Pulau Kalimantan terletak di sebelah utara pulau Jawa, sebelah timur Selat
Melaka, sebelah barat pulau Sulawesi dan sebelah selatan Filipina. Luas pulau
Kalimantan adalah 743.330 km².Pulau Kalimantan dikelilingi oleh Laut Tiongkok
Selatan di bagian barat dan utara-barat, Laut Sulu di utara-timur, Laut Sulawesi
dan Selat Makassar di timur serta Laut Jawa dan Selat Karimata di bagian
selatan.Gunung Kinabalu (4095 m) yang terletak di Sabah, Malaysia ialah lokasi
tertinggi di Kalimantan. Selain itu terdapat pula Gunung Palung, Gunung Lumut,
dan Gunung Liangpran.
Di zaman Hindia Belanda, Kalimantan dikenal sebagai Borneo (yang diambil dari
kesultanan yang Brunei). Ini tidak berarti nama Kalimantan tidak dikenal. Dalam
surat-surat Pangeran Tamjidillah dari Kerajaan Banjar pada tahun 1857 kepada
pihak Residen Belanda di Banjarmasin ia menyebutkan pulau Kalimantan, tidak
pulau Borneo. Ini menunjukkan bahwa di kalangan penduduk, nama Kalimantan
lebih dikenal daripada nama Borneo yang dipakai dalam administrasi
pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
Sebelum tahun 1900, Kalimantan terdiri atas beberapa negara swapraja, kemudian
negara Tayan dan Meliau dibentuk 1909, Pinoh tahun 1913 dan Semitau 1916.[37]
Nama Kalimantan kembali mulai populer pada sekitar tahun 1940-an. pada tahun
1936 ditetapkan Ordonantie pembentukan Gouvernementen Sumatra, Borneo en
de Groote-Oost (Stbld. 1936/68). Borneo Barat menjadi daerah Karesidenan dan
sebagai Gouvernementen Sumatra, Borneo en de Groote-Oost yang pusat
pemerintahannya adalah Banjarmasin.
Dua tahun kemudian, Gouvernementen van Borneo dibagi dua. Yakni Residente
Zuideen en Oosterafdeling van Borneo dengan ibu kota Banjarmasin dan
Residente Westerafdeling dengan ibu kotanya Pontianak. Pada tahun 1938, Hindia
Belanda mendirikan tiga provinsi atas eilandgewest yaitu Sumatra beribu kota di
Medan, Borneo beribu kota di Banjarmasin, dan Timur Besar beribu kota di
Makassar.[38] Tiap-tiap Residente dikepalai seorang Resident dengan Besluit
Gouverneur van Borneo tertanggal 10 Mei 1939 No.BB/A-I/3/Bijblad No. 14239
dan No.14239 a) Residensi Kalimantan Barat dibagi menjadi empat afdeling dan
13 onder afdeling.
Dewan Dayak Besar dibentuk tanggal 7 Desember 1946, dan selanjutnya tanggal
8 Januari 1947 dibentuk Dewan Pagatan, Dewan Pulau Laut dan Dewan Cantung
Sampanahan yang bergabung menjadi Federasi Kalimantan Tenggara. Kemudian
tanggal 18 Februari 1947 dibentuk Dewan Pasir dan Federasi Kalimantan Timur,
yang akhirnya pada tanggal 26 Agustus 1947 bergabung menjadi Dewan
Kalimantan Timur. Selanjutnya Daerah Kalimantan Timur menjadi Daerah
Istimewa Kalimantan Timur dengan Kepala Daerah, Sultan Aji Muhammad
Parikesit dari Kesultanan Kutai dengan pangkat Kolonel. Daerah Banjar yang
sudah terjepit daerah federal akhirnya dibentuk Dewan Banjar tanggal 14 Januari
1948.
Hasil utama pertanian adalah padi, di samping jagung, ubi kayu dan ubi jalar.
Sedangkan buah-buahan terdiri dari jeruk, pepaya, pisang, durian, rambutan,
kasturi dan langsat. Untuk perkebunan adalah kelapa sawit.
Provinsi yang ada di Kalimantan, salah satunya adalah Kalteng dengan luas
wilayahnya mencapai 153,564.50 kilo meter atau sekitar 8.025 persen. Ibukota
Kalimantan Tengah adalah Kota Palangkarya yang diwacanakan menjadi salah-
satu pengganti Ibu Kota Indonesia.
Pada abad ke-16, Kalimantan Tengah masih termasuk dalam wilayah mandala
Kesultanan Banjar, penerus Negara Daha yang telah memindahkan ibu kota ke
hilir sungai Barito tepatnya di Banjarmasin, dengan wilayah mandalanya yang
semakin meluas meliputi daerah-daerah dari Tanjung Sambar sampai Tanjung
Aru. Pada abad ke-16, berkuasalah Raja Maruhum Panambahan yang beristrikan
Nyai Siti Biang Lawai, seorang puteri Dayak anak Patih Rumbih dari Biaju.
Tentara Biaju kerapkali dilibatkan dalam revolusi di istana Banjar, bahkan dengan
aksi pemotongan kepala (ngayau) misalnya saudara muda Nyai Biang Lawai
bernama Panglima Sorang yang diberi gelar Nanang Sarang membantu Raja
Maruhum menumpas pemberontakan anak-anak Kiai Di Podok.
Pada masa penjajahan, suku Dayak di daerah Kalimantan Tengah, sekalipun telah
bersosialisasi dengan pendatang, namun tetap berada dalam lingkungannya
sendiri. Tahun 1919, generasi muda Dayak yang telah mengenyam pendidikan
formal, mengusahakan kemajuan bagi masyarakat sukunya dengan mendirikan
Serikat Dayak dan Koperasi Dayak, yang dipelopori oleh Hausman Babu, M.
Lampe, Philips Sinar, Haji Abdulgani, Sian, Lui Kamis, Tamanggung Tundan,
dan masih banyak lainnya. Serikat Dayak dan Koperasi Dayak, bergerak aktif
hingga tahun 1926. Sejak saat itu, Suku Dayak menjadi lebih mengenal keadaan
zaman dan mulai bergerak. Tahun 1928, kedua organisasi tersebut dilebur menjadi
Pakat Dayak, yang bergerak dalam bidang sosial, ekonomi dan politik. Mereka
yang terlibat aktif dalam kegiatan tersebut ialah Hausman Babu, Anton Samat,
Loei Kamis. Kemudian dilanjutkan oleh Mahir Mahar, C. Luran, H. Nyangkal,
Oto Ibrahim, Philips Sinar, E.S. Handuran, Amir Hasan, Christian Nyunting,
Tjilik Riwut, dan masih banyak lainnya. Pakat Dayak meneruskan perjuangan,
hingga bubarnya pemerintahan Belanda di Indonesia.
Hutan mendominasi wilayah 80%. Hutan primer tersisa sekitar 25% dari luas
wilayah. Lahan yang luas saat ini mulai didominasi kebun Kelapa Sawit yang
mencapai 700.000 ha (2007). Perkebunan karet dan rotan rakyat masih tersebar
hampir diseluruh daerah, terutama di Kabupaten Kapuas, Katingan, Pulang Pisau,
Gunung Mas dan Kotawaringin Timur.
Banyak ragam potensi sumber alam, antara lain yang sudah diusahakan berupa
tambang batubara, emas, zirkon, besi. Terdapat pula tembaga, kaolin, batu
permata dan lain-lain.
Masalah sumber daya alam di sini terutama adalah penebangan hutan ilegal yang
memusnahkan hutan hujan, selain itu Taman Nasional Kutai yang berada di
Kabupaten Kutai Timur ini juga dirambah hutannya. Kurang dari setengah hutan
hujan yang masih tersisa. Pemerintah lokal masih berusaha untuk menghentikan
kebiasaan yang merusak ini. Selain Itu Juga Memiliki Sumber daya Alam untuk
Pariwisata.