Kefamenanu dan Atambua. Lokasi tipenya terdapat di dekat desa
Maubisse di Timor Timur (Audley-Charhes, 1968). Formasi ini
banyak sekali mengandung fosil terutama pada batugampingnya serta
sisipan-sisipan serpihnya. Fosil-fosil tersebut meliputi banyak sekali
genera amonit yang ditemukan di Somohole (ejaan yang betul ialah
Soanmahole), Lidak, Bitauni, Amanasi, Tai Wei; brakiopoda,
krinoida, koral, fusulina dan Halobia (Tappenbeck, 1940 di dalam
Marks, 1957). Sebelumnya formasi ini termasuk dalam “Sonnebait
series” (Marks, 1957).

Tmb KOMPLEK BOBONARO - secara litologi terdiri dan dua


bagian pokok: (a) lempung bersisik, (b) bongkah bongkah asing yang
bermacam-macam ukurannya. lempung bersisik mempunyai sifat
seragam yaitu menunjukan cermin sesar, lunak, berwarna aneka
ragam: merah tua, kehijauan, hijau keabuan, metah kecoklatan, abu-
abu kebiruan dan merah jambu. Terlihat garis-garis alur dengan
perdaunan lemah, terutama apabila matrik lempung ini terdapat di
sekitar batuan yang bebih kompeten, seperti halnya di sekitar bong-
kah asing. Kadang-kadang mengembang bila lapuk, memperlihatkan
kemas jagung berondong. Lempung bersisik ini merupakan matrik
dan bongkah-bongkah asing yang berasal dan batuan yang lebih tua.
Bongkah-bongkah asing tersebut antara lain batupasir bermika dari
Formasi Bisane, batugamping dari Formasi Cablac, rijang, batuan
ultrabasa, lava bantul dan batugamping krinoida dan Formasi
Maubisse, batuan dari Komplek Mutis, Formasi Ofu, Formasi
Nakfunu dan batuan-batuan yang lain. Orientasi bongkah bongkah
asing ini agak teratur, yaitu agak sejajar (subparalel) dengan poros
pulau dan kadang-kadang menunjukkan boudinasi dengan struktur
kerucut-dalam kerucut seperti yang terdapat di tepi jalan di sebelah
barat Camplong. Dalam lempung bersisik terkandung fosil-fosil
foram yang menunjukkan umur dari Mesozoikum sampai Pliosen
yang dicirikan oleh Globotruncana sp., Truncorotaloides topilensis,
Globigerina angulizuturalis, Globorotalta peripheroacuta,
Globigerina nephentes, Globorotalia tumida, Globigerinoides ruben,
Globigerinoides extremus dan Globoquadrina altispira (P. Siregar,
Direktorat Geologi, 1975). Fosil-fosil yang menunjukan umur pra
Miosen telah mengalami proses pengendapan kembali (reworked)
dan populasinya lebih jarang jika dibandingkan dengan fosil-fosil
yang menunjukkan umur Miosen Tengah sampai dengan Pliosen.
Kelihatannya bagian atas Komplek Bobonaro menunjukan kesamaan
umum dengan bagian bawah Kelompok Viqueque. Hubungan yang
sebenarnya antara kedua formasi tersebut belum diketahui dengan
pasti. Kontaknym dengan formasi-formasi yang lebih tua cenderung
bersifat tektonik. Ketebalan Komplek Bobonaro sangat bervariasi
dan sangat sulit diperkirakan mengingat sifat fisiknya. Komplek
Bobonaro disebut sebagai Bobonaro Scaly Clay oleh Audley-Charles
(1968) berdasarkan lokasi tipenya di sekitar desa Bobonano di Timor
Timur. Para penyelidik terdahulu (Tappenbeck, 1940; van
Bemmelen, 1949; Marks, 1961) memasukkan satuan ini dalam
“Sonnebait series”, sedangkan di Timor Timur disebut “Bibiliu
series”(Grunau, 1953).

1. Sesar aktif, baik sesar pra Holosen yang teraktifkan


kembali maupun yang terbentuk kemudian; serta
2. Pengangkatan dan penurunan tegak.

Anda mungkin juga menyukai