Anda di halaman 1dari 5

Geologi Regional Lembar Balikpapan, Kalimantan

Tatanan stratigrafi lembar Balikpapan yang diurutkan dari muda ke tua adalah sebagai berikut:

1. Aluvial (Qa): kerakal, kerikil, pasir, lempung dan lumpur. Merupakan endapan sungai,
rawa, pantai dan delta. Tersebar di sepanjang pantai timur Tanah Grogot, Teluk Adang dan
Teluk Balikpapan.
Aluvial, berupa hasil pelapukan batuan yang lebih tua dan endapan sungai; terdiri atas
kerakal, kerikil, pasir, lempung dan lumpur
2. Formasi Kampungbaru (Tpkb): batulempung pasiran, pasir kuarsa, batulanau, sisipan
batubara, napal, batugamping dan lignit. Tebal sisipan batubara dan lignit kurang dari 3
meter. Bagian bawah ditandai oleh lapisan batubara. Batugamping mengandung fosil
Miogypsina sp., Lepidocyclina sp., Amonia Yabei dan Pseudorotalia cattiliformis. Berumur
Miosen Akhir sampai Pliosen, diendapkan pada lingkungan delta dan laut dangkal. Tebal
formasi ini 700-800 meter dan terletak tidak selaras di atas formasi Balikpapan.
Formasi Kampungbaru,
tersingkap di bagian timur dan tengah daerah penyelidikan, litologinya terdiri atas batupa sir
kuarsa dengan sisipan batu lempung, serpih, batulanau dan batubara. Batupasir kuarsa,
putih, setempat kemerahan, tidak berlapis, halus-sedang, mu dah hancur, setempat mengan
dung oksida besi, tufaan atau lanauan, sisipan batupasir konglomeratan. Batu-lempung, abu
-abu sampai abu-abu kecoklatan, mengandung sisia tumbuh an, padu. Batulanau, abu-abu
tua, menyerpih, laminasi, padu. Batubara, kecoklatan - hitam, kusam, pecahan menyudut, se
tempat resin dan pirit, mudah hancur-keras, tebal atas bebera-pa cm sampai 6,00 m, berumur
Miosen Akhir – Plio Plistosen , diendapkan dalam lingkungan delta – laut dangkal.
3. Formasi Balikpapan (Tmbp): perselingan batupasir kuarsa, batulempung lanauan dan serpih
dengan sisipan napal, batugamping dan batubara. Batugamping mengandung fosil
Flusculinella borneoensis Tan, Miogypsina, Lepidocyclina sp. dan Cycloclypeus annulatus
yang menunjukkan umur Miosen Tengah bagian atas. Lingkungan pengendapan pada daerah
litoral-laut dangkal dengan ketebalan 800 meter.
Formasi Balikpapan,
tersing kap hampir diseluruh daerah penyelidikan, membentuk suatu antiklin dan sinklin,
terdiri atas perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batu-lanau, serpih,
batugamping dan batubara. Batupasir kuarsa, abu-abu muda kecoklatan putih kecoklatan,
halussedang, terpi lah baik, membulatmembulat tanggung, mudah hancurkeras, sisipan tipis
batu-bara. Batupa sir gampingan, abu-abu muda ke-coklatan, halus-sedang, mem
bulat-,menyudut tanggung, ke ras, struktur sedimen “graded bedding” dan silang silur,
mengandung foramina-fera kecil, sisipan tipis karbonan. Batula nau, abuabu kecoklatan, gam
pingan, berlapis tipis, padu. Batulempung, abu-abu sampai abu-abu kehitaman, setempat
mengandung sisa tumbuhan, oksida besi mengisis rekahan-rekahan, setempat mengandung
lensa batupasir gampingan. Batugamping, pasiran, abu-abu sampai abu-abu kecoklatan,
sedang-kasar, setempat berlapis, mengandung foraminifera besar, terdapat sebagai sisipan
dalam batupasir. Batubara, hitam, kusam – mengkilap, konkoidal, berlapis, setempat resin
dan pirit, mudah hancur-keras, tebal atas beberapa cm sampai 11,00 m; berumur Miosen
Akhir bagian Bawah – Miosen Tengah bagian Atas. Bagian bawah formasi Ba - likpapan
diendapkan di lingkung -an delta sampai pinggiran laut sedangkan yang bagian atas
diendapkan pada saluran (chan-nel) sampai dataran banjir.
4. Formasi Pulaubalang (Tmpb): perselingan batupasir kuarsa, batupasir dan batulempung
dengan sisipan batubara. Mengandung fosil Cycloclypeus sp., Lepidocyclina sp.,
Miogypsina, Miogypsinoides dan Flusculinella bontangensis yang menunjukkan umur
Miosen Tengah dan terendapkan pada lingkungan sublitoral dangkal. Tebal formasi ini
sekitar 900 meter. Formasi Pulaubalang menindih selaras formasi Pamaluan dan ditindih
secara selaras formasi Balikpapan.
5. Formasi Warukin (Tmw): perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batubara.
Terendapkan dilingkungan delta. Tidak dijumpai fosil. Umur diduga berkisar antara Miosen
Tengah-Miosen Akhir. Tebal formasi antara 300-500 meter. Formasi Warukin menindih
selaras formasi Berai.
6. Formasi Bebulu (Tmbl): batugamping dengan sisipan batulempung lanauan dan sedikit
napal. Fosil yang dijumpai antara lain; Lepydocyclina ephippioides JONES & CHAPMAN,
Lepydocyclina sp., Operculina sp., Operculinella, Miogypsinoides, Cycloclypeus yang
menunjukkan umur Miosen Awal dan terendapkan di lingkungan laut dangkal. Ketebalannya
mencapai 1900 meter. Formasi ini menindih selaras formasi Pamaluan.
7. Formasi Pamaluan (Tomp): batulempung dan serpih dengan sisipan napal, batupasir dan
batugamping. Mengandung fosil Lepydocyclina sp., Miogypsinoides sp., Cycloclypeus sp.
dan Operculina sp. Juga dijumpai Globigerina venezuelana HEDBERG, Globigerina
ciperdensis BOLLI, Globorotalia nana, Dentalina sp., Uvigerina sp., Eponides sp., Nodosaria
sp. dan Bolivina sp. yang menunjukkan umur Oligosen Akhir-Miosen Tengah. Satuan ini
terendapkan di lingkungan laut dalam dengan ketebalan antara 1500-2500 meter.
8. Formasi Berai (Tomb): batugamping, napal dan serpih. Napal dan serpih menempati bagian
bawah formasi, sedangkan bagian tengah dan atas dikuasai oleh batugamping. Fosil yang
ditemukan antara lain Globigerina binaersis KOCH, Globigerina praebulloides BLOW,
Globigerina ciperoensis BOLLI, Globigerina dissimilis CUSHMAN & BERMUDEZ,
Globigerina selli BOLLI, Cyroidina sp., Nonion sp., Uvigerina sp., Echinoides dan ganggang
yang menunjukkan umur Oligosen sampai Miosen Awal dan terendapkan di lingkungan
neritik. Tebal formasi sekitar 1100 meter.
9. Formasi Tuyu (Toty): perselingan batupasir, greywacke, serpih dan batulempung. Fosil yang
dijumpai terdiri atas; Globigerina venezuelana HEDBERG, Globigerina unicava, Globigerina
tripartita KOCH, Globigerina selli BORSETTI, Globigerina sp., Nanion sp., Quinquiloculina
sp., Globigerinita dissimilis CUSHMAN & BERMUDEZ yang menunjukkan umur Oligosen
Akhir dengan lingkungan pengendapan pada laut dalam. Formasi ini menindih selaras
formasi Telakai.
10. Formasi Telakai (Tetk): batulempung, batupasir lempungan dan serpih dengan sisipan
batugamping dan napal. Ditemukan fosil foraminifera kecil yaitu; Globigerina gortanigortani
dan Globorotalia centralis yang menunjukkan umur Eosen Akhir dan terendapkan di
lingkungan lebih dalam daripada sedimen formasi Kuaro. Tebal formasi 1700 meter dan
menindih selaras formasi Kuaro.
11. Formasi Kuaro (Tek): batupasir dan konglomerat dengan sisipan batubara, napal,
batugamping dan serpih lempungan. Fosil yang teramati terdiri atas; Globigerapsis mexilana,
Globigerapsis semiinvoluta, Globorotalia cerroazulensis, Operculina sp., Nummulites sp. dan
Discocyclina sp. yang menunjukkan umur Eosen Awal dan terendapkan di lingkungan
paralik sampai laut dangkal. Ketebalan formasi sekitar 700 meter dan menindih tak selaras
formasi Pitap.
12. Formasi Tanjung (Tet): perselingan batupasir, batulempung, konglomerat, batugamping dan
napal dengan sisipan tipis batubara. Batupasir dan batugamping menunjukkan struktur
perlapisan bersusun dan cross bedding. Fosil yang dijumpai yaitu; Pellatispira provaleae
YABE, Discocyclina dispanca SOWERBY, Nummulites pengaroensis VERBEEK,
Operculina sp., Milliolidae yang menunjukkan umur Eosen Akhir dan terendapkan di
lingkungan paralik sampai neritik. Tebal formasi diperkirakan sekitar 1000-1500 meter.
Formasi ini tertindih tak selaras formasi Pitap.
13. Formasi Haruyan (Kvh): lava, breksi dan tufa. Lava bersusunan basal. Breksi polimik dengan
fragmen andesit dan basal tidak memperlihatkan perlapisan. Tufa berlapis tipis umumnya
telah terubah, mengandung kaca dan klorit.
14. Olistolit Kintap (Kok): batugamping, padat, tidak berlapis, mengandung fosil Orbitolina sp.,
yang menunjukkan umur Kapur Tengah. Tebal satuan sekitar 200 meter.
15. Formasi Pintap (Ksp): perselingan batupasir, greywacke, batulempung dan konglomerat.
Berumur Kapur Awal berdasarkan fosil Gastropoda dan Cilindris sp. Tebal formasi diduga
tidak kurang dari 1500 meter.
16. Batuan Terobosan
Granit dan Diorit (Kdi): granit berwarna kelabu muda, mengandung muskovit dan sedikit
hornblende. Menerobos batuan pra-Tersier berupa dike. Diorit berwarna kelabu muda,
tekstur faneritik, mineral utama biotit. Umur batuan terobosan ini diduga berumur Kapur
Akhir.
17. Batuan Tektonik
Kompleks Ultramafik (Ju): Serpentinit dan harzburgit. Serpentinit berwarna kelabu
kehijauan, padat, tersusun oleh mineral krisotil dan antigorit. Harzburgit berwarna hijau
gelap, terserpentinitkan, tersusun oleh mineral olivin, piroksin dan serpentin. Umurnya
diduga Jura.

Struktur Geologi dan Tektonika Lembar Balikpapan

Batuan di daerah ini hampir semuanya mengalami deformasi, mulai dari yang pra-Tersier
sampai Tersier Akhir. Akibat proses itu terbentuk antiklin, sinklin dan sesar. Perlipatan pada
batuan Tersier membentuk kemiringan antara 10-60 derajat dan pada pra-Tersier lebih besar dari
40 derajat. Bentuk lipatan umumnya tak setangkup dengan kemiringan lapisan bagian dalam
lebih terjal dari pada bagian luar. Arah sumbu lipatannya mulai utara-selatan sampai timurlaut-
baratdaya. Struktur sesar daerah ini terdiri atas sesar turun, sesar naik dan sesar geser jurus. Arah
sesar-sesar hampir sama dengan arah sumbu-sumbu lipatan.
Kegiatan tektonik daerah ini diduga berlangsung semenjak Jura. Akibatnya batuan yang
berumur pra-Jura, yaitu batuan ultrabasa mengalami alih tempat, perlipatan dan pensesaran.
Proses ini diikuti oleh kegiatan magma setelah itu terjadi pengendapan sedimen klastik dan
vulkanik yang menyusun formasi Pitap dan formasi Haruyan yang merupakan batuan tetap-asal
pada Kapur Akhir. Kegiatan tektonik pada Kapur Akhir bagian bawah menghasilkan pengalihan
tempat batuan ultrabasa oleh sesar naik. Proses itu diikuti dengan kegiatan magma yang
menghasilkan terobosan granit, granodiorit dan diorit pada Kapur Akhir. Sejak Paleosen Awal
sampai Eosen Awal terjadi pengangkatan, erosi dan pedataran menghasilkan sedimen darat yang
menyusun formasi Tanjung dan formasi Kuaro. Berdasarkan cekungan Tersier di Kalimantan
Tenggara dibeberapa tempat terendapkan karbonat membentuk formasi Tanjung.

Struktur Geologi dan Tektonika Lembar Balikpapan

Batuan di daerah ini hampir semuanya mengalami deformasi, mulai dari yang pra-Tersier
sampai Tersier Akhir. Akibat proses itu terbentuk antiklin, sinklin dan sesar. Perlipatan pada
batuan Tersier membentuk kemiringan antara 10-60 derajat dan pada pra-Tersier lebih besar dari
40 derajat. Bentuk lipatan umumnya tak setangkup dengan kemiringan lapisan bagian dalam
lebih terjal dari pada bagian luar. Arah sumbu lipatannya mulai utara-selatan sampai timurlaut-
baratdaya. Struktur sesar daerah ini terdiri atas sesar turun, sesar naik dan sesar geser jurus. Arah
sesar-sesar hampir sama dengan arah sumbu-sumbu lipatan.

Kegiatan tektonik daerah ini diduga berlangsung semenjak Jura. Akibatnya batuan yang
berumur pra-Jura, yaitu batuan ultrabasa mengalami alih tempat, perlipatan dan pensesaran.
Proses ini diikuti oleh kegiatan magma setelah itu terjadi pengendapan sedimen klastik dan
vulkanik yang menyusun formasi Pitap dan formasi Haruyan yang merupakan batuan tetap-asal
pada Kapur Akhir. Kegiatan tektonik pada Kapur Akhir bagian bawah menghasilkan pengalihan
tempat batuan ultrabasa oleh sesar naik. Proses itu diikuti dengan kegiatan magma yang
menghasilkan terobosan granit, granodiorit dan diorit pada Kapur Akhir. Sejak Paleosen Awal
sampai Eosen Awal terjadi pengangkatan, erosi dan pedataran menghasilkan sedimen darat yang
menyusun formasi Tanjung dan formasi Kuaro. Berdasarkan cekungan Tersier di Kalimantan
Tenggara dibeberapa tempat terendapkan karbonat membentuk formasi Tanjung.

Anda mungkin juga menyukai