Anda di halaman 1dari 9

Fisiografi Regional

Daerah Karangsambung berada di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah,


Indonesia. Batas wilayah di sebelah utara daerah ini adalah dengan wilayah Banjarnegara, di
timur berbatasan dengan wilayah Wadaslintang, di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah
Kebumen dan di sebelah barat berbatasan dengan daerah Gombong
Secara geografis, daerah Karangsambung mempunyai koordinat 73400 - 73630 LS dan
1093700 - 1094400 BT. Secara administratif, daerah pemetaan Gunung Paras termasuk
kedalam Kecamatan Karangsambung dan Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen,
Provinsi Jawa Tengah. Secara fisiografis, daerah Karangsambung termasuk ke dalam Zona
Pegunungan Serayu Selatan.
Daerah Karangsambung memiliki elevasi 11m dpl dengan morfologi yang disebut
sebagai amphitheatre, merupakan suatu antiklin raksasa yang memiliki sumbu yang menunjam
(inclined anticline) ke arah Timur Laut yang telah mengalami erosi. Morfologi yang khas ini
memanjang ke arah Barat mulai dari daerah Klepoh hingga Kali Larangan. Sayap-sayap dari
antiklin raksasa tersebut membentuk morfologi berupa perbukitan di bagian utara (G. Paras) dan
Selatan (G.Brujul dan Bukit Selaranda) dari daerah pemetaan. Perbukitan ini memiliki arah
memanjang Timur-Barat. Sumbu antiklin tersebut mengalami proses erosi yang membentuk
morfologi berupa lembah di daerah Karangsambung dengan adanya perbukitan-perbukitan
terisolasi yang berupa tubuh batuan beku (intrusi) dan batu gamping (Jatibungkus) serta
konglomerat (Pesanggrahan). Pada daerah pemetaan, di sebelah Barat Laut dari lembah
Karangsambung, terdapat perbukitan kompleks (Pagerbako dan Igir Kenong) yang tersusun atas
lithologi berupa fragmen-fragmen raksasa batuan metamorf ( filit) dan batu sedimen laut dalam
(perselingan rijang dan gamping merah) yang tertanam di dalam massa dasar lempung.Perbedaan
morfologi di daerah ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik geologi yang dicerminkan oleh
lithologi yang menyusun daerah tersebut yang memiliki kekerasan dan resistensi yang berbeda-
beda terhadap erosi yang akhirnya membentuk morfologi yang khas dari daerah ini, serta
pengaruh dari struktur geologi yang berupa perlipatan dan sesar yang berkembang di daerah
Karangsambung.Daerah Karangsambung dilewati oleh sungai besar yang disebut Sungai Luk
Ulo dan sungai-sungai kecil yang bermuara di Luk Ulo. Sungai Luk Ulo mengalir dari Utara
hingga ke Selatan daerah pemetaan (membelah perbukitan Waturanda dan Gunung Brujul) dan
merupakan sungai yang telah memasuki tahap sungai tua dicirikan oleh bentuk Luk Ulo yang
meander. Sungai Luk Ulo dan sungai-sungai kecil yang mengalir di daerah Karangsambung juga
memiliki peran penting dalam pembentukan morfologi di daerah ini berkaitan dengan proses
erosi dan sedimentasi

Geomorfologi Karangsambung
Geomorfologi merupakan studi mengenai bentuk-bentuk permukaan bumi dan semua
proses yang menghasilkan bentuk-bentuk tersebut.Morfologi daerah Karangsambung merupakan
perbukitan struktural, disebut sebagi kompleks melange. Tinggian yang berada didaerah ini
antara lain adalah Gunung Waturanda, bukit Sipako, Gunung Paras, Gunung brujul, serta bukit
Jatibungkus. Penyajian melange di lapangan Karangsambung merupakan dalam bentuk blok
dengan skala ukuran dari puluhan hingga ratusan meter, selain itu juga terdapat melange yang
membentukl sebuah rangkaian pegunungan.[1]Daerah Karangsambung oleh para ahli geologi
sering disebut sebagai lapangan terlengkap di dunia. Karangsambung merupakan jejak-jejak
tumbukan dua lempeng bumi yang terjadi 117 juta tahun sampai 60 juta tahun yang lalu. Ia juga
merupakan pertemuan lempeng Asia dengan lempeng Hindia. Ia merupakan saksi dari peristiwa
subduksi pada usia yang sangat tua yaitu pada zaman Pra-Tersier. Di daerah ini terjadi proses
subduksi pada sekitar zaman Paleogene (Eosen, sekitar 57,8 juta sampai 36,6 juta tahun yang
lalu). Oleh karena itu, pada tempat ini terekam jejak-jejak proses paleosubduksi yang ditunjukan
oleh singkapan-singkapan batuan dengan usia tua dan merupakan karakteristik dari komponen
lempeng samudera. Karangsambung merupakan tempat singkapan batuan terbesar batuan-batuan
dari zaman Pre-Tersier yang terkenal dengan sebutan Luk Ulo Melange Complex , suatu
melange yang berhubungan dengan subduksi pada zaman Crateceous (145.5 4.0 hingga 65.5
0.3 juta tahunyang lalu) yang diperkirakan berumur 117 juta tahun.Tersingkapnya batuan
melange di daerah Karangsambung ini disebabkan oleh adanya tektonik kompresional yang
menyebabkan daerah tersebut dipotong oleh sejumlah sesar-sesar naik disamping adanya
pengangkatan dan proses erosi yang intensif. Apabila diperhatikan bahwa posisi batuan melange
ini dijumpai di sekitar inti lipatan antiklin dan di sekitar zona sesar naik dan kenyataannya pada
saat sekarang posisi inti lipatan ini berada di bagian lembah yang didalamnya mengalir aliran
sungai Luk Ulo yang menunjukan bahwa di daerah tersebut proses erosi berlangsung lebih
intensif.Melange Luk Ulo didefinisikan oleh Asikin (1974) sebagai percampuran tektonik dari
batuan yang mempunyai lingkungan berbeda, sebagai hasil dari proses subduksi antara Lempeng
Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Benua Asia Tenggara, yang terjadi pada Kala
Kapur Atas-Paleosen. Melange tektonik ini litologinya terdiri atas batuan metamorf, batuan basa
dan ultra basa, batuan sedimen laut dalam (sedimen pelagic) yang seluruhnya mengambang di
dalam masa dasar lempung hitam yang tergerus (Scally clay). Selanjutnya penulis ini membagi
kompleks melange menjadi dua satuan berdasarkan sifat dominansi fragmenya, yaitu Satuan
Seboro dan Satuan Jatisamit. Kedua satuan tersebut mempunyai karakteristik yang sama yaitu
masa dasarnya merupakan lempung hitam yang tergerus (Scally clay). Bongkah yang berada di
dalam masa dasar berupa boudin dan pada bidang permukaan tubuh bongkahnya juga tergerus.
Beberapa macam dan sifat fisik komponen melange tektonik ini, antara lain batuan metamorf,
batuan sedimen dan batuan beku.Morfologi perbukitan disusun oleh endapan melange, batuan
beku, batuan sedimen dan endapan volkanik Kuarter, sedangkan morfologi pedataran disusun
oleh batuan melange dan aluvium. Seluruh batuan penyusun yang berumur lebih tua dari Kuarter
telah mengalami proses pensesaran yang cukup intensif terlebih lagi pada batuan yang berumur
Kapur hingga Paleosen.Morfologi perbukitan dapat dibedakan menjadi dua bagian yang
ditentukan berdasarkan bentuknya (kenampakannya), yaitu perbukitan memanjang dan
perbukitan prismatik. Perbukitan memanjang umumnya disusun oleh batuan sedimen Tersier dan
batuan volkanik Kuarter, sedangkan morfologi perbukitan prismatik umumnya disusun oleh
batuan yang berasal dari melange tektonik dan batuan beku lainnya (Intrusi). Perbedaan kedua
morfologi tersebut akan nampak jelas dilihat, apabila kita mengamatinya di puncak bukit
Jatisamit.Bukit Jatisamit terletak di sebelah barat Karangsambung (Kampus LIPI). Tubuh bukit
ini merupakan bongkah batuan sedimen terdiri atas batulempung merah, rijang, batugamping
merah dan chert yang seluruhnya tertanam dalam masa dasar lempung bersisik. Pada bagian
puncak bukit inilah kita dapat melihat panorama daerah Karangsambung secara leluasa sehingga
ada istilah khusus yang sering digunakan oleh para ahli geologi terhadap pengamatan morfologi
di daerah ini yaitu dengan sebutan Amphitheatere. Istilah ini mengacu kepada tempat
pertunjukan dimana penonton berada di atas tribune pertunjukan. Istilah ini digunakan karena di
tempat inilah kita dapat mengamati seluruh morfologi secara lebih jelas.Ada beberapa fenomena
geologi yang dapat dijelaskan di tempat ini, yaitu :
Daerah bermorfologi pedataran
terletak di sekitar wilayah aliran Sungai Luk Ulo. Sungai ini merupakan sungai utama
yang mengalir dari utara ke selatan mengerosi batuan melange tektonik,melange sedimenter,
sedimen Tersier (F. Panosogan. F. Waturanda, F. Halang ). Di sekitar daerah Karangsambung,
morfologi pedataran ini terletak pada inti antiklin sehingga tidak mengherankan apabila di daerah
ini tersingkap batuan melange yang berumur tua, terdiri atas konglomerat, lava bantal, rijang,
lempung merah, chert dan batugamping fusulina. Bongkah batuan tersebut tertanam dalam masa
dasar lempung bersisik (Scally clay).
Morfologi perbukitan
disusun oleh batuan melange tektonik, batuan beku, batuan sedimen Tersier dan batuan
volkanik Kuarter. Perbukitan yang disusun oleh melange tektonik dan intrusi batuan beku
umumnya membentuk morfologi perbukitan dimana puncak perbukitannya terpotong-potong
(tidak menerus/terpisah-pisah). Hal ini disebabkan karena masing-masing tubuh bukit tersebut
(kecuali intrusi) merupakan suatu blok batuan yang satu sama lainnya saling terpisah yang
tertanam dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay). Morfologi perbukitan dimana batuan
penyusunnya terdiri atas batuan sedimen Tersier dan batuan volkanik Kuarter nampak bahwa
puncak perbukitannya menerus dan relatif teratur sesuai dengan sumbu lipatannya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bentuk perbukitan antara batuan melange
dengan batuan sedimen Tersier/volkanik.Satuan morfologi ini dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu:a. Di bagian selatan menunjukkan struktur sinklin pada puncak Gunung Paras.b. Di
bagian timur sebelah barat memperlihatkan kenampakan lembah yang memanjang dan melingkar
menyerupai tapal kuda membentuk amphiteatre.c. Di bagian utara sampai selatan merupakan
rangkaian pegunungan seperti Gunung Paras, Dliwang, Perahu, dan Waturondo. Setelah
dilakukan interpretasi proses pembalikan topografi, secara detail, bentuk bentang alam dari
Gunung Paras ke selatan sampai Gunung Waturondo, direkonstruksi awalnya merupakan
antikline pada lembahnya, dengan memposisikan kelurusan puncaknya, dan Bukit Bujil sebagai
pilarnya. Namun saat ini telah mejadi puncak Gunung paras dengan struktur sinkilin dan
antikilinnya,tersusun oleh batuan Sedimentasi Breksi Volkanik. Selain itu juga, terdapat bukit-
bukit seperti Bukit Pesanggrahan, Bukit Bujil, dan Bukit Jati Bungkus.Satuan daerah perbukitan
ini, tampak bergelombang lemah dan terisolir pada pandang luas cekungan morfologi
amphiteatre. Batuan yang mengisi satuan ini, menunjukkan Breksi Volkanik yang tersebar dari
Gunung Paras sampai Gunung Waturondo dan sinklinnya yang terlihat pada puncak Gunung
Paras ke arah timur.
Satuan Perbukitan-Pegunungan Kompleks Melange(Campur Aduk Batuan)
Satuan morfologi ini memperlihatkan bukit-bukit memanjang dengan DAS Sungai
Gebong dan Sungi Cacaban yang membentuk rangkaian Gunung Wangirsambeng, Gunung
Sigedag dan Bukit Sipako. Puncak Gunung wangirsambeng berupa bentukan panorama bukit
memanjang dengan perbedaan ketinggian antara 100-300 M di atas permukaan laut. Di daerah
ini juga, nampak bentang alam yang memperlihatkan bukit-bukit prismatic hasil proses tektonik
Lajur Pegunungan Serayu Selatan
Bagian utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari Lajur Pegunungan
Serayu Selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas dataran rendah hingga perbukitan
menggelombang dan perbukitan tak teratur yang mencapai ketinggian hingga 520 m. Musim
hujan di daerah ini berlangsung dari Oktober hingga Maret, dan musim kemarau dari April
hingga September. Masa transisi diantara kedua musim itu adalah pada Maret-April dan
September-Oktober. Tumbuhan penutup atau hutan sudah agak berkurang, karena di beberapa
tempat telah terjadi pembukaan hutan untuk berladang atau dijadikan hutan produksi (jati dan
pinus)
Stratigrafi Karangsambung

Stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan sabtuan serta hubungannya
dengan lapisan batuan yang lainnya, yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang
sejarah bumi.Secara garis besar, stratigrafidaerah Karangsambung diurutkan berdasarkan umur
dari tua ke muda, yaitu:
1. Komplek Melange Luk Ulo atau Formasi Melange berumuran Pra-tersier.
2. Formasi Karangsambung yang terdiri atas lempung hitam.
3. Formasi Totogan dengan batuan utamanya lempung bersisik Scaly Clay
4. Formasi Waturanda, terdiri atas perlapisan batu pasir dan batuan breksi.
5. Formasi Penosongan, terdiri dari perselingan lempung dan pasir karbonat.
KOMPLEKS MELANGE LUK ULO / FORMASI LUK ULO
Luk Ulo merupakan formasi tertua berupa melange yang sangat kompleks, berumur Pre-
Tersier. Batuannya meliputi graywacke, lempung hitam, lavabantal yang berasosiasi dengan
rijang dan gamping merah, tirbidit klastik, dan ofiolit yang tersisipkan diantara batuan
metamorfose berfasies sekis. Batuan-batuan tersebut merupakan hasil dari pencampuran secara
tektonik pada jalur penunjaman (zona subduksi) yang juga telah melibatkan batuan-batuan asal
kerak samudra dan kerak benua. Kompleks ini dibagi menjadi 2 satuan berdasarkan dominasi
fragmen pada masa dasrnya, yaitu satuan Jatisamit disebelah barat dan satuan Seboro di sebelah
utara.Satuan Jatisamit merupakan batuan yang berumur paling tua. Satuan ini terdiri bongkah
asing di dalam masa dasar lempung hitam. Bongkah yang ada adalah batuan beku basa, batupasir
graywacke, serpentinit, rijang, batugamping merah dan sekis mika. Batuan tersebut membentuk
morfologi yang tinggi seperti Gunung Sipako dan Gunung Bako
FORMASI KARANGSAMBUNG
Karakteristik litologi dari formasi Karangsambung yaitu terdiri dari batulempung abu-abu
yang mengandung concression besi, batugamping numulites, konglomerat, dan batu pasir kuarsa
polemik yang berlaminasi. Batupasir graywacke sampai tanah liat hitam menunjukkan struktur
yang bersisik dengan irisan ke segala arah dan hampir merata di permukaan. Struktur tersebut
diperkirakan sebagai hasil mekanisme pengendapan yang terjadi dibawah permukaan air dengan
volume besar, estimasi ini didukung oleh gejala merosot yang dilihat pada inset batupasir. Umur
Formasi Karangsambung ini adalah dari Eosen Tengah (45 juta tahun) sampai Eosen Akhir (36
juta tahun) dilihat dari adanya foraminifera plankton.
FORMASI TOTOGAN
Formasi Totogan mempunyai karakteristik yang sama dengan Formasi Karangsambung.
Ditandai dengan litologi berupa batulempung dengan warna coklat, dan kadang-kadang ungu
dengan struktur scaly (menyerpih). Juga terdapat fragmen berupa batukarang yang terperangkap
pada batulumpur, batupasir, batukapur fossil dan batuan beku. Umur dari formasi Totogan
adalah Oligosen (36-25 juta tahun), yang didasarkan pada keberadaan Globoquadrina
praedehiscens danGlobigeriona binaensis
FORMASI WATURANDA
Usia formasi Waturanda ini hanya dapat ditentukan secara langsung berdasarkan posisi
statigrafi kebawah diperkirakan sebagai usia Meocene (25,2-5,2 juta tahun) yang terdiri dari
breksi vulkanik dan batupasir wacke dengan sisipan batu lempung dibagian atas. Masa dasar
batupasir berwarna abu-abu dengan butir sedang hingga kasar, terdiri atas kepingan batuan beku
dan obsidian.
FORMASI PENOSOGAN
Formasi Penosogan diendapkan diatas Formasi Waturanda dengan litologi berupa
perubahan secara berangsur dari satuan breksi kearah atas menjadi perselingan batupasir tufan
dan batulempung merupakan ciri batas dari Formasi Penosogan yang terletak selaras di
atasnya.Secara umum formasi terdiri dari perlapisan tipis sampai sedang batupasir, batulempung,
sebagian gampingan, kalkanerit, napal-tufan dan tuf. Bagian bawah umumnya dicirikan oleh
pelapisan batupasir dan batulempung, kearah atas kadar karbonatnya semakin tinggi. Bagian
atas terdiri atas perlapisan batupasir gampingan, napal dan kalkanerit. Bagian atas didomonasi
oleh batulempung tufan dan tuf.

Struktur Regional

Struktur utama yang ada di karangsambung dapat dibagi menjadi 3 struktur utama , yaitu :
a. Arah timurlaut Baratdaya yang ditunjukkan oleh arah umum sumbu panjang boudin,
berkembang di kelompok batuan Pra Tersier (Harsolumkso dkk., 1995 dalam
Prasetyadi, 2007 ).

b. Arah Timur Barat yang ditunjukkan oleh arah umum struktur lipatan yang berkembang
di batuan Tersier,

c. Arah Utara Selatan berupa sesar yang memotong batuan Pra Tersier dan Tersier
(Asikin dkk.,1992 dalam Prasetyadi, 2007)
Struktur utama ini dapat dilihat pada peta geologi daerah Karangsambung (Gambar 4.)
Gambar 4. Peta Geologi Karangsambung (modifikasi dari Asikin dkk., 1992 dan
Condon dkk., 1996 dalam Prasetyadi, 2007).
http://geologicalmelankolia.blogspot.com/2017/03/geologi-regional-karangsambung-
kebumen.html

Anda mungkin juga menyukai